Вы находитесь на странице: 1из 6

ASKEP KEDARURATAN PSIKIATRIK

Oleh : MARLISA,S.Kep,Ns

Kedaruratan Psikiatrik :
Gangguan perilaku serius yang bersifat urgen, afek atau pikiran yang membuat

pasien tidak dapat menangani situasi hidup, dan hubungan interpersonal.

Terlalu aktif atau bermusuhan

Kedaruratan psikiatrik Tidak aktif atau depresi

Bunuh diri

PASIEN HIPERAKTIF

Pasien menunjukkan gangguan :

Tidak kooperatif

Perilaku paranoid

Perasaan ansietas dan perilaku sosial abnormal

Gugup yang terus menerus

Depresi dan menangis

Perilaku mengganggu dan ribut dapat terjadi karena intoksikasi alkohol dan obat

Penatalaksanaan kedaruratan

Tentukan apakah pasien mempunyai sakit mental sebelumnya, dirawat, cedera,

atau sakit serius atau apakah pasien menggunakan alkohol atau obat.

Waspadai bahwa pikiran abnormal dan perilaku dapat manjadi manifestasi

gangguan fisik yang mendasari seperti hipoglikemia,stroke, epilepsi dan

toksisitas obat atau alkohol

Usahakan untuk meningkatkan kontrol situasi (lakukan pendekatan)

Berikan agens psikotropik untuk penatalaksanaan kedaruratan terhadap psikosis

fungsional sesuai ketentuan

Pasien dibawa keunit psikiatrik atau atur tindakan rawat jalan


PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan dan agresif biasanya episodik adalah alat untuk

mengekspressikan perasaan marah, takut, atau ketidakberdayaan terhadap

situasi.

Biasanya pasien mempunyai riwayat kekerasan, temper tantrum, atau perilaku

impressif. Seseorang dengan kecenderungan terhadap kekerasan sering

kehilangan kontrol pada saat intoksikasi alkohol atau obat. Anggota keluarga

biasanya adalah korban dengan perilaku agressif.

Pasien yang cenderung melakukan kekerasan termasuk mereka yang

terintoksikasi alkohol atau obat, mereka dengan gejala putus obat atau alkohol,

dan mereka dengan kondisi skizofrenik, paranoid akut, gejala otak organik akut,

psikosis akut, karakter paranoid, kepribadian borderline, atau kepribadian

antisosial.

Ruangan yang didisain khusus dengan dua jalan keluar harus digunakan untuk

wawancara, tidak boleh ada objek yang dapat digunakan untuk senjata yang dapat

terlihat. Jika pewawancara merasa cemas atau merasa tidak enak dengan rspons

pasien, staf keamanan, anggota keluarga, atau petugas perawatan kesehatan lain

harus diminta berada di dekat ruangan itusehingga pertolongan dapat dilakukan jika

dibutuhkan.

Diagnosa perawatan meliputi resiko terhadap tindak kekerasan (pada diri atau

orang lain) yang berhubungan dengan perilaku tidak terkontrol.

Tujuannya adalah membuat kekerasan dalam batas pengontrolan.

PENATALAKSANAAN KEDARURATAN

1. Jaga pintu ruangan tertutup dan tetap dapat dilihat dengan jelas. Staf berada di

antara ruangan dan pintu. Bagaimanapun jangan menghalangi jalan keluar pasien

karena pasien mungkinmerasa terkunci dan terancam.

2. Bantu pasien agar mengontrol kekerasan.

Berikan pasien ruangan ; jangan membuat gerakan tiba-tiba

Jika pasien membawa senjata, katakan bahwa senjata itu harus diserahkan
Jika pasien tidak bersedia menyerahkan senjata, panggil staf keamanan,

mereka mungkin mencari bantuan dari kepolisian setempat.

3. Jangan tinggalkan pasien sendirian, ini mungkin diinterpretasikan sebagai

penolakan atau memberi kesempatan untuk menyakiti diri.

4. Lakukan pendekatan tenang, tanpa kritik, dan tetap dalam kontrol situasi. Sikap

tenang dan terstruktur dapat membantu pasien meningkatkan kontrol.

5. Bicara dan dengarkan pasien :

Intervensi krisis paling baik dilakukan dengan sikap berminat pada

kesejahteraan pasien, dan dengan upaya untuk memperhatikan pasiensambil

tetap waspada

Ketahui keadaan agitasi pasien : contoh, Saya ingin bekerja dengan anda

untuk menghilangkan stress anda

Beri pasien kesempatan untuk ventilasi rasa marah secara verbal, hindari

menantang delusi pasien.

Coba untuk mendengar apa yang sedang pasienb katakan

Sampaikan harapan perilaku yang tepat dan buat pasien sadar bahwa

pertolongan diberikan untuk mendapatkan kontrol :

(1) Biarkan pasien tahu bahwa perilaku kekerasan dapat menakutkan orang

lain dan bahwa kekerasan tidak dapat diterima.

(2) Gambarkan pertolongan yang tersedia pada situasi krisis, klinik,

departemen kedaruratan, fasilitas kesehatan mental.

6. Izinkan personil keamanan atau polisi untuk ikut campur jika pasien tidak dapat

tenang :

Berikan perlindungan hospitalisasi, ini biasanya diterima dengan baik oleh

pasien yang takut kehilangan kontrol atau mnyakiti diri atau orang lain.

Jika terdapat kegagalan pada intervensi di atas untuk melepaskan

ketegangan pada pasien maka berikan medikasi sesuai resep (tranquilisasi

cepat dengan Haloperidol, Diazepam, atau Klorpromazin) untuk menurunkan

ketegangan, cemas, dan hiperaktif.


Gunakan restrein pada saat dibutuhkan, tapi dengan kekuatan yang minimal.

Dapatkan petunjuk dokter untuk restrein :

(1) Gunakan restrein dengan intervensi verbal untuk menenangkan dan dapat

membuat pasien lebih dapat menerima tindakan.

(2) Dapatkan personil yang tepaty yang tersedia untuk melakukan restrein.

(Pencegahan: alat restrein merupakan pilihan terakhir untuk mencegah

pasien mencederai diri atau orang lain yang penggunaannya harus

diyakinkan bhawa restrein dilakukan dengan tepat dan tidak mengganggu

sirkulasi untuk bagian tubuh lain atau mengganggu pernafasan.) Observasi

fisik (mis.: integritas kulit, status sirkulasi, status pernafasan) terus-

menerus dan respons pasien didokumentasikan.

7. Rujuk pasien untuk penanganan kesehatan mental lanjutan setelah serangan,

agitasi dan rasa takut berkurang.

PASIEN DEPRESI

Pada departemen kedaruratan, depresi dilihat dengan kondisi primer pada saat

pasien datang di fasilitas perawatan kesehatan, atau depresi dapat ditunjukkan

dengan cemas dan keluhan somatik.

Seseorang dengan depresi mempunyai beberapa gangguan alam perasaan. Pengkajian

meliputi observasi terhadap kesedihan, apatis, perasaan tidak berharga,

menyalahkan diri, pikiran bunh diri. Keinginan untuk lari, kurang tertarik pada jenis

kelamin, kurang tidur dan penurunan dalam aktifitas.

Individu depresi yang agitasi mungkin nampak gelisah motorik dan ansietas berat.

PENATALAKSANAAN KEDARURATAN

1. Dengarkan pasien dengan tenang, perilaku yang tidak terburu-buru :

Pasein mengekspressikan perasaannya

Berikan pasien kesempatan untuk bercerita tentang masalah pribadi

Antisipasi bahwa pasien mungkin bunh diri


Usahakan untuk menemukan jika pasien punya pikiran tentang usaha bunuh

diri : Pernahkah kamu berfikir untuk menghabisi hidupmu? Pasien umumnya

dapat merasa lega karena ada kesempatan untuk mendiskusikan masalah

pribadi.

Temukan jika terdapat penyakit, dirasakan, atau nyata

Kaji apakah terdapat keadaan depressi yang memburuk

Catat kondisi pasien depressi yang ingin sendiri, karena bunuh diri biasanya

dilakukan pada saat sendiri.

2. Berikan antidepresan dan agen ansietas sesuai resep.

3. Tekankan pada pasien bahwa depresi dapat ditangani

4. Sadari pelayanan krisis dan pendukung di komunitas : pusat kesehatan mental,

konseling, konseling dan rujukan telepon, pusat pencegahan bunuh diri, terapi

kelompok, konseling perkawinan dan keluarga, program bersahabat.

5. Rujuk pasien untuk konsultasi psikiatrik atau ke unit psikiatrik

PASIEN BUNUH DIRI

Usaha bunuhdiri adalah tindakan yang merupakan bagian dari depressi (kehilangan

seseorang yang dicintai, kehilangan integritas tubuh atau status, gambaran diri

buruk) dan dapat dipandang sebagai tangisan untuk minta pertolongan dan

intervensi. Mereka yang berisiko meliputi lansia, laki-laki, dewasa-muda, orang

mengalami stress atau kehilangan yang tidak biasa, pengangguran, cerai, menjanda,

atau hidup sendiri, mereka yang menunjukkan depresi yang signifikan (kehilangan

berat badan, gangguan tidur, keluhan somatik, asyik dengan pikiran bunuh diri) dan

mereka yang punya riwayat usaha bunuh diri sebelumnya atau bunuh diri dalam

keluarga, atau yang menderita penyakit psikiatrik.

PENCEGAHAN

1. Waspadai seseorang yang mempunyai resiko

2. Tentukan apakah seseorang telah mengkomunikasikan pikiran bunh diri, seperti

asyik dengan pikiran kematian atau bercerita tentang bunuh diri yang dilakukan
orang lain : Saya capek hidup, Saya telah menyelesaikan sesuatunya, Saya

lebih baik mati, Saya menjadi beban keluarga

3. Tentukan apakah telah ada usaha bunuh diri sebelumnya sehingga resiko lebih

besar pada kasus ini.

4. Adakah riwayat bunuh diri dalam keluarga

5. Apakah terdapat kehilangan orangtua pada usia muda

6. Adakah rencana khusus untuk bunh diri ? Adakah alat untuk rencana tersebut ?

PENATALAKSANAAN KEDARURATAN

1. Atasi akibat dari usaha bunuh diri (mis. Luka tembak, takar lajak obat)

2. Cegah mencederai diri lebih lanjut, pasien yang telah melakukan usaha bunuh diri

mungkin melakukannya lagi

3. Lakukan intervensi krisis (suatu bentuk psikoterapi singkat) untuk menentukan

potensi bunuh diri ; temukan area depresi dan konflik ; dapatkan dukungan

sistem untuk pasien, dan tentukan apakah dibutuhkan perawatan atau rujukan

psikiatrik

4. Atur untuk dapat masuk ke unit perawatan intensif jika kondisi menuntutnya ;

atur untuk perawatan lebih lanjut atau bawa ke unit psikiatrik bergantung pada

potensi bunuh diri.

Вам также может понравиться