Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
perbedaan pendapat. Ada pihak yang bersikeras bahwa ilmu bebas nilai,
sebaliknya terdapat kelompok yang bersiteguh bahwa ilmu tidak bebas nilai dan
Pembahasan
Kaum positivisme yang tidak membedakan ilmu alam, sosial dan ilmu
kemanusiaan merupakan pembela gigih gagasan ilmu bebas nilai. Arti bebas nilai
bagi mereka antara lain, tampak pada penggunaan metodologi yang sama bagi
semua ilmu tanpa mempersoalkan perbedaan objek tiap ilmu yang memiliki ciri
khas. Ciri khas itu tampak dari adanya nilai-nilai yang berhubungan dengan
penilaian. Bagi Myrdal, yang penting adalah bagaimana membuat nilai-nilai itu
Uraian diatas belum secara tajam memetakan persoalan kaitan ilmu dan
atau moral janganlah dibicarakan secara terlalu umum, sebaiknya dikaji secara
cara pandang dan cara kerja khas yang tidak dapat dipertautkan begitu saja. Juga
keilmuannya atau akan dibakar. Pengadilan Galileo dapat dianggap sebagai titik
tolak dari salah satu sifat ilmu di kemudian hari, yaitu penolakan terhadap segala
perspektif teologis dan temuan ilmu secara tidak tepat. Dalam perspektif teologis,
penempatan bumi sebagai pusat dikaitkan dengan manusia penghuni bumi sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Pengingkaran bumi sebagai pusat tata
surya dikhawatirkan akan merendahkan derajat manusia, lebih jauh lagi, dianggap
sebagai perlawanan terhadap kitab suci yang mengajarkan bahwa manusia adalah
citra Tuhan. Sehingga, dapat dipahami jika kemudian terjadi benturan antara
kebenaran keilmuan dan tafsir terhadap kitab suci. Di kemudian hari, ketika
sedangkan gereja dianggap sebagai lawan, maka muncullah sikap yang mencoba
membersihkan ilmu dari nilai dan dogma apapun sebagai titik tolak dan batu uji
kebenarannya.
keraguan metodisnya, mencari titik tolak kebenaran yang tidak dikaitkan baik
pada dogma maupun nilai tertentu. Ia menemukan bahwa dasar yang pasti dari
kebenaran adalah aku yang berpikir. Dari titik tolak itulah, kebenaran lain harus
penjelasan berbagai gejala yang didasarkan pada titik tolak ajaran agama (teologi)
berbagai gejala dalam rangka mencari kebenaran haruslah dengan cara positif,
ilmu.
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 4
dan Tuhan tidak bermakna karena tidak dapat diuji secara empiris (diverifikasi).
indriawi
2. Dalil-dalil matematika yang tidak dihasilkan melalui pengalaman diakui
indriawi
3. Pernyataan-pernyataan dinyatakan bermakna jika terbuka untuk
hakikatnya adalah pembicaraan tentang logika ilmu. Oleh karena itu, harus
disusun berdasarkan analogi formal yang menekankan bentuk, bukan isi proposisi
Benang merah yang dapat ditarik dari perjalanan sejarah ini adalah upaya
Pengukuhan otonomi ilmu penting karena ilmu hanya dapat berkembang maju dan
jika ilmu dibiarkan bekerja dengan sifat hakikinya sendiri, sesuai dengan
Hanya dengan jalan itu, mutu dan integritas ilmu dapat dipertahankan. Namun,
kembali persoalan di sekitar kaitan ilmu dan nilai, yaitu ilmu itu sendiri dan
pemanfaatan ilmu.
Banyak orang beranggapan bahwa persoalan dalam kaitan ilmu dan nilai
terbatas di sekitar pemanfaatan ilmu saja. Jadi, ilmu itu seperti pisau yang nilai
baik atau buruknya bukan tergantung pada pisaunya, melainkan kepada pengguna
pisaunya. Anggapan seperti itu tidak sepenuhnya benar jika perkembangan sejarah
menganggap perlu mengadakan pembedaan antara ilmu alam dan ilmu budaya.
nilai. Ini terjadi karena perbedaan metode memunculkan perbedaan tujuan. Ilmu
bahkan menuduh ilmu sosial yang bebas nilai lebih merupakan ideologi
sosial itu sebenarnya bersikap membenarkan keadaan sosial yang terjadi di tengah
ilmu sosial seperti itu, tidak lagi memiliki daya kritis untuk mempertanyakan
berpendapat lebih kurang sama dengan gagasan tersebut. Persoalan ilmu itu bebas
nilai atau tidak, ternyata juga melebar sampai ke aspek metodologi ilmu. Padahal,
selama ini pada aspek inilah otonomi dirasakan paling besar pengaruh dan
peranannya.
dikemukakan oleh Soedjatmoko berikut ini, tidak lagi dianggap sebagai ungkapan
yang aneh. Soedjatmoko berpendapat bahwa dalam rangka ilmu-ilmu sosial, mau
tidak mau persepsi mengenai manusia dan masyarakat, dan desain serta metode-
metode ilmu-ilmu sosial berpangkal pada asumsi nilai tertentu.3 Apabila demikian,
masihkah ada otonomi ilmu? Bagaimana paham bebas nilai harus dipahami?
Apakah ilmu akan kembali pada masa abad pertengahan sewaktu Galileo diadili
oleh pengadilan?
Wacana. 1991
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 7
Sampai saat ini, keadaannya tidak seburuk itu dan mungkin tidak akan
pernah seburuk itu. Ungkapan yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan di
sekitar kaitan antara ilmu dan nilai adalah, bahwa banyak pihak, baik ilmuwan
atau agamawan atau siapa saja yang memiliki kecintaan pada kebenaran, harus
memiliki wawasan lebih luas dan pemikiran lebih bijak untuk melihat
persoalannya secara lebih jernih. Banyak ilmuwan lebih sadar akan keterbatasan
ilmu dan berpikir dan berpikir bahwa ilmu tidak lagi dapat dipisahkan dari upaya
arti. Pada sisi lain, di kalangan masyarakat tampak kecenderungan untuk melihat
Pada tempatnyalah jika pembahasan kaitan ilmu dan nilai tidak lagi
bersiteguh secara kaku pada gagasan ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai. Lebih
baik kiranya secara hati-hati merumuskan masalah secara lain dari dua
menyerang seakan tiap pendirian memiliki kebenaran sendiri terlepas dan tidak
mengadakan dialog terbuka dari berbagi pendirian agar didapat pandangan yang
nilai berdampingan dengan nilai-nilai lain. Dalam arti ini, ilmu tidak pernah bebas
nilai, apalagi bila dilihat secara mendalam ilmu sendiri merupakan perwujudan
suatu nilai etis, yaitu mencari kebenaran. Tentu tidak bijak untuk membandingkan
secara tidak proporsional nilai kebenaran ilmu dan nilai kebenaran agama
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 8
misalnya, apalagi jika sampai pada kesimpulan bahwa nilai yang satu lebih tinggi
dan nilai yang lain lebih rendah. Harusnya disadari ciri khas dan wewenang yang
Oleh karena itu, ilmu merupakan salah satu nilai diantara nilai-nilai yang
lain, ilmu harus tetap bebas. Bebas dalam pengertian, ilmu jangan membiarkan
dirinya terpengaruh oleh nilai-nilai yang terdapat di luar ilmu. Tentu tidak berarti
ilmu tidak memperhatikan dan/atau tidak menghiraukan nilai yang berasal dari
luar ilmu. Akan tetapi, yang perlu ditekankan bahwa ilmu baru bernilai ketika
Kebebasan ilmu itu tampak ketika seorang ilmuwan harus memilih dan
memutuskan, misalnya jika ada dua hasil penelitian tentang hasil kondisi
pembangkit listrik yang saling bertentangan. Keputusan dan pilihan ilmuwan tidak
dapat ditentukan oleh kekuatan apapun kecuali kekuatan argumentasi yang tunduk
misalnya suatu lembaga yang memiliki kepentingan langsung dengan salah satu
dari Keputusan yang akan diambil. Dalam konteks ini ilmu bebas nilai dalam arti
tanpa pamrih, jadi ilmuwan jangan sampai membiarkan dirinya dipengaruhi oleh
nilai di luar nilai ilmu seperti nilai materi, atau nilai-nilai lain. Akan tetapi, yang
harus diingat dan disadari oleh ilmuwan adalah bahwa keputusan yang akan
dipilihnya memiliki satu prinsip dasar yang tidak dapat dilanggarnya, yaitu harkat,
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 9
kemuliaan, dan martabat manusia yang tidak boleh dikorbankan demi ilmu.
Karena pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu upaya yang diusahakan manusia
agar kemanusiaan dan kehidupannya lebih bermakna. Jika terjadi konflik antara
temuan dan ilmu dan kemuliaan martabat manusia, hanya ada dua pilihan yaitu:
menilai ulang temuaan itu dengan kaidah-kaidah ilmu itu sendiri atau
berbagai batasan-batasan tersebut. Akan tetapi, kebebasan ilmu itu sendiri berada
mutlak.
Jika dikatakan ilmu itu bebas, apakah itu berarti ilmu memiliki otonomi?
Otonomi ilmu sebenarnya bersifat paradoks. Di satu pihak ilmu berupaya untuk
menentukan apa dan bagaimana kaidah keilmuan itu, agar metodenya dijalankan
agar kemudian dapat disebut sebagai ilmu. Di pihak lain, asumsi-asumsi atau
perandaian-perandaian yang mendasari ilmu tidak berasal dari ilmu itu sendiri,
tetapi dari bidang lain, misalnya filsafat atau pengalaman manusia yang tidak
ilmiah sifatnya. Ilmu juga belum memiliki kemampuan untuk menilai dirinya
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 10
ilmu juga bersifat relatif. Keadaan ini juga terbuka masuknya nilai-nilai tertentu
ke dalam ilmu.
otonomi ilmu. Dalam bidang fisika, baik dalam kerangka fisika Newton maupun
fundamental. Berdasarkan prinsip ruang dan waktu itulah teori mereka dibangun.
Baik teori Newton maupun Einstein telah teruji kebenarannya dalam ruang
lingkup teori masing-masing. Persoalannya adalah dari mana prinsip ruang dan
waktu itu diperoleh, apakah dari ilmu? Jawabannya adalah tidak. Jika sejarah
perkembangan fisika dilihat sejak zaman Yunani sampai zaman klasik era Newton
dan zaman modern era Einstein, maka perkembangan dan revolusi teori terjadi
antara lain karena terdapatnya perbedaan persepsi tentang ruang dan waktu.
Sebenarnya, persoalan ruang dan waktu ini lebih terlihat sebagai persoalan
berbeda, yaitu perandaian-perandaian yang mendasari ilmu tidak berasal dari ilmu
itu sendiri. Dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan persoalannya bisa menjadi
lain sama sekali, bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam, karena perandaian-
perandaian itu selalu melekat dengan berbagai nilai yang tidak dapat selalu
diungkapkan secara tersurat. Oleh karena itu, selalu terbuka kemungkinan untuk
yang tidak dinyatakan secara tersurat itu. Myrdal menemukan bahwa dibalik ilmu
ekonomi yang mengaku bebas nilai, tersembunyi filsafat moral dalam bentuk
Sementara itu, Habermas menemukan dalam ilmu-ilmu yang bebas nilai, terjadi
pemaksaan penggunaan satu cara yang seragam untuk mengusahakan ilmu, yaitu
penggunaan metode ilmu alam yang positivistis untuk ilmu sosial dan
sehingga masuklah nilai yang tidak cocok ke dalam ilmu sosial dan kemanusiaan.
Pada tataran asumsi atau perandaian kurang otonom, pada tataran metodologi atau
cara kerja lebih otonom sifatnya, dan pada tataran pemanfaatan ilmu otonomi
tidaklah sebesar otonomi pada tataran metodologi atau cara mengusahakan ilmu.
kritis kita untuk melihat bahwa persoalan di sekitar ilmu dan nilai tidak dapat di
dekati secara kaku. Yang sesungguhnya terjadi dalam sejarah perkembangan ilmu
adalah ketegangan terus-menerus antara ilmu dan nilai. Jadi, bukan saling
meniadakan. Ketegangan itu memberikan pengaruh baik pada ilmu maupun nilai.
Ilmu menjadi lebih terbuka untuk melihat keterbatasannya, dan nilai lebih
Ketegangan ilmu dan nilai dewasa ini terasa semakin sensitif. Ini terjadi
karena baik cara mengusahakan ilmu dan pemanfaatan ilmu telah makin
4 Myrdal, Gunnar. Op. Cit.
5 Habermas, Jurgen. Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi. Jakarta: LP3S. 1990
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 12
berkembang dan memunculkan tidak saja kegunaan tetapi sekaligus ancaman bagi
umat manusia. Ketegangan itu makin terasa karena makin tumbuhnya kesadaran
bahwa ilmu, seperti yang dikatakan Campbell, tidak memberikan arah yang akan
ditempuh ilmu itu sendiri. Juga ilmu tidak memberikan kepada kita bimbingan
untuk memilih tujuan, baik tujuan perkembangan ilmu maupun tujuan-tujuan yang
seharusnya dicapai oleh umat manusia. Ilmu hanya dapat membimbing kehidupan
Oleh karena itu, ilmu kini terbentur pada masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi kaidah-kaidah ilmu itu sendiri. Ilmu dewasa ini berhadapan dengan
pertanyaan pokok tentang jalan yang seharusnya ditempuh. Pertanyaan ini tidak
pertanyaan pokok itu, yaitu sampai di mana ilmu bisa dikendalikan sehingga
jalannya tidak menurut kemauan dan momentumnya sendiri saja, namun melayani
keperluan manusia dan keselamatannya dan tidak menjadikan manusia budak dari
ilmu.
Penutup
dapat dijawab sendiri oleh ilmu kiranya akan memaksa ilmu untuk mencari
referensi kepada patokan-patokan lain, seperti moral dan agama. Tentu saja
keadaan ini tidak akan memaksa kita kembali ke abad pertengahan ketika Galileo
diadili, melainkan untuk memberi makna baru, baik kepada ilmu maupun nilai.
Kanisius. 1983
Chalmers, A. F. Apa Itu yang Dinamakan Ilmu?. Jakarta: Hasta Mitra. 1983
Habermas, Jurgen. Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi. Jakarta: LP3S. 1990
Gramedia. 1985
Jakarta: Gramedia
Rahmat, Aceng, et al. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2011
1992
Wacana. 1991
Keterkaitan Antara Ilmu dan Nilai | 15
Indonesia. 2006