Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
240210140088
asam askorbat 0,5%, asam sitrat 0,5%. Larutan inhibitor berfungsi untuk
menonaktifkan enzim, menurunkan pH, sebagai antioksidan, dan pengikat logam
(Tjahjadi, 2008).
Sampel dimasukkan dalam kemasan wadah plastik tertutup. Sampel
disimpan dalam suhu 8-10 oC selama 7 hari. Kemudan diamati perubahan yang
terjadi meliputi kesegaran, susut bobot, warna dan tanda kerusakan. Susut bobot
menunjukkan kesegaran bahan sehingga semakin meningkatknya susut bobot
maka kesegaran pun semakin berkurang. Kader (1992) menjelaskan bahwa
terjadinya susut bobot disebabkan hilangnya air dalam buah dan oleh respirasi
yang mengubah gula menjadi CO2 dan H2O. Hal ini juga dijelaskan oleh Winarno
(1993) bahwa kehilangan bobot pada buah dan sayuran selama penyimpanan
disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat proses penguapan dan kehilangan
karbon selama respirasi sehingga menimbulkan kerusakan dan menurunkan mutu
produk tersebut. Selain itu, menurut Lamikanra (2002), penggunaan suhu rendah
dapat mengurangi reaksi metabolisme pada bahan. Temperatur memengaruhi sifat
permeabilitas gas yang melalui kemasan plastik dan menghambat pertumbuhan
mikroba.
Rumus perhitungan:
w h 0 w hx
Susut bobot = w ho x 100%
brokoli dari hari ke 0 hingga hari ke 4. Asam sitrat merupakan asidulan yang
dapat menurunkan pH produk dan digunakan secara luas dalam mengontrol
pencoklatan enzimatis. Asam sitrat biasa dikombinasikan dengan agen anti
pencoklatan yang lain karena cukup sulit untuk mencegah pencoklatan dengan
mengontrol pH (Lamikanra, 2002). Penggunaan asam sitrat yang digabung
dengan larutan askorbat dapat menurunkan pH lebih banyak sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadi pencokelatan.
Selanjutnya pada sampel selada dan brokoli yang diberi perlakuan
penambahan larutan asam askorbat 0,2% + Na EDTA 0,5% mengalami susut
bobot drastis pada hari kedua pula. Namun, terjadi kenaikan bobot pada sampel
brokoli di hari kelima. Hal ini kemungkinan dikarenakan kemasan yang
digunakan tertutup, sehingga uap hasil respirasi dari sayuran terakumulasi,
mencair kemudian membeku pada selang penyimpanan tertentu sehingga kristal
es yang dihasilkan menambah bobot dari sampel tersebut atau pula dapat
dikarenakan kesalahan pada saat penimbangan seperti tibangan tidak di kalibrasi
terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil pengamatan,sampel selada yang ditambahkan larutan
asam askorbat 0,2% + Na EDTA 0,5% mulai layu pada hari ke dua, sementara
pada sampel brokoli mulai terjadi degradasi warna pada hari keempat. Hal ini
menunjukan bahwa penambahan larutan asam askorbat 0,2% + Na EDTA 0,5%
hanya dapat mempertahankan kesegaran selada dari hari ke 0 hingga ke 2 dan
kesegaran brokoli dari hari ke 0 hingga hari ke 4. Jongen (2002) mengatakan
bahwa asam askorbat merupakan agen anti pencoklatan yang paling efektif
apalagi bila dikombinasikan dengan agen yang lainnya seperti asam sitrat dan
EDTA. Etilendiamintetraasetat (EDTA) adalah sequestran logam yang sering
digunakan dalam minyak salad (Winarno, 1992). Mekanisme kerja EDTA sebagai
antioksidan adalah sebagai bahan pengkelat logam karena pada suatu reaksi, ion
logam dapat membentuk kompleks dengan oksigen dan kemudian membentuk
radikal peroksi.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel
selada dan brokoli yang ditambahkan dengan berbagai jenis larutan inhibitor
hanya berpengaruh sedikit pada perpanjangan umur simpan. Mayoritas sampel
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arsa. 2016. Proses Pencoklatan (Browning Process) pada Bahan Pangan. Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayana Denpasar
Askanovi.,Zulfahnur., Rina., Tito. 2009. Mempelajari Pengaruh Reaksi
Pencoklatan Enzimatis Pada Buah dan Sayur. Institut Pertanian
Bogor, Bogor
Barry, C. 2007. Extending and Measuring the Quality of Fresh-Cut Fruit and
Vegetables. Review DIT edisi 1 Juli.
Jongen, W. 2002. Fruit and Vegetable Processing: Improving Quality. CRC.
Woodhead Publishing Limited. Washington DC.
Kader, A.A. 1992. Modified Atmosphere During Transport and Storage. In
Postharvest Technology of Horticultural Crops. Division of Agriculture and
Natural Resources. University of California
Lamikanra, O. 2002. Fresh-cut Fruits and Vegetables: Science, Technology and
Market. CRC Press. New York.
Lamona. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu Rendah
Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar. Jurnal
Keteknikan Pangan Vol. 3 No. 2, p 145-152
Muchtadi, D. 2005. Mungkinkah Makanan dan Minuman dalam Kaleng tanpa
Bahan Pengawet. Department Of Food Science and Technology, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Safaryani, Sri H, Endah D. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L).
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No.2, Oktober 2007
Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah. Widya Padjadjaran.
Jatinangor.
Winarno, F.G. 1992. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Vina Fitriani Pratiwi
240210140088
JAWABAN PERTANYAAN
2 Apa keuntungan dan kerugian dari cara pengupasan dengan tangan, mekanis,
dan pengelupasan? Uraikan dengan ringkas!
Jawab:
Pengupasan dengan tangan:
Kelebihan : Tidak memerlukan biaya mahal
Kekurangan : memerlukan tenaga, waktu yang lebih lama, serta
kehilangan bahan bersama kulit cukup banyak.
Pengupasan dengan mekanis:
Kelebihan : tidak perlu tenaga, lebih cepat dan mudah.
Kekurangan : Beberapa bagian kulit bahan terlewati/ tidak terkupas
oleh alat.
Pengelupasan:
Kelebihan : lebih cepat dan praktis.
Kekurangan : Hanya untuk bahan yang memiliki kulit ari saja.