Вы находитесь на странице: 1из 10

KESEHATAN

DAN KESELAMATAN KERJA


DI RUMAH SAKIT
Cemy Nur Fitria, S.Kep, Ns

Menurut WHO sudah menyusun panduan pencegahan dan pengendalian infeksi pencegahan dan
pengendalian infeksi pada rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang lain. Strategi yang terbukti
bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan peran petugas kesehatan dalam
pengendalian infeksi dengan melalui cara penerapan prosedur
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat
kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang.
Unsur kewaspadaan universal yang berikut melindungi terhadap tindakan ini: Cuci tangan, Pakai
alat pelindung yang sesuai , Pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum
suntik dan semprit) , Dekontiminasi, strelisasi, disinfeksi, Pengelolaan limbah
Setiap darah dan cairan tertentu lain dapat mengandung infeksi, tidak memandang statusnya.
kewaspadaan universal dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang
tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, mis.
Virus hepatitis B dan C.sumbernya.
Pencegahan dan pengendalian risiko pekerjaan yang berkaitan dengan penyakit infeksi termasuk
HIV-AIDS, hepatitis dan tuberculosis akan dapat dicapai apabila dipertimbangkan bersama dengan
potensi bahaya di tempat kerja dan risiko di pelayanan kesehatan lainnya.

Kata Kunci: Kesehatan, Keselamatan Kerja

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


A. PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG
Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
Rahayu Sedyaningsih Senin, 9 November tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
2009 | 08:08 WIB meminta pengelola rumah bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan
sakit mengerahkan semua sumber daya Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua
untuk mencegah dan mengendalikan tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
penyakit infeksi yang biasa disebut infeksi mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
nosocomial. (www.kompas.com, 2009, terjangkit penyakit atau mempunyai
diakses 12 Januari 2010) karyawan paling sedikit 10 orang. Jika
Menurut WHO sudah menyusun memperhatikan isi dari pasal di atas maka
panduan pencegahan dan pengendalian jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk
infeksi pencegahan dan pengendalian ke dalam kriteria tempat tempat kerja
infeksi pada rumah sakit dan fasilitas dengan berbagai ancaman bahaya yang
kesehatan yang lain. Strategi yang terbukti dapat menimbulkan dampak kesehatan,
bermanfaat dalam pengendalian infeksi tidak hanya terhadap para pelaku langsung
nosokomial adalah peningkatan peran yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
petugas kesehatan dalam pengendalian pasien maupun pengunjung RS.Sehingga
infeksi dengan melalui cara sudah seharusnya pihak pengelola RS
penerapanprosedur menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
kewaspadaan.kompas.com, 2009 diakses 12 Potensi bahaya di RS, selain penyakit-
Januari 2010) penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
Prosedur kewaspadaan itu adalah bahaya lain yang juga mempengaruhi situasi
kewaspadaan standar yang diterapkan dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan yang
kepada semua orang, termasuk pasien, berhubungan dengan instalasi listrik, dan
petugas dan pengunjung rumah sakit; serta sumber-sumber cidera lainnya), radiasi,
kewaspadaan berdasarkan penularan bagi bahan=-bahan kimia yang berbahaya, gas-
pasien yang dicurigai telah terinfeksi. gas anastesi, gangguan psikokosial dan
Menjaga kebersihan dengan mencuci ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut
tangan adalah cara yang mudah dan efektif di atas, jelas mengancam jiwa dan
untuk mencegah infeksi dan perluasan kehidupan bagi para karyawan di RS, para
resistensi obat antimikrobal, katanya. Ia pasien maupun para pengunjung yang ada di
menambahkan WAHO menyarankan tenaga lingkungan RS.
kesehatan menggunakan cairan berbasis
alcohol untuk membersihkan tangan C. PENGERTIAN
sebelum dan sesudah melakukan tindakan Pengertian beberapa hal yang
medis(____200,http://medicine.uii.ac.id/ind berhubungan dengan infeksi nosocomial
ex2.php?option=com_content&do_pdf=1&i adalah:
d=129diakses12januari2010) 1. Infeksi nosocomial
Infeksi yang terdapat dalam sarana
kesehatan.Sebetulnya rumah sakit
memang sumber penyakit.Di Negara

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


maju pun, infeksi yang didapat dalam
rumah sakit terjadi dengan angka yang D. TEHNIK ISOLASI
cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada Semua pasien yang diketahui terinfeksi
20.000 kematian setiap tahun akibat penyakit menular melalui tes wajib
infeksi nosocomial. Di seluruh dunia, 10 diisolasi.Kebijakan ini menentukan tujuh
persen pasien rawat inap di rumah sakit kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya
mengalami infeksi yang baru selama (daya menular, ganas, dll).Kewaspadaan
dirawat -1,4 juta infeksi setiap tahun. Di khusus (sarung tangan dsb).Dengan tingkat
Indonesia, penelitian yang dilakukan di yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai
11 rumah sakit di DKI Jakarta pada untuk pasien ini. Teknik isolasi mengurangi
2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen jumlah infeksi nosocomial, tetapi timbul
pasien rawat inap mendapat infeksi yang beberapa tantangan:
baru selama dirawat. 1. Peningkatan dalam jenis dan jumlah
2. Rantai penularan infeksi menular, sehingga semakin
Infeksi nosocomial mulai dengan banyak tes harus dilakukan, dan semakin
penyebab (di bagian tubuh gambar banyak pasien harus diisolasi.
berikut), yang ada pada sumber. Kuman 2. Hasil tes sering diterima terlambat,
keluar dari sumber melalui tempat sering setelah pasien pulang.
tertentu, kemudian dengan cara 3. Biaya sangat tinggi, bila semua orang
penularan tertentu masuk ke tempat dites untuk setiap infeksi.
tertentu, kemudian dengan cara 4. Stigma dan diskriminasi meningkat bila
penularan tertentu di pasien lain. Karena hanya pasien yang dianggap berisiko
banyak pasien di rumah sakit rentan tinggi dites untuk menekankan biaya.
terhadap infeksi (terutama Odha yang 5. Hasil tes dapat negative palsu (hasil
mempunyai sistem kekebalan yang negative walau terinfeksi), terutama
lemah), mereka dapat tertular dan jatuh dalam masa jendela, dengan akibat
sakit tambah.Selanjutnya, kuman petugas layanan kesehatan kurang
penyakit ini keluar dari pasien tersebut waspada.
dan meneruskan rantai penularan lagi. 6. Sebaliknya hasil tes positif palsu (hasil
(Yayasan Spiritia, 2006, Infeksi positif walau tidak terinfeksi), dengan
Nosokomial, http://spiritia.or.id/, diakses akibat kegelisahan untuk pasien dan
12 Januari 2010)) petugas layanan kesehatan.
7. Perhatian pada hak asasi mengharuskan
pasien memberi informed consent
(disertai oleh konseling untuk HIV)
apa yang dilakukan bila pasien tidak
menyetujui tes?
8. Sangat sulit menjaga kerahasiaan.

E. DASAR PEMIKIRAN
KEWASPADAAN UNIVERSAL
Sejak AIDS diketahui, kebijakan baru
yang bernama kewaspadaan universal (KU)
dikembangkan. Kebijakan ini menganggap

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain kesehatan atau pasien dalam keadaan
dapat mengandung infeksi, tidak berisiko, termasuk:
memandang status sumbernya. Lagi pula, 1. Tutup jarum suntik kembali
semua alat medis harus dianggap sebagai 2. Salah letak jarum atau pisau/ alat tajam
sumber penularan, dan penularan dapat 3. Sentuh pasien tanpa cuci tangan
terjadi pada setiap layanan kesehatan, Unsur kewaspadaan universal yang berikut
termasuk layanan kesehatan gigi dan melindungi terhadap tindakan ini:
persalinan, pada setiap tingkat (klinik dan 1. Cuci tangan
puskesmas sampai dengan rumah sakit 2. Pakai alat pelindung yang sesuai
rujukan). Harus ditekankan bahwa 3. Pengelolaan alat tajam (disediakan
kewaspadaan universal dibutuhkan tidak tempat khusus untuk membuang jarum
hanya untuk melindungi terhadap penularan suntik dan semprit)
HIV tetapi yang tidak kalah penting 4. Dekontiminasi, strelisasi, disinfeksi
terhadap infeksi lain yang dapat parah dan 5. Pengelolaan limbah
sebetulnya lebih mudah menular, mis. Virus Unsur kedua kewaspadaan universal
hepatitis B dan C. Petugas layanan adalah penggunaan alat pelindung yang
kesehatan harus menerapkan kewaspadaan sesuai tindakan. Alat yang dibutuhkan dapat
universal secara penuh dalam hubungan hanya sarung tangan (mis. Untuk ambil
dengan semua pasien. darah) hingga semua alat ini yang
Kita biasanya menganggap cairan yang dibutuhkan oleh seorang bidan waktu
dapat menular HIV sebagai darah, cairan membantu kelahiran.Namun perawat yang
kelamin dan ASI saja. Namun ada cairan hanya menyentuh pasien tidak
lain yang dapat mengandung kuman lain, membutuhkan sarung tangan yang penting
dan dalam sarana kesehatan, lebih banyak cuci tangan sebelum dan sesudahnya.
cairan tubuh biasanya tersentuh. Contohnya, 1. Sarung tangan
walaupun tinja tidak mengandung HIV, 2. Celemek
cairan berikut mengandung banyak kuman 3. Masker pelindung muka
lain: 4. Kacamata
1. Nanah 5. Pelindung kaki
2. Cairan ketuban Kewaspadaan universal tidk hanya
3. Cairan limfa dibutuhkan dalam sarana kesehatan resmi,
4. Ekskreta: air seni, tinja tetapi juga terkait perawatan di
5. Dll rumah.Sekali lagi, tujuan utama adalah
Kegiatan yang paling berisiko jelas ada untuk melindungi Odha dan keluarga/ tim
beberapa kegiatan yang umum dilakukan perawatan dari berbagai infeksi, bukan
oleh petugas layanan kesehatan yang hanya HIV justru risiko penularan HIV
menimbulkan risiko, termasuk: pada keluarga di rumah sangat amat rendah.
1. Suntikan/ ambil darah Jadi kita harus menganggap sebagian besar
2. Tindakan bedah cairan tubuh sebagai sumber infeksi.
3. Tindakan kedokteran gigi Prosedur kewaspadaan universal untuk
4. Persalinan perawatan di rumah serupa dengan di rumah
5. Bersihkan darah/ cairan lain sakit, hanya mungkin lebih sederhana.Bila
Sebaliknya ada beberapa perilaku yang tidak ada sarung tangan, secara darurat kita
salah, yang menempatkan petugas layanan dapat memakai kantong plastic yang

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


utuh.Yang penting kita menutup semua luka dukungan, dan memungkinkan akses
pada kulit dengan plester luka.Mungkin terhadap santunan berdasarkan undang-
yang paling penting adalah untuk menjaga undang, tanpa memandang bagaimana cara
kebersihan rumah. Cucian biasanya tidak HIV didapat. Unsur-unsur utama dari
membutuhkan perhatian khusus asal tidak kebijakan dan program tempat kerja seperti
tercemar cairan; bila tercemar lebih baik yang dijelaskan di bawah ini dengan
dicuci dengan pemutih dulu (larutan klorin penekanan pada keperluan khusus terhadap
0,5%) dengan memakai sarung tangan, pelayanan kesehatan. Rujukan kepada
kemudian dapat dicuci dengan sabun seperti instrument-instrumen kunci dari hukum,
biasa. (Yayasan spiritia, 2006, Infeksi kebijakan dan tehnis akan dijelaskan untuk
Nosokomial, (http://spiriti.or.id/, diakses 12 membantu pemakai dalam mendapatkan
Januari 2010) informasi tambahan yang dianggap baik
oleh ILO maupun oleh WHO sebagai valid
F. LINGKUNGAN TEMPAT KERJA dan relevan.
1. Isu tempat kerja: HIV/ AIDS adalah isu Upaya intervensi dalam pelayanan
tempat kerja, karena da mempengaruhi kesehatan akan lebih sukses bila upaya
angkatan kerja, dank arena tempat kerja tersebut merupakan bagian kampanye yang
dapat memainkan peran vital dalam lebih luas untuk mengurangi stigma dan
membatasi penularan dan dampak diskriminasi. Dalam pelayanan kesehatan,
epideminya. stigma dan diskriminasi dapat dikurangi
2. Lingkungan kerja yang sehat: Tempat secara bermakna melalui kombinasi
kerja harus meminimalkan risiko intervensi yang saling mendukung seperti:
pekerjaan, dan disesuaikan dengan 1. Penerapan kebijaksanaan tempat kerja
kesehatan dan kemampuan pekerja. yang secara tegas melarang diskriminasi
dalam pekerjaan tanggung jawab
G. SEKTOR KESEHATAN SEBAGAI professional;
TEMPAT KERJA 2. Penyediaan perawatan yang
komprehensif, termasuk program
Pencegahan dan pengendalian risiko kesejahteraan dan penyediaan TAR
pekerjaan yang berkaitan dengan penyakit untuk meningkatkan kualitas kehidupan;
infeksi termasuk HIV-AIDS, hepatitis dan 3. Pelatihan yang sesuai bagi personil pada
tuberculosis akan dapat dicapai apabila semua tingkat tanggung jawab, untuk
dipertimbangkan bersama dengan potensi meningkatkan pengertian terhadap
bahaya di tempat kerja dan risiko di HIV/AIDS dan mengurangi sikap
pelayanan kesehatan lainnya. Skala risiko negative dan diskriminatif terhadap
pekerjaan di sector kesehatan tidak jelas, kolega dan pasien yang hidup dengan
sebagian disebabkan stigma dan kesalahan penyakit ini. Pelatihan ini harus
yang ditimpahkan kepada pelaporan luka menyediakan pekerja kesehatan.
tajam dan kurangnya profilaksis pasca 4. Informasi tentang cara penularan
pajanan yang tersedia. HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya,
Kebijakan dan program tempat kerja tingkat risiko pekerjaan, untuk
harus menjamin perlindungan terhadap mengatasi ketakutan terhadap kontak
stigma dan diskriminasi, menjamin fisik dengan pasien dan memberikan
penyediaan pengobatan, kepedulian dan landasan untuk belajar terus-menerus;

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


5. Ketrampilan inter-personal, untuk sedang berjalan, juga profilaksis yang
membantu pekerja kesehatan mengerti segera diberikan bila terjadi pajanan okupasi
dampak HIV/ AIDS dan beban stigma, dilaksanakan dengan baik. Perhatian
dan memberi mereka ketrampilan untuk terhadap pathogen tular darah tidak
berkomunikasi dengan pasien, kolega menghilangkan atau mengurangi kebutuhan
dan lainnya dengan cara yang saling untuk memperhatikan risiko dari pathogen
menghargai dan nondiskriminatif; yang ditularkan melalui saluran pernafasan,
6. Tehnik mengelola stress dan saluran pencernaan dan kontak lain.
menghindari kehabisan tenaga, seperti Banyak upaya yang dirancang untuk
melalui ketentuan tingkat personalia mencegah pajanan terhadap HIV dan
yang memadai; lebih banyak pathogen melalui darah bersifat langsung
kesempatan meningkatkan keterlibatan pada tujuan dan menjadi bagian dari
dalam bagamana cara tersebut program K3 di tempat kerja Penanganan
dilaksanakan; menetapkan pola-pola kejadian pajanan HIV dan profilaksis pasca
kerja shift; rotasi kerja; promosi dan pajanan, memerlukan pengetahuan tehnis,
pengembangan pribadi; pengenalan awal khususnya kerangka kerja bagi kepedulian
dari stress; pengembangan pribadi; dan dukungan yang solid untuk memenuhi
pengenalan awal dari stress; kebutuhan pekerja yang terinfeksi. Pekerja
pengembangan ketrampilan sector kesehatan yang memberi pelayanan
berkomunikasi untuk supervise; terhadap komunitas pasien dengan
kelompok pendukung staf; dan waktu prevalensi HIV/ AIDS yang tinggi, juga
diluar tempat kerja; mempunyai risiko lebih tinggi terpajan
7. Kewaspadaan terhadp peraturan tuberculosis.
perundangan yang berlaku yang Dalam situasi tersebut, sangat penting
melindungi hak-hak pekerja sector bahwa rencana pengendalian pajanan
kesehatan dan pasien, tanpa memandng tuberculosis akibat kerja yang komprehensif
status HIV mereka. juga dibuat untuk melengkapi rencana
pengendalian pajanan HIV/ AIDS.Masalah-
H. PENCEGAHAN & PERLINDUNGAN masalah pencegahan dan perlindungan yang
TERHADAP PATHOGEN dijelaskan dalam pedoman khusus yang
Pekerja dalam pelayanan kesehatan, dibuat bersama oleh ILO dan WHO.
seperti pekerja tempat lain, mungkin Sejumlah lembar fakta dilampirkan pada
menghadapi potensi bahaya kimia, fisik, pedoman ini memberikan informasi tehnis
ergonomic, atau potensi bahaya psikososial tambahan tentang cara kerja ama sesuai
(seperti stress, pelecehan dan dengan peraturan national dan protocol
kekerasan).Disamping itu dalam pelayanan imunisasi yang relevan, pengusaha harus
kesehatan terdapat potensi bahaya khusus menyediakan satu seri vaksinasi hepatitis B
yaitu infeksi pathogen yang memerlukan bagi semua pekerja sector kesehatan yang
upaya preventif dan perlindungan yang mungkin terpajan terhadap darah dan cairan
khusus pula. tubuh. Pengusaha harus menjaga agar
Risiko terpajan pathogen seperti HIV mereka secara teratur mendapat informasi
dan hepatitis B dan C harus diberitahukan dari kemajuan dalam pengembangan dan
secara komprehensif untuk memastikan ketersediaan vaksin baru.(United Kingdom
bahwa pencegahan dan perlindungan yang Department of health, http://dh.gov.uk/

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


assetRoot/04/01/44/74/04014474.pdf,
diaskes 21 Januari 2010). J. CARA KERJA AMAN
Inti dari cara kerja aman untuk
I. IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA mengurangi risiko penularan HIV dan
Manajemen risiko dimulai dengan infeksi melalui darah lainnya di tempat kerja
identifikasi keadaan, kegiatan dan tugas- adalah kewaspadaan standar, higene
tugas dalam tempat kerja yang mungkin perseorangan, dan program pengendalian
menyebabkan pekerja sector kesehatan infeksi. Pengusaha harus memastikan bahwa
berisiko terpajan HIV dan infeksi melalui sarana cuci tangan tersedia pada tempat
darah lainnya atau infeksi oportunistik. yang ditandai dengan jelas dalam tempat
Identifikasi potensi bahaya harus dilakukan kerja.Sarana cuci tangan harus dilengkapi
dengan cara berikut: dengan pasokan air yang cukup, sabun dan
1. Tanya para pekerja, Suatu prosedur handuk sekali pakai. Dimana tidak mungkin
untuk memastikan bahwa pekerja sector menggunakan air mengalir, cara alternative
kesehatan dapat melaporkan dugaan untuk cuci tangan harus disediakan, seperti
potensi bahaya tanpa sanksi harus alcohol 70% untuk pengoles tangan. Pekerja
dibangun dan diterapkan. Hal ini harus mencuci tangan mereka pada awal dan
memerlukan suatu program aktif untuk akhir setiap shift, sebelum dan sesudah
mendidik pekerja sector kesehatan merawat pasien, sebelum dan sesudah
tentang pentingnya pelaporan dan makan, minum, merokok dan pergi ke
bagaimana dan kapan melapor. kamar kecil, dan sebelum dan sesudah
2. Analisa laporan kejadian pajanan keluar dari daerah kerja mereka.
terhadap darah atau cairan tubuh. Pekerja harus mencuci dan
Gunakan data ini untuk menentukan mengeringkan tangan mereka setelah kontak
kecenderungan, mengidentifikasi dengan darah atau cairan tubuh dan segera
kegiatan-kegiatan dan tugas berisiko setelah membuka sarung tangan.Mereka
tinggi; mengevaluasi pelaporan dan harus juga mengecek apakah ada sayatan
prosedur pendokumentasian; dan atau lecet pada bagian tubuh yang terpajan,
pemantauan keefectifan tindak lanjut dan gunakan perban kedap air untuk
dan kegiatan koreksi yang telah diambil. menutup setiap temuan.Pekerja harus
3. Lakukan survey terhadap tata ruang didorong untuk melaporkan setiap reaksi
tempat kerja, cara kerja dan sumber- yang mereka dapat terhadap cuci tangan
sumber pajanan lainnya. Hal ini harus yang sering dan bahan-bahan yang
mencakup semua kemungkinan sumber digunakan, untuk tindakan yang tepat oleh
pajanan terhadap darah dan cairan pengusaha. (WHO: Guidelines on
tubuh, termasuk kemungkinan risiko prevention and control of hospital
terhadap yang ada diluar, tapi associated infections, Regional Office for
berhubungan dengan tempat kerja; hal South-East Asia (New Delhi, 2002,
ini khususnya penting bagi pekerja yang http://whqlibdoc.who.int/searo/2002/SEA_
bertugas dalam pengolahan limbah HLM_343.pdf., diakses 17 Januari 2010)
perawatan kesehatan. Survey harus
mengidentifikasi semua klasifikasi K. PENANGANAN BENDA-BENDA
pekerjaan, pengetahuan, sikap dan cara TAJAM DAN PERALATAN INJEKSI
kerja yang kelihatannya menempatkan. SEKALI PAKAI YANG AMAN

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


Pengusaha harus membuat prosedur 1. Sarung tangan yang sesuai harus
untuk menangani dan membuang benda- dipakai;
benda tajam, termasuk alat-alat suntik, dan 2. Bahan penyerap seperti lap kertas, kain
memastikan bahwa pelatihan, pemantauan atau serbuk gergaji, harus digunakan
dan evaluasi penerapannya dilaksanakan untuk menyerap darah atau cairan tubuh;
dengan baik. Prosedur tersebut harus 3. Semua bahan harus disimpan dalam
mencakup: kantong sampah yang anti bocor setelah
1. Penempatan wadah tahan tusukan yang digunakan;
diberi tanda dengan jelas untuk 4. Daerah tersebut kemudian harus
membuang benda-benda tajam dibersihkan dan disinfeksi menggunakan
ditempatkan sedekat mungkin ke daerah bahan disinfeksi yang sesuai;
dimana benda-benda tajam tersebut 5. Pekerja harus didorong untuk
digunakan atau ditemukan; melaporkan semua kejadian pajanan.
2. Penempatan ulang yang teratur dari
wadah benda-benda tajam sebelum M. PENANGANAN DAN PEMBUANGAN
mereka mencapai garis isi dari TUBUH/ JASAD
manufaktur atau bila mereka sudah Bila ada risiko kontak dengan darah dan
setengah penuh; wadah harus ditutup cairan tubuh dalam menangani tubuh/ jasad
sebelum dibuang; untuk tujuan apapun, kewaspadaan standar
3. Pembuangan dari benda tajam yang harus digunakan.Sarung tangan harus
tidak bisa dipakai ulang dalam wadah digunakan bersama pakaian pelindung
yang ditempatkan dengan aman, yang lainnya bila perlu.Tempat pipa aliran dan
memenuhi peraturan nasional yang luka terbuka harus ditutup harus ditutup
relevan dan pedoman tehnis; dengan penutup kedap air. Semua tubuh
4. Hindari penutupan ulang dan manipulasi yang akan dipindahkan untuk penyimpanan
jarum dengan tangan lainnya, dan, bila atau pemeriksaan post mortem atau kepada
penutupan jarum diperlukan, gunakan suatu pembakaran harus diperiksa untuk
tehnik sekop dengan satu tangan; memastikan tidak ada benda tajam
tanggung jawab untuk pembuangan tertinggal didalamnya. (WHO/ World Bank:
yang benar oleh orang yang health-care waste management at a glance,
menggunakan benda-benda tajam; June 2003, http://helath, diakses 22 Januari
tanggung jawab untuk pembuangan 2010)
yang tepat dan melaporkan setiap
kejadian oleh setiap orang yang
menemukan benda tajam. (WHO/World N. BINATU (LAUNDRY)
Bank: health-care waste management at Harus ada prosedur untuk
a glance, June 2003, http://www.health, mendistribusikan seprei/ selimut bersih dan
diakses 22 januari 2010) mengumpulkan, menangani, menyimpan,
mengangkut dan membersihkan seprei/
selimut yang telah dipakai.Semua seprei/
L. PEMBERSIHAN TUMPAHAN DARAH selimut yang telah dipakai diperlukan
Tumpahan darah harus dinilai dan sebagai potensial infeksius, dan ditempatkan
ditangani segera. Waktu membersihkan dalam kantong standar untuk seprei.
ceceran darah:

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


Bila ada risiko kontaminasi akibat cairan
tubuh, kantong untuk seprei harus O. PENGELOLAAN LIMBAH
ditempatkan dalam kantong plastic yang Limbah pelayanan kesehatan
tahan bocor.Kantong untuk seprei/ selimut mempunyai potensi lebih besar
harus diisi hanya tiga perempatnya dan menyebabkan infeksi dan kesakitan
harus diamankan sebelum diangkut, sarung daripada jenis limbah lainnya.Penanganan
tangan kulit atau bahan tahan tusukan limbah pelayanan kesehatan yang buruk
lainnya harus dipakai karena benda-benda dapat menimbulkan konsekwensi yang
tajam mungkin tertinggal dalam seprei/ serius terhadap kesehatan masyarakat dan
selimut. lingkungan.Memperhatikan limbah yang
Wadah untuk benda tajam harus tersedia mereka hasilkan, karena itu pengusaha
untuk membuang benda tajam yang pelayanan kesehatan mempunyai tugas
ditemukan bila mensortir seprei/ selimut kepedulian kepada pekerja yang terlibat,
yang telah dipakai bila benda tajam dalam lingkungan.
ditemukan atau timbul pajanan, harus Pengusaha harus membuat prosedur
dilaporkan dan dicatat.Semua seprei/ pengelolaan limbah yang memenuhi hukum
selimut harus dicuci dengan deterjen. Bila dan praktek nasional. Prosedur tersebut
taka da akses pada pelayanan spesialis, harus memberikan perhatian khusus pada
pakaian atas seprei/ selimut yang limbah infeksious dan benda tajam dan
terkontaminasi harus dicuci dengan deterjen harus mencakup:
menggunakan air panas dengan mesin cuci 1. Pengemasan dan penandaan limbah per
rumah tangga, dan air panas mesin cuci kategori;
rumah tangga, dan air panas dengan suhu 2. Pembuangan awal dari limbah dalam
paling kurang 800C, atau cuci kering diikuti daerah tidak dihasilkan limbah;
penyeterikaan. Mesin cuci kering diikuti 3. Pengumpulan dan transportasi limbah
penyeterikaan.Mesin cuci dengan beban keluar dari daerah dimana dia
berlebihan harus dihindari.Bila mencuci dihasilkan; penyimpanan, pengolahann
dengan tangan tidak bisa dihindari sarung dan pembuangan akhir limbah
tangan karet rumah tangga harus dipakai. sebagaimana dituntut oleh peraturan dan
(WHO/ Worl Bank: health-care waste pedoman tehnis yang relevan. (ILO:
management at a glance, June 003, Technical and ethical guidelines for
http://healthcarewaste.org/linked/onlinedocs workershealthsurveillance
/WW08383.pdf, diakses 22 Januari 2010) (Geneva,1998),http://www.ilo.org/publi
c/english/protection/safework/cops/engli
sh/index.htm. Diakses 21 Januari 2010)

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010


DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Spiritia, 2006, Infeksi Nosokomial, http://spiritia.or.id/, diakses 12 Januari 2010

________,2010http://medicine.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=129, diakses
12 Januari 2010)

ILO: Technical and ethical guidelines for workers health surveillance (Geneva,
1998),http://www.ilo.org/public/english/protection/safework/cops/english/index.htm. Diakses 21
Januari 2010)

Guidance for clinical helath-care works: Protection agains infection with blood-borne viruses,
HSC1998/063, United Kingdom Department of health, http://www.dh.gov.uk/
assetRoot/04/01/74/04014474.pdf, diakses 21 Januari 2010)

________, 2009, www.kompas.com, diakses 12 Januari 2010

United Kingdom Department of health, http://www.dh.gov.uk/assetRoot/0401/44/74/04014474.pdf,


diakses 21 Januari 2010)

WHO/ World Bank: Health-Care Waste Management at a Alance, June 2003, http://www.health
carewaste.org/linked/onlinedocs/WW0883.pdf.diakses 22 Januari 2010)

PROFESI Edisi 06 Februari- Agustus 2010

Вам также может понравиться