Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III
Oleh :
Kelompok III (Tim Survey)
Koordinator : Berty Nur Khotimah Intan P (111611101004)
Anggota : Neira Najatus Sakinah (111611101025)
Roza Nafilah (111611101030)
Ira Laila O. A. A (111611101037)
R.Aj Mahardhika S.P (111611101049)
Asyiah Hamasah (111611101088)
Dwi Sri Lestari (111611101094)
Yusron Haries (121611101010)
Galuh Panji Rakasiwi (121611101103)
Pembimbing :
drg. Hestieyonini H, M.Kes
drg. Kiswaluyo, M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H, M.Kes
drg. Elyda Akhya, MIPH
Dr. drg. Ristya Widi E, M.Kes
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba.Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dapat diartikan
pengetahuan yang dimiliki seorang individu dalam usaha untuk mempertahankan
atau menjaga kebersihan serta kesehatan mulut dan giginya (Solikin et al., 2013).
a Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata
lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yangditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2.2 Tindakan
2.2.1 Definisi Tindakan
Tindakan merupakan respon atau reaksi konkret subjek terhadap stimulus
atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan
aspek psikomotor atau subjek telah mempraktekkan apa yang telah diketahui atau
disikapi. Tindakan kesehatan terjadi setelah subjek mengetahui stimulus
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan
memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan
subjek akan melaksanakan apa yang diketahui (Notoatmodjo, 2013).
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya
sikap menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung yaitu faktor
fasilitas dan faktor pendukung (Notoatmodjo, 2013).
Gambar 2.1 Teknik menyikat gigi Modified Stillman (Phinney dan Halstead, 2004).
3.4.3 Karies
a Pengertian
Menghitungdan menjumlahkan gigi yang karies, gigi yang hilang
karena karies ataupun gigi yang telah diekstraksi dan gigi yang
ditumpat.
b Metode Pengukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan menginstruksikan kepada responden
untuk membuka mulut lalu dilakukan pemeriksaan dengan kaca mulut
dan sonde dimulai dari sisi kanan gigi posterior rahang atas anterior
dan ke posterior kanan rahang bawah.Nilai DMF-T adalah angka yang
menunjukkan jumlah gigi permanen dengan karies pada seseorang atau
sekelompok orang.
Angka D (Decay) : gigi yang berlubang karena karies
Angka M (Missing): gigi yang dicabut karena karies
Angka F (Filling) : gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies
dan dalam keadaan baik
(Notohartojo dan Magdarina, 2013)
c. Alat ukur : Indeks DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth).
skor calculus
CI-S : gigi yang diperisa
(Alhamda, 2011)
c Alat ukur : Indeks OHI-S (Oral Hygiene Index simplified)
a Alat tulis
b Lembar kuesioner (kuesioner tertutup)
c Alkohol 70%
d Sarung tangan (Everglove Latex Examination)
e Masker (Diapro Disposable Face Mask)
f Kaca mulut (Medica)
g Pinset (Medica)
h Sonde lurus dan sonde bengkok (medica)
i Headlamp
7 Analisa Data
Data disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan Levene test. Hubungan antara pengetahuankesehatan gigi dan mulut
dan tindakankesehatan gigi dan mulut terhadap karies dan kebersihan rongga
mulut dianalisa menggunakan uji non parametric Spearman (p< 0,05) pada
program SPSS IBM 23.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 380 responden yang diambil dari warga Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu,Kabupaten Jember yang berusia 15-64 tahun.
Penelitian dilakukan secara langsung melalui kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan tabel check list
untuk mengetahui tindakan responden dalam membersihkan gigi. Data tingkat
karies gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut diperoleh melalui pemeriksaan
indeks DMF-T dan indeks OHI-S.
Tabel 4.1Data distribusi sampel
SD 111 29,21
SMP 99 26,05
D3 2 0,53
S1/Sederajat 12 3,16
S2 2 0,53
Tidak Kerja 19 5
Petani 36 9,47
Pelajar 26 6,84
Guru 9 2,37
Karyawan 7 1,84
PNS 2 0,53
Bidan 1 0,26
kelamin perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki. Persentase tingkat
pendidikan tertinggi yaitu pada jenjang tamat SMA sebesar 147 (38,68%)
responden sedangkan persentase terendah pada jenjang pendidikan D3 dan S2
yaitu masing-masing sebesar 2 (0,53%) responden. Persentase jenis pekerjaan
tertinggi adalah pada wiraswasta 169 (44,47%) responden dan persentase jenis
pekerjaan yang paing rendah adalah bidan sebesar 1 (0,26%) responden.
SD 0 0 38 10,00 73 19,21
D3 0 0 0 0,00 2 0,53
S2 0 0 0 0 2 0,53
Kriteria
D3 0 0 0 0.00 2 0.53
S1/Sederajat 0 0 4 1,05 8 2.11
S2 0 0 2 0.53 0 0.00
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata rata skor DMF- T 6,96. Skor DMF-T
merupakan hasil penjumlahan dari D (decay) sebesar 4,25, M sebesar 2,61 dan F
0,15 dengan paling besar yaitu D (decay) .Padahasilpemeriksaan yang
telahdilakukanterlihatbahwa yang paling banyakadalahdecayataukaries.
Tabel 4.5Menunjukkan bahwa rata rata skor OHI S 2,7. Skor OHI-S
merupakan hasil penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S. Dari tabel dapat diketahui
bahwa skor DI S lebih tinggui dari pada CI S
Baik 29 7,49%
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Spearman PengetahuandanTindakan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Indeks DMF-T dan OHI-S
DMF-T OHI-S
Tingkat Pengetahuan Sig 0,000 Sig 0,000
r -0,195 r -0,295
Tindakan Sig 0,000 Sig 0,057
r -0,218
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember dengan usia 15-64 tahun. Total populasi dalam
penelitian ini adalah 7576 jiwa yang terbagi dalam 3 dusun yaitu DusunTegalsari,
Dusun Tutul dan Dusun Bendengan. Penelitian ini menggunakan kuesioner
sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap kesehatan
gigi dan mulut, check list tindakan membesihkan gigi untuk mengetahui
ketrampilan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, indeks DMF-T untuk
menilai tingkat karies dan indeks OHI-S untuk menilai kebersihan rongga mulut.
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin
laki laki dalam penelitian ini sebanyak 122 (32,11%) responden dan responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 219 (43,95%) responden. Data ini
menunjukkan bahwa presentase responden perempuan lebih besar daripada laki-
laki. Hal ini dikarenakan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada
jumlah responden laki-laki.
Berdasarkan Tabel 4.3 jenis kelamin perempuan yang dapat melakukan
tindakan kebersihan gigi dengan kategori tinggi hampir sama dengan jenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 29,21% untuk perempuan dan 21,32% untuk laki-
laki. Berdasarkan tingkat pendidikan, dan pekerjaan hampir semua tingkat sudah
dapat melakukan tindakan membersihkan gigi dengan kategori baik sampai
sedang. Hal ini juga menunjukkan tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan
dengan tindakan membersihkan gigi.
Tindakan merupakan respon atau reaksi konkret subjek terhadap stimulus
atau objek yang melibatkan aspek psikomotor atau subjek telah mempraktekkan
apa yang telah diketahui atau disikapi. Tindakan kesehatan terjadi setelah subjek
mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa
yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses
selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui. Suatu
sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan,
untukterbentuknyasikapmenjadisuatutindakan yang nyata diperlukan factor
pendukung yaitu faktor fasilitas dan factor pendukung (Notoatmodjo, 2013).
Dari hasil survei yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut warga Desa Tegalsari dengan
kategori baik adalah sebesar 75,45% dengan jumlah responden sebanyak
292orang, kategori sedang sebesar 24,54% dengan jumlah responden 95 orang,
dan kategorirendah sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut mayoritas warga Desa Tegalsari adalah tinggi.
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan yang selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap tingkat
status kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai signifikansi 0,000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut dengan tingkat karies dan kebersihan rongga mulut. Nilai koefisien
korelasi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap index DMF-T
sebesar -0,195. Hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang lemah antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T. Nilai koefisien
korelasi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tehadap indeks OHI-S
sebesar -0,212. Hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang lemah antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan OHI-S. Dapat disimpulkan bahwa
semakin rendah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut maka akan semakin
tinggi nilai indeks OHI-S dan DMF-T.
Uji korelasi tingkat pengetahuan terhadap DMF-T dan OHI-S (Tabel 4.8)
menunjukkan semakin rendah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Desa Tegalsari, ada kecenderungan semakin buruk status kesehatan
gigi dan mulut. Ditinjau dari hasil kuisioner masyarakat Desa Tegalsari
Kecamatan Ambulu, terlihat bahwa dari tingkat pengetahuan masyarakat
mayoritas tergolong sedang dengan tingkat kebersihan rongga mulut dan tingkat
karies yang buruk. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat
Desa Tegalsari tahu tentang kesehatan gigi dan mulut, namun belum bisa
menerapkan pengetahuan tersebut dalam perilaku sehari-hari. Sehingga status
kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan tinggi karena tingkat pengetahuan yang
baik tidak dapat tercapai. Selain itu dari komponen DMF-T yang paling banyak
adalah kompomen D (decay) (Tabel 4.5) hal ini menandakan bahwa status
kesehatan masih buruk dan perilaku masyarakat untuk merawat giginya masih
rendah ditunjukkan dengan skor F (filled) yang rendah.
Uji korelasi tindakan membersihkan gigi terhadap DMF-T menunjukkan
semakin baik tindakan membersihkan gigi maka nilai DMF-T akan semakin
rendah, sedangkan uji korelasi tindakan membersihkan gigi terhadap nilai OHI-S
menunjukkan tidak adanya hubungan, hal tersebut karena pada indeks OHI-S
melakukan pemeriksaan DI-S (debris indeks) dan pemeriksaan CI-S (kalkulus
indeks). Pada hasil pemeriksaan didapatkan nilai DI-S sebanyak1,58 dan CI-S
sebanyak 1,16 (Tabel 4.5). Tindakan membersihkan gigi dengan cara sikat gigi
tidak dapat menyebabkan kalkulus yang sudah ada menjadi hilang. Tindakan
membersihkan gigi dengan sikat gigi hanya mampu membersihkan debris atau
sisa makanan atau debris (Haryanti, et al, 2014).
Status kesehatan gigi dan mulut yang diukur dengan indeks DMF-T dan
OHI-S tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, akan tetapi masih ada
aspek lain yang juga ikut mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seperti
aspek fisik, aspek mental dan aspek sosial . Aspek fisik merupakan aspek yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh keadaan yang terdapat
dari mulutnya sendiri, misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat
kehamilan sehingga rentan terhadap karies ataupun keadaan gigi yang berjejal
yang memudahkan penumpukan plak sehingga mempermudah timbulnya karies
dan radang gusi. Aspek mental dapat mempengaaruhi kesehatan gigi dan mulut
karena sikap kepercayaan dan keyakinan akan mempengaruhi tingkah laku orang
tersebut. Misalnya apabila seseorang percaya bahwa apabila seseorang percaya
bahwa penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh guna guna, tentunya untuk
mengobati penyakitnya ke dokter gigi melainkan ke dukun dengan demikian
penyakitnya akan bertambah parah. Aspek sosial yang mempengaruhi yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut biasanya disebabkan oleh nilai budaya
yang berkembang di daerahnya, selain itu dipengaruhi dengan sosio ekonomi
yang kurang yang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Untuk
memperbaiki mutu kesehatan gigi harus dilakukan pemeliharaan secara
menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik, dan sosial yaitu dengan upaya
promotif, kuratif, daan rehabilitatif (Herijuliatiet al, 2002)
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut warga Desa Tegalsari terhadap karies dan
kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember.
5.1.2. Terdapat hubungan antara tindakanmembersihkangigi
warga Desa Tegalsari terhadap karies tetapitidakadahubungandengan
kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember.
5.2 Saran
5.2.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
5.2.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan
wilayah kerja Puskesmas Ambulu dalam menjalankan program terutama
program yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda, Syukra. 2011. Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahus di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukit Tinggi. Berita Kedokteran Nasional Vol 27(2): 108 -
115
Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010-2035.
Jakarta:Bappenas.
(http://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_Ind
onesia_2010-2035.pdf) diakses 5 Agustus 2016.
Budiman, A. R. 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset. 2008. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Ferry, Atiqah Balqis. 2014. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi terhadap
DMF-T dan OHI-S pada anak usia 10 12 tahun di Makasar: Penelitian
ini dilakukan pada Murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang 1 dan 3 di
Kecamatan Panakukang Kelurahan Panaikang Kota Madya Makasar.
Makasar: Universitas Hasanudin
Gede, Yohanes I et al. 2013. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status
Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa SMA Negeri 9 Manado. Jurnal E
GiGi Vol 1 (2) : 84 88
Herijulianti, E., Indriani, T. S., Artini, S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta: EGC.
Hermawan, R. 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta: Buku Baru.
Israel, G. D. 2013. Determining Sample Size. Gainesville: Institute of Food and
Agricultural Science, University of Florida.
Kurniawati, A. dan Rahayu, Y. C. 2007. Analisis Korelasi Jumlah Koloni
Streptococcus sp. sebagai Pendeteksi Karies Dini pada Pasangan Ibu
Menyusui dan Anaknya yang Minum ASI. Stomatognatic (J. K. G. Unej),
4 (3)
Kusrini. 2009. Sistem Pakar, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI
Lamount, R. J. dan Jenkinson, H. F. 2010. Oral Microbiology at a Glance. United
Kingdom: Willey-Blackwell.
Maysaroh, A., Indriati G., dan Jumaini. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang Kebersihan Gigi dan Mulut terhadap Perilaku Menyikat Gigi pada
Anak Usia Sekolah di SDN 136 Pekanbaru [serial on line].
http://repository.unri.ac.id. [13 Agustus 2015].
Haryanti, D. D., Adhani, R., Apriyanto, D., Dewi, I. R. 2014. Efektifitas Menyikat
Gigi Metode Horizontal, Vertikal, dan Roll terhadap Penurunan Plak pada
Anak Usia 9 11 Tahun. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 2 (2): 150-
154.
Kementrian Kesehatan RI. 2012 (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan).
Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kurniasari. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Keputusan Pasien
Berobat Rawat Inap di RSUD Moewardi Jebres. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ningsih. 2013. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies
Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen
Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem pada Juni Juli 2013. Bali:
Universitas Udayana
Noor, N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmojo, S. 2011. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2013. Promosi Kesehatan Global. Jakarta: Rineka Cipta.
Notohartojo, I. T. dan Magdarina, D.A. 2013. Penilaian Indeks DMF-T Anak Usia
12 Tahun oleh Dokter Gigi dan Bukan Dokter Gigi di Kabupaten Ketapang
Propinsi Kalimantan Barat. Media Litbangkes 23 (1).
Nurjanah, N., Mukti, A. G., Riyanto, S. 2004. Tingkat Kepuasan Peserta GMC
Askes terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal Science Kesehatan.
Vol. XVII
Oktrianda, Bedi. 2011. Hubungan Waktu, Teknik Menggosok Gigi dan Jenis
Makanan yang Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SDN
66 Payakumbuh di wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh Tahun
2011. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Profil Desa Tegalsari. 2015. Profil Desa Tegalsari. Jember : Kantor Desa
Tegalsari Ambulu.
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu. 2014. Laporan Kunjungan.
Jember : Puskesmas Ambulu.
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu. 2015. Laporan Kunjungan.
Jember : Puskesmas Ambulu.
Rosdewi, N. N. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Karies Gigi
Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Siswa Kelas 3
dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2013.
Jurnal Medika Respati. Vol. X (2).
Sasea, A., Lampus, B. S., dan Supit, A. 2013. Gambaran Status Kebersihan
Rongga Mulut dan Status Gingiva pada Mahasiswa dengan Gigi Berjejal.
Jurnal e-Gigi (eG). Vol. 1 (1).
Setiawan., Permanan, P. 2008. Pengantar Statistik. Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia. (www.file.upi.edu) diakses 9 Agustus 2016.
Solikin, Muhlisin, A., dan Kartinah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies
Gigi pada Anak Prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun
Karanganyar. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sriyono, N.W. 2009. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan
Kualitas Hidup. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sumawinata, N. 2013. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Tim Periodonsia. 2014. Petunjuk Praktikum Periodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Tambuwun, Samuel et al. 2014. Hubungan Pengetahuan Cara Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies Gigi pada Siswa Kelas 1 SMP
Muhammadiyah Pone Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
Juiperdo Vol 3 (2): 51 - 58
Thiorizy, E. 2010. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Status Karis Pada Murid
Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Rappocini. Media Kes. Gigi
Usman, H & Akbar, P.S. 2006.Pengantar Statistik Edisi Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
WHO. 2013. Oral Health Surveys Fifth Edition.
(http://www.who.int/oral_health/publications/9789241548649/en/) diakses
5 Agustus 2016.
Widya, Y. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung: Yrama Widya.
LAMPIRAN
90 80.83
76.17 74.09
80
64.77 66.58
70 61.4
57.25
60
50 42.23
39.86 39.9 39.64
40 32.64 33.68
26.94 26.42 27.2 26.42
30
18.39
20.73 18.91 20.98
17.36
15.8 14.25 16.06
20
9.84
8.81
7.51 6.22 5.96
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c
90
80.57 82.64
80
71.76
70 65.28 65.8
59.33
6056.74 54.4
51.55
50 46.11
40 35.75 33.68
31.09 30.57
30 27.46 27.46
23.32 22.54 22.28
19.84 17.62
20 14.52
11.66 11.66
10 7.25 7.25 6.74 5.96 5.7 3.37
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c
Diagram diatas menunjukkan nilai kognitif tentang penyakit pulpa dan
periapikal warga Desa Tegalsari. Sebanyak 56,74 % responden menyikat gigi pada
setiap kali mandi. Ketika menyikat gigi, sebanyak 59,33% respon den
membersihkan seluruh permukaan gigi, yaitu bagian depan, dalam dan dataran
pengunyahan. Namun, kesadaran responden untuk menangani gigi berlubang
masih rendah dilihat dari sebanyak 46,11% responden memilih untuk
membirkannya saja. Sebesar 80,57% responden memakai sikat gigi sendiri-sendiri
dan menggantinya jika rusak sebesar 65,28%. Sebanyak 54,40% respoden
berkumur setelah makan-makanan manis dan lengket. Responden banyak yang
pernah mengalami sakit gigi, yakni 71,76% dengan rasa cekot-cekot, yakni
51,55%. Responden hanya mengunjungi dokter gigi ketika sakit gigi, yakni
sebesar 80,24%. Dalam upaya pencegahan penyakit gigi, sebanyak 65,80%
responden memilih untuk menyikat giginya.
70 64.51 64.25
59.33
60
48.19
50
40 33.16
30 25.13 24.61
22.02 19.95
16.84 15.8 14.25
20
10.1 8.29 11.14 9.59
8.29
7.51 8.55
7.77 7.25
10 3.89 4.8 3.11
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c
90
80.5
80 73.32
68.65 69.43 67.62
70 64.25
60
50.26 50.26
50
41.71 39.9
38.34
40 34.46 33.42
29.02
28.76
30 24.35 23.83
20.73 21.5
17.1 18.39
20 12.95 13.73 14.77 15.8
11.4 11.66
6.48 8.3
10 5.44
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c
Diagram diatas menujukkan kognitif warga Desa Tegalsari tentang
penyakit TB Paru. Responden yang mengetahui tentang penyakit TB Paru
disebabkan oleh virus sebanyak 41,71% dengan gejala batuk berdahak selama 3
minggu, yakni sebanyak 80,5%. Selain gejala tersebut, responden juga
mengetahui jenis batuk berdahak dan nyeri dada yang merupakan gejala khusus
dari penderita TB Paru, yakni sebesar 68,5%. Responden yang memeriksakan ke
puskesmas sebesar 73,32% jika menderita batuk terus-menerus lebih dari 3
minggu dan menutup hidung serta mulut jika sedang bersama dengan orang yang
sedang batuk, yaitu sebesar 39,9%. Sebanyak 50,62% responden tidak pernah
menggunakan peralatan makan dan minum bersama dengan penderita batuk tanpa
mencuci terlebih dahulu. Responden akan batuk dan bersin saja sebanyak 50,26%
serta tidak pernah menggunakan masker saat menderita batuk, yakni sebanyak
64,25%. Responden memilih untuk mengobati TB Paru dengan meminum obat
teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan sebanyak 69,43%. Menurut
67,62% responden, TB Paru dapat ditularkan melalui udara.
70 62.18
54.92 56.74
60 53.89
49.74 48.19
50 42.49 44.56
40.16 40.16 40.99
37.82
40 32.64
30.57
26.48
24.87 24.87
30
17.1 17.88
20 14.51 13.21 13.73
9.59 8.29 8.03
6.99 6.74
10 1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a b c
Lampiran 2.Kuesioner
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi danMulutdanTindakanMembersihkan
Gigiterhadap Kariesdan Kebersihan Rongga Mulut pada Masyarakat Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember
No. Responden :
Nama :
Umur/ jenis kelamin : L/P
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Dengan ini saya menyetujui untuk menjadi responden dalam survey mengenai
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Tindakan Membersihkan
Gigi Terhadap Karies dan Tingkat Kebersihan Rongga Mulut Pada Masyarakat
Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.Saya telah mendapatkan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan resiko yang mungkin
terjadi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan.
Jember, Agustus 2016
( )
TindakanMembersihkan Gigi
Check list
No. Keterangan
Melakukan Tidakmelakukan
1 Responden memiliki sikat gigi
perorangan
2 Responden menggunakan pasta
gigi
3 Responden sikat gigi
menggunakan metode stillman
modified
4 Bagian yang dibersihkan :
a. Luar depan atas
b. Luar samping atas
c. Dalam depan atas
d. Dalam samping atas
e. Luar depan bawah
f. Luar samping bawah
g. Dalam depan bawah
h. Dalam samping bawah
i. Permukaan Oklusal
D = 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 d=
M = V IV III II I I II III IV V e=
F = V IV III II I I II III IV V f=
DMF-t = 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 def-t =
DI-S CI-S
6 1 6 6 1 6
6 1 6 6 1 6
DI-S = CI-S =
PENGETAHUA
N TINDAKAN DMF_T OHI_S
Correlations
Sig. (2-
. .065 .000 .000
tailed)
TINDAKAN Correlation
.094 1.000 -.218** -.097
Coefficient
Sig. (2-
.065 . .000 .057
tailed)
DMF_T Correlation
-.195** -.218** 1.000 .400**
Coefficient
Sig. (2-
.000 .000 . .000
tailed)
OHI_S Correlation
-.295** -.097 .400** 1.000
Coefficient
Sig. (2-
.000 .057 .000 .
tailed)