Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Asma di
Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara
Valint Fatoni al Lukman
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik UNDIP
The Relationship Between Physical Environment of Housing Conditions
With Asthma Prevalence In Region Of Bulu Lor Primary Health Care North Semarang District
Asthma is one of non-communicable diseases are still a priority on health issue.
Based on preliminary surveys had been conducted in Semarang City Health Department, Bululor Primary Health Care working area has highest prevalence of asthma during 2011. This study aims to determine the relationship between the physical condition of the home environment with the prevalence of asthma in Bulu Lor region working, North Semarang District. This research is cross sectional analytic approach. The study population was all people aged 15- 65 years old who lived in Bulu Lor Region Working. Sample of this study is part of the population which amounts to 76. The analysis was performed using univariate and bivariate analysis such as chi-square, independent samples-test and mann-whitney. The results describe that there are differences in average levels of dust (p=0,002) and relative humidity (p=0,045) between asthmatics and not asthmatics. There is no differences in average of ventilation area (p=0,162) and furniture design scores ( 0,145) the presence of furry animals (p=0,488 ; OR= 1,3 ; CI =95% (0,5 - 3,4)) and exposure to cigarette smoke in the home (p=0,222, OR = 0,5 CI =95% (0,2 - 1,4)) between asthmatics and not asthmatics. Based on the description It can be concluded that the physical condition are level of dust and hummidity were associated with prevalence of asthma in region of Bulu Lor Primary Health Care.
Keywords : Asthma, Home physical environment
Bibliography : 62,(1981-2011)
PENDAHULUAN
Asma merupakan masalah sel dan elemen-elemen seluler yang
kesehatan global yang serius. berperan seperti sel mast, eosinofil, Penyakit ini dapat menyerang limfosit T, neutrofil dan sel epitel semua orang dari segala usia di yang dapat menyebabkan inflamasi. seluruh dunia.(1) Asma adalah (2, 3)
gangguan peradangan saluran Asma dapat mengakibatkan
pernapasan kronis dimana banyak dampak dalam berbagai hal seperti JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
sosial, ekonomi, emosional, dan rentan dapat menyebabkan alergi
angka kematian. Dampak dalam atau reaksi hipersensivitas tipe 1.(9) bidang ekonomi ditunjukkan oleh Kasur kapuk merupakan jenis kasur biaya yang dihabiskan untuk yang menggunakan bahan organik (2,4) mengatasi penyakit ini. Kematian dari buah pohon randu. Kasur kapuk pada kelompok umur tertentu seperti merupakan habitat yang cocok bagi anak-anak dan usia lanjut dapat tungau debu rumah. Reaksi yang disebabkan oleh asma. Angka terjadi antara kasur kapuk dengan kematian dan prevalensi asma keringat, daki, dan serpihan kulit meningkat karena sulitnya manusia merupakan makanan bagi (10) mendiagnosis gejala asma pada tungau debu rumah. Paparan anak di bawah umur 5 tahun. terhadap asap rokok dapat Kematian karena asma pada orang berpengaruh pada proses patologi lanjut usia lebih tinggi jika yaitu dapat memperburuk proses dibandingkan dengan dewasa muda. inflamasi, berpengaruh pada fisiologi Pasien asma usia lanjut yang telah asma yaitu mengakibatkan lama menderita asma terbukti bronkokosntriksi akut, menurunnya memiliki obstruksi jalan napas yang fungsi paru dengan menurunnya (5,6) lebih parah. Sebanyak 300 juta VEP1. (11) orang terkena penyakit asma dan Kualitas perumahan seperti ventilasi menyebabkan sekitar 250.000 yang dapat mempengaruhi kematian per tahun pada tahun kelembaban, paparan asap rokok, (7, 8) 2009. bahan perabot rumah tangga yang Paparan lingkungan dalam digunakan, dan jumlah keberadaan ruangan dan alergen memainkan debu yang banyak dapat memicu peranan penting terjadinya penyakit terjadinya asma. Berdasarkan survei asma. Debu rumah merupakan pendahuluan di Dinas Kesehatan suatu faktor yang menyebabkan Kota Semarang pada tahun 2011 timbulnya penyakit asma. Di dalam prevalensi penyakit asma debu rumah terdapat berbagai menduduki peringkat nomor 4 pada macam zat dan organisme dan salah kategori penyakit tidak menular satunya adalah tungau debu rumah. setelah hipertensi, diabetes, dan Tungau ini menghasikan suatu psikosis yaitu sebesar 7 per 1000 allergen yang pada orang yang penduduk. Wilayah kerja Puskesmas JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Bulu Lor mempunyai angka kejadian 7. Menganalisis hubungan antara
penyakit asma yang tertinggi jika jumlah kadar debu total rumah dibandingkan dengan wilayah dengan kejadian asma puskesmas lainnya di Kota 8. Menganalisis hubungan antara Semarang. Menurut survei yang kelembaban udara pada kamar telah dilakukan pada tanggal 29 dengan kejadian asma. Februari 2012 prevalensi kejadian 9. Menganalisis hubungan antara penyakit asma pada januari- luas ventilasi udara dengan desember 2011 adalah sebesar kejadian asma. 1,31%. Kasus asma banyak terjadi 10. Menganalisis hubungan pada kelompok usia produktif dan antara jenis bahan perabotan usia lanjut yaitu 25-65 tahun tahun rumah tangga yang digunakan ke atas. Oleh karena itu peneliti dengan penyakit asma. memutuskan untuk melakukan 11. Menganalisis hubungan antara penelitian pada subjek dengan keberadaan binatang peliharaan kelompok umur tersebut di wilayah berbulu dengan kejadian puskesmas Bulu Lor. penyakit asma. Tujuan Penelitian : 12. Menganalisis hubungan antara 1. Mendeskripsikan kadar debu paparan asap rokok dengan rumah responden kejadian penyakit asma. 2. Mendeskripsikan kelembaban METODE PENELITIAN rumah responden 3. Mendeskripsikan luas ventilasi Jenis penelitian ini adalah rumah responden penelitian analitik dengan 4. Mendeskripsikan jenis bahan menggunakan pendekatan cross perabotan rumah responden sectional. 5. Mendeskripsikan keberadaan Populasi Sasaran dalam binatang berbulu pada rumah penelitian ini adalah Semua responden penduduk yang berusia 15-65 tahun 6. Mendeskripsikan keberadaan ke atas di wilayah kerja Puskesmas paparan asap rokok pada rumah Bulu Lor. Sampel dalam penelitian responden ini adalah sebagian dari penderita asma maupun bukan penderita asma yang berusia 15-65 tahun JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
keatas yang mencari pengobatan di Kelompok Jumlah Mean Median
Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Bukan 38 11,33 6,14 penderita Semarang Utara. Teknik asma pengambilan sampel dilakukan Penderita 38 13,16 11,72 asma dengan cara non-probability berdasarkan fixed diseases-sample. Tabel 1 menunjukkan bahwa Variabel dalam penelitian ini nilai median kadar debu pada meliputi kadar debu debu rumah, kelompok penderita asma lebih kelembaban ruangan, luas ventilasi, tinggi di jika dbandingkan dengan paparan asap rokok, bahan yang kadar debu pada kelompok bukan digunakan dalam perabot rumah penderita. Nilai median kadar tangga (bantal, kasur, karpet, debu pada kelompok penderita gordyn), keberadaan hewan asma adalah 11,72 mg/m 2 peliharaan berbulu dan kejadian sedangkan nilai median debu asma. Pengukuran dilakukan pada kelompok bukan penderita dengan cara wawancara dengan adalah 6,14 mg/m 2. Berdasarkan menggunakan quesioner dan hasil perhitungan dengan uji peralatan-peralatan seperti vacum statistik non-parametrik Mann- cleaner, mistar, dan higrometer. Whitney didapatkan hasil p- Analisis data dalam value< 0,05 yaitu sebesar 0,002 penelitian ini adalah analisis yang dapat diinterpretasikan univariat dan bivariat. Data yang bahwa ada hubungan antara didapatkan dari hasil penelitian kadar debu dengan kejadian kemudian dianalisis dengan asma. menggunakan chi-square, independent-t test, dan Mann- 2. Hubungan antara kelembaban Whitney. dengan kejadian asma Tabel 2 Perbedaan Kelembaban HASIL PENELITIAN Relative Antara Kelomok Penderita 1. Hubungan antara kadar debu dan Asma dengan Bukan kejadian asma Penderita Asma Tabel 4.9 Perbedaan Kadar Debu antara Kelompok Penderita Asma dengan Bukan Penderita Asma JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan bukan penderita asma.
Kelompok Jumlah Mean Median Pada kelompok bukan penderita Bukan penderita 38 64,97 64,98 asma didapatkan nilai median asma Penderita asma 38 66,57 66,55 lebih besar daripada bukan p= 0,045 penderita asma yaitu sebesar Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai 5,37 sedangkan pada kelompok median kelembaban pada rumah bukan penderita asma responden penderita asma lebih didapatkan nilai median sebesar tinggi dari pada rumah responden 5,15. Berdasarkan hasil uji bukan penderita asma. Nilai statistik Mann-Whitney median kelembaban pada didapatkan nilai p-vaue> 0,05 kelompok penderita asma yaitu 0,162 yang berarti tidak sebesar 64,98 sedangkan nilai ada beda luas ventilasi antara median kelembaban pada kelompok bukan penderita asma kelompok bukan penderita asma dengan penderita asma. Hal sebesar 66,55. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa uji statistik Independen samples t- tidak ada hubungan yang test didapatkan nilai p-vaue< 0,05 bermakana antara luas ventilasi yaitu 0,042 yang berarti ada beda dengan kejadian asma. rata-rata kelembaban relatif pada Tabel 3 Perbedaan Luas Ventilasi rumah antara kelompok penderita (m2) antara Kelompok Penderita Asma Dengan asma dengan kelompok bukan Bukan Penderita Asma penderita. Hal tersebut Kelompok Jumlah Mean Median menunjukkan bahwa ada Bukan 38 5,77 5,37 hubungan yang bermakna antara penderita kelembaban relatif dengan asma Penderita 38 5,47 5,15 kejadian asma. asma p= 0,162
3. Hubungan antara luas ventilasi
dengan kejadian asma 4. Hubungan antara Bahan Perabot
Tabel 4.11 yang digunakan dengan Kejadian
menunjukkan beda mean dan Asma
median luas venilasi antara Tabel 4.12 Perbedaan Skor
Bahan Perabot kelompok penderita asma Rumah Tangga JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
antara Kelompok perabot rumah tangga yang
Bukan Penderita digunakan dengan kejadian Asma dengan Penderita Asma asma.
Kelomp Jumla Mea Media
ok h n n 5. Hubungan antara keberadaan Bukan 38 12,9 12,50 hewan berbulu dengan kejadian penderit 1 a asma asma Penderit 38 11,7 12,00 Tabel 5 Analisis Bivariat a asma 9 Hubungan antara p= 0,145 keberadaan hewan Tabel 4.12 menunjukkan berbulu dengan kejadian asma beda mean dan median skor desain perabot rumah tangga No Keberada Penderita Asma an Hewan Ya % Tidak % yang digunakan antara berbulu kelompok pnderita asma 1 Tidak ada 20 52,6 23 60,5 2 Ada 18 47,4 15 39,5 dengan kelompok bukan Jumlah 38 100 38 100 penderita asma. Tabel tersebut p=0,488 ; OR= 1,3 ; CI =95% (0,5 - 3,4) menunjukkan bahwa pada kelompok bukan penderita asma Hasil analisis menunukkan didapatkan nilai median lebih bahwa pada kelompok penderita besar daripada bukan penderita asma yang rumah nya terdapat asma yaitu sebesar 12,50 hewan berbulu ada 18 dengan sedangkan pada kelompok persentase 47,4% sedangkan bukan penderita asma jumlah rumah yang tidak didapatkan nilai median sebesar terdapat hewan berbulu ada 20 12,00. Berdasarkan hasil uji dengan persentase 47,4%. statistik Mann-Whitney Pada kelompok bukan penderita didapatkan nilai p-vaue> 0,05 asma terdapat 15 rumah yang yaitu 0,145 yang berarti tidak terdapat hewan berbulu dengan ada beda skor desain perabot persentase sebesar 39,5% rumah tangga yang digunakan sedangkan jumlah rumah yang dengan kejadian asma. Hal tidak terdapat hewan berbulu tersebut menunjukkan bahwa ada 23 dengan persentase tidak ada hubungan yang 60,5%. Hasil uji statistik bermakana antara desain JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
didapatkan nilai p=0,488; OR= bahwa tidak ada hubungan yang
1,3; CI = 95% (0,5- 3,4). Dari signifikan antara paparan asap hasil analisis tersebut nilai p- rokok dengan kejadian asma. value> 0,05 maka dapat Tabel 4.14 Analisis Bivariat Hubungan antara diinterpretasikan bahwa tidak paparan asap ada hubungan yang signifikan rokok dengan kejadian asma antara keberadaan hewan peliharaan berbulu dengan No Paparan Penderita Asma kejadian asma. asap rokok Ya % Tidak % 1 Tidak 15 39,5 10 26,3 6. Hubungan antara paparan asap terpapar rokok dengan kejadian asma 2 Terpapar 23 60,5 28 73,7 Jumlah 38 100 38 100 Hasil analisis menunjukkan p=0,222, OR = 0,5 CI =95% (0,2 - bahwa pada kelompok penderita 1,4) asma yang terpapar asap rokok karena adanya anggota PEMBAHASAN keluarga yang merokok ada 23 1. Hubungan antara kadar debu dengan persentase 60,5% dan kejadian asma sedangkan penderita yang tidak Debu adalah campuran dari terpapar asap rokok ada 15 bermacam-acam partikel non dengan persentase 39,5%. organik dan beberapa partikel Pada kelompok bukan penderita seperti sisik kulit manusia, bulu asma terdapat 28 responden binatang, sebuk sari, serat-serat yang menyatakan terpapar asap kain dari bulu kapas. Pada debu rokok dengan persentase juga diumpai berbagai jenis sebesar 73,7%% sedangkan alergen seperti alergen dan jumlah responden yang tidak endotoxin dari tungau debu dan terpapar asap rokok ada 10 jamur. Alergen, endotoksin, dan dengan persentase 26,3%. Hasil partikel organik maupun uji statistik didapatkan nilai anorganik. Zat-zat tersebut jika p=0,222; OR= 0,5; CI = 95% kontak dengan manusia akan (0,2- 1,4). Dari hasil analisis mempengaruhi proses-proses tersebut nilai p-value> 0,05 imunologi pada saluran maka dapat diinterpretasikan pernapasan seperti JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
mengaktifkan sel-B dari sistem menimbulkan reaksi alergi dan
kekebaln tubuh untuk hiperresponsivitas pada menghasilkan antibodi Ig-E saluran napas.16 Hasil sehingga menimbulkan reaksi wawancara dengan kuesioner alergi. Pada alergi yang telah pada responden mununjukkan kronis alergen menginduksi bahwa beberapa rumah bronkus untuk berkontraksi dan responden baik penderita mensekresikan mukus yang asma maupun penderita asma (12,13,14,15) berlebih. mengalami kebocoran dan Ada beberapa hal yang dapat rembesan air pada lantai mempengaruhi banyak rumah. Pada penelitian ini juga sedikitnya debu pada rumah. didapatkan data tentang Tingkat pendapatan yang keberadaan jamur pada rendah, umur rumah yang tua, dinding rumah responden. memelihara hewan, kebiasaan Keberadaan jamur ini merokok didalam rumah, kemungkinan besar tanaman serbuk sari dan jarang disebabkan karena membersihkan rumah kelembaban yang berlebih berpengaruh terhadap banyak pada rumah responden. sedikitnya debu yang ada didalam rumah. 3. Hubungan antara luas ventilasi 2. Hubungan antara kelembaban dengan kejadian asma dengan kejadian asma Lubang ventilasi rumah yang Jumlah jamur dan cukup sangat penting karena bakteri umumnya akan dapat mengeluarkan asap yang meningkat dalam kondisi mengandung bahan kimia lembab. Jamur dan bakteri berbahaya serta partikel yang di mengandung beberapa zat keluarkan oleh bahan bakar yang bersifat inflamasif yaitu seperti arang dan kayu. endotoksin bakteri dan (1-3) Ventilasi rumah yang tidak beta-glucan yang akan memadahi dapat menyebabkan mempengaruhi proses beberapa masalah pernapasan imunologi pada saluran seperti bronkhitis, asma, dan pernapasan sehingga memudahkan terjadinya JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
penularan TB Paru.17 Hasil debu akan menumpuk dan
penelitian ini menunjukkan jumlah debu akan semakin bahwa tidak ada hubungan bertambah dan sukar untuk antara luas ventilasi dengan dibersihkan. Desain perabot kejadian asma. Hal tersebut yang seperti itu juga dapat menunjukkan bahwa keadaan mempengaruhi banyak luas ventilasi pada rumah sedikitnya tungau debu rumah bukan faktor risiko terhadap pada kelembaban yang sesuai. penyakit asma. Hasil analisis Hasil penelitian ini menunjukkan bivariat antara luas ventilasi tidak ada hubungan antara jenis dengan kejadian asma tidak bahan perabot rumah tangga menunjukkan hasil yang dengan kejadian asma karena signifikan karena kenyataan dipengaruhi oleh kebiasaan yang ada dilapangan rata-rata membersihkan dan menjemur luas ventilasi pada kelompok secara berkala. penderita asma dan bukan penderita asma tidak berbeda 5. Hubungan antara keberadaan secara statitistik. hewan berbulu dengan kejadian asma 4. Hubungan antara jenis bahan Penelitian ini keberadaan perabot rumah tangga dengan hewan berbulu tidak kejadian asma berhubungan dengan penyakit Desain dan perabot rumah asma karena juga kemungkinan tangga seperti kasur kapuk, besar hewan berbulu bukan karpet kain yang berbulu, sofa merupakan faktor pencetus busa dan gordyn kain yang terjadinya asma. Hal tersebut bebulu dapat mempengaruhi dapat dipengaruhi karena banyak sedikitnya debu pada adanya kedekatan hewan rumah. Debu pada rumah akan berbulu dengan responden, mengendap/ menempel di lama keberadaan hewan permukaan-permukaan seperti berbulu berada dirumah karpet, kasur, bantal gordyn responden dan jarak kandang atau sofa. Jika tidak tidak hewan tersebut dengan rumah dibersihkan secara rutin maka jika hewan tersebut JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
dikandangkan. Secara memperburuk proses inflamasi
keseluruhan ada 33 responden dan hipersensitivitas saluran (43,4%) terdapat hewan pernapasan pada seseorang. berbulu dan ada 43 responden Hasil analisis bivariat antara (56,6% tidak terdapat hewan paparan asap rokok dan kejadian berbulu pada lingkungan sekitar asma pada penelitian ini tempat tinggalnya. Pada bertentangan dengan hasil kelompok responden yang penelitian Elrich dan Rivard(18,19) memiliki hewan peliharaan ada yang menyatakan bahwa adanya 7 responden (33,3%) yang penghuni rumah yang merokok memelihara didalam rumah dan menyebabkan serangan asma. 14 responden (67,7%) yang Perbedaan hasil penelitian memelihara tidak didalam tersebut disebabkan telah adanya rumah /dikandangkan. kesadaran anggota keluarga yang merokok untuk menjauhkan diri. 6. Hubungan antara paparan asap Pada penelitian tersebut yang rokok dengan kejadian asma menjadi responden penelitian Hasil penelitian ini adalah kelompok anak-anak menunjukan bahwa tidak ada sedangkan pada penelitian ini hubungan antara paparan asap yang menjadi responden adalah rokok dengan kejadian asma. dewasa muda dan lansia. Karena Asap rokok merupakan polutan perbedaan kelompok responden yang mengandung banyak penelitian tersebut kemungkinan partikel dan racun yang dapat menyebabkan hasil yang berbeda
3 Guidelines for the Diagnosis and
DAFTAR PUSTAKA Management of Asthma. US Departement of health and 1 E.D Bateman. Global strategy for Human Service, 2007 asthma management and prevention: GINA executive 4 Andrew Nocon. Social And summary. Europe Respiratory Emotional Impact Of Childhood Journal, 2008; 31: pages 143178 Asthma. BMJ. 1991:458-460 2 Andrew Harver Harry Kotses(Ed). 5 Lara J. Akinbami and Keneth C. Asthma, Health and Society. A Schoendrof. Trends in Public Health Perspective.New Childhood Asthma: Prevalence, York: Springer, 2010; pages 4. Health Care Utilization, and JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Mortality. official journal of the 13 Francisca X. M. Rego, Pedro
American Academy of Giavina- Bianchi, Jorge Kalil, L. Pediatrics. 2002;110;315 Karla Arruda, Myrthes Toledo- Barros. The hammock: a 6 P. Weiner, R. Magadle, J. reservoir of allergens. Clinics Waizman, M. Weiner, M. Journal 2011;66(7):1199-1202 Rabner, D. Zamir. Characteristics of asthma in the elderly. Europe 14 Patrick J. Vojta dkk. First National Respiratory Journal 1998; 12: Survey of Lead and Allergens in 564568 Housing: Survey Design and Methods for the Allergen and 7 Sidney S. Braman The Global Endotoxin Components. Burden of Asthma. (Chest Journal Environmental Health 2006; 130:4S12S) Perspectives Vol 110; Number 5; 2002: p 527-531. 8 Christopher H. Fanta. Asthma. New England Journal of 15 Evelyn Milin, Ms; Ana Mara medicine. 2009 Daz,. Review Articleallergy To House Dust Mites And 9 Ummayah. 1992. Uji Serologi pada Asthma. 2004. PRHSJ Vol. 23 alergi debu rumah dengan No. 1 phadezym rest kit. Jurusan ilmu kedokteran dasar klinik. Fakultas 16 Thorn, Jorgen And Ragnar Kedokteran Universitas Rylander. Airways Inflammation Gajah Mada. and Glucan in a Rowhouse Area. American Journal Respiratory 10 David Crowther, Jane Horwood, Critical Care Medicine and Nick Baker House Dust Mites 1998;157:17981803 and the Built Environment: A Literature Review: 2000 17 Guy Howard. Healthy Villages A guide for communities and 11 Thomson NC, Chaudhuri R, community health workers. WHO: Livingston E. Asthma and cigarette 2002 p 61 smoking, Eur Respir J 2004; 24: 82233 18 C. Infante. Childhood Asthma And Indoor Environmental 12 Leslie Elliott, Samuel J. Arbes Risk Factor. American Journal Jr., Eric S. Harvey, Robert C. Lee, Of Epidemiology. 1993; 137. Pivi M. Salo,1 Richard D. Oxford University Press Cohn, Stephanie J. London, and Darryl C. Zeldin. Dust 19 RI. Ehrlich, et al. Risk For Weight and Asthma Childhood Asthma And Wheezing. Prevalence in the National Importance Of Maternal And Survey of Lead and Allergens in Household Smoking. American Housing (NSLAH). Environmental Journal Of Respiratory And Health Perspectives Volume Critical Care Medicine. 1996; 115 Number 2 February 2007 154:3