Вы находитесь на странице: 1из 52

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN DALAM MENJAGA

KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KARIES DAN TINGKAT


KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA MASYARAKAT DESA
TEGALSARI, KECAMATAN AMBULU, KABUPATEN JEMBER.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT III

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III
Oleh :
Kelompok III (Tim Survey)
Koordinator : Berty Nur Khotimah Intan P (111611101004)
Anggota : Neira Najatus Sakinah (111611101025)
Roza Nafilah (111611101030)
Ira Laila O. A. A (111611101037)
R.Aj Mahardhika S.P (111611101049)
Asyiah Hamasah (111611101088)
Dwi Sri Lestari (111611101094)
Yusron Haries (121611101010)
Galuh Panji Rakasiwi (121611101103)

Pembimbing :
drg. Hestieyonini H, M.Kes
drg. Kiswaluyo, M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H, M.Kes
drg. Elyda Akhya, MIPH
Dr. drg. Ristya Widi E, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi merupakan bagian intergral dari kesehatan secara


keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Prevalensi karies gigi dan
penyakit periodontal yang tinggi di masyarakat dan hasil penelitian menunjukkan
karies gigi mempunyai dampak yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup
antara lain keterbatasan fungsi, disabilitas fisik, ketidak nyamanan psikis dan
disabilty psikis. (Kemenkes RI, 2012).
Laporan Depkes RI (2008) menyatakan penyakit gigi dan mulut
menduduki urutan pertama dengan prevalensi 61% penduduk .Penyakit yang
terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit
periodontal. Prevalensi karies gigi di Indonesia pada tahun 2007 terdapat 43,4%
penduduk Indonesia menderita karies aktif yang belum ditangani. Prevalensi
tersebut meningkat menjadi 53,2% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2013).
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang muncul sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan perilaku individu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
(Sriyono, 2009). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentuknya prilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya bila tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian Rosedewi (2015) menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan cukup berisiko mengalami kejadian karies gigi 8,143
kali lebih besar daripada responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang
kesehatan gigi dan mulut.Laporan Depkes RI (2008) juga menyatakan bahwa
minimnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit gigi dan mulut seperti karies gigi dan penyakit
periodontal.
Penelitian Rosedewi (2015) juga menunjukkan bahwa penyebab timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor
perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang ditunjukkan dalam
tindakan menyikat gigi. Individu yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi tidak
baik beresiko mengalami kejadian karies gigi 10,185 kali lebih besar daripada
individu yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi baik..
Berdasarkan laporan kunjungan di puskesmas Ambulu yang wilayah
kerjanya mencakup Desa Tegalsari, didapatkan data bahwa karies gigi mengalami
peningkatan, yakni sebanyak 261 kunjungan pada tahun 2014 dan 297 kunjungan
pada tahun 2015 (Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu, 2014 dan
2015). Hal ini menimbulkan dugaan bahwa perilaku masyarakat khususnya desa
Tegalsari masih mengabaikan kesehatan gigi dan mulut.
Data orientasi medan menunjukkan bahwa 59,3 % respondenDesa
Tegalsarimenggosok gigi pada seluruh permukaan gigi meliputi bagian depan,
dalam dan dataran permukaan, 23,32% pada bagian depan dan dalam, 19,84%
pada bagian depan dan dataran permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Desa Tegalsari sebenarnya sudah memiliki pengetahuan tentang
menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini cara menyikat gigi yang benar.
Data tersebut menujukkan ketidaksesuaian antara pengetahuan tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut dengan tingkat karies di Desa Tegalsari.Berdasarkan
uraian tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
tindakanmembersihkan gigi terhadap karies dan kebersihan rongga mulut pada
mayarakat Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan tindakan dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi dan kebersihan rongga
mulut pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tindakan dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi dan kebersihan rongga
mulut pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember?

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut terhadap karies gigi pada masyarakat Desa Tegalsari,
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember?
b. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut terhadap kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember?
c. Untuk mengetahui hubungan antara tindakan menjaga kesehatan gigi dan
mulut terhadap karies gigi pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember?
d. Untuk mengetahui hubungan antara tindakan menjaga kesehatan gigi dan
mulut terhadap kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa Tegalsari,
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember?

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahun dalam
memahami hubungan antara pengetahuan dan tindakan dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi dan kebersihan rongga mulut
pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
1.4.2 Bagi pihak poli gigi Puskesmas Ambulu penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam upaya mengadakan program penyuluhan dan
perencanaan kesehatan gigi dan mulut.
1.4.3 Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam
meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut.
1.4.4 Bahan referensi bagi penelitian selanjunya mengenai hubungan antara
pengetahuan dan tindakan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
terhadap karies gigi dan kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba.Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dapat diartikan
pengetahuan yang dimiliki seorang individu dalam usaha untuk mempertahankan
atau menjaga kebersihan serta kesehatan mulut dan giginya (Solikin et al., 2013).

2.1.2 Klasifikasi Pengetahuan


Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan diantaranya
sebagai berikut:
a Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit merupakan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
b Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam
wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

2.1.3Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:
a Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
b Informasi/ media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran
sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
f Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.1.4 Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan
mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata
lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yangditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.1.5 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2012).

2.2 Tindakan
2.2.1 Definisi Tindakan
Tindakan merupakan respon atau reaksi konkret subjek terhadap stimulus
atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan
aspek psikomotor atau subjek telah mempraktekkan apa yang telah diketahui atau
disikapi. Tindakan kesehatan terjadi setelah subjek mengetahui stimulus
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan
memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan
subjek akan melaksanakan apa yang diketahui (Notoatmodjo, 2013).
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya
sikap menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung yaitu faktor
fasilitas dan faktor pendukung (Notoatmodjo, 2013).

2.2.2 Tingkatan Tindakan


a. Persepsi (Perception)
Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan dipilih. Persepsi ini merupakan tindakan tingkat pertama
b. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Respon terpimpin yaitu apabila subjek dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh.Respon terpimpin ini adalah indikator tindakan
tingkat kedua.
c. Mekanisme (Mechanism)
Mekanisme adalah apabila subjek telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau menjadi kebiasaan tanpa menunggu perintah maupun ajakan
orang lain, maka subjek tersebut telah mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi (Adoption)
Adopsi yaitu apabila subjek telah melakukan sesuatu sebagai kebiasaan yang
sudah berkembang dengan baik.Tindakan telah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran (Notoatmodjo, 2007).

2.2.3 Pengukuran Tindakan


Pengukuran tindakan ada dua cara yakni sebagai berikut :
a Secara Langsung
Pengukuran tindakan dengan observasi yaitu mengamati tindakan dari subjek
dalam rangka memelihara kesehatanya.
b Secara tidak langsung
Pengukuran tindakan dengan mengingat kembali melaui pertanyaan-
pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan
dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan


Hubungan perilaku yang berupa tindakan dengan pengetahuan,
kepercayaan dan persepsi dijelaskan oleh Rosenstock pada tahun 1974 dalam
Health Belief Model bahwa kepercayaan seseorang terhadap timbulnya penyakit
dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan
pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut (Notoadmojo, 2010).
Penelitian Muhsinah di poli kandungan RSUD Banjarbaru (2014) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sejalan dengan penelitian (Rahayu,
2014) yang menunjukkan semakin baik pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut, semakin baik status kesehatan
periodontal pra lansia. Perilaku terhadap pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
memberikan kontribusi pengaruh paling besar terhadap status kesehatan
periodontal pra lansia.
2.4 Karies Gigi
2.4.1 Definisi Karies gigi
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan
oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat difermentasi sehingga
terbentuk asam yang mengakibatkan terjadi demineralisasi jaringan keras gigi.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies diantaranya adalah faktor di dalam
mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Faktor utama
yang menyebabkan terjadinya karies adalah host (gigi dan saliva), substrat
(makanan), mikroorganisme penyebab karies, dan waktu. Karies hanya akan
terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor tersebut (Jacobsen,
2008).

2.4.2 Mekanisme Terjadinya Karies


Karies terjadi karena terdapat interaksi antara host (gigi dan saliva),
substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies, dan waktu Pembentukan
plak dimulai dari pembentukan lapisan pelikel, semacam lapisan protektif dari
saliva yang mengandung protein, glokoprotein, glikolipid, dan lipid dengan
ketebalan kurang dari 1 mikron. Secara alamiah, proses pembentukan pelikel ini
terjadi 30 detik setelah erupsi gigi atau proses pembersihan gigi. Pelikel ini
berpengaruh terhadap deposisi dari bakteri karena pelikel mampu menyediakan
reseptor untuk adhesi dari bakteri Bakteri plak akan memfermentasikan
karbohidrat dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun
sampai pH 4,5-5,0 yang kemudian dapat melarutkan matriks email gigi.
(Jacobsen, 2008).

2.4.4 Penilaian Karies


Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies
digunakan indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Nilai DMF-T adalah
angka yang menunjukkan jumlah gigi permanen dengan karies pada seseorang
atau sekelompok orang.
Angka D (Decay) : gigi yang berlubang karena karies
Angka M (Missing) : gigi yang dicabut karena karies
Angka F (Filled) : gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies dan dalam
keadaan baik
(Notohartojo dan Magdarina, 2013)

2.5 Kebersihan Rongga Mulut


2.5.1 Definisi Kebersihan Rongga mulut
Kebersihan rongga mulut yang meliputi gigi dan mulut merupakan
sebagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan yang
lainnya, sebab kebersihan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan seluruh
tubuh kita. Pemeliharaan kebersihan rongga mulut merupakan salah satu upaya
meningkatkan kesehatan karena dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit
rongga mulut (Maysaroh et al., 2013). Kebersihan rongga mulut adalah tindakan
untuk membersihkan dan menyegarkan rongga mulut, gigi, dan gusi untuk
mencegah penularan penyakit melalui mulut, meningkatkan daya tahan tubuh,
memperbaiki fungsi gigi dan mulut dalam sistem pngunyahan, serta mencegah
penyakit rongga mulut seperti penyakit pada gigi dan gusi (Hermawan, 2010).

2.5.2 Penilaian Kebersihan Rongga Mulut


Pemeriksaan status kebersihan rongga mulut adalah suatu keadaan atau
kondisi kebersihan gigi dan mulut yang menggambarkan kebersihan mulut baik,
sedang atau buruk. Indeks yang digunakan dalam pemeriksaan kebersihan rongga
mulut yaitu Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) menurut Greene dan
Vermilion (Sasea et al., 2013).

2.7 Metode Menyikat Gigi Modified Stillman


Metode Menyikat Gigi Modified Stillman adalah metode yang baik dilakukan
untuk pembersihan, menghilangkan plak, merangsang dan memijat gusi. Tahapan
prosedurnya meliputi meletakkan sikat gigi sehingga bulu sikat terletak lebih ke
apikal dan pegangan sejajar permukaan oklusal kemudian bulu sikat diputar
kebawah dan digetarkan bolak balik sampai melebihi seluruh permukaan, gerakan
ini dilakuka dengan pelan dan dihitung sampai hitungan ke sepuluh. Gerakan ini
diulangi pada area yang sama setidaknya lima kali (Gambar 2.1) (Phinney dan
Halstead, 2004).

Gambar 2.1 Teknik menyikat gigi Modified Stillman (Phinney dan Halstead, 2004).

2.6 Hubungan Pengetahuan Terhadap Karies Dan Kebersihan Rongga Mulut


Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk
mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut. Semakin tinggi pengetahuan maka
semakin tinggi tingkat kebersihan rongga mulut. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Ferry (2014), Tambuwun et al (2014), Gede (2013), yakni terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
terhadap status kebersihan rongga mulut karena pengetahuan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut. Semakin tinggi
pengetahuan mengenai kesehatan gigi makan akan semakin rendah pula nilai
DMF-T dan OHIS .

2.7 Hubungan Tindakan Membersihkan Gigi Terhadap Karies Dan


Kebersihan Rongga Mulut
Kesehatan gigi dan mulut sangat erat dengan tindakan. Tindakan
membersihkan gigi dan mulut yang baik akan sangat berperan dalam menentukan
derajat kesehatan dari masing masing individu. Oleh karena itu tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus diubah. Tindakan berpengaruh
terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut. Tindakan yang kurang baik
menyebabkan kebersihan gigi dan mulut rendah. Oktrianda (2011), Alhamda S
(2011), Ningsih (2013), menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tindakan menyikat gigi dengan kebersihan gigi dan mulut.

2.8 Profil Desa Tegalsari


Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember memiliki batas
wilayah sebelah utara dengan Desa Karanganyar, sebelah selatan dengan Desa
Sabrang, sebelah timur dengan Desa Ambulu dan Andongsari, dan sebelah barat
dengan Desa Kesilir. Desa Tegalsari terdiri dari 3 dusun, yaitu dusun Tegalsari,
dusun Tutul dan dusun Bedengan. Dusun Tegalsari terdapat 2.015 KK dengan
jumlah total penduduk 4918 jiwa. Dusun Tutul terdapat 1.134 KK dengan jumlah
total penduduk 3144 jiwa. Sedangkan dusun Bedengan terdapat 1.694 KK dengan
jumlah total penduduk 3475 jiwa (Profil Desa Tegalsari, 2015).
Tingkat pendidikan penduduk Desa Tegalsari dengan tamatan SD/sederajat
berjumlah 252, tamatan SMP/sederajat berjumlah 4.233 jiwa, tamatan
SMA/sederajat berjumlah 2.798 jiwa, tamatan D1 berjumlah 102 jiwa, tamatan
D2 berjumlah 176 jiwa, D3 berjumlah 54 jiwa, S1 berjumlah 202 jiwa, dan S2
berjumlah 2 jiwa (Profil Desa Tegalsari, 2015).
Berdasarkan laporan kunjungan di puskesmas Ambulu yang wilayah
kerjanya mencakup Desa Tegalsari, didapatkan data bahwa karies gigi mengalami
peningkatan, yakni sebanyak 261 kunjungan pada tahun 2014 dan 297 kunjungan
pada tahun 2015 (Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu, 2014 dan
2015).

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional yaitu variabel penelitian baik variabel bebas dan variabel terikat
dikumpulkan dan diamati pada populasi dengan satu kali pengamatan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 03 Agustus 2016 di Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Bebas
3.3.1.1. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
3.3.1.2. Tindakan membersihkan gigi
3.3.2 Variabel Terikat
3.3.2.1 Tingkat karies
3.3.2.2 Tingkat kebersihan rongga mulut

3.4 Definisi Operasional


3.4.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
a Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut adalah pengetahuan populasi
mengenai cara-cara pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan cara
mengetahui tentang makanan yang baik dan merusak kesehatan gigi
dan mulut, informasi kesehatan gigi dan mulut, periksa teratur ke
dokter gigi, cara menggosok gigi yang baik dan benar, waktu
menggosok gigi, menggunakan alat bantu membersihkan gigi,
pemilihan sikat dan pasta gigi, penyebab, akibat dan cara mengatasi
gigi berlubang, gusi berdarah dan bau mulut.
b Metode Pengukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan kuisioner yang berisi 19
daftar pertanyaan. Setiap item pertanyaan memiliki tiga alternatif
jawaban. Jawaban tepat diberi skor 3, jawaban kurang tepat diberi
skor 2, dan jawaban salah diberi skor 1. Jumlah skor kemudian
dikelompokkan menjadi :
a) Rendah : 19 31
b) Sedang : 32 44
c) Tinggi : 45 57
(Setiawan., Permanan, P., 2008)
c Alat Ukur: Kuesioner.

3.4.2 Tindakan Membersihkan Gigi


a. Pengertian
Tindakan membersihkan gigi adalah suatu kegiatan menggunakan
sikat gigi dan pasta gigi yang bertujuan untuk membersihkan seluruh
permukaan gigi dengan metode Modified Stillman.
b. Metode Pengukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan menandai daftar kriteria tindakan
membersihkan gigi meliputi menggunakan sikat gigi, menggunakan
pasta gigi, menggunakan metode Modified Stillman, yaitu
mengarahkan bulu sikat 45o ke arah gusi kemudian dilakukan gerakan
vibrasi tanpa berpindah tempat, kemudian gerakan menggulung ke
arah koronal, pada dataran pengunyahan dilakukan gerakan dari
posterior ke anterior. Bagian yang disikat adalah bagian luar depan
atas gigi, luar samping atas gigi, dalam depan atas gigi, dalam
samping atas gigi, luar depan bawah gigi, luar samping bawah gigi,
dalam depan bawah gigi, dalam samping bawah gigi, dataran
pengunyahan. Hasil check list kemudian dijumlahkan dan
dikelompokkan menjadi :
a) Buruk : 0 4
b) Sedang : 5 8
c) Baik : 9 - 12
c. Alat Ukur: Check list tindakan membersihkan gigi.
(Setiawan., Permanan, P., 2008)

3.4.3 Karies
a Pengertian
Menghitungdan menjumlahkan gigi yang karies, gigi yang hilang
karena karies ataupun gigi yang telah diekstraksi dan gigi yang
ditumpat.
b Metode Pengukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan menginstruksikan kepada responden
untuk membuka mulut lalu dilakukan pemeriksaan dengan kaca mulut
dan sonde dimulai dari sisi kanan gigi posterior rahang atas anterior
dan ke posterior kanan rahang bawah.Nilai DMF-T adalah angka yang
menunjukkan jumlah gigi permanen dengan karies pada seseorang atau
sekelompok orang.
Angka D (Decay) : gigi yang berlubang karena karies
Angka M (Missing): gigi yang dicabut karena karies
Angka F (Filling) : gigi yang ditambal atau ditumpat karena karies
dan dalam keadaan baik
(Notohartojo dan Magdarina, 2013)
c. Alat ukur : Indeks DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth).

3.4.4 Kebersihan gigi dan mulut


a Pengertian
Suatu kondisi gigi geligi yang bersih dari adanya debris dan kalkulus.
b Metode Pengukuran
Pemeriksaan dilakukan dengan menginstruksikan kepada responden
untuk membuka mulut, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan
kaca mulur dan sonde. Gigi yang diperiksa meliputi 6 gigi yaitu gigi
molar satu atas kanan bagian bukal, gigi insisiv atas kanan bagian
bukal,gigi molar satu atas kiri bagian labial, gigi molar satu bawah kiri
bagian lingual, gigi insisiv satu bawah kiri bagian labial, gigi molar
bawah kanan bagian lingual.
Skor dari debris indeks:
i 0 = tidak ada debris
ii 1=terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi atau terdapat stain ekstrinsik
iii 2= terdapat debris lunak yang menutupi 1/3 2/3 permukaan gigi
iv 3= terdapat debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi
Skor dari kalkulus indeks:
i 0 = tidak terdapat kalkulus
ii 1= terdapat kalkulus supra gingiva<1/3 servikal mahkota gigi
iii 2 = terdapat bercak kalkulus sub gingiva pada permukaan servikal
gigi atau terdapat kalkulus yang menutupi 1/3 2/3 permukaan
gigi
v 3 = terdapat kalkulus sub gingiva yang mengelilngi permukaan
servikal gigi atau terdapat kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi
iv
skor debris
DI-S : gigi yang diperisa

skor calculus
CI-S : gigi yang diperisa

OHI-S = DI-S + CI-S


Skor 0,0 1,2 adalah baik

Skor 1,3 3,0 adalah sedang

Skor 3,1-6,0 adalah buruk

(Alhamda, 2011)
c Alat ukur : Indeks OHI-S (Oral Hygiene Index simplified)

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi penelitian adalah warga Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember dengan usia 15-64 tahun, Jumlah populasi adalah 7576
jiwa.
3.5.2 Sampel Penelitian
a. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dari
warga Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
b. Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1 Warga Dusun Tegalsari, Tutul, dan Bedengan Desa Tegalsari,
Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember
2 Bersedia menjadi sampel penelitian dan mengisi informed consent
3 Usia responden 15-64 tahun.
Survey Basic Methods dari WHO (2013) menerangkan bahwa
mulai usia 15 tahun gigi permanen telah berada di rongga mulut 3-
9 tahun sehingga penilaian prevalensi karies dapat dilakukan.
Sedangkan, pada usia 65 tahun penyakit di rongga mulut sudah
dipengaruhi oleh kondisi sistemiknya. Berdasarkan buku Proyeksi
Penduduk Indonesia dari Badan Pusat Statistik (2013), usia
dibedakan menjadi tiga kelompok , yaitu :
a. Usia muda : <15 tahun
b. Usia produktif : 15-64 tahun
c. Usia tua : >64 tahun
c. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan
berdasarkan rumus sampel sebagai berikut (Israel, 2011).
Total Populasi = 7576
d
1+ N ( 2)
n =
N

= 7576
1+ (7576x 0,052)
= 7576
1+ (7576 x 0,0025)
= 379,93 (380)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan 0,05.
Jumlah responden sebanyak 380 warga Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember, dengan rincian dusun Tutul 126 responden, dusun Bedengan
126 responden dan dusun Tegalsari sebanyak 127 responden.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

a Alat tulis
b Lembar kuesioner (kuesioner tertutup)
c Alkohol 70%
d Sarung tangan (Everglove Latex Examination)
e Masker (Diapro Disposable Face Mask)
f Kaca mulut (Medica)
g Pinset (Medica)
h Sonde lurus dan sonde bengkok (medica)
i Headlamp

7 Analisa Data
Data disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan Levene test. Hubungan antara pengetahuankesehatan gigi dan mulut
dan tindakankesehatan gigi dan mulut terhadap karies dan kebersihan rongga
mulut dianalisa menggunakan uji non parametric Spearman (p< 0,05) pada
program SPSS IBM 23.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 380 responden yang diambil dari warga Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu,Kabupaten Jember yang berusia 15-64 tahun.
Penelitian dilakukan secara langsung melalui kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan tabel check list
untuk mengetahui tindakan responden dalam membersihkan gigi. Data tingkat
karies gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut diperoleh melalui pemeriksaan
indeks DMF-T dan indeks OHI-S.
Tabel 4.1Data distribusi sampel

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin


laki-laki sebanyak 164 (43,16%) responden dan responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 216 (56,84%) responden. Jumlah responden berjenis

Karakteristik Sampel Frekuensi Presentase


Laki-Laki 164 43,16
Jenis Kelamin
Perempuan 216 56,84

Tidak Sekolah 7 1,84

SD 111 29,21

SMP 99 26,05

Pendidikan SMA/Sederajat 147 38,68

D3 2 0,53

S1/Sederajat 12 3,16

S2 2 0,53

Tidak Kerja 19 5

Ibu Rumah Tangga 123 32,37

Petani 36 9,47

Pelajar 26 6,84

Wiraswasta 145 38,16


Pekerjaan
Buruh 12 3,16

Guru 9 2,37

Karyawan 7 1,84

PNS 2 0,53

Bidan 1 0,26

kelamin perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki. Persentase tingkat
pendidikan tertinggi yaitu pada jenjang tamat SMA sebesar 147 (38,68%)
responden sedangkan persentase terendah pada jenjang pendidikan D3 dan S2
yaitu masing-masing sebesar 2 (0,53%) responden. Persentase jenis pekerjaan
tertinggi adalah pada wiraswasta 169 (44,47%) responden dan persentase jenis
pekerjaan yang paing rendah adalah bidan sebesar 1 (0,26%) responden.

Tabel 4.2Data karakteristik sampel terhadap pengetahuankesehatangigidanmulut


KriteriaPengetahuan

Karakteristik Sample Rendah Sedang Tinggi


Frekuen
Frekuensi (%) Frekuensi (%) (%)
si

JenisKela Laki-Laki 0 0 42 11,05 122 32,11


min Perempuan 0 0 49 12,89 167 43,95

TidakSekolah 0 0 4 1,05 3 0,79

SD 0 0 38 10,00 73 19,21

SMP 0 0 24 6,32 75 19,74

Pendidikan SMA/Sederajat 0 0 33 8,68 114 30,00

D3 0 0 0 0,00 2 0,53

S1/Sederajat 0 0 1 0,26 11 2,89

S2 0 0 0 0 2 0,53

TidakKerja 0 0 9 0,00 10 1,58

IbuRumahTangga 0 0 46 12,11 77 20,00

Petani 0 0 21 5,53 15 3,95

Pelajar 0 0 6 1,58 20 5,26

Wiraswasta 0 0 64 16,84 81 27,63


Pekerjaan
Buruh 0 0 10 2.63 2 0,53

Guru 0 0 1 0,26 8 2,11

Karyawan 0 0 3 0,79 4 1,05

PNS 0 0 0 0,00 2 0,53

Bidan 0 0 0 0,00 1 0,26


Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak
persentasenya pada kategori sedang 49 (12,89 %) responden dan tinggi 167
(43,95 %) jika dibandingkan laki laki pada kategori sedang 42 (11,05 %) maupun
kategori tinggi 122 (32,11 %) laki-laki dan sudah tidak ada yang memiliki
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut rendah. Pada masyarakat dengan semua
tingkat pendidikan tidak ada yang termasuk kategori rendah.Pada pendidikan SD
kategori sedang 38 (10%) dan kategori tinggi 73 (19,21%) , pada pendidikan SMP
kategori sedang 24 (6,32%) dan , SMA kategori sedang 33 (8,68%) dan kategori
tinggi 114 (30%), S1 kategori sedang 1 (0,26%) dan kategori tinggi 11 (2,89%).
Hal ini menunjukkan jumlah masyarakat dengan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut kategori tinggi lebih banyak dan sudah tidak ada yang memiliki
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut rendah.Sedangkan pada masyarakat yang
tidak sekolah menunjukkan jumlah pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
kategori sedang 4 (1,05%) lebih banyak. menunjukkan hampir seluruh jenis
pekerjaan memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan
kategori tinggi kecuali pada pekerja buruh menunjukkan tingkat pengetahuan
dengan kategori sedang 10 (2,63%) lebih banyak.

Tabel 4.3 Data karakteristik sampel terhadap tindakan membersihkan gigi

Kriteria

Rendah Sedang Tinggi


Karakteristik Sample
Frekuens Frekuens Frekuens
(%) (%) (%)
i i i

Jenis Laki-Laki 0 0 81 21.32 83 21.84


Kelamin Perempuan 2 0,53 103 27.11 111 29.21

Pendidika Tidak Sekolah 0 0 3 0.79 4 1.05


n
SD 1 0,26 67 17.63 43 11.32

SMP 1 0,26 52 13.68 46 12.11

SMA/Sederajat 0 0 56 14.74 71 18.68

D3 0 0 0 0.00 2 0.53
S1/Sederajat 0 0 4 1,05 8 2.11

S2 0 0 2 0.53 0 0.00

Tidak Kerja 1 0,26 7 1.84 11 2.89

Ibu Rumah Tangga 0 0 56 14.74 67 17.63

Petani 0 0 19 5.00 17 4.47

Pelajar 0 0 10 2.63 16 4.21

Wiraswasta 0 0 75 19.74 70 18.42


Pekerjaan
Buruh 1 0,26 5 1.32 6 1.58

Guru 1 0,26 1 0.26 7 1.84

Karyawan 0 0 3 0.79 4 1.05

PNS 0 0 2 0.53 0 0.00

Bidan 0 0 0 0.00 1 0.26

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tegalsari


dengan jenis kelamin laki-laki yang dapat melakukan tindakan membersihkan gigi
dengan kategori sedang dan tinggi hampir sama yaitu sebesar 21,32% untuk
kategori sedang dan 21,84% untuk kategori tinggi. Pada masyarakat dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak kemampuan melakukan tindakan membersihkan
gigi dengan kategori sedang sebesar 29,21%. Tabel 4.3 juga menunjukkan pada
seluruh tingkat pendidikan masyarakat sudah dapat melakukan tindakan
membersihkan gigi dengan kategori baik kecuali tingkat pendidikan SD dan SMP
yang masih memiliki kemampuan membersihkan gigi dengan kategorirendah
sebesar 17,63% untuk SD dan 13,68% untuk SMP. Berdasarkan pekerjaan, jenis
pekerjaan wiraswasta melakukan tindakan membersihkan gigi kategori baik dan
sedang terbanyak. Sedangkan jenis pekerjaan buruh dan guru terdapat tindakan
membersihkan gigi dengan kategori buruk.

Tabel 4.4 Hasil rata-rata indeks DMF-T


D M F DMF-T
Jumlah 1025 968 53 2646

Rata-rata 4,25 2,61 0,15 6,96

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata rata skor DMF- T 6,96. Skor DMF-T
merupakan hasil penjumlahan dari D (decay) sebesar 4,25, M sebesar 2,61 dan F
0,15 dengan paling besar yaitu D (decay) .Padahasilpemeriksaan yang
telahdilakukanterlihatbahwa yang paling banyakadalahdecayataukaries.

Tabel 4.5Hasil rata-rata indeks OHI-S


CI-S DI-S OHI-S

Jumlah 441,54 601,28 1042,8

Rata-rata 1,16 1,58 2,74

Tabel 4.5Menunjukkan bahwa rata rata skor OHI S 2,7. Skor OHI-S
merupakan hasil penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S. Dari tabel dapat diketahui
bahwa skor DI S lebih tinggui dari pada CI S

Tabel 4.6Distribusi sampel berdasarkanhasilpemeriksaanindeks OHI-S

Kriteria Frekuensi Presentase

Buruk 151 39,02 %

Sedang 207 53,49%

Baik 29 7,49%

Berdasarkan Tabel 4.6didapatkan indeks OHI-S masyarakat Desa


Tegalsari, kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember paling banyak memiliki
tingkat kebersihan rongga mulut dengan katagori sedang (53,49%).

4.1.2 Hasil Analisis Data


Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan
pengetahuandantindakan kesehatan gigi dan mulut terhadap
kariesmenggunakanindeks DMF-T dan kebersihangigidenganOHI-S masyarakat
Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.Uji
normalitasmenggunakanKolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai probabilitas
tingkat pengetahuan, tindakan, skor DMF-T dan skor OHI-S berdistribusi tidak
normal (p>0,05)dan berdasarkan uji homogenitas menggunakan Levene test
didapatkan variasi data yang tidak homogen (p>0,05) sehingga untuk mengetahui
hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-T dan
OHI-S dilakukan dengan uji korelasi non parametrik(lampiran4).Uji statistik yang
digunakan adalah Spearman Correlation. Hasil uji
SpearmanCorrelationdapatdilihatpada table 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Spearman PengetahuandanTindakan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Indeks DMF-T dan OHI-S
DMF-T OHI-S
Tingkat Pengetahuan Sig 0,000 Sig 0,000
r -0,195 r -0,295
Tindakan Sig 0,000 Sig 0,057
r -0,218

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkanbahwa:


a. Terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap
tingkat karies dan kebersihan gigi dan mulut dengan nilai probabilitas
0,000 (p<0,05)
b. Terdapat hubungan antara tindakan membersihkan gigi dengan tingkat
karies dengan nilai probabilitas 0,000 (p<0,05) dan tidak ada hubungan
antara tindakan terhadap kebersihan rongga mulut dengan nilai
probabilitas 0,060 (p<0,05)

Nilai koefisien korelasi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut


terhadap indeks DMF-T sebesar -0,195 dan terhadapindeks OHI-S sebesar
-0,295.Hal ini menunjukkan ada hubungan negatif lemah antara pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut terhadap DMF-T dan OHI-S. Keseluruhan uji korelasi
tersebut menunjukkan semakin rendah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat, ada kecenderungan semakin buruk status kesehatan gigi dan
mulut yang ditunjukkan oleh tingginya indeks DMF-T dan OHI-S.
Nilai koefisien korelasi tindakan membersihkan gigi terhadap indeks
DMF-T sebesar -0,212. Hal ini menunjukkan ada hubungan negative lemah antara
tindakan membersihkan gigi terhadap DMF-T yang berarti semakin bagus
tindakan membersihkan gigi masyarakat DesaTegalsari, KecamatanAmbulu,
Kabupaten Jember, ada kecenderungan semakin rendah indeks DMF-T.

4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa Tegalsari, Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember dengan usia 15-64 tahun. Total populasi dalam
penelitian ini adalah 7576 jiwa yang terbagi dalam 3 dusun yaitu DusunTegalsari,
Dusun Tutul dan Dusun Bendengan. Penelitian ini menggunakan kuesioner
sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap kesehatan
gigi dan mulut, check list tindakan membesihkan gigi untuk mengetahui
ketrampilan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, indeks DMF-T untuk
menilai tingkat karies dan indeks OHI-S untuk menilai kebersihan rongga mulut.
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin
laki laki dalam penelitian ini sebanyak 122 (32,11%) responden dan responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 219 (43,95%) responden. Data ini
menunjukkan bahwa presentase responden perempuan lebih besar daripada laki-
laki. Hal ini dikarenakan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada
jumlah responden laki-laki.
Berdasarkan Tabel 4.3 jenis kelamin perempuan yang dapat melakukan
tindakan kebersihan gigi dengan kategori tinggi hampir sama dengan jenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 29,21% untuk perempuan dan 21,32% untuk laki-
laki. Berdasarkan tingkat pendidikan, dan pekerjaan hampir semua tingkat sudah
dapat melakukan tindakan membersihkan gigi dengan kategori baik sampai
sedang. Hal ini juga menunjukkan tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan
dengan tindakan membersihkan gigi.
Tindakan merupakan respon atau reaksi konkret subjek terhadap stimulus
atau objek yang melibatkan aspek psikomotor atau subjek telah mempraktekkan
apa yang telah diketahui atau disikapi. Tindakan kesehatan terjadi setelah subjek
mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa
yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses
selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui. Suatu
sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan,
untukterbentuknyasikapmenjadisuatutindakan yang nyata diperlukan factor
pendukung yaitu faktor fasilitas dan factor pendukung (Notoatmodjo, 2013).
Dari hasil survei yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut warga Desa Tegalsari dengan
kategori baik adalah sebesar 75,45% dengan jumlah responden sebanyak
292orang, kategori sedang sebesar 24,54% dengan jumlah responden 95 orang,
dan kategorirendah sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut mayoritas warga Desa Tegalsari adalah tinggi.
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan yang selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap tingkat
status kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai signifikansi 0,000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut dengan tingkat karies dan kebersihan rongga mulut. Nilai koefisien
korelasi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap index DMF-T
sebesar -0,195. Hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang lemah antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T. Nilai koefisien
korelasi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut tehadap indeks OHI-S
sebesar -0,212. Hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang lemah antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan OHI-S. Dapat disimpulkan bahwa
semakin rendah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut maka akan semakin
tinggi nilai indeks OHI-S dan DMF-T.
Uji korelasi tingkat pengetahuan terhadap DMF-T dan OHI-S (Tabel 4.8)
menunjukkan semakin rendah tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Desa Tegalsari, ada kecenderungan semakin buruk status kesehatan
gigi dan mulut. Ditinjau dari hasil kuisioner masyarakat Desa Tegalsari
Kecamatan Ambulu, terlihat bahwa dari tingkat pengetahuan masyarakat
mayoritas tergolong sedang dengan tingkat kebersihan rongga mulut dan tingkat
karies yang buruk. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat
Desa Tegalsari tahu tentang kesehatan gigi dan mulut, namun belum bisa
menerapkan pengetahuan tersebut dalam perilaku sehari-hari. Sehingga status
kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan tinggi karena tingkat pengetahuan yang
baik tidak dapat tercapai. Selain itu dari komponen DMF-T yang paling banyak
adalah kompomen D (decay) (Tabel 4.5) hal ini menandakan bahwa status
kesehatan masih buruk dan perilaku masyarakat untuk merawat giginya masih
rendah ditunjukkan dengan skor F (filled) yang rendah.
Uji korelasi tindakan membersihkan gigi terhadap DMF-T menunjukkan
semakin baik tindakan membersihkan gigi maka nilai DMF-T akan semakin
rendah, sedangkan uji korelasi tindakan membersihkan gigi terhadap nilai OHI-S
menunjukkan tidak adanya hubungan, hal tersebut karena pada indeks OHI-S
melakukan pemeriksaan DI-S (debris indeks) dan pemeriksaan CI-S (kalkulus
indeks). Pada hasil pemeriksaan didapatkan nilai DI-S sebanyak1,58 dan CI-S
sebanyak 1,16 (Tabel 4.5). Tindakan membersihkan gigi dengan cara sikat gigi
tidak dapat menyebabkan kalkulus yang sudah ada menjadi hilang. Tindakan
membersihkan gigi dengan sikat gigi hanya mampu membersihkan debris atau
sisa makanan atau debris (Haryanti, et al, 2014).
Status kesehatan gigi dan mulut yang diukur dengan indeks DMF-T dan
OHI-S tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, akan tetapi masih ada
aspek lain yang juga ikut mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seperti
aspek fisik, aspek mental dan aspek sosial . Aspek fisik merupakan aspek yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh keadaan yang terdapat
dari mulutnya sendiri, misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat
kehamilan sehingga rentan terhadap karies ataupun keadaan gigi yang berjejal
yang memudahkan penumpukan plak sehingga mempermudah timbulnya karies
dan radang gusi. Aspek mental dapat mempengaaruhi kesehatan gigi dan mulut
karena sikap kepercayaan dan keyakinan akan mempengaruhi tingkah laku orang
tersebut. Misalnya apabila seseorang percaya bahwa apabila seseorang percaya
bahwa penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh guna guna, tentunya untuk
mengobati penyakitnya ke dokter gigi melainkan ke dukun dengan demikian
penyakitnya akan bertambah parah. Aspek sosial yang mempengaruhi yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut biasanya disebabkan oleh nilai budaya
yang berkembang di daerahnya, selain itu dipengaruhi dengan sosio ekonomi
yang kurang yang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Untuk
memperbaiki mutu kesehatan gigi harus dilakukan pemeliharaan secara
menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik, dan sosial yaitu dengan upaya
promotif, kuratif, daan rehabilitatif (Herijuliatiet al, 2002)
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut warga Desa Tegalsari terhadap karies dan
kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember.
5.1.2. Terdapat hubungan antara tindakanmembersihkangigi
warga Desa Tegalsari terhadap karies tetapitidakadahubungandengan
kebersihan rongga mulut pada masyarakat Desa Tegalsari Kecamatan
Ambulu, Kabupaten Jember.

5.2 Saran
5.2.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

5.2.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan
wilayah kerja Puskesmas Ambulu dalam menjalankan program terutama
program yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamda, Syukra. 2011. Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahus di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukit Tinggi. Berita Kedokteran Nasional Vol 27(2): 108 -
115
Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010-2035.
Jakarta:Bappenas.
(http://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_Ind
onesia_2010-2035.pdf) diakses 5 Agustus 2016.
Budiman, A. R. 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset. 2008. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Ferry, Atiqah Balqis. 2014. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi terhadap
DMF-T dan OHI-S pada anak usia 10 12 tahun di Makasar: Penelitian
ini dilakukan pada Murid Sekolah Dasar Negeri Panaikang 1 dan 3 di
Kecamatan Panakukang Kelurahan Panaikang Kota Madya Makasar.
Makasar: Universitas Hasanudin
Gede, Yohanes I et al. 2013. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status
Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa SMA Negeri 9 Manado. Jurnal E
GiGi Vol 1 (2) : 84 88
Herijulianti, E., Indriani, T. S., Artini, S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta: EGC.
Hermawan, R. 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta: Buku Baru.
Israel, G. D. 2013. Determining Sample Size. Gainesville: Institute of Food and
Agricultural Science, University of Florida.
Kurniawati, A. dan Rahayu, Y. C. 2007. Analisis Korelasi Jumlah Koloni
Streptococcus sp. sebagai Pendeteksi Karies Dini pada Pasangan Ibu
Menyusui dan Anaknya yang Minum ASI. Stomatognatic (J. K. G. Unej),
4 (3)
Kusrini. 2009. Sistem Pakar, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI
Lamount, R. J. dan Jenkinson, H. F. 2010. Oral Microbiology at a Glance. United
Kingdom: Willey-Blackwell.
Maysaroh, A., Indriati G., dan Jumaini. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang Kebersihan Gigi dan Mulut terhadap Perilaku Menyikat Gigi pada
Anak Usia Sekolah di SDN 136 Pekanbaru [serial on line].
http://repository.unri.ac.id. [13 Agustus 2015].
Haryanti, D. D., Adhani, R., Apriyanto, D., Dewi, I. R. 2014. Efektifitas Menyikat
Gigi Metode Horizontal, Vertikal, dan Roll terhadap Penurunan Plak pada
Anak Usia 9 11 Tahun. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 2 (2): 150-
154.
Kementrian Kesehatan RI. 2012 (Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan).
Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kurniasari. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Keputusan Pasien
Berobat Rawat Inap di RSUD Moewardi Jebres. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ningsih. 2013. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies
Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen
Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem pada Juni Juli 2013. Bali:
Universitas Udayana
Noor, N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmojo, S. 2011. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2013. Promosi Kesehatan Global. Jakarta: Rineka Cipta.
Notohartojo, I. T. dan Magdarina, D.A. 2013. Penilaian Indeks DMF-T Anak Usia
12 Tahun oleh Dokter Gigi dan Bukan Dokter Gigi di Kabupaten Ketapang
Propinsi Kalimantan Barat. Media Litbangkes 23 (1).
Nurjanah, N., Mukti, A. G., Riyanto, S. 2004. Tingkat Kepuasan Peserta GMC
Askes terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal Science Kesehatan.
Vol. XVII
Oktrianda, Bedi. 2011. Hubungan Waktu, Teknik Menggosok Gigi dan Jenis
Makanan yang Dikonsumsi dengan Kejadian Karies Gigi pada Murid SDN
66 Payakumbuh di wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh Tahun
2011. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Profil Desa Tegalsari. 2015. Profil Desa Tegalsari. Jember : Kantor Desa
Tegalsari Ambulu.
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu. 2014. Laporan Kunjungan.
Jember : Puskesmas Ambulu.
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Ambulu. 2015. Laporan Kunjungan.
Jember : Puskesmas Ambulu.
Rosdewi, N. N. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Karies Gigi
Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Siswa Kelas 3
dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta Tahun 2013.
Jurnal Medika Respati. Vol. X (2).
Sasea, A., Lampus, B. S., dan Supit, A. 2013. Gambaran Status Kebersihan
Rongga Mulut dan Status Gingiva pada Mahasiswa dengan Gigi Berjejal.
Jurnal e-Gigi (eG). Vol. 1 (1).
Setiawan., Permanan, P. 2008. Pengantar Statistik. Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia. (www.file.upi.edu) diakses 9 Agustus 2016.
Solikin, Muhlisin, A., dan Kartinah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies
Gigi pada Anak Prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun
Karanganyar. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sriyono, N.W. 2009. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan
Kualitas Hidup. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sumawinata, N. 2013. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Tim Periodonsia. 2014. Petunjuk Praktikum Periodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Tambuwun, Samuel et al. 2014. Hubungan Pengetahuan Cara Memelihara
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Karies Gigi pada Siswa Kelas 1 SMP
Muhammadiyah Pone Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.
Juiperdo Vol 3 (2): 51 - 58
Thiorizy, E. 2010. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Status Karis Pada Murid
Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Rappocini. Media Kes. Gigi
Usman, H & Akbar, P.S. 2006.Pengantar Statistik Edisi Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
WHO. 2013. Oral Health Surveys Fifth Edition.
(http://www.who.int/oral_health/publications/9789241548649/en/) diakses
5 Agustus 2016.
Widya, Y. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung: Yrama Widya.
LAMPIRAN

Lampiran 1.HasilOrientasi Medan

1. Diagram persentase pengetahuan warga Desa Tegalsari dengan tema ISPA

90 80.83
76.17 74.09
80
64.77 66.58
70 61.4
57.25
60

50 42.23
39.86 39.9 39.64
40 32.64 33.68
26.94 26.42 27.2 26.42
30
18.39
20.73 18.91 20.98
17.36
15.8 14.25 16.06
20
9.84
8.81
7.51 6.22 5.96
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a b c

Diagram diatas menunjukkan nilai kognitif tentang penyakit ISPA warga


Desa Tegalsari. Sebanyak 76,17% responden mengetahui pengertian ISPA dan
sebanyak 74,09% mengetahui gejalanya. Sebanyak 64,77% responden
menganggap asap rokok sebagai salah satu penyebab penyakit ISPA dan 66,58%
responden menganggap udara disekitar ISPA merupakan perantara penularan
ISPA. Sebanyak 80,83% responden memilih untuk dirawat sendiri apabila
menderita ISPA. Pencegahan ISPA, responden memilih menghindari rokok yakni
57,25%. Responden banyak mengetahui informasi ISPA melalui tenaga kesehatan
yakni 42,43%. Terdapat 1-2 anggota keluarga yang merokok di dalam satu rumah
dengan presentase 61,40% dan 39,9% memilih untuk menjauh jika berdekatan
dengan orang yang sedang merokok. Menurut 39,64% responden besarnya resiko
yang ditimbulkan rokok pada orang disekitar perokok sama dengan orang yang
merokok.

2. Diagram persentase kognitif warga Desa Tegalsari dengan tema


penyakitpulpadanperiapikal.

90
80.57 82.64
80
71.76
70 65.28 65.8
59.33
6056.74 54.4
51.55
50 46.11

40 35.75 33.68
31.09 30.57
30 27.46 27.46
23.32 22.54 22.28
19.84 17.62
20 14.52
11.66 11.66
10 7.25 7.25 6.74 5.96 5.7 3.37
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a b c
Diagram diatas menunjukkan nilai kognitif tentang penyakit pulpa dan
periapikal warga Desa Tegalsari. Sebanyak 56,74 % responden menyikat gigi pada
setiap kali mandi. Ketika menyikat gigi, sebanyak 59,33% respon den
membersihkan seluruh permukaan gigi, yaitu bagian depan, dalam dan dataran
pengunyahan. Namun, kesadaran responden untuk menangani gigi berlubang
masih rendah dilihat dari sebanyak 46,11% responden memilih untuk
membirkannya saja. Sebesar 80,57% responden memakai sikat gigi sendiri-sendiri
dan menggantinya jika rusak sebesar 65,28%. Sebanyak 54,40% respoden
berkumur setelah makan-makanan manis dan lengket. Responden banyak yang
pernah mengalami sakit gigi, yakni 71,76% dengan rasa cekot-cekot, yakni
51,55%. Responden hanya mengunjungi dokter gigi ketika sakit gigi, yakni
sebesar 80,24%. Dalam upaya pencegahan penyakit gigi, sebanyak 65,80%
responden memilih untuk menyikat giginya.

3. Diagram persentase pengetahuan warga Desa Tegalsari dengan tema Hipertensi


87.31
9083.68 83.16 81.69
78.76
76.42
80

70 64.51 64.25
59.33
60
48.19
50

40 33.16

30 25.13 24.61
22.02 19.95
16.84 15.8 14.25
20
10.1 8.29 11.14 9.59
8.29
7.51 8.55
7.77 7.25
10 3.89 4.8 3.11

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a b c

Diagram diatas menujukkan kognitif warga Desa Tegalsari tentang


penyakit hipertensi. Sebanyak 83,68% responden mengetahui pengertian
hipertensi dan sebanyak 64,51% mengetahui nilai tekanan darah normal serta
gejala hipertensi, yaitu 37,31%. Pada saat responden mengalami gejala sakit
kepala, rasa berat di tengkuk serta mata berkunang sebesar 33,16% pergi ke
dokter/tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan responden mengetahui hipertensi
yang tidak diobati akan menyebabkan penyakit jantung dan stroke, sebanyak
83,16%. Selain itu responden juga mencegah terjadinya hipertensi dengan
mengurangi makanan berlemak dan menghindari stress sebanyak 59,33%. Sebesar
78,76% responden mengethui bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan
dan disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, juga dipicu dengan
meminum kopi dan merokok sebanyak 81,69%. Nilai tekanan darah terakhir yang
responden periksakan sebesar 130/90 mmHg sebanyak 64,25% responden.
Sebanyak 76,42% responden mengetahui bahwa hipertensi dipicu karena makan
makanan berlemak / stress / merokok.

4. Diagram persentase kognitif warga Desa Tegalsari dengan tema TB Paru

90
80.5
80 73.32
68.65 69.43 67.62
70 64.25

60
50.26 50.26
50
41.71 39.9
38.34
40 34.46 33.42
29.02
28.76
30 24.35 23.83
20.73 21.5
17.1 18.39
20 12.95 13.73 14.77 15.8
11.4 11.66
6.48 8.3
10 5.44

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a b c
Diagram diatas menujukkan kognitif warga Desa Tegalsari tentang
penyakit TB Paru. Responden yang mengetahui tentang penyakit TB Paru
disebabkan oleh virus sebanyak 41,71% dengan gejala batuk berdahak selama 3
minggu, yakni sebanyak 80,5%. Selain gejala tersebut, responden juga
mengetahui jenis batuk berdahak dan nyeri dada yang merupakan gejala khusus
dari penderita TB Paru, yakni sebesar 68,5%. Responden yang memeriksakan ke
puskesmas sebesar 73,32% jika menderita batuk terus-menerus lebih dari 3
minggu dan menutup hidung serta mulut jika sedang bersama dengan orang yang
sedang batuk, yaitu sebesar 39,9%. Sebanyak 50,62% responden tidak pernah
menggunakan peralatan makan dan minum bersama dengan penderita batuk tanpa
mencuci terlebih dahulu. Responden akan batuk dan bersin saja sebanyak 50,26%
serta tidak pernah menggunakan masker saat menderita batuk, yakni sebanyak
64,25%. Responden memilih untuk mengobati TB Paru dengan meminum obat
teratur sesuai dengan anjuran petugas kesehatan sebanyak 69,43%. Menurut
67,62% responden, TB Paru dapat ditularkan melalui udara.

5. Diagram persentase kognitif warga Desa Tegalsari dengan tema PHBS


90 84.2
80.83
80

70 62.18
54.92 56.74
60 53.89
49.74 48.19
50 42.49 44.56
40.16 40.16 40.99
37.82
40 32.64
30.57
26.48
24.87 24.87
30
17.1 17.88
20 14.51 13.21 13.73
9.59 8.29 8.03
6.99 6.74
10 1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a b c

Diagram persentase diatas menujukkan kognitif warga Desa Tegalsari


tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Responden akan mencuci tangan dengan
air dan sabun sebesar 49,74% setelah buang air atau sebelum makan. Responden
tidak pernah mengubur sampah yang mudah digenangi air sebesar 48,19%. Dalam
satu minggu, 62,18% responden menguras bak kamar mandi sebanyak dua kali.
Sebesar 54,92% responden sudah terdaftar dalam JKN
(JaminanKesehatanNasional). Responden membuang sampah sebesar 42,49% di
halaman belakang rumah. Sebesar 56,74% responden kadang-kadang berolahraga
dalam satu minggu. Sebanyak 6-18 gelas air putih yang diminum oleh responden,
yakni 40,99%. Responden kadang-kadang mengonsumsi buah dan sayur dalam
seminggu sebesar 53,89%. Dalam pengelolaan air, responden memilih untuk
memasak air tersebut sebelum diminum sebesar 80,83%. Sebanyak 84,2%
responden membuang air besar di WC.

Lampiran 2.Kuesioner
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi danMulutdanTindakanMembersihkan
Gigiterhadap Kariesdan Kebersihan Rongga Mulut pada Masyarakat Desa
Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember

No. Responden :
Nama :
Umur/ jenis kelamin : L/P
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :

Dengan ini saya menyetujui untuk menjadi responden dalam survey mengenai
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Tindakan Membersihkan
Gigi Terhadap Karies dan Tingkat Kebersihan Rongga Mulut Pada Masyarakat
Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.Saya telah mendapatkan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan resiko yang mungkin
terjadi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan.
Jember, Agustus 2016
( )

Berilahtanda (X) padajawaban yang menurutandabenar!


1 Apa yang dimaksud dengan gigi yang sehat?
a Gigi yang putih
b Gigi yang kuat dan tidak berlubang
c Gigi yang tahan panas dan dingin
2 Makanan apa yang dapat menyebabkan gigi berlubang?
a Makanan asam
b Makanan manis
c Makanan asin
3 Berapa kali mengunjungi dokter gigi dalam satu tahun?
a satu kali
b dua kali
c lebih dari dua kali
4 Apa manfaat periksa ke dokter gigi secara rutin?
a Tidak perlu periksa karena tidak sakit
b Untuk mengobati sakit gigi
c Untuk mengetahui lebih awal masalah gigi
5 Kapan waktu yang tepat untuk menggosok gigi?
a Setiap mandi
b Setiap setelah makan
c Setelah sarapan dan sebelum tidur
6 Apa tujuan menyikat gigi?
a Agar gigi tidak mudah berlubang
b Agar mulut tidak bau
c Agar gigi kelihatan putih
7. Bagaimana cara anda menggosok gigi bagian depan?
a Sikat gigi digerakkan kanan kiri
b Sikat gigi digerakkan atas bawah
c Sikat gigi digerakkan searah dari gusi ke gigi
8. Bagaimana cara anda menggosok gigi bagian samping?
a. Sikat gigi digerakkan maju mundur
b. Sikat gigi digerakkan atas bawah
c. Sikat gigi digerakkan searah dari gusi ke gigi
9. Mengapa gerakan menyikat gigi dilakukan perlahan sehingga tidak terlalu
keras?
a. bila terlalu keras, sikat gigi cepat rusak
b. bila terlalu keras, gigi dapat keropos
c. bila terlalu keras, dapat melukai gusi
10. Berapa lama anda menggosok gigi?
a Kurang dari 1 menit
b 1-3 menit
c Lebih dari 3 menit
11. Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih sikat gigi adalah
a Pegangan sikat nyaman dipakai
b Bulu sikat kasar
c Bentuk ujung kepala sikat mengecil
12. Berapa jumlah sikat gigi di rumah anda?
a Jumlah sikat gigi kurang dari jumlah anggota keluarga
b Jumlah sikat gigi lebih banyak dari jumlah anggota keluarga
c Jumlah sikat gigi sama dengan jumlah anggota keluarga
13. Kapan anda mengganti sikat gigi anda?
a Diganti jika bulu sikat sudah rusak
b Diganti setiap 6-12 bulan sekali
c Diganti setiap 3 bulan sekali
14. Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih pasta gigi?
a Harga terjangkau
b Disesuaikan dengan pilihan rasanya
c Disesuaikan dengan keadaan atau masalah gigi dan mulut
15. Bagian mana yang harus dibersihkan ketika menyikat gigi?
a. Bagian sebelah depan dan dalam
b. Bagian sebelah depan dan dataran permukaan
c. Seluruh permukaan gigi yaitu bagian depan, dalam dan dataran
pengunyahan
16. Apa fungsi benang gigi ?
a. membersihkan lidah
b. membersihkan permukaan gigi
c. membersihkan sela-sela gigi
17. Mengapa gigi berlubang harus ditambal ?
a. agar tidak bertambah parah
b. agar mudah berbicara
c. agar tidak mengganggu penampilan
18. Bagaimana cara mengatasi gigi yang sakit?
a Dirawat sendiri
b Dibiarkan saja
c Berobat ke dokter gigi atau puskesmas
19. Berapa banyak pasta gigi yang digunakan saat menyikat gigi
a. sepanjang bulu sikat
b. sebesar biji jagung
c. setengah bulu sikat
No. responden :

TindakanMembersihkan Gigi

Check list
No. Keterangan
Melakukan Tidakmelakukan
1 Responden memiliki sikat gigi
perorangan
2 Responden menggunakan pasta
gigi
3 Responden sikat gigi
menggunakan metode stillman
modified
4 Bagian yang dibersihkan :
a. Luar depan atas
b. Luar samping atas
c. Dalam depan atas
d. Dalam samping atas
e. Luar depan bawah
f. Luar samping bawah
g. Dalam depan bawah
h. Dalam samping bawah
i. Permukaan Oklusal

Kartu Pemeriksaan Indeks DMF-t dan OHI-s

D = 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 d=
M = V IV III II I I II III IV V e=
F = V IV III II I I II III IV V f=
DMF-t = 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 def-t =

DI-S CI-S

6 1 6 6 1 6
6 1 6 6 1 6

DI-S = CI-S =

OHI-S = DI-S + CI-S


Lampiran 4. Perhitungan Kategori Skoring

1. Kategori Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut


Interval (I) = Range (R)/Kategori (K)
Range (R) = skor tertinggi skor terendah = 57-19 = 38
Kategori (K) = 3 Kategori
Interval (I) = Range (R)/ Kategori (K)
= 38 / 3
= 12,67 (13)
Maka, Kriteria penilaian : 19 - 31
32 44
45 57
2. Kategori Tindakan Membersihkan Gigi
Interval (I) = Range (R)/Kategori (K)
Range (R) = skor tertinggi skor terendah = 12-0 = 12
Kategori (K) = 3 Kategori
Interval (I) = Range (R)/ Kategori (K)
= 12 / 3
=4
Maka, Kriteria penilaian : 0 - 4
5-8
9 - 12
Lampiran 4.Analisa Data

Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PENGETAHUA
N TINDAKAN DMF_T OHI_S

N 387 387 387 387


a,b
Normal Parameters Mean 45.3333 8.4961 6.9711 2.7350
Std. Deviation 4.46982 1.67173 4.32822 1.04174
Most Extreme Differences Absolute .083 .197 .111 .040
Positive .057 .197 .111 .040
Negative -.083 -.134 -.061 -.039
Test Statistic .083 .197 .111 .040
c c c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .161c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Homogenitas Data

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

PENGETAHUAN .090 2 384 .914


TINDAKAN 2.304 2 384 .101
OHI_S 3.102 2 384 .046
DMF_T 4.114 2 384 .017
Uji Korelasi Spearman Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
dan tindakan membersihkan gigi dengan tingkat kejadian karies dan
kebersihan gigi dan mulut.

Correlations

PENGETAHUAN TINDAKAN DMF_T OHI_S

Spearman's rho PENGETAHUAN Correlation


1.000 .094 -.195** -.295**
Coefficient

Sig. (2-
. .065 .000 .000
tailed)

N 387 387 387 387

TINDAKAN Correlation
.094 1.000 -.218** -.097
Coefficient

Sig. (2-
.065 . .000 .057
tailed)

N 387 387 387 387

DMF_T Correlation
-.195** -.218** 1.000 .400**
Coefficient

Sig. (2-
.000 .000 . .000
tailed)

N 387 387 387 387

OHI_S Correlation
-.295** -.097 .400** 1.000
Coefficient

Sig. (2-
.000 .057 .000 .
tailed)

N 387 387 387 387

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Lampiran5. Dokumentasi

Gambar 1.Responden mengisi kuesioner

Gambar 1.Pembacaan kuesioner kepada responden

Gambar 2.Responden memperagakan cara sikat gigi sehari hari

Gambar 3.Pemeriksaan DMF-T dan OHI-S pada responden

Вам также может понравиться