Вы находитесь на странице: 1из 17

2.

7 Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

Satuan batuan tertua yang telah diketahui umurnya adalah batuan sedimen

flysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km). Batuan malihan

(S) belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda dari pada Formasi

Marada; yang jelas diterobos oleh granodiorit yang diduga berumur Miosen (19

2 juta tahun). Hubungan Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih muda,

yaitu Formasi Salo Kalupang dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan tidak begitu

jelas, kemungkinan tak selaras.

Formasi Salo Kalupang (Teos) yang diperkirakan berumur Eosen Awal-

Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan setara dalam umur

dengan bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupang terjadi di

sebelah timur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi di sebelah baratnya.

Satuan batuan berumur Eosen Akhir sampai Miosen Tengah menindih tak

selaras batuan yang lebih tua. Berdasarkan sebaran daerah singkapannya,

diperkirakan batuan karbonat yang dipetakan sebagai Formasi Tonasa (Temt)

terjadi pada daerah yang luas di lembar ini. Formasi Tonasa ini diendapkan sejak

Eosen Akhir berlangsung hingga Miosen Tengah, menghasilkan endapan karbonat

yang tebalnya tidak kurang dari 1750 m. Pada kala Miosen Awal rupanya terjadi

endapan batuan gunungapi di daerah timur yang menyusun Batuan Gunungapi

Kalamiseng (Tmkv).

Satuan batuan berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun Formasi

Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4250 m dan menindih tak selaras batuan-

batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut berselingan
dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan

gunungapi. (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan karbonat mulai

diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan Walanae (Tmpw) dan

Anggota Selayar (Tmps).

Batuan gunungapi berumur Pliosen terjadi secara setempat, dan menyusun

Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv). Satuan batuan gunungapi yang

termuda adalah yang menyusun Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), berumur

Plistosen. Sedimen termuda lainnya adalah endapan aluvium dan pantai (Qac).

Perian Satuan Peta

Endapan Permukaan

Qac ENDAPAN ALUVIUM, RAWA DAN PANTAI: kerikil, pasir,

lempung, lumpur dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai,

rawa, pantai dan delta. Di sekitar Bantaeng, Bulukumba dan Sungai Berang

endapan aluviumnya terutama terdiri dari rombakan batuan gunungapi Gunung

Lompobatang; di dataran pantai barat terdapat endapan rawa yang sangat luas.

Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi

Km FORMASI MARADA (T.M. VAN LEEUWEN, 1974): batuan

sedimen bersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau, arkose, grewake, serpih

dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa, lava dan

breksi yang bersusunan basal, andesit dan trakit. Batupasir dan batulanau

berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih berwarna kelabu tua sampai

coklat tua; konglomerat tersusun oleh andesit dan basal; lava dan breksi
terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa karbonat, silikat, serisit, klorit

dan epidot.

Fosil Globotruncana dari batupasir gampingan yang dikenali oleh PT

Shell menunjukkan umur Kapur Akhir, dan diendapkan di lingkungan neritik

dalam (T.M. Van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Formasi ini diduga tebalnya

tidak kurang 1000 m.

Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir, serpih dan

batulempung berselingan dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa,

bersisipan lava, batugamping dan napal; batulempung, serpih dan batupasirnya di

beberapa tempat dicirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat

mengandung fosil moluska dan foraminifera di dalam sisipan batugamping dan

napal; pada umumnya gampingan, padat, dan sebagian dengan urat kalsit,

sebagian dari serpihnya sabakan; kebanyakan lapisannya terlipat kuat dengan

kemiringan antara 20o-75o.

Fosil dari Formasi Salo Kalupang yang dikenali D. Kadar (hubungan tertulis,

1974) pada contoh batuan Td.140, terdiri dari: Asterocyclina matanzensis COLE,

Discocyclina dispansa (SOWERBY), D. javana (VERBEEK), Nummulites sp.,

Pellatispira madaraszi (HANTKEN), Heterostegina sipanensis COLE, dan

Globigerina sp. Gabungan fosil ini menunjukkan umur Eosen Akhir (Tb). Formasi

Salo Kalupang yang tersingkap di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone

bagian Barat mengandung fosil yang berumur Eosen Awal smapai Oligosen Akhir.

Formasi ini tebalnya tidak kurang dari 1500 m, sebagai lanjutan dari daerah

lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya; ditindih tak
selaras oleh batuan dari Formasi Walanae dan dibatasi oleh sesar dari batuan

gunungapi Tmkv.

Temt FORMASI TONASA: batugamping, sebagian berlapis dan

sebagian pejal; koral, bioklastika, dan kalkarenit, dengan sisipan napal

globigerina, batugamping kaya foram besar, batugamping pasiran, setempat

dengan moluska; kebanyakan putih dan kelabu muda, sebagian kelabu tua dan

coklat. Perlapisan baik setebal anatara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan

kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o; di daerah Jeneponto batugamping

berlapis berselingan dengan napal globigerina.

Fosil dari Formasi Tonasa dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973,

1974, 1975), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974). Contoh-contoh

yang dianalisa fosilnya adalah: La.8, La.35, Lb.1, Lb.49, Lb.83, Lc.44, Lc.97,

Lc.114, Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil-fosil yang dikenali termasuk:

Discocyclina sp., Nummulites sp., Heterostegina sp., Flosculinella sp.,

Spiroclypeus sp., S. orbitoides DOUVILLE, Lepidocyclina sp., L. ephippoides

JONES & CHAPMAN, L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, L. cf. sumatrensis

JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp., Globigerina sp., Gn. Tripartite COCH,

Globoquadrina altispira (CHUSMAN & JARVIS), Amphistegina sp.,

Cycloclypeus sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur

berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta-Tf), dan Lingkungan

Pembentukanneritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna.

Formasi ini tebalnya tidak kurang dari 1750 m, tak selaras menindih

batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv) dan ditindih oleh Formasi Camba (Tmc);
di beberapa tempat diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diorit;

berkembang baik di sekitar Tonasa di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone

bagian Barat, sebelah utaranya.

Tmc FORMASI CAMBA: batuan sedimen laut berselingan dengan

batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan

batulempung; bersisipan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi,

dan batubara; warna beraneka dari putih, coklat, merah, kelabu muda sampai

kehitaman, umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan

100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah

mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama

berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 30 cm;

batugamping pasiran mengandung koral dan moluska; batulempung kelabu tua

dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 40 cm

ditemukan di Sungai Maros.

Fosil dari Formasi Camba yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis,

1974, 1975) dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975), pada contoh batuan

La.3, La.24, La.125, dan La.448/4, terdiri dari: Goloborotalia mayeri CUSHMAN

& ELLISOR, Gl. Praefoksi BLOW & MANNER, Gl. Siakensis (LEROY),

Flosculinella bontangensis (RUTTEN), Globigerina venezuelana HEDBERG,

Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Orbulina universa

DORBIGNY, O. suturalis BRONNIMANN, Cellanthus cratuculatus FICHTEL

& MOLL, dan Elphidium advenum (CHUSMAN). Gabungan fosil tersebut

menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf). Lagi pula ditemukan fosil foraminifera
jenis yang lain, ostrakoda dan moluska dalam formasi ini. Kemungkinan Formasi

Camba di daerah ini berumur sama dengan yang di Lembar Pangkajene dan

Watampone bagian Barat yaitu Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.

Formasi ini adalah lanjutan dari Formasi Camba yang terletak di Lembar

Pangkajene dan bagian Barat Watampone sebelah utaranya, kira-kira 4250 m

tebalnya; diterobos oleh retas basal piroksen setebal antara -30 m, dan

membentuk bukit-bukit memanjang. Lapisan batupasir kompak (10-75 cm)

dengan sisipan batupasir tufa (1-2 cm) dan konglomerat berkomponen basal dan

andesit, yang tersingkap di Pulau Selayar diperkirakan termasuk satuan Tmc.

Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba: breksi gunungapi, lava,

konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan batuan sedimen laut

berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung

sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan

lava yang berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga berkomponen andesit

dan basal dengan ukuran 3-50 cm; tufa berlapis baik, terdiri tufa litik, tufa kristal

dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit

leusit; ignimbrite berstruktur kekar maniang, berwarna kelabu kecoklatan dan

coklat tua, tefrit lusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti, berwarna

hitam. Satuan Tmcv ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. Van Leeuwen

(hubungan tertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Soppo, Batuan Gunungapi

Pamusureng dan Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di

Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini; breksinya sangat kompak, sebagian
gampingan, berkomponen basal amfibol, basal piroksen dan andesit (0,5-30 cm),

bermasa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksen.

Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971) dari A. 75 dan

A.76.b termasuk: Amphistegina s., Globigerinids, Operculina sp., Orbulina

universa DORBIGNY, Rotalia sp., dan Gastropoda. Penarikan jejak belah dari

contoh ignimbrit menghasilkan umur 13 2 juta tahun dan K-Ar dari contoh lava

menghasilkan umur 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).

Data paleontologi dan radiometri tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah

sampai Miosen Akhir.

Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2500 m dan merupakan fasies

gunungapi dari pada Formasi Camba yang berkembang baik di daerah sebelah

utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat); lapisannya

kebanyakan terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20o; menindih tak

selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yang lebih tua.

Tmpw FORMASI WALANAE: perselingan batupasir, konglomerat, dan

tufa, dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit;

batupasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak,

berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa;

tufanya berkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufa kristal yang banyak

mengandung biotit; konglomerat berkomponen andesit, trakit dan basal, dengan

ukuran -70 cm, rata-rata 10 cm.

Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai lanjutan dari lembah Sungai

Walanae di lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya. Di


daerah utara banyak mengandung tufa, di bagian tengah banyak mengandung

batupasir, dan di bagian selatan sampai di Pulau Selayar batuannya berjemari

dengan batugamping Anggota Selayar (Tmps); kebanyakan batuannya berlapis

baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o-20o, dan membentuk perbukitan

dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut; tebal formasi ini sekitar 2500

m. Di Pulau Selayar formasi ini terutama terdiri dari lapisan-lapisan batupasir

tufaan (10-65 cm) dengan sisipan napal; batupasirnya mengandung kuarsa, biotit,

amfibol dan piroksen.

Fosil dari Formasi Walanae yang dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan

tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457 dan La.468, terdiri dari: Globigerina

sp., Globorotalia menardii (DORBIGNY), Gl. tumida (BRADY),

Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides immaturus

LEROY, Gl. obliquus BOLLI, dan Orbulina universa DORBIGNY. Gabungan

fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen

(N18-N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain, ganggang, dan

koral dalam formasi ini.

Tmps, Anggota Selayar Formasi Walanae: batugamping pejal,

batugamping koral dan kalkarenit, dengan sisipan napal dan batupasir gampingan;

umumnya putih, sebagian coklat dan merah; setempat mengandung moluska. Di

sebelah timur Bulukumba dan di Pulau Selayar terlihat batugamping ini relatif

lebih muda dari pada batupasir Formasi Walanae, tetapi di beberapa tempat

terlihat adanya hubungan menjemari.


Fosil dari Anggota Selayar yang dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan

tertulis, 1975) pada contoh batuan La.437, La.438 dan La.479, terdiri dari:

Globigerina nephentes TODD, Globorotalia acostaensis BLOW, Gl. dutertrei

(DORBIGNY), Gl. margaritae BOLLI & BERMUDEZ, Gl. menardii

(DORBIGNY), Gl. scitula (BRADY), Gl. tumida (BRADY), Globoquadrina

altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. dehiscens (CHAPMANN-PARR-

COLLINS), Globigerinoides extremus BOLLI & BERMUDEZ, Gd. immaturus

LEROY, Gd. obliquus BOLLI, Gd. ruber (DORBIGNY), Gd. sacculifer

(BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Biorbulina bilobata (DORBIGNY), Orbulina

universa (DORBIGNY), Hastigerina aequilateralis (BRADY), Pulleniatina

primalis BANNER & BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina SCHWAGER, dan

Sphaeroidinella Subdehiscens BLOW. Gabungan fosil tersebut menunjukkan

umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen Awal (N16-N19).

Tebal satuan diperkirakan sekitar 2000 m. Di Kepulauan Ara dan di ujung

utara Pulau Selayar ditemukan undak-undak pantai pada batugamping; paling

sedikit ada 3 atau 4 undak pantai. Daerah batugamping ini membentuk perbukitan

rendah dengan ketinggian rata-rata 150 m, dan yang paling tinggi 400 m di Pulau

Selayar.

Batuan Gunungapi

Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPROPILITKAN: breksi, lava dan

tufa, mengandung lebih banyak tufa di bagian atasnya dan lebih banyak lava di

bagian bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan sebagian trakit; bersisipan

serpih dan batugamping di bagian atasnya; komponen breksi beraneka ukuran dari
beberapa cm sampai lebih dari 50 cm, tersemen oleh tufa yang kurang dari 50%;

lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan

dan terpropilitkan, mengandung barik-barik karbonat dan silikat.

Satuan ini tebalnya sekitar 400 m, ditindih tak selaras oleh batugamping Eosen

Formasi Tonasa, dan diterobos oleh batuan granodiorit gd; disebut Batuan

Gunungapi Langi oleh van Leeuwen (1974). Penarikan jejak belah sebuah contoh

tufa dari bagian bawah satuan menghasilkan umur 63 juta tahun atau Paleosen

(T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).

Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALIMISENG: lava dan breksi, dengan

sisipan tufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan

sebagian andesit, kelabu tua hingga kelabu kehijauan, umumnya kasat mata,

kebanyakan terubah, amigdaloidal dengan mineral sekunder karbonat dan silikat;

sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.

Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan sebelah

timur Lembah Walanae, sebagai lanjutan dari Tmkv yang tersingkap bagus di

daerah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat); terpisahkan

oleh jalur sesar dari batuan sedimen dan karbonat Formasi Salo Kalupang (Eosen-

Oligosen) di bagian baratnya; diterobos oleh retas dan stok bersusunan basal,

andesit dan diorit. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen Awal; tebal

satuan di lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat tidak kurang dari 4250

m.

Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPECINDAKO : lava dan

breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat, bersusunan basal, sebagian
besar porfiri dengan fenokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagian kecil

kasatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava sebagian berkekar

maniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar,

dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa

berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.

Komplek terobosan diorite berupa stok dan retas di Baturape dan Cindako

diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya terubah

kuat, amygdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit; mineral galena di

Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorite itu; daerah sekitar

Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak

kurang dari 1250 m tebalnya dan berdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira

berumur Pliosen Akhir.

Qlv BATUAN GUNUNGAPI LOMPOBATANG: aglomerat, lava,

breksi, endapan lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato dengan

puncak tertinggi 2950 m di atas muka laut; batuannya sebagian besar

berkomposisi andesit dan sebagian basal, lavanya ada yang berlubang-lubang

seperti yang disebelah barat Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang terdapat kira-

kira 2 km sebelah utara Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi dan

tufanya mengandung banyak biotit.

Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat pada potret

udara; (Qlvc) adalah pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk kubah lava; bentuk

kerucut parasit memperlihatkan paling sedikit ada 2 perioda kegiatan erupsi, yaitu

Qlvpl dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari
lava dan aglomerat (Qlv), dan di daerah yang agak jauh terdiri terutama dari

breksi, endapan lahar dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya

diperkirakan batuan gunungapi ini berumur Plistosen.

Batuan Terobosan

gd GRANODIORIT : terobosan granodiorit, batuannya berwarna

kelabu muda, di bawah mikroskop terlihat adanya feldspar, kuarsa, biotit, sedikit

piroksen dan hornblende, dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan magnetit;

mengandung senolit bersifat diorite, diterobos retas aplit, sebagian yang lebih

bersifat diorite mengalami kaolinisasi.

Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar Birru, menerobos batuan dari

Formasi Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak

ada kontak dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt). Penarikan jejak belah

dari contoh granodioritnya yang menghasilkan umur 19 2 juta tahun

memberikan dugaan bahwa penerobosan batuan ini berlangsung di kala Miosen

Awal (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1987).

d DIORIT : terobosan diorite, kebanyakan berupa stok dan sebagian

retas atau sil; singkapannya ditemukan di sebelah ditemukan di sebelah timur

Maros, menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna

kelabu, berteksur porfir, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar

meniang.

Penearikan Kalium / Argon pada biotit dari aplit (lokasi 2) dan diorite

(lokasi 3) menunjukkan umur masing-masing 9,21 dan 7,74 juta tahun atau

Miosen Akhir (J.D. Obradovich hubungan tertulis, 1974).


t/a TRAKIT DAN ANDESIT : terobosan trakit dan andesit berupa

retas dan stok; trakit berwarna putih, bertekstur porfir dengan fenokris sanidin

sampai sepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfir dengan

fenokris amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdaya

Sinjai, dan menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).

BASAL terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfir

dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu

tua kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang,

beberapa di antaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene

Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke

Baturape dan Cindako; sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok.

Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc).

Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal, dari lokasi 1 dan 4, dan gabro dari

lokasi 5 menunjukkan umur masing-masing 7,5, 6,99 dan 7,36 juta tahun, atau

Miosen Akhir (Indonesi Gulf Oil Co., hubungan tertulis, 1972; J.D. Obradovich,

hubungan tertulis, 1974). Ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan

basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.

Batuan Malihan

BATUAN MALIHAN KONTAK : batutanduk yang berkomposisi

mineral-mineral antofilit, kordiorit, epidotit, garnet, kuarsa, feldspar, muscovite

dan karbonat; berwarna kelabu kehijauan sampai hijau tua, tersingkap di daerah

yang sempit ( 2 km2), pada kontak dengan granodiorit (gd) dan dibatasi oleh
sesar dari batuan gunungapi Tmcv. Batutanduk ini mengandung banyak lensa

magnetit.

BAB III
PROSEDUR KERJA
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan atas pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada

daerah penelitian, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 3 satuan mulai

dari satuan batuan yang tertua sampai batuan termuda yaitu sebagai berikut:

1) Satuan Trakit

2) Satuan Andesit

3) Satuan Basal

4.1.1 Litodem Basal

4.1.1.1 Dasar Penamaan

Dasar penamaan litodem ini di dasarkan pada ciri - ciri litologi

dilapangan, penyebaran yang mendominasi pada litodem batuan ini secara lateral

dan kesebandingan dengan geologi regional daerah penelitian. Berdasarkan

litologi Basal mika yang menyusunya, litodem ini diberi nama litodem Basal.

Penamaan litologi litodem ini dapat dilakukan secara megaskopis dan

persebaran secara regional didasarkan pada kesebandingan terhadap stratigrafi

regional daerah penelitian.


Berdasarkan ciri fisik pada pengamatan batuan ini baik itu ditinjau dari

keterdapan mineral, kesan warna yang telihat, tekstur maupun struktur dari batuan

ini maka dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi fenton maupun travis nama

batuan ini adalah Basal.

4.1.1.2 Penyebaran dan Ketebalan

Litodem Basal mempunyai penyebaran dari selatan sampai utara. Untuk

menentukan perhitungan ketebalan didapatkan dari selisih kontur tertinggi dan

kontur terendah maka didapatkan ketebalan 375 m.

4.1.1.3 Ciri litologi

Berdasarkan kenampakan secara megaskopis maka dapat diketahui btuan

ini bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran > 1 cm,

berwarna kelabu tua kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur

kekar meniang, beberapa di antaranya mempunyai tekstur gabbro. Dapat disebut

batuan ini sebagai litodem Karena persebaran secara regional dan dapat

disebandingakn dengan statigrafi regional

4.1.1.4 Lingkungan Pembentukan

Lingkungan Pembentukan dari litodem ini dapat di tentukan berdasarkan

ciri fisik litologi, sifat kimia litologi, letak geografis, data-data lapangan dan

prinsip kesebandingan terhadap stratigrafi regional daerah penelitian serta hasil

peneliti terdahulu dengan berlandaskan pada dominasi dan kesamaan ciri fisik

litologi yang dijumpai. Berdasarkan dari kriteria tersebut dapat disimpulkn bahwa

lingkugan pembentukanya adalah pada kerak samudra ( Tholeitik ).


4.1.1.5 Umur

Umur litodem Basal jika sebandingkan dengan stratigrafi regional berada

pada kala Plistosen.

4.1.1.6 Hubungan Stratigrafi

Satuan Basal merupakan satuan batuan tertua yang terdapat pada daerah

penelitian. Pembahasan tentang satuan Basal meliputi uraian-uraian mengenai

dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan serta ciri litologi yang meliputi

karakteristik baik karakteristik megaskopis, lingkungan pembentukan, umur dan

hubungan antar litodem pada daerah penelitian.

Вам также может понравиться