Вы находитесь на странице: 1из 12

1

Hubungan Komplikasi Pre Operasi Batu Ureter Terhadap Keberhasilan


Operasi Ureterorenoskopi Lithotripsi di RS Biomedika pada Periode
Februari 2010 - Februari 2013

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram

Oleh :
Gusti Putu Ary Dharmawan
H1A 010 020

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
2

Hubungan Komplikasi Pre Operasi Batu Ureter Terhadap Keberhasilan Operasi Ureterorenoskopi
Lithotripsi di RS Biomedika pada Periode Februari 2010 - Februari 2013

Gusti Putu Ary Dharmawan, Akhada Maulana, Wahyu Sulistya Affarah

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

ABSTRACT

Background : Ureteral stones is a stone formed in the kidney Calix systems, which fall into the ureter. The incidence
of this disease is not the same in different parts of the world depends on geography, ethnicity, and lifestyle of the
people. Ureterorenoscopy discovery in the 1980s has dramatically changed the management of ureteral stones.
Ureterorenoscopy rigid used in conjunction with ultrasonic lithotripsy, electrohydraulic lithotripsy, laser lithotripsy and
pneumatic lithotripsy in order to provide better results. In NTB since the introduction of this tool in 2010 had many
patients ureteral stones and ureteral stenosis ureterorenoscopy action. With this study is expected to note the
relationship of complications with ureteral stones ureterorenoskopi successful operation in all cases of patients with
ureteral stones.

Methods : The study design was cross-sectional. The sampling technique used was consecutive sampling. The
samples used were all patients who underwent ureterorenoscopy lithotripsy surgery at the Hospital Biomedika
Mataram period 2010-2013. The research instrument used in the form of medical records of patients .Statistical
analyzes used were descriptive and bivariate analysis using Lambda test method to determine the relationship
between the obstruction, and hydronephrosis with successful operation of URS Lhitotripsy.

Results : The results of bivariate analysis showed that the variable obstruction and hydronephrosis have a weak
relationship with the successful operation ureterorenoscopy lithotripsy . Based on the Lambda test , p-value obtained
was 0.00 and R value obtained was 0.00 , indicating that the obtained equation has a weak discrimination

Conclusion : There is a weak correlation between obstuction and hydronephrosis with successful operation in
patients undergoing URS surgery at the Hospital Biomedical Mataram year period 2010-013

Keywords : ureterorenoscopy lithotripsy , hydronephrosis , obstruction, lambda test

ABSTRAK

Latar belakang : Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kaliks ginjal, yang turun ke
ureter. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi tergantung pada kondisi geografis, etnis,
dan pola hidup masyarakat. Penemuan ureteroskopi pada tahun 1980-an telah mengubah secara dramatis
manajemen batu ureter. Ureteroskopi rigid digunakan bersama dengan litotripsi ultrasonik, litotripsi elektrohidrolik,
litotripsi laser dan litotripsi pneumatik agar memberikan hasil lebih baik. Di NTB sejak diperkenalkannya alat ini pada
tahun 2010 telah banyak pasien batu ureter maupun stenosis ureter yang dilakukan tindakan ureterorenoskopi.
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui hubungan komplikasi batu ureter dengan
keberhasilan operasi ureterorenoskopi pada semua kasus pasien dengan batu ureter.

Metode : Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
consecutive sampling. Sampel yang digunakan adalah semua pasien yang menjalani operasi Ureterorenoscopy
Lithotripsi di Rumah Sakit Biomedika Mataram periode tahun 2010-2013. Instrumen penelitian yang digunakan
berupa rekam medis pasien. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis bivariat
menggunakan metode uji Lambda untuk mengetahui hubungan antara obstruksi, dan hidronefrosis dengan
keberhasilan operasi URS Lithotripsi.
3

Hasil : Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel obstruksi dan hidronefrosis memiliki hubungan yang lemah
dengan keberhasilan operasi Ureterorenoscopy Lithotripsi. Berdasarkan uji Lambda, nilai p yang didapatkan adalah
0,00. Nilai r yang didapatkan adalah 0,00, hal ini menunjukan bahwa persamaan yang didapatkan mempunyai
diskriminasi yang lemah
Simpulan : Terdapat hubungan yang lemah antara obstuksi dan hidronefrosis dengan keberhasilan operasi URS
pada pasien yang menjalani operasi URS di Rumah Sakit Biomedika Mataram periode tahun 2010-013
Kata kunci : ureterorenoskopi lithotripsi, hidronefrosis, obstruksi, uji lambda

Pendahuluan keberhasilan maupun kegagalannya sehingga


memerlukan tindakan konversi dengan
Batu ureter pada umumnya adalah batu
ESWL.Dengan dilakukannya penelitian ini
yang terbentuk di dalam sistim kaliks ginjal,
diharapkan dapat diketahui hubungan
yang turun ke ureter. Angka kejadian penyakit ini
komplikasi batu ureter dengan keberhasilan
tidak sama di berbagai belahan bumi tergantung
operasi ureterorenoskopi pada semua kasus
pada kondisi geografis, etnis, dan pola hidup
pasien dengan batu ureter. Sehingga
masyarakat. Batu ureter adalah keadaan
kedepannya dapat dilakukan penanganan
dimana terdapat batu saluran kencing, batu
secara tepat pada penyakit batu ureter.
yang terbentuk ketika konsentrasi substansi
tertentu seperti kalium, oksalat, kalium fosfat, Metodologi Penelitian
dan asam urat meningkat. Penemuan
Penelitian ini merupakan penelitian
ureteroskopi pada tahun 1980-an telah
dekskriptif analitik. Merupakan penelitian yang
mengubah secara dramatis manajemen batu
dirancang dengan desain penelitian Cross
ureter. Namun, keterbatasan dari alat semirigid
Sectional .Penelitian ini dilakukan dengan
dan fleksibel ini adalah sempitnya saluran untuk
pengambilan sampel dari rekam medis di RS
bekerja.Saat ini, pilihan alat tergantung dari
Biomedika Mataram, untuk pasien batu ureter
lokasi batu, komposisi batu dan pengalaman
yang dilakukan tindakan ureterorenoskopi
klinikus, serta ketersediaan alat. Di NTB sejak
lithotripsi sejak Februari 2010 - Februari 2013.
diperkenalkannya alat ini pada tahun 2010 telah
banyak pasien batu ureter maupun stenosis Hasil Penelitian dan Pembahasan
ureter yang dilakukan tindakan
Ureterorenoskopi. Di NTB prevalensi batu ureter Pengambilan dan pengumpulan data dari

berada dalam 0,3% dari total 0,6% prevalensi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

nasional, dimana kemungkinan dikarenakan Biomedika ini dilakukan mulai tanggal 1

iklimnya yang panas dan juga kondisi geografis September 2013 sampai dengan tanggal 1

dari wilayahnya 1,2,3. Desember 2013. Data yang digunakan


merupakan data sekunder yang diambil dari
Namun sampai saat ini, belum ada data rekam medis sampel batu ureter yang
penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi menjalani operasi ureterorenoskopi lithotripsi di
operasi URS ini, bagaimana dengan Rumah Sakit Biomedika.
4

Populasi dalam penelitian ini adalah semua


Perempuan Laki-Laki
rekam medis sampel batu ureter yang menjalani
operasi URS pada periode Februari 2010 hingga 18%
Februari 2013 yang berjumlah 304. Dari data
tersebut didapatkan 180 sampel batu ureter 82%
yang menjalani operasi selain dengan prosedur
URS dengan Lithotripsi, dan yang memenuhi
kriteria inklusi ada 124 sampel. Sehingga 124
sampel yang merupakan sampel batu ureter Gambar 1. Diagram Distribusi Sampel
dengan komplikasi hidronefrosis dan obstruksi
Berdasarkan Jenis Kelamin
yang ditatalaksanai dengan prosedur
Hasil ini juga serupa ditemukan pada
ureterorenoskopi lithotripsi.
penelitian yang dilakukan Manzoor pada tahun
Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin 2013, mendapatkan presentase laki-laki lebih

Sampel banyak daripada perempuan dengan


perbandingan 72,6% berbanding 27,4%.

Berdasarkan tabel dibawah didapatkan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subhani

bahwa kejadian Batu Ureter lebih banyak terjadi didapatkan presentase laki-laki 73% dan

pada laki-laki dengan frekuensi 102 orang presentase wanita 27%. Hal ini disebabkan

(82,3%) , dan perempuan dengan 22 orang karena jenis kelamin merupakan faktor intrinsik

(17,7%). Sehingga dari data tersebut dapat yang secara epidemiologis mempermudah

disimpulkan bahwa lebih banyak sampel terjadinya batu ureter. Jenis kelamin laki-laki

berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. memiliki faktor resiko tiga kali lebih banyak dari
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis sampel perempuan 4,5,6.
Kelamin Gambaran Usia Sampel
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Didapatkan gambaran usia sampel
Kelamin
terdistribusi dalam rentang usia 20 hingga 80
N Jenis Frekue Persentase(
o Kelamin nsi %) tahun. Untuk jumlah dan presentasenya
Sampel disajikan dalam table dan diagram di bawah ini :
1. Perempua 22 17,7
n Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
2. Laki-laki 102 82,3
Data Usia Sampel
Total 124 100 Usia Frekuensi Presentase (%)
Sampel(Tahun)
20-30 12 9,7
31-40 30 24,2
41-50 34 27,4
51-60 31 25,0
61-70 14 11,3b
71-80 3 2,4
Total 124 100
5

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan

40 Tempat Tinggal
35
Distibusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal
30 No. Alamat Sampel Frekuensi Presentase
25 (%)
20 1. Lombok Barat 10 8,1
jumlah 2. Lombok Tengah 8 6,5
15
Column13. Lombok Utara 2 1,6
10 4. Lombok Timur 16 12,9
5 5. Mataram 67 54,0
6. Bima 9 7,3
0
7. Sumbawa 10 8,1
8. Dompu 2 1,6
Total 124 100.0
70
60
Gambar 2. Grafik. Distribusi Sampel 50
Berdasarkan Usia 40
30
Berdasarkan tabel jumlah sampel 20 Frekuensi
berdasarkan usia didapatkan jumlah terbanyak 10 Column2
0
pada rentang usia 31-60 tahun, rentang usia
tersebut merupakan rentang usia terbanyak
sampel dengan batu ureter dengan gejala
hidronefrosis dan obstruksi ureter. Untuk
kelompok terendah terdistirbusi rata pada
rentang usia dewasa awal 20-30 tahun dan Gambar 3. Grafik Distiribusi Sampel
masa manula 65 tahun keatas.
Berdasarkan Tempat Tinggal
Gambaran Alamat Tempat Tinggal Sampel
Berdasarkan tabel di bawah didapatkan
Gambaran Pendidikan Terakhir Sampel
bahwa jumlah terbanyak sampel berasal dari
kota Mataram (54%) disusul Lombok Timur Gambaran ini mendeskripsikan jumlah data
(12,9%) dan selanjutnya ada Lombok Tengah pendidikan terakhir sampel. Berdasarkan tabel
(6,5%) dan Lombok Barat (8,1%). Sumbawa didapatkan presentase terbanyak adalah sampel
(8,1%), Kota Bima (4%), dan kota Dompu yang tidak bersekolah sekitar 67,7%, disusul
(1,6%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena sampel bersekolah hingga Sarjana sekitar 19,4
akses yang lebih dekat ke fasilitas kesehatan %, selanjutnya ada SLTA dengan presentase
dan gaya hidup yang kurang aktivitas atau 11,3% dan terakhir ada tamatan SD sekitar
sedentary life. 1,6%. Melalui data ini dapat diperkirakan tingkat
pengetahuan sampel mengenai penyakit yang
dialami. Juga tingkat kesadaran sampel dalam
6

memeriksakan penyakitnya dan mendapatkan 120


perawatan di Rumah Sakit. 100
80
60
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan
40 Frekuensi
Pendidikan Terakhir 20 Column1
0
Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Sampel Frekuensi Presentase (%)
1. SD 2 1,6
2. SLTA 14 11,3
3. Sarjana 24 19,4
4. Tidak Bersekolah 84 67,7
Gambar 4. Grafik Derajat Hidronefrosis
Total 124 100.0

Gambaran Non Visual Ginjal


Gambaran Derajat Hidronefrosis
Gambaran Data Non Visual Ginjal,
Gambaran derajat hidronefrosis
berdasarkan analisis didapatkan data tidak
berdasarkan analisis data SPSS. Didapatkan
terdapat Non Visual Ginjal Sebanyak 122
presentase terbanyak pada derajat I dengan
sampel (98,4%) dan 2 sampel dengan Non
presentase 89,5%, diikuti derajat III dengan
Visual Ginjal (1,6%). Data Non Visual ginjal
4,8%, dan derajat II-III dengan 3,2 %, derajat II
dapat menunjukkan adanya obstruksi ureter,
dengan 1,6 %, derajat III-IV dengan 0,8%.
dimana bila terdapat data non visual ginjal positif
Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan
maka termasuk obstruksi total dan jika tidak
bahwa gejala Hidronefrosis dominan terjadi
terdapat maka kemungkinan termasuk dalam
pada grade I, dan III.
obstruksi parsial. Dari data tersebut didapatkan
bahwa sampel sebagian besar mengalami
obstruksi parsial.
Tabel 6. Gambaran Data Non Visual Ginjal
Data Non Visual Ginjal
No. Non Visual Frekuensi Persentase(%)
Ginjal
1. Ya 2 1,6
2. Tidak 122 98,4
Total 124 100.0

Data Grade Hidronefrosis


No Grade Frekuensi Presentase
. Hidronefrosis (%)
1. Derajat I 111 89,5

2. Derajat II 2 1,6
Tabel 5. Gambaran Derajat Hidronefrosis
3. Derajat III 6 4,8

4. Derajat II-III 4 3,2

5. Derajat III- 1 0,8


IV
Total 124 100.0
7

Gambar 5. Diagram Data Non Visual Ginjal sebanyak 120 sampel (96,8%) yang tidak.
Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan
kebanyakan batu tidak lari ke ginjal
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
dibandingkan dengan batu lari ke Ginjal.
hasil Operasi URS dan Lithotripsi
Tabel 8. Gambaran Batu Lari Ke Ginjal Pasca
Gambarannya meliputi : Data batu pecah
Operasi
habis maupun tidak habis, batu lari ke Ginjal,
dan Ureter Robek. Data Batu Lari Ke Ginjal

No. Batu Frekuensi Persentase(%)


Gambaran Data Batu Pecah Pasca Operasi
lari ke
Dari analisis yang dilakukan didapatkan Ginjal
jumlah batu pecah sebanyak 118 sampel 1. Ya 4 3,2

(95,2%), dan batu yang tidak pecah sebanyak 6 2. Tidak 120 96,8
sampel (4,8%). Dari data tersebut didapatkan Total 124 100.0
bahwa kebanyakan batu pecah setelah
dilakukan prosedur operasi.

Tabel 7. Gambaran Data Batu Pecah Pasca


Operasi
Gambaran Ureter Robek Pasca Operasi

Batu Pecah Berdasarkan analisis data didapatkan data

Ya Tidak ureter robek pasca operasi sebanyak 1 sampel


(0,8%) dan sampel untuk ureter tidak robek
5%
sebanyak 123 sampel (99,2%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa data ureter
95% tidak robek lebih banyak daripada ureter robek.
Tabel 9. Data Ureter Robek Pasca Operasi
Data Ureter Robek Pasca Operasi

Gambar 6. Diagram Data Batu Pecah No Ureter Frekuens Persentase(%


. Robek i )
1. Ya 1 0.8
Gambaran Data Batu Lari ke Ginjal
2. Tidak 123 99.2
Berdasarkan analisis data didapatkan 4
sampel (3,2%) dengan Batu Lari ke Ginjal, dan
8

Total 124 100.0 Grade 2 0 2


Kete II
rang Grade 5 1 6
an III
Grade 4 0 4
II-III
Ureter Robek
Grade 1 0 1
Ya Tidak III-IV

1% Total 121 3 124

99% Berdasarkan dari tabel diatas dapat


disimpulkan bahwa terdapat korelasi cantara
gejala Hidronefrosis dengan Keberhasilan
Gambar 7. Diagram Ureter Robek Pasca Operasi URS. Dimana pada HN grade I dan III
Operasi didapatkan kegagalan pada operasi URS.
Namun korelasi antara derajat HN dan
Keberhasilan Operasi URS tidak begitu kuat
karena semakin meningkat grade HN tidak
diiringi dengan peningkatan kejadian kegagalan
operasi URS pada sampel.

Hasil Analisis Hubungan Antara Hasil Analisis Hubungan Antara Obstruksi


Keberhasilan Operasi Ureterorenoskopi Saluran Kemih dengan Keberhasilan Operasi
Lithoripsi dengan Derajat Hidronefrosis Ureterorenoskopi Lithoripsi

Berdasarkan hasil dari analisis SPSS Berdasarkan hasil dari analisis SPSS
didapatkan bahwa didapatkan p = 0,00 kurang didapatkan bahwa didapatkan p = 0,00 kurang
dari 0,005 terdapat korelasi, dan r = 0,00 dari 0,005 terdapat korelasi, dan r = 0,00
interpretasi korelasinya yaitu tidak terdapat interpretasi korelasinya tidak terdapat hubungan
hubungan atau korelasinya sangat lemah 7. atau korelasinya sangat lemah7.

Tabel 10. Hubungan Derajat Hidronefrosis Tabel 11. Hubungan Obstruksi Total dan
Lithoripsi dengan Keberhasilan Operasi Parsial dengan Keberhasilan Operasi
Ureterorenoskopi Ureterorenoskopi

Derajat Hasil Operasi Hasil Operasi


Hidronefrosis Berhasi Gagal Total r p Keterangan Total
Berhasil Gagal r p
l
Non Ya 2 0 2 0.0
Grade 109 2 111 0 0
0
I
9

Visual Tidak 119 3 122 mendapatkan bahwa usia rata-rata sampel


Total 121 3 124 adalah 51, 8 tahun dengan rentang 19-87 tahun.
Ginjal
Dapat disimpulkan adalah rata-rata usia berada
pada rentang 42 hingga 51 tahun. Umur tua
Pada analisis data obstruksi didapatkan
dapat menyebabkan gangguan sistem
hubungan yang bermakna dengan keberhasilan
peredaran darah seperti hipertensi dan
operasi URS, dimana pada obstruksi parsial
kolesterol tinggi. Hipertensi menyebabkan
didapatkan 3 operasi URS yang mengalami
perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi
kegagalan, dan 119 yang berhasil. Pada
batu ureter. Kolesterol tinggi merangsang
obstruksi total didapatkan 2 keberhasilan. Dilihat
agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan
dari perbandingan presentase, jumlah
kalsium fosfat sehingga dapat terbentuk batu
keberhasilan jauh lebih banyak dari kegagalan.
ureter 6,8.
Perbandingan jumlah keberhasilan dan
Dari data jenis kelamin sampel didapatkan
kegagalan pada obstruksi total 2 berbanding 0.
bahwa kejadian batu ureter lebih banyak terjadi
Dan perbandingan pada obstruksi parsial 119
pada laki-laki dengan jumlah 102 orang, dan
berbanding 3.
disusul perempuan dengan jumlah 22 orang.
Presentasenya untuk laki-laki didapatkan 82,3%,
sedangkan untuk perempuan 17,7%. Hal ini
disebabkan karena jenis kelamin merupakan
faktor intrinsik yang secara epidemiologis
mempermudah terjadinya batu ureter. Jenis
kelamin : jumlah sampel laki-laki tiga kali lebih

Pembahasan banyak dari sampel perempuan. Hal ini


disebabkan karena pria memiliki kadar hormon
Setelah dilakukan analisis statistik testosteron tinggi yang dapat menyebabkan
menggunakan SPSS terhadap sampel penelitian peningkatan oksalat endogen yang selanjutnya
yang berjumlah 124 sampel, didapatkan akan memudahkan kristalisasi dan
distribusi usia terbesar terdapat pada rentang pembentukan batu 6,9
.
usia 31-60 tahun. Menurut purnomo penyakit
batu ureter sering didapatkan pada usia 30-50 Hasil analisis data alamat tempat tinggal

tahun, karena pada usia tersebut telah mulai sampel didapatkan bahwa jumlah terbanyak

mengalami penurunan faal ginjal dalam filtrasi sampel berasal dari kota Mataram (54%) disusul

senyawa pembentuk batu ureter. Menurut Lombok Timur (12,9%) dan selanjutnya ada

penelitian Manzoor, didapatkan umur terbanyak Lombok Tengah (6,5%) dan Lombok Barat

pada rentang 42 tahun. Menurut penelitian (8,1%). Sumbawa (8,1%), Kota Bima (4%), dan

Alcaide, didapatkan rata-rata usia pada sampel kota Dompu (1,6%). Hal ini kemungkinan

URS adalah 51,7 tahun dengan rentang usia 28- disebabkan oleh faktor geografis dan akses ke

84 tahun. Menurut penelitian Tasleem, pelayanan kesehatan dimana Kota Bima,


10

Dompu, dan Sumbawa secara geografis berada ginjal dapat menunjukkan adanya obstruksi
di pulau yang berbeda dengan wilayah Lombok ureter, dimana bila terdapat data non visual
Barat, Tengah, Timur dan Mataram yang ginjal positif maka termasuk obstruksi total dan
memiliki lokasi yang dekat dengan fasilitas jika tidak dapat termasuk dalam obstruksi
pelayanan kesehatan tersebut. parsial. Dari data tersebut didapatkan data
obstruksi total sebanyak 2 kasus (1,5%).
Untuk data pendidikan terakhir sampel
Berdasarkan sumber pustaka didapatkan
didapatkan presentase terbanyak adalah sampel
bahwa, obstruksi menyebabkan perubahan
yang tidak bersekolah sekitar 67,7%, disusul
struktur dan fungsi pada traktus urinarius dan
sampel bersekolah hingga Sarjana sekitar 19,4
dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal
%, selanjutnya ada SLTA dengan presentase
akibat kerusakan dari parenkim ginjal9.
11,3% dan terakhir ada tamatan SD sekitar
Untuk data post operasi, didapatkan jumlah
1,6%. Melalui data ini dapat diperkirakan tingkat
batu pecah sebanyak 118 sampel (95,2%), dan
pengetahuan sampel mengenai penyakit yang
batu yang tidak pecah sebanyak 6 sampel
dialami. Juga tingkat kesadaran sampel dalam
(4,8%). dari data tersebut didapatkan
memeriksakan penyakitnya dan mendapatkan
kebanyakan batu pecah setelah dilakukan
perawatan di Rumah Sakit.
prosedur operasi. Berdasarkan analisis data

Gambaran derajat hidronefrosis didapatkan Berdasarkan analisis data didaptkan

berdasarkan analisis data SPSS. Didapatkan 4 sampel (3,2%) dengan Batu Lari ke Ginjal, dan

presentase terbanyak pada derajat I dengan sebanyak 120 sampel (96,8%) yang tidak.

presentase 89,5%, diikuti derajat III dengan Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan

4,8%, dan derajat II-III dengan 3,2 %, derajat II kebanyakan batu tidak lari ke ginjal

dengan 1,6 %, derajat III-IV dengan 0,8%. dibandingkan dengan batu lari ke Ginjal. Secara

Berdasarkan teori, hidronefrosis dapat teori, prosedur URS merupakan terapi minimal

mempengaruhi hasil operasi. Persentase invasive yang dapat memberikan gambaran

keberhasilan operasi pada ginjal tanpa secara langsung pada batu sehingga dapat

hidronefrosis 83%, turun menjadi 50% pada memberikan komplikasi yang minimal5.

hidronefrosis derajat sedang dan sangat rendah


Menurut penelitian yang dilakukan oleh
pada hidronefrosis yang berat. Sesuai dengan
Dhinakar didapatkan jumlah batu yang hilang
gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak
secara menyeluruh ada 58 sampel (71,6%),
di pelvis dapat menyebabkan terjadinya
jumlah batu yang hilang secara parsial ada 6
hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada
sampel (7,4%), jumlah batu yang bermigrasi ke
umumnnya tidak memberikan gejala fisik 10.
ginjal ada 5 sampel (6%), jumlah sampel yang
Data non visual ginjal, berdasarkan analisis
mengalami konversi ke operasi terbuka ada 6
didapatkan tidak terdapat non visual ginjal
sampel (7,4%)11.
Sebanyak 122 sampel (98,4%) dan 2 sampel
dengan non visual ginjal (1,6%). Data non visual
11

Berdasarkan analisis data didapatkan data Primer/residif Ginjal tapal kuda/ anomaly
ureter robek pasca operasi sebanyak 1 sampel ektopik
(0,8%) dan sampel untuk ureter tidak robek
sebanyak 123 sampel (99,2%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa data ureter
tidak robek lebih banyak daripada ureter robek.
Simpulan
Menurut penelitian Dhinakar, didapatkan data
avulsi ureter sebanyak 1 sampel, data perforasi Berdasarkan hasil analisis data dan
ureter sebanyak 3 sampel, dan data abrasi pembahasan, dapat disimpulkan dari penelitian
mukosa ureter sebanyak 9 sampel. Cedera ini ini sebagai berikut:
akibat trauma dari luar yaitu trauma tumpul atau 1. Terdapat hubungan yang tidak begitu kuat
tajam yang disebabkan karena prosedur operasi antara obstruksi saluran kemih dengan
(iatrogenik). Literatur menunjukkan keseluruhan keberhasilan operasi Ureterorenoskopi
rate dari komplikasi setelah URS berada dalam Lithotripsi di Rumah Sakit Biomedika
rentang yang rendah (9-25%). Kebanyakan Mataram periode tahun 2010-2013.
komplikasi minor dan tidak membutuhkan 2. Terdapat hubungan yang tidak begitu kuat
intervensi. Striktur uretra menjadi komplikasi antara hidronefrosis dengan keberhasilan
yang paling ditakutkan, namun biasanya jarang operasi Ureterorenoskopi Lithotripsi di
terjadi. Untuk komplikasi lain seperti avulse Rumah Sakit Biomedika Mataram periode
ureter juga jarang terjadi (0,11%). Komplikasi tahun 2010-2013.
lain yang ditakutkan adalah perforasi ureter . 12
3. Faktor resiko lain yang turut diteliti dalam
penelitian ini adalah jenis kelamin, usia,
Dalam menentukan keberhasilan dari
alamat asal, melalui data rekam medis di
tata laksana batu ureter, terdapat berbagai hal
Rumah Sakit Biomedika Mataram periode
yang saling berkaitan satu sama lain.
tahun 2010-2013.
Keberhasilan dari tata laksana batu ureter
Saran
tergantung dari beberapa faktor baik dari faktor
Beberapa hal yang dapat peneliti
batu, anatomi ginjal dan dari faktor sampel.
sarankan diantaranya:
Faktor faktor yang mempengaruhi tata
laksana batu ginjal antara lain : 1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Tabel 12. Faktor yang Mempengaruhi Tata landasan untuk penelitian lebih lanjut,
Laksana Batu Ureter 13 menggunakan pengambilan sampel
dengan teknik random sampling agar data
Batu Anatomi Ginjal
yang didapat menjadi lebih objektif dan
Ukuran Obsruksi/stasis
setiap sampel dalam populasi memiliki
Jumlah Hidronefrosis
kesempatan yang sama dalam pemilihan.
Komposisi Obstruksi ureteropelvic junction
Lokasi Divertikel kaliks
12

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya Lithotripsy (ESWL) vs.


Ureterorenoscopic (URS)
dilakukan pada lokasi yang berbeda dengan
Manipulation in Proximal Ureteric
kurun waktu yang lebih lama agar dapat Stone , Pakistan : Journal of the
College of Physicians and
sebagai pembanding dari hasil yang
Surgeons,2013
didapat pada penelitian ini. 5. Subhani et, al.. Role Of
Ureterorenoscopy In Bypassing The
3. Menggunakan data tambahan dalam bentuk Ureter Obstruction vol.1.
Departement of Urologi and Renal
data primer seperti melalui kuisioner atau Transplant Allied Hospital, Punjab
observasi secara langsung pada sampel. Medical Collage Faisalabad. 2007
6. Purnomo, Basuki B.. Dasar-dasar
Urology. Ed. 4th. Sagung Seto:
4. Diperlukan follow up lebih lanjut terhadap Malang. 2012
7. Suyanto & Salamah, Ummi, , Riset
keberhasilan operasi Ureterorenoskopi
Kebidanan Metodologi dan Aplikasi ,
Lithotripsi pada sampel penelitian. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press,
2008
8. Alcaide, J.R.C. et al., , Flexible
Ureterorenoscopy (URS) :
Technique and Results. Spain :
Urology Departement Hospital
Universatio La Paz. 2010
9. Nurlina. Faktor-faktor Resiko
Kejadian Batu Saluran Kemih Pada
Laki-laki. Semarang : Universitas
Diponegoro. 2008
DAFTAR PUSTAKA 10. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong,
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,
EGC, Jakarta : 1997
11. Dhinakar.. A Retrospective Study of
1. Brunner & Suddarth., Keperawatan
Ureteroscopy Performed at the
Medikal Bedah, alih bahasa
Sultan Qaboos Hospital, Salalah
Hartono, A., Kuncara, M., Ester, M.,
from August 2001 August 2006
Edisi 8, Vol. 2, Jakarta: EGC ,1997
vol. 22. Oman Medical Journal.
2. Pearle, S. Margareth .. Urolhitiasis
2007
Medical and Surgical Management.
12. Turk, C. et al., Guideline of
Informa Health Care : United
Urolithiasis, Europe : Europe
States. 2009
Association of Urology,2011
3. Departemen Kesehatan RI.. Data
Epidemiologi Batu Ginjal di 13. Paterson RF, Lifshitz DA, Kuo RL,
Indonesia. Depkes RI. Jakarta, et al.,Shock Wave Lithotripsy
2010 Monotherapy for Renal Calculi.
4. Manzoor, Salman et al., , Brazil : Int. Braz J. Urology, 2002
Extracorporeal Shock Wave

Вам также может понравиться