Вы находитесь на странице: 1из 4

ARTIKEL ABON TELUR AYAM

A. Pengertian Telur Ayam


Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-
jenis unggas, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan
makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai
sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam
amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging,
ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga
digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam
pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber
protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang
membutuhkan telur (Mietha, 2008).
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang
populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan
masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah
diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari,
2009). Telur ayam ras memiliki fisik terdiri dari 10% kerabang (kulit telur,
cangkang), 60% putih telur dan 30% kuning telur. Secara umum telur terbagi
atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11% dari bobot
tubuh), putih telur (57% dari bobot tubuh) dan kuning telur (32% dari bobot
tubuh).
Telur ayam ras merupakan telur yang paling umum dikonsumsi dan sangat
bernutrisi tinggi. Telur ayam ras banyak mengandung berbagai jenis protein
berkualitas tinggi. Pada albumen mengandung lima jenis protein yaitu
ovalbumin, ovomukoid, ovomucin, ovokonalbumin, dan ovoglobulin,
sedangkan pada yolk terdiri dari dua macam, yaitu ovovitelin dan ovolitelin.
Ovovitelin adalah senyawa protein yang mengandung fosfor (P), sedangkan
ovolitelin sedikit mengandung fosfor tapi banyak mengandung belerang (S)
(Budiman, 2009). Telur ayam ras termasuk mengandung semua jenis asam
amino esensial bagi kebutuhan manusia. Asam amino esensial merupakan
komponen utama penyusun protein yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh.
Telur ayam ras mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin
A, riboflavin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium,
fosfor dan potassium (Buckle et al., 2009).

B. Teknologi Pembuatan Abon


Abon merupakan salah satu jenis produk olahan makanan kering
berbentuk khas yang dibuat dari daging yang direbus dan disayat-sayat dan
diberi bumbu, digoreng kemudian dipres. Pada prinsipnya abon merupakan
suatu proses pengawetan yaitu kombinasi antara perebusan dan penggorengan
dengan menambahkan bumbu-bumbu. Produk yang dihasilkan mempunya
tekstur, aroma dan rasa yang khas. Selain itu proses pembuatan abon
merupakan proses pengurangan kadar air dalam bahan daging untuk
memperpanjang proses penyimpanan.
Pembuatan Abon Telur ayam merupakan suatu produk pangan hasil
pengolahan dari Telur ayam yg diolah secara tradisional dengan cara yang
sangat sederhana namun memiliki kandungan protein yang tinggi yg meliputi
proses menggoreng, mengepres minya, mencampur bumbu. Hal-hal yg perlu
diperhatikan pada setiap tahapan proses pengolahan abon Telur ayam adalah
(Astuti, 2012) :
1. Proses menggoreng telur
Pada tahap ini perlu untuk diperhatikan adalah metrampilan dalam
memutar telur setelah berada dalam minyak panas. Proses ini tidak dapat
dilakukan oleh hanya 1 orang tetapi harus ada yang membantu, karena
tahapan menuangkan adonan telur ke dalam wajan dilakukan oleh 1 orang dan
saat adonan dalam minyak panas, sudah harus langsung diputar dengan
menggunakan bambu. Hal ini dilakukan karena apabila tidak cepat diputar,
maka telur akan menggumpal dan tenggelam sehingga tidak menghasilkan
abon yang baik.
2. Proses mengepres abon
Proses pengepresan adalah proses dimana telur yang telah digoreng, di
pres dengan menggunakan alat pengepres dari stenless. Pengepresan bertujuan
untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam telur hasil gorengan,
sehingga akan menghasilkan abon yang memiliki daya tahan simpan yang
panjang.
3. Pencampuran bumbu
Proses pembuatan bumbu harus dilakukan dengan cermat dimana dosis
bumbu harus sesuai anjuran sehingga rasa abon lezat dan gurih. Pencampuran
dengan bumbu harus benar-benar tercampur secara merata sehingga tidak ada
abon yang menggumpal dan bumbu yang menggumpal.
4. Pengemasan abon
Tahapan ini penting untuk diperhatkan, karena dapat berpengaruh terhadap
penampilan abon. Agar menarik maka abon dikemas dalam plastik transparan.
Abon akan bertahan lama dalam kemasan apabila kandungan minyak rendah.
Apabila kandungan minyak terlalu tinggi maka akan mengakibatkan abon
cepat tengik dalam kemasan.
Komoditas hasil ternak seperti daging, umumnya memiliki masa simpan
yang singkat karena mudah rusak (Perishable). Usaha memperpanjang daya
simpan dan meningkatkan cita rasa dapat dilakukan dengan pengolahan bahan
pangan tersebut. Dengan pengolahan bahan pangan tersebut, satu jenis bahan
pangan dapat dibuat berbagai macam bentuk produk dengan cita rasa yang
berbeda. Salah satu hasil olahan tersebut adalah abon (Astuti, 2012).
Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik dan dapat
dikonsumsi sebagai makanan ringan atau sebagai lauk pauk. Abon sebagai
salah satu bentuk produk olahan kering sudah dikenal masyarakat luas karena
harganya cukup terjangkau dan rasanya lezat. Pembuatan abon dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan
bahan pangan lebih lama. Abon memiliki umur simpan yang relatif lama
karena berbentuk kering. Dengan cara pengolahan yang baik abon dapat
disimpan berbulan-bulan tanpa mengalami banyak penurunan mutu (Astuti,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. 2012. Pembuatan Abon Telur.Jakarta: Agro Media


Buckle et al. 2009. Imu Pangan.Jakarta: UI Press
Budiman, C. dan Rukmiasih. 2007. Karakteristik putih telur itik tegal. Jurnal
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship
Marketing antara Peternakan Pamulihan Farm dengan Pemasok dan
Pelanggannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Mietha. 2008. Kandungan Gizi Telur.Jakarta: Penebar Swadaya.

Вам также может понравиться