Вы находитесь на странице: 1из 7

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X

Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin dan Sefalosporin sebagai


Terapi Empiris Berdasarkan Usia dan Status Gizi pada Balita dengan Pneumonia
1
Abdulrahman Mahmud, 2Lisa Adhia Garina, 3Mia Kusmiati
1
Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung,
Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116
e-mail: rullogic@yahoo.com, 2 Lisa.adhia@gmail.com, 3emkahf@yahoo.o.id
1

Abstrak. Penyakit pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak dan balita di dunia
yang menempati urutan ke-3. Kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10%
sampai dengan 20% pertahun. Salah satu faktor penyebab dari pneumonia meliputi umur, jenis kelamin,
status gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan pemilihan terapi golongan penisilin dan
sefalosporin sebagai terapi empiris berdasarkan usia dan status gizi pada balita dengan pneumonia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan pada 74 balita pneumonia di
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung 2013 2014. Sampel di ambil dari data rekam
medis dan dianalisis menggunakan uji Fisher Exact Test. Hasil penelitian menunjukkan 33,78% proporsi
balita dengan pneumonia berat diberi terapi sefalosporin, 18,91% proporsi balita dengan pneumonia usia
2 12 bulan sebagian besar diberi terapi penisilin dan sefalosporin, 20,3% proporsi balita dengan
pneumonia berat usia 2 12 bulan diberi terapi sefalosporin, 29,72% proporsi balita dengan pneumonia
gizi baik hampir seluruhnya diberi terapi penisilin, 24,32% balita dengan pneumonia berat gizi baik lebih
banyak diberi terapi sefalosporin dan 8,10% balita dengan pneumonia gizi kurang, perbandingan balita
dengan pneumonia yang diberi terapi penisilin dan sefalosporin berdasarkan usia 2 12 bulan dan 13 60
bulan dengan nilai p = 0,59 dan berdasarkan status gizi dengan nilai p = 0,44 tidak terdapat perbandingan
yang signifikan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbandingan yang
bermakna pada pemilihan terapi empiris berdasarkan usia dan status gizi pada balita dengan pneumonia.

Kata kunci: Pneumonia, usia, status Gizi, penisilin dan sefalosporin.

A. Pendahuluan
Pneumonia merupakan penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri
dengan gejala khas panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi napas
>50 kali/menit), sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah, dan nafsu makan
berkurang), yang merupakan penyebab kematian pada bayi dan balita.1 Faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan pemberian
vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe
rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, penggunaan obat nyamuk
bakar, serta faktor ibu baik pendidikan, maupun pengetahuan ibu.2
Berdasarkan WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan pneumonia
pada anak usia 2 bulan sampai 60 bulan yaitu: Pneumonia (nafas cepat 50 x/menit),
Pneumonia berat ( napas cepat 40x/menit, tarikan dinding dada kedalam atau
mendengkur, napas cuping hidung) dan bukan Pneumonia.3
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit pneumonia adalah salah
satu penyebab utama kematian pada anak dan balita di dunia yang menempati urutan
ke-3. World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 13 juta anak balita di
dunia yang meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Angka kematian kasar akibat
pneumonia di Asia mencapai 30%70%. Secara spesifik pneumonia yang diakibatkan
karena penggunaan ventilasi mekanik berkisar 33%50% dari data pneumonia di ICU.

780
Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin dan Sefalosporin Sebagai Terapi Empiris Berdasarkan Usia ...| 781

Data kematian yang diperoleh dari Singapura, secara signifikan lebih tinggi yaitu 73%
dari pneumonia secara keseluruhan.3
Berdasarkan data yang didapat dari Departemen Kesehatan RI 2008
memperlihatkan data cakupan pneumonia pada balita menurut provinsi belum ada yang
mencapai target nasional, yaitu sebesar 76%. Akan tetapi terdapat provinsi yang dengan
cakupan yang jauh lebih tinggi dari provinsi lainnya, yaitu NTB (56,60%) dan Jawa
Barat (41,63%). Rata-rata cakupan secara nasional baru mencapai 19,19%.4
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia
terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Ampisilin atau Penisilin G
merupakan obat pilihan pertama untuk pasien anak dengan pneumonia yang sudah
melakukan imunisasi lengkap sebelumnya dan juga pada remaja dengan pneumonia
ringan maupun sedang, sedangkan Sefalosporin generasi ke-3 (Seftriakson atau
Sefotaksim) diindikasikan pada anak yang belum melakukan imunisasi lengkap
sebelumnya atau dengan pneumonia berat.5
Berdasarkan guideline IDSA (Infectious Diseases Society of America)
merekomendasikan untuk pemilihan obat antibotik sebagai terapi empiris pada balita
pneumonia usia 2 12 bulan yaitu Ampisilin, yang digunakan sebagai first-line
therapy untuk pola kuman Streptococcus pneumonia.7 Hal tersebut dikarenakan
penyebab tersering pada usia 2 12 bulan yaitu bakteri gram positif (streptococcus
pneumoniae, staphylococcus aureus, group A streptococcus) sedangkan balita usia 13
60 bulan atau lebih penyebab tersering yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif (pseudomonas, mycoplasma pneumonia) dan unuk pemilihan obat antibiotik
sebagai terapi empiris yaitu golongan sefalosporin generasi kedua dan ketiga.7
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa status gizi dapat mempengaruhi
imunitas seseorang, sehingga apabila seseorang mengalami malnutrisi atau gizi buruk
maka pertahanan tubuhnya akan melemah dan akibatnya seseorang mudah terinfeksi
agen penyakit.8 Pemilihan antibiotik sebagai terapi empiris pada pneumonia
berdasarkan status gizi, penelitian sebelumnya mengatakan pada anak dengan status
gizi baik pilihan terapi yang efektif adalah golongan Penisilin (Amoksisilin atau
Ampisilin). Hal ini berdasarkan penyebab tersering pada anak gizi baik adalah bakteri
gram positif (streptococcus pneumoniae, staphylococcus aureus, group A
streptococcus). Sedangkan pada anak dengan status gizi buruk diberikan antibiotik
golongan Sefalosporin (Sefotaksim atau Seftriakson). Hal ini berdasarkan penyebab
tersering pada anak gizi buruk adalah bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
(pseudomonas, mycoplasma pneumonia) 6, 7
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan terletak di wilayah Kecamatan
Baleendah. Kepadatan penduduknya cukup tinggi, yaitu 1543.44. Hal ini
mengakibatkan tingginya angka kejadian penyakit menular termasuk pneumonia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari LAPTAH (laporan tahunan) Dinas Kesehatan
Bandung Baleendah merupakan daerah yang terpadat di Jawa Barat sehingga hal ini
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia di daerah tersebut. Hasil
keterangan tersebut Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan memiliki angka kejadian
penyakit pneumonia yang masih tertinggi. Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Bandung, jumlah penduduk Kabupaten
Bandung tahun 2011 sebesar 3.299.988 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk
yang tertinggi adalah kecamatan Baleendah yakni sebesar 233.336 jiwa (7.07%).9
Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang perbandingan pemilihan terapi Penisilin dan Sefalosporin sebagai terapi

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


782 | Abdulrahman Mahmud, et al.

empiris pada balita dengan pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan
Kabupaten Bandung.

B. Kajian Pustaka
Berdasarkan Pedoman IDAI penyebab tersering penderita pneumonia pada anak
berumur < 1 tahun adalah bakteri gram positif (streptococcus Pneumonia), sedangkan
penyebab tersering penderita pneumonia pada anak berumur > 1 tahun adalah
kombinasi bakteri gram positif maupun gram negatif.7 Antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan pneumonia yaitu antibiotik narrow spectrum seperti Penisilin atau
Aminopenisilin (Amoksilin dan Ampisilin) yang merupakan pilihan pertama untuk
terapi pneumonia. Pasien dengan resistensi pengobatan Penisilin atau gagal dengan
pemberian Penisilin, pengobatan selanjutnya bisa diberikan terapi antibiotik lini kedua
yaitu Sefalosporin dan Makrolid.11

C. Bahan Dan Metode


Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik melalui uji hipotesis dua
proporsi dengan rancangan cross sectional. Peneliti mengambil sampel berdasarkan
hasil data rekam medik pada balita dengan diagnosis pneumonia yang diberikan terapi
Penisilin dan Sefalosporin sebagai terapi empiris berdasarkan usia dan status gizi di
Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian dianalisis
menggunakan program Stata dan Statistical Package for the Social Science (SPSS)
22.0. Uji perbandingan yang digunakan untuk menilai analisis perbandingan pemilihan
terapi empiris pada balita pneumonia berdasarkan usia dan status gizi adalah Fishers
Exact Test. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari Juni 2015.

D. Hasil
Proporsi balita pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi Penisilin
dan Sefalosporin berdasarkan usia dan status gizi dapat dijelaskan pada tabel dibawah
ini.

Tabel 1 Proporsi Balita dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi
Penisilin dan Sefalosporin

Terapi Pneumonia Pneumonia Berat


n % n %
Golongan Penisilin 26 35.15% 0 0%
Golongan Sefalosporin 23 31.08% 25 33.78%
Total 49 66.22% 25 33.78%

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 74 balita seluruh pasien dengan


pneumonia diberi terapi golongan penisilin sebanyak 26 orang (35,15%), Sedangkan
balita dengan pneumonia berat lebih banyak diberi terapi golongan sefalosporin yaitu 25
orang (33,78%).

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)


Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin dan Sefalosporin Sebagai Terapi Empiris Berdasarkan Usia ...| 783

Proporsi Balita Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi Penisilin dan
Sefalosporin berdasarkan usia dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 Proporsi Balita Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi Penisilin dan
Sefalosporin berdasarkan usia
Usia Pneumonia Pneumonia berat
n % n %
Terapi penisilin
2 12 bulan 14 18.91% 0 0%
13 - 60 bulan 12 16.21% 0 0%
Total 26 35.12% 0 0%
Terapi sefalosporin
2 12 bulan 14 18.91% 15 20.3%
13 - 60 bulan 7 9.46% 10 13.5%
Total 23 28.37% 25 33.8%

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan proporsi balita pneumonia pada usia 2 12 bulan


sebagian besar diberi terapi golongan penisilin dan sefalosporin sebanyak 14 orang
(18,91%), sedangkan balita pneumonia berat yang diberi terapi sefalosporin sebagian
besar berusia 2 12 bulan yaitu 15 orang (20,3%).
Proporsi Balita dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi
Penisilin dan Sefalosporin Berdasarkan Status Gizi dapat dijelaskan pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3 Proporsi Balita dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi Terapi Penisilin
dan Sefalosporin Berdasarkan Status Gizi
Status Gizi Pneumonia Pneumonia berat
n % n %
Golongan Penisilin:
Gizi baik 22 29.72% 0 0%
Gizi kurang 2 2.70% 0 0%
Gizi buruk 2 2.70% 0 0%
Total 26 35.12% 0 0%

Golongan Sefalosporin:
Gizi baik
Gizi kurang 16 21.62% 18 24.32%
Gizi buruk 4 5.40% 6 8.10%
Total 3 4.05% 1 1.35%
23 31.07% 25 33.77%

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan proporsi balita pneumonia dengan status gizi


baik yang diberi terapi penisilin hampir seluruhnya yaitu 22 orang (29,72%), sedangkan
terapi sefalosporin lebih banyak diberi untuk balita pneumonia berat dengan status gizi
baik sebanyak 18 orang (24,32%) dan gizi kurang yaitu 6 orang (8,10%).
Perbandingan Balita dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi
terapiPenisilin dan Sefalosporin berdasarkan usia dapat dijelaskan pada tabel dibawah
ini.

Tabel 4 Perbandingan Balita dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat yang diberi terapi
Penisilin dan Sefalosporin berdasarkan usia
Usia Pneumonia Pneumonia berat P value

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


784 | Abdulrahman Mahmud, et al.

n % n %
Terapi Penisilin
2 12 bulan 14 18.91% 0 0%
13 60 bulan 12 16.21% 0 0% *
Total 26 35.12% 0 0%
Terapi
Sefalosporin
2 12 bulan 14 18.91% 15 20.2%
13 60 bulan 7 9.5% 10 13.5% 0,59
Total 23 28.41% 25 33.7%
Keterangan: * (tidak dapat dianalisis, karena tidak ada pembanding)

Tabel 4 menunjukkan perbandingan balita pneumonia yang diberi terapi


golongan penisilin dan sefalosporin berdasarkan usia (2 12 bulan dan 13 60 bulan)
di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung periode 2013 2014. Pada
balita pneumonia dan pneumonia berat yang diberi terapi golongan penisilin dan
sefalosporin usia 2 12 bulan dan 13 60 bulan tidak dapat dianalisis karena tidak
terdapat pembanding, sedangkan pada balita pneumonia dan pneumonia berat yang
diberi terapi golongan penisilin dan sefalosporin usia 2 12 bulan dan 13 60 bulan
tidak terdapat perbandingan yang signifikan antara usia dan golongan obat dengan nilai
P value (0,59).
Perbandingan balita dengan pneumonia yang diberi terapi golongan Penisilin dan
Sefalosporin berdasarkan Status Gizi dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5 Perbandingan Balita dengan Pneumonia yang diberi terapi Penisilin dan
sefalosporin berdasarkan Status Gizi
Status gizi Pneumonia Pneumonia Berat P
value
n % N %
Terapi pensilin
Gizi baik 22 29.72% 0 0%
Gizi kurang 2 2.70% 0 0% *
Gizi buruk 2 2.70% 0 0%
Total 26 35.12% 0 0%
Terapi
sefalosporin
Gizi baik 16 21.62% 18 24.32%
Gizi kurang 4 5.40% 6 8.10% 0.44
Gizi buruk 3 4.05% 1 1.35%
Total 23 31.07% 25 33.77%
Keterangan: * (tidak dapat dianalisis karena tidak ada pembanding)

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan perbandingan balita dengan pneumonia yang


diberi terapi golongan penisilin dan sefalosporin berdasarkan status gizi. Pada balita
pneumonia dan pneumonia berat yang diberi terapi golongan penisilin berdasarkan
status gizi tidak dapat dianalisis karena tidak terdapat pembanding, sedangkan balita
pneumonia dan pneumonia berat yang diberi terapi golongan sefalosporin berdasarkan
status gizi tidak terdapat perbandingan yang signifikan antara status gizi dan golongan
pneumonia dengan nilai P value (0,44).

E. Pembahasan
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 74 balita dengan pneumonia secara
keseluruhan diberi terapi golongan penisilin sebanyak 26 orang (35,15%), dibandingkan

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)


Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin dan Sefalosporin Sebagai Terapi Empiris Berdasarkan Usia ...| 785

balita dengan pneumonia berat. Sedangkan balita dengan pneumonia berat lebih banyak
diberi terapi golongan sefalosporin yaitu 25 orang (33,78%). Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Asih dkk (2006), bahwa terapi pilihan pertama untuk anak dengan
pneumonia diberi terapi golongan penisilin, sedangkan terapi golongan sefalosporin
diberi pada anak dengan pneumonia berat.10 Penelitian ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa Ampisilin atau Penisilin G merupakan obat pilihan pertama untuk
pasien anak dengan pneumonia pneumonia ringan maupun sedang. Sedangkan
Sefalosporin generasi ke-3 (Seftriakson atau Sefotaksim) diindikasikan pada anak
dengan pneumonia berat.5
Tabel 2 menunjukkan bahwa balita dengan pneumonia usia 2 12 bulan
diberi terapi golongan penisilin dan sefalosporin yaitu 14 orang (18,91%), sedangkan
balita dengan pneumonia berat usia 2 12 bulan lebih banyak yang diberikan terapi
golongan sefalosporin yaitu 15 orang (20,3%). Hal ini sesuai dengan pedoman WHO
yang menyatakan balita pneumonia usia 2 12 bulan diberikan terapi golongan
penisilin dan balita pnenomia berat usia 13 60 bulan diberikan terapi sefalosporin.5
Tabel 3 menunjukkan bahwa balita pneumonia dengan status gizi baik yang
diberikan terapi penisilin hampir seluruhnya yaitu 22 (29,72%), sedangkan terapi
sefalosporin lebih banyak diberikan untuk balita dengan pneumonia berat dengan status
gizi baik 18 (24,32%) dan gizi kurang yaitu 6 (8,10%). Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian sebelumnya di Amerika (2000) yang menyatakan bahwa balita
dengan pneumonia dengan status gizi baik diberikan terapi golongan penisilin dan balita
dengan gizi buruk diberikan terapi golongan sefalosporin.7 Penelitian ini tidak sesuai
juga dengan teori menyatakan bahwa berdasarkan penyebab tersering pada anak gizi
buruk adalah bakteri gram positif. Sedangkan pada anak dengan status gizi buruk
diberikan antibiotik golongan Sefalosporin (Sefotaksim atau Seftriakson). Hal ini
berdasarkan penyebab tersering pada anak gizi buruk adalah bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif.5, 7
Tabel 4 menunjukkan hasil analitik yang dilakukan dengan menggunakan Fisher
Exact Test menunjukan bahwa pada balita dengan pneumonia dan pneumonia berat
yang diberikan terapi golongan penisilin dengan usia 2 12 bulan dan 13 60 bulan
tidak dapat dianalisis karena tidak ada pembanding, sedangkan pada balita pneumonia
dan pneumonia berat yang diberikan terapi golongan penisilin dan sefalosporin usia 2
12 bulan dan 13 60 bulan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan
golongan obat dengan nilai P value (0,59).
Tabel 5 menunjukkan hasil analitik terhadap pemilihan terapi balita dengan
pneumonia yang diberikan terapi penisilin dan sefalosporin berdasarkan status gizi.
Pada balita pneumonia dan pneumonia berat yang diberikan terapi golongan penisilin
berdasarkan status gizi tidak dapat dianalisis karena tidak ada pembanding. Pada balita
pneumonia dan pneumonia berat yang diberikan terapi golongan sefalosporin
berdasarkan status gizi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan
golongan pneumonia dengan nilai P value (0,65).

F. Simpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa balita pneumonia lebih banyak
diberikan terapi golongan penisilin dan pneumonia berat diberikan terapi empiris
golongan sefalosporin.

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


786 | Abdulrahman Mahmud, et al.

Daftar Pustaka
Riset Kesehatan Dasar. Dinas kesehatan Republik Indonesia. 2013: hlm.1047.
Sugihartono, Nurjazuli. Faktor kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja
puskesmas sidorejo kota pagar alam. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
2012 April; 11(1).hlm.83.
PERDICI. Panduan Tatakelola Pnumonia. 2009.
Profil kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI 2008. Jakarta Depkes RI; 2009.
hlm.100 1.
McCracken GHJR. Etiology and treatment of pneumonia.Pediatri Infectious. 2000;
19.hlm.373-7.
Muniz, Carolina Campos, et al (207). Penicillin and Cephalosporin production: A
Historicaal Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3 4 December
2007. Hlm. 88 98.
Smith JM, Kong M, Cambon A, R Charles, Phd,MS. Effectiveness of antimicrobial
guidelines for community-acquired pneumonia in children. Pediatrics.may 2012;
129. Hlm.2.
Katona P, Katona-Apte J.The interaction between nutrition and infection. Clinical
Practice Invited Article. 2008 mei; 46.hlm.15829.
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Bandung. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
Laptah.2012; 1-7.
Asih, Retno, Landia, dan Makmuri. Pneumonia. Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan
Anak FK Unair; 2006.
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, dkk. The
management of community-acquired pneuomnia in infants and children older
than 3 month of age: clincal practice guidelines by clincal pediatric infectious
diseases society and the infectious diseases society of America. Clinical
Infectious Dieases Advance Acces Published.USA: IDSA Guidelines; 2011
August 30.hlm.10.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Вам также может понравиться