Вы находитесь на странице: 1из 11

GANGGUAN PADA SISTEM RESIRASI

(PNEUMONIA)
Keperawatan Respirasi I
Semester 2

Fasilitator :
Lailatun Nimah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Diki Alifta (131511133006)
Rizky Sekartaji (131511133028)
Itsnaini Lina Khoiriyyah (131511133029)
Ima Matul Khoiriyah (131511133030)
Risma Wahyuningtyas (131511133035)
Zulfia Rahmih (131511133116)
Adilla Kusuma Dewi (131511133124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

Kasus
Tn. W berusia 53 tahun, MRS sejak 4 hari yang lalu. Diagnosa masuk :
Pneumonia. TTV: TD 130/90 mmHg, Nadi 123 x/ menit, RR: 40 x / menit, suhu
40c. Saat ini Tn. W mengeluh nyeri di tempat pemasangan WSD. Skala 8 dari
rentang 1-10. WSD yang terpasang 2 botol, cairan dalam botol berwarna
kekuningan. Terpasang di antara Costa ke 6-7 dekstra. Riwayat pasien merokok
aktif sejak SMA. batuk produktif. Hasil foto thorax: terdapat infiltrat paru
dekstra.

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan


pengisian alveoli dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi,
iritan kimia, dan terapi radiasi (Marlyn E. Doengoes, dkk. 2002). Pada penderita
pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan mengisi alveoli sehingga terjadi kesulitan
penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan kesukaran bernapas (Depkes RI, 2007
).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorium dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Slamet Suyoso, 2001). Definisi lain menyebutkan bahwa pada pneumonia terjadi
peradangan pada salah satu atau kedua organ paru yang disebabkan oleh infeksi
(Machmud, 2006),

B. Klasifikasi Pneumonia

1. Berdasarkan klinis dan epideologis

Pneumonia Komuniti, Pneumonia Nosokomial, Pneumonia Aspirasi,


Pneumonia pada penderita Immunocompromised.

2. Berdasarkan bakteri penyebab

Pneumonia Bakterial / Tipikal, Pneumonia Atipikal, Pneumonia Virus, &


Pneumonia Jamur.

3. Berdasarkan predileksi infeksi


Pneumonia Lobaris, Bronkopneumonia, Pneumonia Interstisial.

C. Tanda dan Gejala Umum

1. Sakit Kepala atau pusing


2. Mual
3. Muntah-Muntah
4. Nafsu makan hilang
5. Sendi akan mengalami rasa nyeri
6. Percepatan pada detak jantung
7. Mengalami rasa sakit saat proses inspirasi

D. Gejala Bahaya

1. Demam
2. Suhu tubuh rendah
3. Batuk berdahak
4. Nyeri dada
5. Nafas menjadi lebih cepat
6. Nyeri otot
7. Sakit kepala

E. WOC

Pneumoni
a

Iritan Agen
kimia Penginfeksi

1. Virus
Rokok dan polusi Reaksi
2. radang
Bakteri akut
Merusak
Leukosit
Imun
Kekurangan gangguan
Infeksi 3. Parasit
Menginfeksi
Inflamas CairanNyeri
pada akut
interstitial pertahanan
Edema
Menghalangisaluran
4.(demam,
jamur jalan
menurun
menurun
nutrisi
F. Pengkajian

A. Identitas Pasien

1. Nama : Tn. W

2. Umur : 53th

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki


4. MRS : 4 hari yang lalu

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Nyeri akut pada costa 6-7 dekstra dengan skala 8 (1-10)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 123 x/menit

RR : 40 x/menit

Suhu : 40c

b. B1 (Breathing) :

- Inspeksi : gerakan pernapasan simetris dan biasanya ditemukan


peningkatan frekuensi pernapasan cepat dan dangkat, adanya retraksi
dinding dada, napas cuping hidung.

- Palpasi : pada palpasi yang dilakukan biasanya didapatkan gerakan dada


saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kiri dan kanan.

- Perkusi : pasien pneumonia tanpa komplikasi biasnya didapatkan bunyi


resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup pada pasien
pneumonia biasanya didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi satu
tempat.

-Auskultasi : pada pasien pneumonia didapatkan bunyi napas melemah dan

bunyi napas tambahan ronchi basah pada sisi yang sakit.

c. B2 (Blood) :
Pada pasien pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :
- Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
- Palpasi : denyut nadi perifer melemah
- Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
- Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan

d. B3 (Brain) :

Klien dengan penumonia yang berat sering mengalami penurunan


kesadaran, Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, merintih,
menangis menahan nyeri

e. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan, karena


oliguria merupakan tanda awal terjadinya syok.

f. B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan, dan


penurunan berat badan.

g. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebapkan
ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis :

Hasil foto thorax terdapat infiltrat paru dekstra

4. Riwayat Kebiasaan Klien :

Perokok aktif sejak SMA

5. Analisis data
DO : Klien nampak merintih kesakitan
Klien nampak batuk produktif
DS : Klien merasakan nyeri pada tempat daerah pemasangan WSD,
dengan skala nyeri 8 dari angka 1-10

P (Provoktatif/Paliatif) : Penyebab klien merasakan nyeri adalah adanya cairan


yang terbentuk di alveoli sehingga menyebabkan
peradangan atau inflamasi

Q (Qualitas/Quantitas) : Nyeri yang dirasakan cukup berat seperti tertusuk

R (Region/Radiasi) : Lokasi keluhan nyeri berada tepat pada pemasangan


WSD

S (Skala Seviritas) : Skala nyeri klien berada di angka 8 dari angka 1-10

T (Timing) : Keluhan nyeri dirasakan saat setelah 4 hari di rumah


sakit dan setelah pemasangan WSD . Nyeri ini
termasuk nyeri akut karena dirasakan kurang dari 3
bulan

G. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut di daerah pemasangan WSD berhubungan dengan efusi pleura


2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas,
tekanan dan nyeri
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

H. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Nyeri akut Mengurangi Mampu Berikan teknik relaksasi Mengalihkan
daerah dan mengontrol perhatian pasien
pemasangan menghilangkan nyeri terhadap rasa
WSD rasa nyeri klien nyerinya
berhubungan sehingga nyeri
dengan efusi pasien berkurang
pleura
Mengembalika Menyatakan Jika nyeri tidak Mengurangi
n rasa nyaman rasa nyaman berkurang,kolaborasika tingkat nyeri
pada klien setelah n dengan dokter untuk yang dirasakan
nyeri pemberian obat pasien
berkurang analgesik
Merencanakan Mampu Observasi skala nyeri Sebagai evaluasi
intervensi mengatasi setelah intervensi yang terhadap
selanjutnya nyeri telah dilakukan intervensi yang
telah dilakukan
Menghindari Mampu Rawat daerah yang Untuk menjaga
resiko infeksi menjaga terpasang WSD secara kebersihan
kebersihan teratur daerah yang
pada WSD terpasang WSD
yang sehingga dapat
terpasang meminimalisir
peluang
terjadinya
infeksi.

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Ketidakefektifan Memberikan menyatakan Pertahankan Meningkatkan
pola pernapasan kenyamanan nyaman pada posisi nyaman, inspirasi
yang pada klien posisi tertentu biasanya maksimal,
berhubungan peninggian meningkatkan
dengan kepala tempat ekspansi paru dan
immobilitas, tidur (head up) ventilasi pada sisi
tekanan dan yang tak sakit.
nyeri.
Menjadikan pola Menunjukkan Observasi pola Agar pasien
nafas yang jalan nafas yang napas dan tercukupi
efektif paten (klien komplikasi oksigennya dan
tidak merasa pola napasnya
tercekik, efektif, serta untuk
irama nafas, mencegah
frekuensi terjadinya
pernafasan komplikasi yang
dalam rentang bisa memperparah
normal, tidak kondisi klien
ada
suara nafas
abnormal)

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Hipertermia Nadi dan RR Nadi 60- Observasi Dengan
berhubungan dalam rentang 100x/menit tanda-tanda mengobservasi
RR 16-20x/menit
dengan proses normal vital tanda-tanda vital
infeksi klien perawat dapat
mengetahui
keadaan umum
klien, serta dapat
memantau suhu
tubuh klien

Suhu tubuh Suhu tubuh 36 Pemberian Dengan pemberian


dalam batas C 37 C kompres kompres hangat
normal hangat pada dapat menurunkan
pasien demam pasien

Mengembalika klien tidak Berikan Klien dengan


n cairan pada mengeluh letih minum per hipertermi akan
tubuh. karena oral memproduksi
kehilangan cairan keringat yang
berlebih yang
dapat
mengakibatkan
tubuh kehilangan
cairan yang
banyak, sehingga
dengan
memberikan
minum peroral
dapat
menggantikan
cairan yang hilang
serta menurunkan
suhu tubuh

Daftar Pustaka

1. http://err.ersjournals.com/content/errev/22/128/117.full.pdf

2. http://www.atsjournals.org/doi/full/10.1164/ajrccm.156.6.9703001

3. Carpenito, Lynda Juall.2000.Sistem Pernapasan.EGC:Jakarta

4. Muttaqin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta

5. Diagnosis Keperawatan 2015-2017 edisi 10 EGC

6. Bulechek, Gloria M,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification.


Oxford: Elsevier
7. Moorhead, Sue,dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification. Oxford:
Elsevier

Вам также может понравиться