Вы находитесь на странице: 1из 9

PEMBAHASAN

1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Rasio adalah perbandingan dua perangkat, yang dinyatakan dalam suatu satuan
tertentu. Dalam pengerjaannya, rasio (ratio) adalah perbandingan dikalikan 100. Ukuran
rasio ini sangat sering dipergunakan. Di bawah ini merupakan beberapa pengukuran
rasio:

Perbandingan jumlah antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

Sebagai contoh , kelas IA, SMP 1 Negeri Denpasar mempunyai 20 orang murid yang
terdiri dari 12 orang murid laki-laki, dan 8 orang murid perempuan . Perbandingan jenis
kelamin murid laki-laki terhadap murid perempuan adalah :

12: 8 =1,5 atau 1,5 murid laki-laki disbanding dengan seorang murid perempuan. Agar
tidak terjadi bilangan pecahan desimal, angka ini dikalikan dengan 100, sehingga dapat
dikatakan bahwa kelas tersebut mempunyai perbandngan jenis kelamin 150 laki-laki
disbanding dengan 100 perempuan

Jika jumlah laki-laki dinyatakan dengan symbol M , dan jumlah murid perempuan
dengan symbol F, maka rasio jenis kelamin ( Sex Ratio = SR) dapat ditulis dengan
Rumus:

M .(1)
SR= Xk
F

M =Jumlah penduduk laki-laki

F= jumlah penduduk
perempuan

K= konstanta besarnya sama


Atau dapat pula dikatakan bahwa rasio adalah perbandingan dikaliakan 100

Contoh lain jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 adalah adalah 179,3 juta terdiri dari
89,4 juta laki-laki dan 89,9 juta perempuan.

Dalam contoh diatas rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 adalah sebagai
berikut:

89,4 juta
SR= x 100 = 99
289,9 juta

1
Ini berarti bahwa untuk setiap 99 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk
perempuan apabila angka tersebut jauh dibawah 100, dapat menimbulkan berbagai
masalah, karena ini berarti diwilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki akibatnya
antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah
lain yang berhubungan dengan perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah
banyak penduduk laki-laki meninggalkan daerah , atau kematian banyak terjadi pada
penduduk laki-laki.

2. Rasio Anak Wanita (Child Woman Ratio - CWR)

2.1 Pengertian CWR

Rasio anak wanita (CWR) adalah perbandingan antara jumlah anak dibawah lima
tahun (0-4 tahun) dengan jumah penduduk perempuan usia reproduksi. Jumlah anak usia
dibawah lima tahun sebagai pembilang merupakan jumlah kelahiran selama lima tahun
sebelum pencacahan . jumlah perempuan usia reproduksi sebagai penyebut dapat berasal
dari kelompok umur 15-44 tahun atau 15-49 tahun. Demikian juga usia nak dapat dari
kelompok umur 15-44 tahun atau 15-49 tahun. Demikian juga usia anak dapat diukur dari
0-9 tahun atau 0-14 tahun. Persamaan ukuran CWR adalah :

P 04 P 04
CWR= x k atau CWR= xk .
P f 1544 P f 1549 0

(2)

Diaman

P0-4 = banyaknya penduduk perempuan umur 0-4 tahun

Pf15-44 = banyaknya perempuan umur 15-44 tahun

Pf15-49 = banyaknya perempuan umur 15-49 tahun

K = bilangan konstanta, biasanya 1.000

Sebagai contoh, dilaporkan ada sekitar 787.997 anak kelompok umur 0-4 tahun di
DKI Jakarta pada tahun 1995. Pada saat yang sama, banyaknya perempuan pada
kelompok umur 15-49 tahun adalah 2.857.404 orang. Dengan demikian, ukuran CWR
dapat diketahui sebesar 276 anak per 1.000 perempuan usia 15- 49 tahun dengan
perhitungan sebagai berikut:

2
P 04 787.977
CWR= xk x 1000
P f 1549 2.857 .404

= 275,8 dibulatkan menjadi 276

Perlu dicatat bahwa pada perhitungan rasio anak wanita (CWR) cenferung memakai
jumlah anak usia 0-4 tahun, atau dapat juga dipakai 0-9 tahun dan bukan 0-1 tahun . hal
itu dikarenakan beberapa hal antara lain sebagai berikut.

1. Data dari hasil sensus penduduk dan survey pada umumnya dipublikasikan dalam
bentuk kelompok umur 5 tahunan.
2. Masalah kesalahan dalam pelaporan jumlah kelahiran dan pelaporan umur ( under
enumeration ) lebih banyak terjadi pada usia 0-1 tahun dibandingkan umur anak
lebih tua

2.2 Kelebihan dari CWR

1. Rasio anak wanita merupakan ukuran yang sederhana dan datanya mudah
diperoleh dari sensus atau survey, yakni dengan pertanyaan : berapa jumlah anak
ibu yang dilahirkan hidup, termasuk yang sekarang sudah meninggal?
2. Rasio ini berguna untuk indikasi fertilitas di daerah dengan luas wilayah yang kecil
dan tidak memungkinkan dibuat angka fertilitas menurut umur dan angka fertilitas
total yang memerlukan sampel yang cukup besar untuk perhitungannya.

2.3 Kelemahan dari CWR

1. Kualitasnya sangat dipengaruhi secara langsung oleh kualitas pelapor jumlah anak
dan pelapor umur anak maupun umur ibu. Dibanyak negara berkembang, dimana
penduduk umumnya tidak mempunyai catatan tentang kelahiran anak dan umur
ibu, kualitas pelapor akan semakin rendah
2. Ukuran ini tidak dapat menangkap kasus kematian anak maupun kematian ibu,
khususnya anak berusia di bawah satu tahun, sehingga ada kemungkinan CWR
diperkirakan teralu rendah dibandingkan dengan kenyataan sebenarnya.
3. Tidak memperhitungkan tingkat kesuburan perempuan menurut umur, seperti
halnya ASFR.

3
3. Rasio Ketergantungan ( Dependency Ratio )

Rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara


banyaknya penduduk usia non produktif, dengan banyaknya penduduk usia produktif
(penduduk usia 15-64 tahun).

3.2 Secara matematis, rumus menghitung rasio ketergantungan yaitu :

Total dependency = youth dependency + aged dependency

P 65+ x 100
P 1564
P 014
x 100
P 1564

P 014 + p 65+ x 100


= P 1564

rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan yang dibicarakan dalam


studi demografi sering disebut age dependency ratio. Hal ini disebabkan karena rasio ini
lebih merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan
penduduk usia kerja meskipun tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat
menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja .

Dengan memperhatikan kedua resiko ketergantungan tersebut, untuk usia muda


dan usia lanjut, kita dapat mengetahui kelompok umur mana ynag berkontribusi paling
besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan total . sebagai contoh rasio ketergantungan
penduduk Indonesia tahun 2000 (data table 2.4)

65,23+ 10,22
x 100=55,22
Dependency tahun 2000 = 136,64

65,23
x 100=47,74
Youth dependency tahun 2000 = 136,64

10,22
x 100=7,48
Aged dependency tahun 2000 = 136,64

Hasilnya pada tahun 2000, rasio ketergantungan adalah 55 per 100 penduduk usia
kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia mempunyai
tanggungan sekitar 55 penduduk usia non produktif, 48 diantaranya berasal dari

4
kelompok usia muda, dan 8 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Angka ini jauh
lebih rendah dari rasio ketergantuingan pada tahun 1995, yaitu 81 per 100 penduduk usai
produktif. Rasio ketergantungan penduduk usia tua meningkat selam dekade tersebut,
yaitu 10,2 pada tahun 1955 menjadi 12,5 pada tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia, sebaliknya rasio
ketergantungan penduduk usia muda semakin menurun pada tahun 1995 menjadi 47,2
pada tahun 2000. Penurunan drastic ini terjadi sebagai akibat penurunan rata-rata jumlah
anak yang dipunyai oleh perempaun Indonesia.

4. Proporsi Penduduk

Proporsi adalah perbandingan, namun pembilang merupakan bagian dari penyebut.


a
Jadi, a+b

(3)
Contoh : proporsi penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan menurut hasil
Supas 1995 adalah 35,1% dari seluruh penduduk Indonesia.

5. Persentase penduduk

Presentase adalah proporsi dikaliakan 100

a
Pers=
Pers.= a+b (4)

Dalam analisis demografi atau data yang lain pada umumnya angka proporsi jarang
dimunculkan yang paling banyak digunakan adalah bentuk presentase.

6. Angka Kelahiran dan Kematian Kasar

6.1 Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate - CBR)

adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun tertentu per seribu penduduk pada
pertengahan tahun yang sama secara matematis rumus untuk menghitung CBR adalah
sebagai berikut :

5
B
CBR= k
P ..(5)

Dimana:

B = jumlah kelahiran selama satu tahun

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

K= bilangan konstan biasanya, 100

Sebagai contoh, hasil Supas 1995 menunjukkan bahwa terdapat 187,974 kelahiran
hidup di DKI Jakarta . sementara itu jumlah penduduk DKI Jakarta pada pertengahan
tahun 1995 adalah 9.112.652 orang. Dengan demikian , CBR untuk DKI Jakarta adalah
sebagai berikut

187.974
CBR= 1000=20,6 per 1000 penduduk
9.112 .652

CBR sebesar 20,6 berarti bahwa dari setiap 1000 penduduk di DKI Jakarta terdapat
antara 20 sampai 21 kelahiran hidup pada tahun 1995. CBR DKI Jakartaini lebih
rendah dari CBR Indonesia sebesar 23,9 pada tahun 1995

Perhitungan CBR masih merupakn perhitungan yang sangat kasar. Ukuran ini
disebut sebagai angka kasar crude karena penduduk terpapar yang digunakan
sebagai penyebut adalah penduduk dari semua jenis kelamin termasuk laki-laki serta
semua umur termasuk anak-anak dan orang tua yang tidak mempunyai potensi untuk
melahirkan.

6.2 Angka kematian kasar ( Crude Death Rate CDR )

CDR adalah jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu. Secara
matematis rumusnya yaitu:

6
187.97 jumlah kematian tahuntertentu
CBR= x 1000
jumla h penduduk tah un tertentu

..(6)

D
M= x 1000
Atau P ..

(7)

Diaman ,

M = angka kematian kasar

D= jumlah kematian padsa tahun tertentu

P= jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K= konstanta, umumnya 1000

7. Angka Kelahiran dan Kematian Spesifik

7.1 Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR)

menunjukkan banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada
suatu tahun tertentu per 1,000 perempuan pada kelompok umur dan pertengahan tahun
yang sama sehingga rumusnya yaitu

bi
ASFRi= x K (8)
PiF

Keunggulan angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR)


1.Ukuran ASFR lebih cermat dibandingkan GFR karena telah memperhitungkan
kemampuan perempuan untuk melahirkan (tingkat kesuburan). Sesuai dengan umurnya.
2.Dengan ASFR memungkinkan untuk dilakukannya studi fertilitas menurut kohor(tahun
kelahiran ) atau menurut kelompok umur tertentu.

7
3.ASFR merupakan dasar perhitungan ukuran fertilitas yang selanjutnya, yaitu ukuran
reproduksi ( Total Fertility Rate- TFR, Gross Reproduction Rate GRR, dan Net
Production Rate- NRR)

7.2 Kematian spesifik

Angka kematian menurut umur (ASDR) adalah jumlah kematian yang terjadi
pada kelompok umur tertentu per 1000 penduduk kelompok umur tersebut pada tahun
tertentu.

Jumlah kematian penduduk kelompok umur i pada tahuntertentu


x 1000
ASDRi jumla h penduduk kelompok umur i pada ta hun tertentu

(9)

Atau

Di
x 1000
ASDRi Pi ..(10)

8. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa rasio merupakan perbandingan dua perangkat, yang
dinyatakan dalam suatu satuan tertentu. Dalam pengerjaannya, rasio (ratio) adalah
perbandingan dikalikan 100. Dan ukuran ini sangat sering digunakan.
Rasio anak wanita (CWR) adalah perbandingan antra jumlah anak dibawah lima
tahun (0-4 tahun) dengan jumah penduduk perempuan usia reproduksi. Jumlah anak usia
dibawah lima tahun sebagai pembilang merupakan jumlah kelahiran selama lima tahun
sebelum pencacahan . Jumlah perempuan usia reproduksi sebagai penyebut dapat berasal
dari kelompok umur 15-44 tahun atau 15-49 tahun.
Rasio ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya penduduk usia non produktif, dengan banyaknya penduduk usia produktif
( penduduk usia 15-64 tahun).
Proporsi adalah perbandingan, namun pembilang merupakan bagian dari
penyebut. Sedangkan persentase penduduk, presentase adalah proporsi dikaliakan 100.
a
Pers=
Yaitu dengan rumus Pers.= a+b Dalam analisis demografi atau data yang lain

8
pada umumnya angka proporsi jarang dimunculkan yang paling banyak digunakan adalah
bentuk presentase.
Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate - CBR) adalah banyaknya kelahiran
dalam satu tahun tertentu per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
Sedangkan angka kematian kasar ( Crude Death Rate CDR ) adalah jumlah kematian
per 1000 penduduk pada tahun tertentu.
Angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) menunjukkan banyaknya
kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada suatu tahun tertentu per 1,000
perempuan pada kelompok umur dan pertengahan tahun yang sama. Angka kematian
menurut umur (ASDR) adalah jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur
tertentu per 1000 penduduk kelompok umur tersebut pada tahun tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Samosir Omas Bulan.2010. Dasar-dasar Demografi Edisi
Dua. Jakarta. Salemba Empat.
Nilakusumawati, Desak Putu Eka. 2009. Matematika Populasi. Denpasar. Udayana university
Press.

Вам также может понравиться