Вы находитесь на странице: 1из 14

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan,


terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expentany).
Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan
meningkat lebih cepat.

Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut 1000 orang
perhari dan perkiraan pada tahun 1985 50% dari penduduk berusia lebih dari 50 tahun. Baby
Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan penduduk lanjut usia.

Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980, jumlah penduduk adalah 147,3 juta orang.
Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yan gberumur 50 tahun ke atas, dan 6,3 juta
orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831
(12,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai
Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara.

Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk
(22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara individu proses menjadi tua
menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan
ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi
lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini
selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan
pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai
berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic
nursing (=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang
berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas
memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia
bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia
diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai
dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan penulis terutama tentang lanjut usia dengan hipertensi,
sebagai pembelajaran tentang asuhan keperawatan gerontik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengenal anatomi fisiologi dan proses penuaan

b. Mampu menjelaskan tentang pengertian hipertensi

c. Mampu menjabarkan tentang etiologi dari hipertensi

d. Mampu menjabarkan tentang patofisiologi hipertensi

e. Mampu menyebutkan manifestasi klinik dari hipertensi


f. Mampu menjelaskan tentang perawatan, pengobatan, dan pencegahan hipertensi

g. Mampu menjabarkan komplikasi hipertensi

h. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipertensi

i. Memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan hpertensi

C. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan studi pustaka dan studi kasus di lapangan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Teori

BAB III Asuhan Keperawatan

BAB IV Pembahasan Kasus

BAB V Penutup
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang
menyangkur Lanjut Usia(Nugroho Wahyudi, 1992).

Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang masalah
Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial kesejahteraan,
pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan(Josaputra, 1987).

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian
dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah,
berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman
bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-
kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase
akhir dari rentang kehidupan.

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menurut UU No. 12 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas
60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,yaitu:

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek
terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan
pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran


Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk

B. Batasan atau Pembagian Lanjut Usia

Adapun beberapa pendapat mengenai pembagian atau batasan-batasan Lanjut Usia,


yakni:

1. Menurut WHOLanjut Usia meliputi:

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly : 60-70 tahun

c. Old : 75-90 tahun

d. Very Old : Di atas 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Perkembangan manusia dibagi sebagai
berikut:

a. Masa Bayi : 0-1 tahun

b. Masa Pra sekolah : 1-6 tahun

c. Masa Sekolah : 6-10 tahun

d. Masa Pubertas : 10-20 tahun


e. Masa Dewasa : 20-40 tahun

f. Masa Setengah Umur : 40-65 tahun

g. Masa Lanjut Usia : 65 tahun ke atas

3. Menurut Dra. Ny. Josmasdani:

a. Fase Inventus : 25-40 tahun

b. Fase Verilitas : 40-50 tahun

c. Fase Prasenium : 55-65 tahun

d. Fase Senium : 65 tahun ke atas

4. Menurut Prof. DR. Koesoemato Setyonegoro

a. Elderly Adulhood : 18/20-25 tahun

b. Middle Years : 25-60/65 tahun

c. Geriatric Age : Di atas 65/70 tahun

d. Young Old : 70-75 tahun

e. Old : 75-80 tahun

f. Very Old : Di atas 80 tahun

5. Menurut UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1

Menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan Lanjut Usia setelah mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

C. Teori-teori Proses Menua


Adapun teori-teori menua, yaitu:

1. Teori-teori Biologis

a. Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.Contohnya,
mutasi daripada sel-sel kelamin.

b. Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah.

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi dari produk sisa

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap: Radiasi, Penyakit dan Kekurangan Gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.

2. Teori-teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas dan kegiatan:

a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.

b. Kepribadian berlanjut

a) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.

c. Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan
individu lainnya.

D. Mitos-mitos Lansia dan Kenyataannya


Menurut Sheiera Saul (1974) :

1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan

Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.

Kenyataannya:

a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit.

b. Depresi.

c. Kekhawatiran.

d. Paranoid.

e. Masalah psikotik

2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran

Pandangan bahwa Lanjut Usia pada umumnya:

a. Konservatif

b. Tidak kreatif

c. Menolak inovasi

d. Berorientasi ke masa silam

e. Merindukan masa lalu

f. Kembali ke masa anak-anak


g. Susah berubah

h. Keras kepala

i. Cerewet

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia bersikap dan berpikir demikian.

3. Mitos Berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (Lansia merupakan masa
berpenyakitan dan kemunduran).

Kenyataannya:

a. Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga
rawan terhadap penyakit.

b. Tetapi banyak penyakit masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4. Mitos Senilitas

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu dari
otak.

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan kerusakan bagian otak
(banyak yang masih sehat dan segar)

5. Mitos Seksualitas
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lansia normal saja. Memang frekuensi
hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.

6. Mitos Ketidakproduktifan

Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataannya:

Tidak demikian, banyak Lansia yang mencapai kematangan, kemantapan dan


produktifitas mental dan material pada Lanjut Usia.

E. Penurunan-penurunan dari Sistem-sistem yang Terjadi pada Lansia

Penurunan-penurunan itu meliputi:

1. Sistem Persyarafan

a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

c. Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,


mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.

2. Sistem Pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata.

b. Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.


c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

3. Sistem Penglihatan

a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

d. Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat susah
melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan


volumenya.

c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

d. Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

5. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.


d. O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.

e. CO2 pada arteri tidak berganti.

f. Kemampuan untuk batuk berkurang.

g. Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun.

6. Sistem Gastrointestinal

a. Kehilangan gigi.

b. Indera pengecap menurun.

c. Oesophagus melebar.

d. Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Fungsi absorpsi melemah.

g. Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

7. Sistem Genito Urinaria

a. Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun sampai
50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria
Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.
c. Pembesaran prostat.

d. Atrofi vulva.

e. Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, permukaannya menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan
warna.

f. Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

8. Sistem Endokrin

Вам также может понравиться