Вы находитесь на странице: 1из 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Asma di


Wilayah Kerja
Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara

Valint Fatoni al Lukman


Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik UNDIP

The Relationship Between Physical Environment of Housing Conditions


With Asthma Prevalence In Region Of Bulu Lor Primary Health Care North
Semarang District

Asthma is one of non-communicable diseases are still a priority on health issue.


Based on preliminary surveys had been conducted in Semarang City Health
Department, Bululor Primary Health Care working area has highest prevalence of
asthma during 2011. This study aims to determine the relationship between the
physical condition of the home environment with the prevalence of asthma in
Bulu Lor region working, North Semarang District.
This research is cross sectional analytic approach. The study population was all
people aged 15- 65 years old who lived in Bulu Lor Region Working. Sample of
this study is part of the population which amounts to 76. The analysis was
performed using univariate and bivariate analysis such as chi-square,
independent samples-test and mann-whitney.
The results describe that there are differences in average levels of dust (p=0,002)
and relative humidity (p=0,045) between asthmatics and not asthmatics. There is
no differences in average of ventilation area (p=0,162) and furniture design
scores ( 0,145) the presence of furry animals (p=0,488 ; OR= 1,3 ; CI =95% (0,5 -
3,4)) and exposure to cigarette smoke in the home (p=0,222, OR = 0,5 CI =95%
(0,2 - 1,4)) between asthmatics and not asthmatics. Based on the description It
can be concluded that the physical condition are level of dust and hummidity
were associated with prevalence of asthma in region of Bulu Lor Primary Health
Care.

Keywords : Asthma, Home physical environment


Bibliography : 62,(1981-2011)

PENDAHULUAN

Asma merupakan masalah sel dan elemen-elemen seluler yang


kesehatan global yang serius. berperan seperti sel mast, eosinofil,
Penyakit ini dapat menyerang limfosit T, neutrofil dan sel epitel
semua orang dari segala usia di yang dapat menyebabkan inflamasi.
seluruh dunia.(1) Asma adalah (2, 3)

gangguan peradangan saluran Asma dapat mengakibatkan


pernapasan kronis dimana banyak dampak dalam berbagai hal seperti
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

sosial, ekonomi, emosional, dan rentan dapat menyebabkan alergi


angka kematian. Dampak dalam atau reaksi hipersensivitas tipe 1.(9)
bidang ekonomi ditunjukkan oleh Kasur kapuk merupakan jenis kasur
biaya yang dihabiskan untuk yang menggunakan bahan organik
(2,4)
mengatasi penyakit ini. Kematian dari buah pohon randu. Kasur kapuk
pada kelompok umur tertentu seperti merupakan habitat yang cocok bagi
anak-anak dan usia lanjut dapat tungau debu rumah. Reaksi yang
disebabkan oleh asma. Angka terjadi antara kasur kapuk dengan
kematian dan prevalensi asma keringat, daki, dan serpihan kulit
meningkat karena sulitnya manusia merupakan makanan bagi
(10)
mendiagnosis gejala asma pada tungau debu rumah. Paparan
anak di bawah umur 5 tahun. terhadap asap rokok dapat
Kematian karena asma pada orang berpengaruh pada proses patologi
lanjut usia lebih tinggi jika yaitu dapat memperburuk proses
dibandingkan dengan dewasa muda. inflamasi, berpengaruh pada fisiologi
Pasien asma usia lanjut yang telah asma yaitu mengakibatkan
lama menderita asma terbukti bronkokosntriksi akut, menurunnya
memiliki obstruksi jalan napas yang fungsi paru dengan menurunnya
(5,6)
lebih parah. Sebanyak 300 juta VEP1. (11)
orang terkena penyakit asma dan Kualitas perumahan seperti ventilasi
menyebabkan sekitar 250.000 yang dapat mempengaruhi
kematian per tahun pada tahun kelembaban, paparan asap rokok,
(7, 8)
2009. bahan perabot rumah tangga yang
Paparan lingkungan dalam digunakan, dan jumlah keberadaan
ruangan dan alergen memainkan debu yang banyak dapat memicu
peranan penting terjadinya penyakit terjadinya asma. Berdasarkan survei
asma. Debu rumah merupakan pendahuluan di Dinas Kesehatan
suatu faktor yang menyebabkan Kota Semarang pada tahun 2011
timbulnya penyakit asma. Di dalam prevalensi penyakit asma
debu rumah terdapat berbagai menduduki peringkat nomor 4 pada
macam zat dan organisme dan salah kategori penyakit tidak menular
satunya adalah tungau debu rumah. setelah hipertensi, diabetes, dan
Tungau ini menghasikan suatu psikosis yaitu sebesar 7 per 1000
allergen yang pada orang yang penduduk. Wilayah kerja Puskesmas
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Bulu Lor mempunyai angka kejadian 7. Menganalisis hubungan antara


penyakit asma yang tertinggi jika jumlah kadar debu total rumah
dibandingkan dengan wilayah dengan kejadian asma
puskesmas lainnya di Kota 8. Menganalisis hubungan antara
Semarang. Menurut survei yang kelembaban udara pada kamar
telah dilakukan pada tanggal 29 dengan kejadian asma.
Februari 2012 prevalensi kejadian 9. Menganalisis hubungan antara
penyakit asma pada januari- luas ventilasi udara dengan
desember 2011 adalah sebesar kejadian asma.
1,31%. Kasus asma banyak terjadi 10. Menganalisis hubungan
pada kelompok usia produktif dan antara jenis bahan perabotan
usia lanjut yaitu 25-65 tahun tahun rumah tangga yang digunakan
ke atas. Oleh karena itu peneliti dengan penyakit asma.
memutuskan untuk melakukan 11. Menganalisis hubungan antara
penelitian pada subjek dengan keberadaan binatang peliharaan
kelompok umur tersebut di wilayah berbulu dengan kejadian
puskesmas Bulu Lor. penyakit asma.
Tujuan Penelitian : 12. Menganalisis hubungan antara
1. Mendeskripsikan kadar debu paparan asap rokok dengan
rumah responden kejadian penyakit asma.
2. Mendeskripsikan kelembaban
METODE PENELITIAN
rumah responden
3. Mendeskripsikan luas ventilasi Jenis penelitian ini adalah
rumah responden penelitian analitik dengan
4. Mendeskripsikan jenis bahan menggunakan pendekatan cross
perabotan rumah responden sectional.
5. Mendeskripsikan keberadaan Populasi Sasaran dalam
binatang berbulu pada rumah penelitian ini adalah Semua
responden penduduk yang berusia 15-65 tahun
6. Mendeskripsikan keberadaan ke atas di wilayah kerja Puskesmas
paparan asap rokok pada rumah Bulu Lor. Sampel dalam penelitian
responden ini adalah sebagian dari penderita
asma maupun bukan penderita
asma yang berusia 15-65 tahun
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

keatas yang mencari pengobatan di Kelompok Jumlah Mean Median


Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Bukan 38 11,33 6,14
penderita
Semarang Utara. Teknik asma
pengambilan sampel dilakukan Penderita 38 13,16 11,72
asma
dengan cara non-probability
berdasarkan fixed diseases-sample. Tabel 1 menunjukkan bahwa
Variabel dalam penelitian ini nilai median kadar debu pada
meliputi kadar debu debu rumah, kelompok penderita asma lebih
kelembaban ruangan, luas ventilasi, tinggi di jika dbandingkan dengan
paparan asap rokok, bahan yang kadar debu pada kelompok bukan
digunakan dalam perabot rumah penderita. Nilai median kadar
tangga (bantal, kasur, karpet, debu pada kelompok penderita
gordyn), keberadaan hewan asma adalah 11,72 mg/m 2
peliharaan berbulu dan kejadian sedangkan nilai median debu
asma. Pengukuran dilakukan pada kelompok bukan penderita
dengan cara wawancara dengan adalah 6,14 mg/m 2. Berdasarkan
menggunakan quesioner dan hasil perhitungan dengan uji
peralatan-peralatan seperti vacum statistik non-parametrik Mann-
cleaner, mistar, dan higrometer. Whitney didapatkan hasil p-
Analisis data dalam value< 0,05 yaitu sebesar 0,002
penelitian ini adalah analisis yang dapat diinterpretasikan
univariat dan bivariat. Data yang bahwa ada hubungan antara
didapatkan dari hasil penelitian kadar debu dengan kejadian
kemudian dianalisis dengan asma.
menggunakan chi-square,
independent-t test, dan Mann- 2. Hubungan antara kelembaban
Whitney. dengan kejadian asma
Tabel 2 Perbedaan Kelembaban
HASIL PENELITIAN Relative Antara
Kelomok Penderita
1. Hubungan antara kadar debu dan Asma dengan Bukan
kejadian asma Penderita Asma
Tabel 4.9 Perbedaan Kadar Debu
antara Kelompok Penderita Asma
dengan Bukan Penderita Asma
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan bukan penderita asma.


Kelompok Jumlah Mean Median Pada kelompok bukan penderita
Bukan penderita 38 64,97
64,98 asma didapatkan nilai median
asma
Penderita asma 38 66,57 66,55 lebih besar daripada bukan
p= 0,045
penderita asma yaitu sebesar
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
5,37 sedangkan pada kelompok
median kelembaban pada rumah
bukan penderita asma
responden penderita asma lebih
didapatkan nilai median sebesar
tinggi dari pada rumah responden
5,15. Berdasarkan hasil uji
bukan penderita asma. Nilai
statistik Mann-Whitney
median kelembaban pada
didapatkan nilai p-vaue> 0,05
kelompok penderita asma
yaitu 0,162 yang berarti tidak
sebesar 64,98 sedangkan nilai
ada beda luas ventilasi antara
median kelembaban pada
kelompok bukan penderita asma
kelompok bukan penderita asma
dengan penderita asma. Hal
sebesar 66,55. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa
uji statistik Independen samples t-
tidak ada hubungan yang
test didapatkan nilai p-vaue< 0,05
bermakana antara luas ventilasi
yaitu 0,042 yang berarti ada beda
dengan kejadian asma.
rata-rata kelembaban relatif pada
Tabel 3 Perbedaan Luas Ventilasi
rumah antara kelompok penderita (m2) antara Kelompok
Penderita Asma Dengan
asma dengan kelompok bukan
Bukan Penderita Asma
penderita. Hal tersebut
Kelompok Jumlah Mean Median
menunjukkan bahwa ada
Bukan 38 5,77 5,37
hubungan yang bermakna antara penderita
kelembaban relatif dengan asma
Penderita 38 5,47 5,15
kejadian asma. asma
p= 0,162

3. Hubungan antara luas ventilasi


dengan kejadian asma 4. Hubungan antara Bahan Perabot

Tabel 4.11 yang digunakan dengan Kejadian

menunjukkan beda mean dan Asma

median luas venilasi antara Tabel 4.12 Perbedaan Skor


Bahan Perabot
kelompok penderita asma Rumah Tangga
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

antara Kelompok perabot rumah tangga yang


Bukan Penderita
digunakan dengan kejadian
Asma dengan
Penderita Asma asma.

Kelomp Jumla Mea Media


ok h n n 5. Hubungan antara keberadaan
Bukan 38 12,9 12,50 hewan berbulu dengan kejadian
penderit 1
a asma asma
Penderit 38 11,7 12,00 Tabel 5 Analisis Bivariat
a asma 9 Hubungan antara
p= 0,145 keberadaan hewan
Tabel 4.12 menunjukkan berbulu dengan
kejadian asma
beda mean dan median skor
desain perabot rumah tangga No Keberada Penderita Asma
an Hewan Ya % Tidak %
yang digunakan antara berbulu
kelompok pnderita asma 1 Tidak ada 20 52,6 23 60,5
2 Ada 18 47,4 15 39,5
dengan kelompok bukan Jumlah 38 100 38 100
penderita asma. Tabel tersebut p=0,488 ; OR= 1,3 ; CI =95% (0,5 -
3,4)
menunjukkan bahwa pada
kelompok bukan penderita asma
Hasil analisis menunukkan
didapatkan nilai median lebih
bahwa pada kelompok penderita
besar daripada bukan penderita
asma yang rumah nya terdapat
asma yaitu sebesar 12,50
hewan berbulu ada 18 dengan
sedangkan pada kelompok
persentase 47,4% sedangkan
bukan penderita asma
jumlah rumah yang tidak
didapatkan nilai median sebesar
terdapat hewan berbulu ada 20
12,00. Berdasarkan hasil uji
dengan persentase 47,4%.
statistik Mann-Whitney
Pada kelompok bukan penderita
didapatkan nilai p-vaue> 0,05
asma terdapat 15 rumah yang
yaitu 0,145 yang berarti tidak
terdapat hewan berbulu dengan
ada beda skor desain perabot
persentase sebesar 39,5%
rumah tangga yang digunakan
sedangkan jumlah rumah yang
dengan kejadian asma. Hal
tidak terdapat hewan berbulu
tersebut menunjukkan bahwa
ada 23 dengan persentase
tidak ada hubungan yang
60,5%. Hasil uji statistik
bermakana antara desain
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

didapatkan nilai p=0,488; OR= bahwa tidak ada hubungan yang


1,3; CI = 95% (0,5- 3,4). Dari signifikan antara paparan asap
hasil analisis tersebut nilai p- rokok dengan kejadian asma.
value> 0,05 maka dapat Tabel 4.14 Analisis Bivariat
Hubungan antara
diinterpretasikan bahwa tidak
paparan asap
ada hubungan yang signifikan rokok dengan
kejadian asma
antara keberadaan hewan
peliharaan berbulu dengan
No Paparan Penderita Asma
kejadian asma. asap
rokok Ya % Tidak %
1 Tidak 15 39,5 10 26,3
6. Hubungan antara paparan asap terpapar
rokok dengan kejadian asma 2 Terpapar 23 60,5 28 73,7
Jumlah 38 100 38 100
Hasil analisis menunjukkan p=0,222, OR = 0,5 CI =95% (0,2 -
bahwa pada kelompok penderita 1,4)
asma yang terpapar asap rokok
karena adanya anggota PEMBAHASAN
keluarga yang merokok ada 23 1. Hubungan antara kadar debu
dengan persentase 60,5% dan kejadian asma
sedangkan penderita yang tidak Debu adalah campuran dari
terpapar asap rokok ada 15 bermacam-acam partikel non
dengan persentase 39,5%. organik dan beberapa partikel
Pada kelompok bukan penderita seperti sisik kulit manusia, bulu
asma terdapat 28 responden binatang, sebuk sari, serat-serat
yang menyatakan terpapar asap kain dari bulu kapas. Pada debu
rokok dengan persentase juga diumpai berbagai jenis
sebesar 73,7%% sedangkan alergen seperti alergen dan
jumlah responden yang tidak endotoxin dari tungau debu dan
terpapar asap rokok ada 10 jamur. Alergen, endotoksin, dan
dengan persentase 26,3%. Hasil partikel organik maupun
uji statistik didapatkan nilai anorganik. Zat-zat tersebut jika
p=0,222; OR= 0,5; CI = 95% kontak dengan manusia akan
(0,2- 1,4). Dari hasil analisis mempengaruhi proses-proses
tersebut nilai p-value> 0,05 imunologi pada saluran
maka dapat diinterpretasikan pernapasan seperti
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengaktifkan sel-B dari sistem menimbulkan reaksi alergi dan


kekebaln tubuh untuk hiperresponsivitas pada
menghasilkan antibodi Ig-E saluran napas.16 Hasil
sehingga menimbulkan reaksi wawancara dengan kuesioner
alergi. Pada alergi yang telah pada responden mununjukkan
kronis alergen menginduksi bahwa beberapa rumah
bronkus untuk berkontraksi dan responden baik penderita
mensekresikan mukus yang asma maupun penderita asma
(12,13,14,15)
berlebih. mengalami kebocoran dan
Ada beberapa hal yang dapat rembesan air pada lantai
mempengaruhi banyak rumah. Pada penelitian ini juga
sedikitnya debu pada rumah. didapatkan data tentang
Tingkat pendapatan yang keberadaan jamur pada
rendah, umur rumah yang tua, dinding rumah responden.
memelihara hewan, kebiasaan Keberadaan jamur ini
merokok didalam rumah, kemungkinan besar
tanaman serbuk sari dan jarang disebabkan karena
membersihkan rumah kelembaban yang berlebih
berpengaruh terhadap banyak pada rumah responden.
sedikitnya debu yang ada
didalam rumah. 3. Hubungan antara luas ventilasi
2. Hubungan antara kelembaban dengan kejadian asma
dengan kejadian asma Lubang ventilasi rumah yang
Jumlah jamur dan cukup sangat penting karena
bakteri umumnya akan dapat mengeluarkan asap yang
meningkat dalam kondisi mengandung bahan kimia
lembab. Jamur dan bakteri berbahaya serta partikel yang di
mengandung beberapa zat keluarkan oleh bahan bakar
yang bersifat inflamasif yaitu seperti arang dan kayu.
endotoksin bakteri dan (1-3) Ventilasi rumah yang tidak
beta-glucan yang akan memadahi dapat menyebabkan
mempengaruhi proses beberapa masalah pernapasan
imunologi pada saluran seperti bronkhitis, asma, dan
pernapasan sehingga memudahkan terjadinya
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

penularan TB Paru.17 Hasil debu akan menumpuk dan


penelitian ini menunjukkan jumlah debu akan semakin
bahwa tidak ada hubungan bertambah dan sukar untuk
antara luas ventilasi dengan dibersihkan. Desain perabot
kejadian asma. Hal tersebut yang seperti itu juga dapat
menunjukkan bahwa keadaan mempengaruhi banyak
luas ventilasi pada rumah sedikitnya tungau debu rumah
bukan faktor risiko terhadap pada kelembaban yang sesuai.
penyakit asma. Hasil analisis Hasil penelitian ini menunjukkan
bivariat antara luas ventilasi tidak ada hubungan antara jenis
dengan kejadian asma tidak bahan perabot rumah tangga
menunjukkan hasil yang dengan kejadian asma karena
signifikan karena kenyataan dipengaruhi oleh kebiasaan
yang ada dilapangan rata-rata membersihkan dan menjemur
luas ventilasi pada kelompok secara berkala.
penderita asma dan bukan
penderita asma tidak berbeda 5. Hubungan antara keberadaan
secara statitistik. hewan berbulu dengan kejadian
asma
4. Hubungan antara jenis bahan Penelitian ini keberadaan
perabot rumah tangga dengan hewan berbulu tidak
kejadian asma berhubungan dengan penyakit
Desain dan perabot rumah asma karena juga kemungkinan
tangga seperti kasur kapuk, besar hewan berbulu bukan
karpet kain yang berbulu, sofa merupakan faktor pencetus
busa dan gordyn kain yang terjadinya asma. Hal tersebut
bebulu dapat mempengaruhi dapat dipengaruhi karena
banyak sedikitnya debu pada adanya kedekatan hewan
rumah. Debu pada rumah akan berbulu dengan responden,
mengendap/ menempel di lama keberadaan hewan
permukaan-permukaan seperti berbulu berada dirumah
karpet, kasur, bantal gordyn responden dan jarak kandang
atau sofa. Jika tidak tidak hewan tersebut dengan rumah
dibersihkan secara rutin maka jika hewan tersebut
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dikandangkan. Secara memperburuk proses inflamasi


keseluruhan ada 33 responden dan hipersensitivitas saluran
(43,4%) terdapat hewan pernapasan pada seseorang.
berbulu dan ada 43 responden Hasil analisis bivariat antara
(56,6% tidak terdapat hewan paparan asap rokok dan kejadian
berbulu pada lingkungan sekitar asma pada penelitian ini
tempat tinggalnya. Pada bertentangan dengan hasil
kelompok responden yang penelitian Elrich dan Rivard(18,19)
memiliki hewan peliharaan ada yang menyatakan bahwa adanya
7 responden (33,3%) yang penghuni rumah yang merokok
memelihara didalam rumah dan menyebabkan serangan asma.
14 responden (67,7%) yang Perbedaan hasil penelitian
memelihara tidak didalam tersebut disebabkan telah adanya
rumah /dikandangkan. kesadaran anggota keluarga yang
merokok untuk menjauhkan diri.
6. Hubungan antara paparan asap Pada penelitian tersebut yang
rokok dengan kejadian asma menjadi responden penelitian
Hasil penelitian ini adalah kelompok anak-anak
menunjukan bahwa tidak ada sedangkan pada penelitian ini
hubungan antara paparan asap yang menjadi responden adalah
rokok dengan kejadian asma. dewasa muda dan lansia. Karena
Asap rokok merupakan polutan perbedaan kelompok responden
yang mengandung banyak penelitian tersebut kemungkinan
partikel dan racun yang dapat menyebabkan hasil yang berbeda

3 Guidelines for the Diagnosis and


DAFTAR PUSTAKA
Management of Asthma. US
Departement of health and
1 E.D Bateman. Global strategy for
Human Service, 2007
asthma management and
prevention: GINA executive
4 Andrew Nocon. Social And
summary. Europe Respiratory
Emotional Impact Of Childhood
Journal, 2008; 31: pages 143178
Asthma. BMJ. 1991:458-460
2 Andrew Harver Harry Kotses(Ed).
5 Lara J. Akinbami and Keneth C.
Asthma, Health and Society. A
Schoendrof. Trends in
Public Health Perspective.New
Childhood Asthma: Prevalence,
York: Springer, 2010; pages 4.
Health Care Utilization, and
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 493 - 503
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Mortality. official journal of the 13 Francisca X. M. Rego, Pedro


American Academy of Giavina- Bianchi, Jorge Kalil, L.
Pediatrics. 2002;110;315 Karla Arruda, Myrthes Toledo-
Barros. The hammock: a
6 P. Weiner, R. Magadle, J. reservoir of allergens. Clinics
Waizman, M. Weiner, M. Journal 2011;66(7):1199-1202
Rabner, D. Zamir. Characteristics of
asthma in the elderly. Europe 14 Patrick J. Vojta dkk. First National
Respiratory Journal 1998; 12: Survey of Lead and Allergens in
564568 Housing: Survey Design and
Methods for the Allergen and
7 Sidney S. Braman The Global Endotoxin Components.
Burden of Asthma. (Chest Journal Environmental Health
2006; 130:4S12S) Perspectives Vol 110; Number
5; 2002: p 527-531.
8 Christopher H. Fanta. Asthma.
New England Journal of 15 Evelyn Milin, Ms; Ana Mara
medicine. 2009 Daz,. Review Articleallergy To
House Dust Mites And
9 Ummayah. 1992. Uji Serologi pada Asthma. 2004. PRHSJ Vol. 23
alergi debu rumah dengan No. 1
phadezym rest kit. Jurusan ilmu
kedokteran dasar klinik. Fakultas 16 Thorn, Jorgen And Ragnar
Kedokteran Universitas Rylander. Airways Inflammation
Gajah Mada. and Glucan in a Rowhouse Area.
American Journal Respiratory
10 David Crowther, Jane Horwood, Critical Care Medicine
and Nick Baker House Dust Mites 1998;157:17981803
and the Built Environment: A
Literature Review: 2000 17 Guy Howard. Healthy Villages A
guide for communities and
11 Thomson NC, Chaudhuri R, community health workers. WHO:
Livingston E. Asthma and cigarette 2002 p 61
smoking, Eur Respir J 2004;
24: 82233 18 C. Infante. Childhood Asthma
And Indoor Environmental
12 Leslie Elliott, Samuel J. Arbes Risk Factor. American Journal
Jr., Eric S. Harvey, Robert C. Lee, Of Epidemiology. 1993; 137.
Pivi M. Salo,1 Richard D. Oxford University Press
Cohn, Stephanie J. London,
and Darryl C. Zeldin. Dust 19 RI. Ehrlich, et al. Risk For
Weight and Asthma Childhood Asthma And Wheezing.
Prevalence in the National Importance Of Maternal And
Survey of Lead and Allergens in Household Smoking. American
Housing (NSLAH). Environmental Journal Of Respiratory And
Health Perspectives Volume Critical Care Medicine. 1996;
115 Number 2 February 2007 154:3

Вам также может понравиться