Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
SOA seksi 404 mensyaratkan auditor entitas mengaudit dan melaporkan asersi
manajemen mengenai efektivitas pengendalian internal untuk menyatakan pendapat atas
penentuan manajemen mengenai efektivitas pengendalian internal perusahaan atas
pelaporan keuangan.
Dalam upaya penerapan SOA seksi 404, TELKOM menghadapi beberapa kendala
seperti : pemahaman dari seluruh karyawan yang terkait, dokumentasi dan pelaporan
yang dianjurkan SOA seksi 404, perlunya kebijakan baru, dan tekhnologi informasi yang
mendukung penerapan SOA.
Untuk mencapai efektivitas atas pelaporan keuangannya, TELKOM melakukan
pengujian implementasi pengendalian internal atas pelaporan keuangan melalui :
a. Evaluasi atas laporan Control Self Assesment (CSA) oleh masing-masing Unit
Bisnis yang dilaporkan secara triwulan kepada Unit Internal Audit dengan
tembusan Unit Pengelola SOA.
b. Melakukan pengujian lapangan (test of control)
Tujuan pengujian diatas adalah untuk :
a. Mengetahui efektivitas implementasi pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
b. Sebagai bahan masukan bagi Unit Pengelola SOA dan Unit In Charge untuk
melakukan perbaikan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern perlu
dipelihara, dimutakhirkan, dan diperbaiki sebagai bagian dari cara karyawan bekerja,
untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu.
Sarbanes Oxley Act diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang
pada akhirnya meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan, termasuk
investor melalui peningkatan kualitas pengendalian internal.
Penelitian ini menggunakan hipotesis deksriptif, menurut Sugiyono hipotesis
deksriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deksriptif yaitu yang
berkenan dengan variabel mandiri. Dengan demikian, berdasarkan kerangka pemikiran
diatas maka hipotesis yang diajukan adalah Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap efektivitas internal control.
Pemerintah Amerika Serikat menggunakan regulasi atas praktik akuntansi dan audit
untuk perusahaan publik yang terdaftar di bursa Amerika Serikat. Nama resmi undang-
undang yang disahkan tanggal 30 Juli 2002 tersebut bernama The Public Accounting
Reform and Investor Protection Act.
Karena namanya yang panjang, regulasi ini kemudian populer disebut Sarbanes
Oxley Act (SOA). Sebutan ini diambil dari nama dua orang pencetusnya yaitu Senator
Paul Sarbanes dan Congressman Michael G. Oxley dalam kapasitasnya masing-masing
sebagai ketua komisi banking, housing and urban affairs di Senat A.S dan ketua house
committee on financial services di kongres Amerika Serikat.
Regulasi ini bersifat luas (comprehensive) seperti halnya dengan semua hukum
federal lainnya, sedangkan pengaturan yang lebih khusus/spesifik dan administrative
dilakukan oleh SEC (Security and Exchange Commission). Badan yang mempunyai
fungsi sama dengan SEC dalam mengatur pasar modal, di Indonesia adalah BAPEPAM-
LK (Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan). Peraturan-peraturan yang
dibuat oleh ketua BAPEPAM-LK mengatur rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh
perusahaan publik dan perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang sekarang disebut Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.3 Pengertian Sarbanes Oxley Act (SOA)
Sarbanes Oxley Act mempunyai nama panjang, yakni The Public Company
Accounting Reform and Investor Protection Act (Terjemahan : Undang-Undang tentang
Penataan Kembali Akuntansi Perusahaan Publik dan Perlindungan terhadap Investor).
Istilah perusahaan publik di sini bermakna perusahaan-perusahaan yang mencatat dan
memperdagangkan surat-surat berharga (efek-efek) mereka di berbagai pasar modal di
Amerika Serikat. Dari nama panjangnya dapat disimpulkan bahwa Sarbanes Oxley Act
(SOA) merupakan ketentuan perundangan yang merombak ketentuan-ketentuan di bidang
akuntansi.
Sedangkan efektivitas menurut Syahrul, S.E. dan Muhamad Afdi Nizar, S.E. Dalam
Kamus Istilah-istilah Akuntansi (2000), ialah ;
Tingkat dimana kinerja yang sesungguhnya (aktual) sebanding dengan kinerja
yang ditargetkan. Misalnya, apabila suatu perusahaan menetukan rencana target
penjualan 10.000 unit pada awal tahun, dan tenaga penjualan perusahaan hanya
menjual sebanyak 8.000 unit selama tahun tersebut, tenaga penjualan tersebut
dikatakan tidak efektif.
Tujuan
Pengendalian
Internal
Fokus
Pengendalian
Internal
Komponen
Pengendalian
Internal
Kerangka kerja pengendalian internal COSO terdiri dari lima komponen yang saling
terkait yang dapat diterapkan di organisasi. Kelima komponen tersebut antara lain :
1. Lingkungan pengendalian (control environment) adalah payung untuk ke empat
komponen lainnya. Tanpa suatu lingkungan kendali yang efektif, ke empat
komponen lainnya tidak mungkin menghasilkan pengendalian yang efektif.
Pembuatan serta penyesuaian kebijakan dan peraturan perusahaan yang
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal, seperti:
a. Integritas dan nilai-nilai etika
Integritas dan nilai-nilai etika terutama untuk manajemen puncak telah
dinyatakan dan dipahami serta telah disusun standar perilaku untuk pelaporan
keuangan.
b. Board of Directors (BOD)
Komisaris (Komite Audit) melakukan peran dan tanggungjawabnya dalam hal
pengawasan (oversight) yang terkait dengan pelaporan keuangan dan
pengendalian internal.
c. Gaya kepemimpinan dan operasi
Filosofi dan gaya pengelolaan manajemen mendukung pencapaian efektivitas
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
d. Struktur organisasi
Struktur organisasi perusahaan mendukung tercapainya efektivitas
pengendalian internal pelaporan keuangan.
e. Kompetensi di bidang pelaporan keuangan
Perusahaan telah mempertahankan pegawai yang memiliki kompetensi di
bidang pelaporan keuangan dan yang terkait dengan pengawasan.
f. Kewenangan dan tanggung jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan perusahaan telah
ditetapkan secara jelas untuk mencapai ICoFR (Internal Control over
Financial Reporting) yang efektif.