Вы находитесь на странице: 1из 5

Kenali dan Cegah Kanker Cervix Uteri

Kanker Cervix Uteri (kanker leher rahim / Ca. Cervix) merupakan penyebab kedua
kematian akibat kanker pada wanita di dunia (setelah kanker payudara). Hampir 80
% kasus ini terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, kanker ini merupakan
pembunuh pertama karena kanker.
Di seluruh dunia, setiap 2 menit seorang wanita meninggal karena kanker serviks.
Di Asia Pasifik, setiap 4 menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks.

Epidemiologi Ca Cervix di Indonesia:

Indonesia terdiri dari 13.500 pulau-pulau, dengan jumlah penduduk


lebih dari 230 juta jiwa, dan jumlah perempuan sekitar 48 juta.
Dari jumlah tersebut kita mesih memiliki screening coverage yang
sangat rendah, yaitu kurang dari 5%(bandingkan dengan target
coverage 80%). Selain itu penderita umumnya datang pada stadium
lanjut (lebih 70% datang diatas stadium IIB).
Keadaan ini mengakibatkan kejadian Ca Cervix di Indonesia sangat
tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko:


Kanker cervix uteri disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV).
Ada 2 kelompok HPH, yaitu :

Kelompok risiko tinggi untuk ca.cerix: 16, 18, 26, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52,
53, 56, 58, 59, 66, 68, 73, 82.

Kelompok risiko rendah untuk ca. cervix: 6, 11, 40, 42, 43, 44, 54, 61, 72, 81.

Dari beberapa tipe diatas, tipe 16 dan 18 merupakan virus yang paling banyak
diasosiasikan dengan Ca. Cervix

Tanda dan Gejala:

Pada keadaan awal, seringkali penderita tidak merasakan adanya keluhan atau
gangguan. Sejalan dengan perkembangan kankernya, maka daat timbul keluhan
berikut:

1. Keputihan
2. Nyeri panggul
3. Contact bleeding (perdarahan senggama)
4. Perdarahan spontan per vaginam
5. Kesulitan buang air kecil.

Pencegahan:
Pencegahan merupakan kunci dalam penanggulangan Ca. Cervix di Indonesia. Ada
2 pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu primer dan sekunder.

1. Pencegahan primer, dilakukan pada perempuan yang tidak memiliki bukti


klinis terkena penyakit. Ini dilakukan melalui vaksinasi dan pendidikan
kesehatan

2. Pencegahan sekunder, yaitu untuk mendeteksi secara dini serta


memperlambatatau menghentikan perjalanan penyakit. Pada tahap ini
dilakukan skrining dengan papsmear, IVA dan Kolposkopi.

Vaksinasi Profilaksis untuk HPV:

1. GSK bivalen yang mengandung antigen HPV tipe 16 dan 18 (nama dagang:
Cervarix) diberikan secara IM di M. Deltoideus pada bulan ke-0, 1 dan 6.

2. Merck Qudrivalent yang mengandung antigen HPV tipe 6, 11, 16 dan 18


(nama dagang Gardasil), diberikan secara IM di M. Deltoideus pada bulan ke
0, 2 dan 6.

Skrining:
Metode skrining yang direkomendasikan di Indonesia adalah dengan papsmear dan IVA.

Bila dengan papsmear didapatkan hasil negatif, maka skrining selanjutnya disarankan pada
waktu 1 - 2 tahun berikutnya. Hasil papsmear dikategorikan dalam 5 kelas sebagai berikut:

Kelas I Normal

kelas II Atypical

Kelas III Abnormal (ringan, sedang, berat)

Kelas IV Insitu

Kelas v Kanker invasif

Hasil IVA dapat diamati langsung 1-2 menit setelah asam asetat dioleskan. Gambarannya adalah
sebagai berikut:

IVA negatif
IVA negatif (dengan kista naboti)

IVA positif

Referensi:
Ca Cervix

Вам также может понравиться