Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
mengancam nyawa dengan prognosis yang tidak tentu. Ruang ICU merupakan
ruang perawatan bagi pasien sakit kritis yang memerlukan intervensi segera untuk
hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing
(fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi
utama. Salah satu tindakan suportif adalah pemberian ventilasi buatan dengan
1
menggunakan ventilator misalnya ventilasi mekanik (Sundana, 2008).
ICU di Amerika Utara memiliki 40% pasien dewasa dengan ventilasi mekanik
(Esteban et al., 2000 cit Im et al., 2004). Indonesia, khususnya RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, terdapat 511 pasien dengan ventilasi mekanik di IRI (Rekam Medis
menyebabkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman. Tenaga medis seringnya
banyak pasien dewasa yang sakit kritis mengalami rasa nyeri yang signifikan
selama rawat inap. Di ICU, misalnya, lebih dari 30% pasien memiliki rasa sakit
yang signifikan saat sedang beristirahat dan lebih dari 50% pasien mengalami
nyeri yang signifikan selama proses perawatan rutin, seperti saat proses perubahan
posisi, penyedotan endotrakeal, dan perawatan luka (Puntillo et al., 2001 cit
2
Pasien yang tidak dapat berbicara adalah 68% sedangkan ada 56% pasien
dengan ventilasi mekanik yang mengalami nyeri (Benzon et al., 2008). Temuan
dari dua studi ICU terbaru lainnya dalam sebuah penelitian pengamatan di 44 ICU
di Perancis, dari 1.381 pasien ventilasi mekanik, 51% pasien memiliki nyeri
substansial non-prosedur (Payen et al., 2007 cit Puntillo et al., 2010). Terdapat
734 pasien di IRI RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang diberi analgetik untuk
menurunkan tingkat nyeri pasien. Nyeri lebih banyak dialami pada tingkatan
Association for the Study of Pain, 2007; Morton dan Fontainne, 2009). Pasien di
ICU mengalami nyeri karena status hemodinamik yang tidak stabil, perubahan
sekresi faktor pelepas dari hypothalamus yang merangsang pelepasan hormon dari
2008).
3
Menurut Morton dan Fontaine (2009), beberapa faktor yang berhubungan
dengan nyeri pada individu yang sakit kritis adalah: 1) gejala penyakit seperti
iskemia dan pasca operasi; 2) gangguan tidur dan kurang tidur; 3) imobilitas
akibat alat perawatan seperti selang dan tabung 4) kecemasan dan depresi; 5)
karena tidak mendapatkan hal-hal yang menyenangkan; 10) selalu merasa bising
karena peralatan dan staf; 11) gangguan untuk berubah posisi ditempat tidur; 12)
prosedur pengobatan.
mengakibatkan kasus baru yaitu kecanduan. Pemicu nyeri yang tidak terkontrol
dapat berdampak buruk dari aspek respon stres fisik dan emosional dapat
lainnya, dan meningkatkan lama tinggal di ICU (Morton dan Fontaine, 2009).
Standar manajemen nyeri pada tanggal 1 Januari 2001 telah berlaku untuk
serta manajemen nyeri (The Joint Commission, 2014). RSUP Dr. Sardjito (2012)
American Pain Society mengatakan nyeri sebagai tanda vital yang ke lima
(Campbell, 1996; Veterans Health Administration, 2000). Maka dari itu nyeri
harus dikaji agar dapat diketahui intensitas nyeri tersebut dan juga dapat
4
digunakan sebagai batasan dalam menentukan tindakan yang akan diambil untuk
Nyeri sulit diukur dan ditangani di ICU karena laporan langsung dari pasien
mekanik tidak dapat berbicara (Morton dan Fontaine, 2009). Namun nyeri harus
tetap dikaji dan ditangani dalam kerangka kerja hasil pembangunan dan
dilakukan pengkajian dan pemantauan terhadap pasien. Apabila skor nyeri positif,
harus ada penilaian nyeri lebih lanjut, intervensi yang cepat, dan tindak lanjut
evaluasi rasa sakit dan efektivitas pengobatan (Campbell, 1996; Veterans Health
Administration, 2000).
dengan ventilator, kekuatan otot, komunikasi, ekspresi wajah, dan reaksi fisik
(Glinas et al., 2004). Jika nyeri dikaji dan dinilai dengan baik maka akan ada
kesempatan lebih baik untuk merawat nyeri pada pasien dengan benar. Nyeri
harus diukur dalam setiap pemeriksaan yang lengkap dan dalam banyak
mewawancarai salah satu perawat di IRI RSUP Dr. Sardjito, alat pengkajian nyeri
5
yang digunakan yaitu Visual Analog Scale untuk pasien sadar dan Comfort Scale
untuk pasien tidak sadar. Di IRI RSUP Dr. Sardjito, pasien lebih banyak
pasien.
Menurut hasil penelitian Glinas et al. (2004), banyak indikator nyeri yang
tidak lengkap dan memadai. Agar dapat dikelola secara akurat nyeri harus dinilai
dan diatasi pertama kali karena nyeri merupakan masalah nyata pada pasien kritis
di ICU, termasuk pasien kritis dengan ventilasi mekanik di IRI RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Instalasi Rawat Intensif (ICU). Selang dari ventilasi mekanik yang dibiarkan
sehingga menyebabkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman yang membuat pasien
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, terdapat 511 pasien dengan ventilasi mekanik dan
734 pasien yang diberi analgetik untuk menurunkan tingkat nyeri pasien. Maka
perlu diteliti mengenai manajemen nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
nyerinya menggunakan Visual Analog Scale dan Comfort Scale di IRI RSUP
c) Mengetahui nilai rata-rata nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di IRI
D. Manfaat Penelitian
1. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini untuk evaluasi bagi Rumah Sakit dalam upaya
2. Perawat ICU
7
Hasil penelitian ini sebagai bahan untuk perawat dalam meningkatkan
3. Klien
4. Peneliti Selanjutnya
E. Keaslian Penelitian
Peneliti menemukan beberapa jurnal yang mirip dengan penelitian yang akan
1. Glinas, C., Fortier, M., Viens, C., Fillion, L., Puntillo, K., (2004), dengan
menggambarkan indikator nyeri yang digunakan oleh perawat dan dokter dalam
yang dilakukan oleh perawat untuk mengurangi rasa sakit, dan indikator nyeri
yang digunakan untuk mengkaji ulang nyeri oleh perawat untuk verifikasi
manajemen nyeri pada pasien yang di intubasi. Metode yang digunakan adalah
dengan meninjau dokumen medis dari 2 pusat kesehatan khusus di kota Quebec,
Quebec.
8
183 episode nyeri pada 52 pasien yang menerima ventilasi mekanik di
analisis. Laporan nyeri dari diri pasien langsung tercatat hanya 29%. Intervensi
(<25%) untuk menangani rasa nyeri. Hampir 40% rasa nyeri tidak dinilai ulang
Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Glinas et al., tahun 2004
adalah pengkajian nyeri pada pasien yang menerima alat bantu pernapasan di
dalam penelitian ini juga berbeda, yaitu deskriptif dengan metode observasi.
melakukan observasi terhadap pasien dengan ventilasi mekanik di IRI RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.
Feasibility and the Clinical Utility of the Critical-Care Pain Observation Tool.
penelitian ini.
(CPOT) dengan pasien yang terdaftar adalah 55, 33 pasiennya kembali untuk
mengisi lembar evaluasi mereka. Kurang lebih 70% perawat menyebutkan bahwa
9
keperawatan karena bahasa dan cara menilai nyeri yang standar. Penggunaannya
Observation Tool (CPOT) adalah skala nyeri perilaku yang valid, yang telah
sama yaitu pasien kritis. Metode penelitian juga sama yaitu deskriptif.
nyeri tetapi ingin mengetahui manajemen nyeri pasien dengan ventilasi mekanik
10