Вы находитесь на странице: 1из 7

PEMBAHASAN

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang


memiliki dampak negatif. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran
semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat
memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Selain itu,
kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran yang tidak tertahan
dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia di
hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati,
dan lain-lain. Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia
disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api
Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian
atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 macam kebakaran hutan, Jenis-
jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang


terjadi pada lantai hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan
tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, nyalanya besar
dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe
kebakaran berasal dari api permukaan.

2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar


seluruh tajuk tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang
daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang
terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak
terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.

3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah
lantai hutan. Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran
yang terjadi tidak ditandai dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga
sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang lama pada suatu
tempat.

2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan (kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak), adalah


sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan
rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir,
kecerobohan manusia, dan pembakaran.

Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti api liar yang berasal dari
sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di
Eropa Pertengahan sebagai senjata maritime. Musim kemarau dan pencegahan
kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar. Namun,
sebab utama dari kebakaran hutan adalah pembukaan lahan yang meliputi:
1. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain

Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun


perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran
dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan
dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan
mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah
rawa/gambut.

1. Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di


lahan bekas HPH (Hak Penguasaan Hutan) dan di daerah yang beralang-
alang.

2. Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran


untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa
sawit.

3. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar


peraturan pembukaan lahan.

4. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa


memilih jalan alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan
lahan.

5. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari
letusan gunung berapi.

6. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara


sembarangan dan tanpa mematikan apinya terlebih dahulu.

2.2 Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar

Akibat yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer yang mengakibatkan


gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan,
agama dan ekonomi. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan
mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi
pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas
pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di
musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi
penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-
sungai, karena terbatasnya jarak pandang.

2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran,


terjebak asap atau rusaknya habitat.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
3. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.

4. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim
kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada
musim kemarau.

5. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh


lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup
karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi
penganggur/kehilangan pekerjaan.

6. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas


(ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi
penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa
menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.

7. 1. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan

Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari


hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan
dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya dan hal
tersebut tentu saja ikut mempengaruhi penghasilan yang biasa mereka
dapatkan dari aktivitas sehari-harinya.

8. Terganggunya kesehatan

Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama


munculnya penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Gejalanya bisa
ditandai dengan rasa sesak di dada dan mata agak berair. Untuk Riau
kasus yang paling sering terjadi menimpa di daerah Kerinci, Kabupaten
Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru sendiri lebih
dari 200 orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.

9. Produktivitas menurun

Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita


bisa keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari
tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Hal ini tentu saja
menyebabkan waktu kerja seseorangpun berkurang karena ia harus
menunggu sedikit lama agar matahari mampu memberikan sinar
terangnya. Ketebalan asap juga banyak mengganggu aktivitasnya sehari-
hari.

D. Pengaruh Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

10.1. Hilangnya sejumlah spesies

Kebakaran bukan hanya memusnahkan berjenis-jenis pohon dan berbagai


jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat
terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api telah
mengepung dari segala penjuru.

11.Ancaman erosi

Pada saat hujan turun dan ketika run of terjadi, ketiadaan akar tanah
akibat terbakar sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa
oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan
bukan hanya erosi tetapi juga longsor.

12.Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan

Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi


sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata
rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan
planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment
area tersebut juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun
melayang-layang diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari
tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari
hutan yang telah terbakar tersebut.

13.Penurunan kualitas air

Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di
bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam
menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di
atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya adalah
sungai menjadi keruh.

14.Terganggunya ekosistem terumbu karang

Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya


lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan
beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan
fotosintesa.

15.Sedimentasi di aliran sungai

Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di


bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosis yang terus menerus.

16.E. Pengaruh Terhadap Hubungan Antar negara

Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian


negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di
negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara negara menjadi
terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan Singapura
kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir kebakaran hutan
agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal. Hilangnya sejumlah
spesies dan berbagai dampak yang ditimbulkan ternyata kalah penting
dibanding protes keras dari tetangga.

2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan

Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83
yang kemudian diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya,
sebenarnya telah dilaksanakan beberapa langkah, baik bersifat antisipatif
(pencegahan) maupun penanggulangannya.

1. Upaya Pencegahan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain (Soemarsono, 1997):

(a) Memantapkan kelembagaan dengan membentuk dengan membentuk Sub


Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non struktural berupa
Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-brigade pemadam
kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;

(b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis


pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan;

(c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam


kebakaran hutan;

(d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,


tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;

(e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian


kebakaran hutan;

(f) Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan


Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup;

(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non
kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

2. Upaya Penanggulangan

Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan


penanggulangan melalui berbagai kegiatan antara lain (Soemarsono, 1997):

(a) Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta


melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I
dan II.
(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua
tingkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya,
maupun perusahaan-perusahaan.

(c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui


PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan
SATLAK kebakaran hutan dan lahan.

(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain:
pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan
Kalbar; Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk
kebakaran di Lampung; Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari
negara-negara Asean, Korea Selatan, Cina dan lain-lain.

3. Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini


ternyata belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih
terus terjadi pada setiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain:

(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam
kawasan hutan.

(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih


rendah.

(c) Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi, memberikan


penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan melakukan upaya pemadaman
kebakaran semak belukar dan hutan masih rendah.

(d) Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan


kebakaran hutan belum memadai.

Hasil identifikasi dari serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa


penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang
memicu meluasnya areal kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan
HTI dan perkebunan serta konflik hukum adat dengan hukum negara, maka
untuk meningkatkan efektivitas dan optimasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan perlu upaya penyelesaian masalah yang
terkait dengan faktor-faktor tersebut.

Di sisi lain belum efektifnya penanggulangan kebakaran disebabkan oleh


faktor kemiskinan dan ketidak adilan, rendahnya kesadaran masyarakat,
terbatasnya kemampuan aparat, dan minimnya fasilitas untuk penanggulangan
kebakaran, maka untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan di masa depan antara lain:

1. Melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus
berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya
kebakaran hutan dan semak belukar.

2. Memberikan penghargaan terhadap hukum adat sama seperti hukum


negara, atau merevisi hukum negara dengan mengadopsi hukum adat.

3. Peningkatan kemampuan sumberdaya aparat pemerintah melalui


pelatihan maupun pendidikan formal. Pembukaan program studi
penanggulangan kebakaran hutan merupakan alternatif yang bisa
ditawarkan.

4. Melengkapi fasilitas untuk menanggulagi kebakaran hutan, baik perangkat


lunak maupun perangkat kerasnya.

5. Penerapan sangsi hukum pada pelaku pelanggaran dibidang lingkungan


khususnya yang memicu atau penyebab langsung terjadinya kebakaran

Вам также может понравиться