Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Pengelolaannya tidak dapat lepas dari keterkaitan ekologis dan peran habitat
vital yang terdapat di dalam kawasan tersebut. Berbagai dampak lingkungan
yang terjadi di wilayah pesisir seringkali merupakan akibat dari dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan di sekitarnya atau kegiatan di hulu,
baik yang berasal dari kegiatan budidaya perairan, industri, permukiman,
penambangan pasir/terumbu karang, pelabuhan, pertanian dan kegiatan
lainnya. Sesuai dengan pendekatan ekologis, dalam penetapan lokasi
sampling/pengamatan perlu memperhatikan keberadaan ekosistem (habitat)
vital yang khas, antara lain: terumbu karang, mangrove, estuaria/muara sungai,
karakteristik coastal sediment cell, serta pola sebaran cemaran dan biota air
4.1.2.Pendekatan Keruangan
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
- Pengukuran lereng gisik dan pasang surut untuk mengetahui lebar pantai
sebagai identifikasi sel sedimen.
A. Pendekatan Ekologis
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
B. Pendekatan Ekonomi
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Dari hasil analisis market diperoleh program program property yang disebut
sebagai production plan. Program program ini sudah melalui serangkaian
test feasibility sehingga hasilnya adalah program ruang / property yang
feasibel dan bersifat commercial.
Dalam production plan ditampilkan alternatif alternatif kombinasi produk
yang optimal dan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan kawasan.
Financing Plan
Pengembangan program properti didukung oleh financing plan yang kuat dan
secara prinsip bermuatan pola PPCP dengan pengaturan pendanaan dan
sumber dana yang sehat dan berkelanjutan. Internal rate of return tidak
terlalu sosial diskonto tetapi juga market profit discount yang bijak dan
bersifat memberdayakan.
Setelah semua proses dan tahapan dilalui barulah dapat disusun Program Dan
Skenario Investasi Swasta sebagai hasil pemberdayaan market swasta.
Pengembangan ekonomi lokal merupakan re-formulasi dari konsep efek
tetesan ke bawah (Trickle Down Efect) dimana akan dikombinasikan
pengkondisian perekonomian dengan kepentingan dan manfaat (beneficiaries)
dari pelaku pelaku ekonomi lokal dalam rangka mendorong percepatan
pertumbuhan melalui Market Driven Economic. Market driven dibutuhkan
untuk menciptakan competitive advantage / keunggulan kompetitif dan
segmentasi pasar. Hal ini sebagai faktor yang memperlancar terjaminnya
aktivitas perekonomian. Sehingga pengembangan ekonomi lokal adalah
berorientasi pada proses.
Kondisi perekonomian lokal dipersyaratkan adanya suatu keseimbangan
umum / general equilibrium dimana fungsi supply akan bertemu dalam satu
titik perpotongan dengan fungsi demand, yang akan menghilangkan ekses
demand dan ekses supply. Ekses dalam suatu perekonomian lokal sangat peka
dan memiliki sensitivitas tinggi sehingga akan memudahkan timbulnya
kegoncangan-kegoncangan ekonomi secara lokal. Sebagai misal tingginya
fungsi supply/quantity supply akan menyebabkan daya serap market menjadi
berlebihan dan berakibat terhadap turun naiknya variabel harga. Demikian
sebaliknya.
Dalam implikasinya ke dalam suatu kawasan yang memiliki potensi dan
asset, maka variabel-variabel penting yang relevan dengan general
equilibrium dalam pengembangan ekonomi lokal adalah :
Lapangan Kerja
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Jumlah Usaha
Variasi Usaha
Stabilitas Ekonomi
Pertumbuhan
Produktivitas
Nilai Properti
Harga Lahan
Output Produksi Lokal
Keseluruhan variabel tersebut hendaknya dijadikan suatu fungsi ekonomi
yang nantinya dapat dijadikan suatu model bagi suatu intervensi upaya
peningkatan fungsi kawasan. Fungsi ekonomi tersebut adalah :
(Struktur Ekonomi kawasan) = f(jobs,employement,produktivitas,harga,nilai
prop,output)
Sehingga korelasi antara lapangan kerja / jobs dengan struktur ekonomi
kawasan memiliki r yang kuat atau tidak. Demikian pula untuk seluruh
variabel-variabel dependent lain. Hubungan/korelasi yang terjadi akan
menciptakan struktur perekonomian lokal kawasan yang dapat dijadikan
premis awal tentang kondisi obyektif dan permasalahan perekonomian
kawasan.
Dari hal tersebut di atas, analisis equilibrium dilakukan dengan menguji dan
menyusun faktor kendala dalam fungsi demand dan fungsi supply. Kemudian
pada tingkatan / level equilibrium tertentu dapat dirumuskan dan
direkonstruksi berbagai kebijakan, strategi, rencana yang tepat. Di dalam
implikasinya pengembangan ekonomi lokal mendasarkan diri pada teori pusat
pertumbuhan yang secara garis besar bermuatan analisis mengenai lokasi
kegiatan ekonomi/ analisis intern kawasan; dan analisis faktor yang
menimbulkan perkembangan ekonomi kawasan berikut pengaruhnya terhadap
kawasan sekitar / analisis regional.
Pengembangan ekonomi lokal mendasarkan diri dari akar permasalahan
yang berhasil diidentifikasi pada tahapan pra feasibility study ekonomi
kawasan, yakni variabel-variabel fungsi ekonomi lokal. Tetapi secara prinsip
ada dua sebab utama yakni ketiadaan vitalitas kawasan dan kemerosotan
produktivitas. Vitalitas ekonomi kawasan menurun diakibatkan karena terjadi
gejala dan kondisi sebagai berikut :
Sedikitnya lapangan kerja, dimana jumlah lapangan kerja yang tersedia
di sebuah kawasan lama terjadi penurunan secara kuantitatif (job flight).
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Kurangnya jumlah usaha, dimana jumlah unit usaha yang ada pada
sebuah kawasan lama menyusut secara kuantitatif.
Sedikitnya variasi usaha, dimana variasi dari jenis usaha yang ada pada
sebuah kawasan menyusut secara kuantitatif.
Distabilitas ekonomi, yang karena berbagai alasan entah alam, politik,
keamanan, prasarana atau lainnya, kontinyuitas dan kepastian usaha
dan lapangan kerja pada sebuah kawasan tidak dapat terjadi.
Pertumbuhan negatif, dimana penurunan berbagai faktor laju
pertumbuhan seperti pendapatan per kapita menurun dan tingkat inflasi
tinggi.
Produktivitas menurun, dimana terjadi penurunan total output ekonomi /
produk domestik akibat dari menurunnya fungsi produksi kawasan.
Disekonomi kawasan, yaitu kawasan mengalami pertumbuhan negatif
dan produktivitas menurun, capital bergerak ke luar kawasan, dan
investasi menurun.
Nilai properti rendah / negatif, yang diakibatkan berbagai eksternalitas
negatif pada sebuah kawasan relatif nilainya lebih rendah dibandingkan
nilai lahan di sekitarnya.
Dengan kondisi indikasi vitalitas kawasan yang seperti itulah maka dalam
model pengembangan ekonomi lokal diperlukan suatu assesment dan analisis
pada jobs, diversifikasi usaha, dan stabilitas ekonomi. Ketiga hal inilah yang
menjadi tolok ukur dan kriteria dalam pengembangan ekonomi lokal.
Tujuan dari pengembangan ekonomi lokal ialah (1) terciptanya kualitas
pekerjaan / build quality jobs yang merupakan employement planning untuk
dan bersama komunitas dan (2) diversifikasi basis ekonomi dan lapangan
kerja. Kedua tujuan tersebut akan membawa stabilitas ekonomi lokal yang
mampu menarik tenaga kerja baru / attract new employers.
Labor market juga menjadi tolok ukur dan variabel dalam pengembangan
ekonomi lokal. Labor market terbagi menjadi 3 (tiga) kriteria yakni sektor
primer, sektor sekunder, dan irregular economy. Yang digolongkan sektor
primer adalah yang memiliki upah cukup tinggi dan pekerjaan stabil.
Sedangkan sektor sekunder dimana upah substandard dan pekerjaan tidak
stabil. Yang berikutnya dalam irregular economy / ekonomi yang tidak
menentu memiliki karakteristik ilegal, quasi legal. Bila perekonomian
bergerak dari sektor primer ke irregular economy akan menyebabkan
perekonomian berada pada taraf decline economy, yang lama-lama mengarah
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
kepada ekonomi subsisten. Dalam tahapan decline economy terjadi jobs flight,
flight pekerja, deteriorating, obsolescence stok capital swasta dan pemerintah,
dan segragated.
Modelling ekonomi kawasan perlu ditunjang oleh adanya pemilihan lokasi,
teori economic base, dan teori pertumbuhan dan pembangunan. Modelling ini
bersifat attraction model yang dapat menarik industri melalui insentif dan
subsidi, juga menarik wiraswastawan kelas menengah dalam penciptaan
lapangan kerja dan daya beli serta competitive advantage pada suatu area.
4.1.3.Pendekatan Pelaksanaan
1) Tahap Persiapan
Persiapan dasar, berupa pengkajian data/informasi dan literatur yang
telah ada yang berkaitan dengan studi perlindungan kawasan pantai
yang hasilnya dapat berupa asumsi dan hipotesa;
Merumuskan isu strategis dan permasalahan kawasan dan rencana-
rencana serta studi- studi terkait dengan kawasan;
Menyusun metodologi pekerjaan yang akan dilakukan, kebutuhan
daudy, menyusunta dan persiapan survai;
Mempersiapkan instrumen-instrumen survey berupa: Peta-peta dasar
kawasan study menyusun daftar data dan informasi yang diperlukan,
menyusun daftar pertanyaan kepada masyarakat (kuesioner),instrumen
dan peralatan lainnya;
2) Tahap Survey
Survey data instansional, berupa pengumpulan dan perekaman data
dari instansi-instansi berupa data deskripsi, data angka atau peta
mengenai keadaan wilayah, keadaan kawasan study secara keseluruhan
dan wilayah di sekitarnya;
Survey lapangan, untuk menguji data instansional dan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, data yang diharapkan berupa
lingkup wilayah (makro), lingkup kawasan studi (mikro) berupa peta
penggunaan tanah, kondisi bangunan/lingkungan, topografi/kemiringan
tanah dan geologi/daya dukung tanah, data penggunaan bangunan,
kondisi bangunan, panjang dan lebar jalan menurut fungsinya, jenis dan
kondisi perkerasan. ;
Survey Obyek khusus, berupa pengisian daftar pertanyaan yang di
ajukan antara lain kepada stakeholder
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
PERSIAPAN
PENGUMPULAN DATA
Prioritas
Kerentanan Pantai dan Alternatif Penanganan
Prediksi Perubahan Garis Pantai
LAPORAN AKHIR
Rekomendasi
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
4.2.1.Persiapan
Pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer merupakan kegiatan pengamatan kondisi lapangan (ground truth)
berupa pengamatan data kondisi wilayah di perairan Pantai Mororejo. Sedangkan
untuk data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data dari studi-studi
yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa instansi terkait, lebih lengkapnya
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan pengumpulan data primer dapat dilihat pada
Tabel 4.2. berikut :
Metode Pengumpulan
No Data Parameter
Data
1 Survei jenis bangunan - Kondisi bangunan pantai Ground check/ koordinasi
pengaman pantai/perlindungan pemerintah daerah dan
pantai yang ada masyarakat setempat
2 Membuat foto dokumentasi - Foto Kondisi bangunan pantai Ground check
bangunan pengaman pantai
3 Kondisi pantai - Kemiringan pantai Ground check, Identifikasi
- Kerusakan pantai kondisi pantai, koordinasi
- Ancaman terhadap perkampungan, pemerintah daerah dan
perkebunan, jalan raya. masyarakat setempat
4 Mengidentifikasi material - Material dasar pantai Sampling Sedimen
pembentuk dasar pantai - Tipe material dasar pantai
5 Kondisi Oseanografi - Pola arus Sampling arus, gelombang
- Tinggi dan periode gelombang dan pemeruman bathimetri
- Bathimetri perairan
6 Mengidentifikasi keberadaan - Kondisi muara sungai Ground check, Identifikasi
muara sungai dan material - Lokasi muara sungai daerah sedimentasi dan
dasar pembentuk dasar muara - Material dasar muara Sampling Sedimen
- Tipe material dasar muara
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Metode Pengumpulan
No Data Parameter
Data
7 Wawancara terhadap pejabat - Manajemen kawasan pantai Observasi, Kuisioner dan
dan masyarakat yang berkaitan wawancara dilengkapi
dengan manajemen kawasan Kuesioner
pesisir
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Dalam identifikasi sedimentasi dan abrasi dari data analisa citra satelit
Google Earth atau peta RBI, dipakai sebagai dasar dalam pengamatan di
lapangan. Dari pengamatan peta, dapat diidentifikasi daerah yang terkena
proses abrasi, sedimentasi, tata letak bangunan pantai, kondisi bangunan
pantai, panjang dan lebar bangunan pantai. Kemudian, daerah tersebut
dilakukan survei lapangan tentang abrasi maupun sedimentasi.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
ADCP. Ilustrasi mengenai layer cell pada ADCP selengkapnya pada Gambar
4.4.
Gambar 4.4. Ilustrasi perekaman data arus dan gelombang dengan ADCP
Sontek-XR.
3. Bathimetri
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
d = 0,5 x (Txc) + k
dimana :
d = Kedalaman
T = Waktu tempuh bolak balik (two way travel time),
c = Cepat rambat gelombang akustik di medium air ,
k = Faktor koreksi yang terdiri dari koreksi pasut dan koreksi draft.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Keterangan Gambar
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Posisi dan Navigasi. Penentuan posisi titik perum dilakukan dengan GPS.
Sinyal dikirimkan dari stasiun referensi ke GPS. Untuk memandu manuver
kapal survey agar mengikuti lintasan yang telah ditetapkan digunakan
sistem navigasi digital berbasis komputer.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
4.2.3.Kompilasi Data
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
AB : 200
ASB : 250
Kumulatif pembobotan kedua aspek tersebut akan menentukan bobot
prioritas
penanganan :
- Bobot > 850 : amat sangat diutamakan (A)
- Bobot 700 850 : sangat diutamakan (B)
- Bobot 500 699 : diutamakan (C)
- Bobot 200 499 : kurang diutamakan (D)
- Bobot < 200 : tidak diutamakan (E)
B. Analisis Data
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Analisa grain size dilakukan dalam 2 tahapan yaitu tahap pengayakan basah
(wet sieving) dan tahap pengayakan kering (dry sieving). Dengan tahapan
analisa grain size sebagai berikut (Kramer et al., 1994):
CaCO3
1 N HCL ditambahkan untuk menghilangkan kandungan pada
sedimen kemudian sampel dicuci dengan aquades.
sampel diayak pada ayakan berdiameter 63 m dan diklasifikasikan.
Pada sampel yang berhasil lolos pada diameter 63 m (< 63 m)
diklasifikasikan sebagai fraksi lempung dan lanau sedangkan yang
tidak berhasil lolos (>63 m) diklasifikasikan sebagai fraksi pasir.
Fraksi pasir
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
2,65 gcm 3
dengan asumsi kerapatan partikel adalah . Hal ini dapat
disimpulkan suatu persamaan sebagai berikut:
KedalamanPengambilanSampel cm
ukuranbutir m F
waktuPengambilanSampel menit
Keterangan:
F = 12,99 pada suhu air 24 oC
F = 13,30 pada suhu air 22 oC
F = 13,60 pada suhu air 20 oC
log 2 d
Keterangan:
= ukuran butir sedimen (phi)
d
= ukuran butir sedimen (mm)
fm
X
100
Dimana:
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
f
= persentase ukuran butir
m
= ukuran butir
Pemilahan (sortasi)
f ( m x ) 2
100
Kemencengan (skewness)
1 f (m x)
3
3
3
100
Tahap pengayakan kering (dry sieving) ditunjukan pada tahap 1-5 sedangkan
tahap pengayakan basah pada tahap 6. Tahapan kegiatan analisa ukuran
butir sedimen ditampilkan pada Gambar 4.9.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.9. Diagram alir tahapan analisa ukuran butir sedimen dengan analisa
pengayakan kering dan pengayakan basah
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.10. Ilustrasi hasil pengolahan bedload dalam bentuk grafik ukuran
butir sedimen.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.12 di bawah ini menunjukkan posisi suatu garis pantai dengan
garis tegak lurus terhadap garis pantai (sudut 0) dan batasan sudut dari
masing-masing arah mata angin gelombang datang yang mengakibatkan
transpor sedimen sepanjang pantai.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
0O
45 O (UTARA) 45O
(BARAT LAUT) (TIMURLAUT)
Qs = K Pln
g g
16 8
Pl = Hb2 Cb sin 2b
Keterangan :
Qs : Angkutan sedimen sepanjang (m3/hari)
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Keterangan :
Kolom 1 menunjukkan arah datang gelombang yang membawa sedimen
dari masing-masing arah mata angin. Dalam contoh perhitungan ini, akan
diambil dari arah 240.
Arah datang gelombang 240o membentuk sudut 10o terhadap garis pantai
(Kolom 2).
Pada arah gelombang 240, tinggi gelombang signifikan yang didapat dari
peramalan gelombang adalah 0,29 m dengan periode 2,02 detik (Kolom 3
dan 4).
Kolom 5 menunjukkan panjang gelombang di laut dalam dengan
perhitungan sebagai berikut:
Lo = 1,56 T2 = 1,56 2,022 = 6,3654 m
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Lo 6,37 89,16
T 2,02 7,56
Co = = = 3,153 m/d
d 1
Lo 6,37
= = 0,1571 m
d
L
Dengan : = 0,1891 , n = 0,7225
d 1
L
0,1891 0,1891
= 5,2882 m
L 5,2882
T 2,02
C= = = 2,6178 m/d
C 2,6178
sin o sin 10o
Co 3,153
Sin = = = 0,1442
= 8,2945 (Kolom 13 Tabel 3.4)
Ho = Kr.Hs
Dimana Kr merupakan koefisien refraksi, didapat dari perhitungan sebagai
berikut:
cos o cos 10
cos cos 8,29
Kr = = = 0,9976
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
0,2893
Hb 1/ 3
0,2893
3,3
6,3654
Hb = 0,2457 m
1,56 1,56
b
1 e 1 e19,5 x0,005 0,7804
19, 5 m
db 1
H b b aH b / gT 2
0,2457
db
4,034 0,2457
0,7804
9,8 2,02
2
db = 0,3252 m.
g db 9,8 0,308
Cb = = = 1,786 m/dtk (Kolom 6)
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Metode Caldwell
Qs = K Pln dengan K = 1,2 dan n = 0,8
Qs = 1,2 1620,470,8
Qs = 443,5 m3/hari (Kolom 11)
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Tabel 4.6 contoh penyajian data angin dalam bentuk wind rose dan tabel
distribusi kejadian angin
Dalam sistem koordinat (x,y) arah angin dinyatakan dalam dua komponen
utama, yaitu arah Barat-Timur dan arah Selatan-Utara. Karena arah angin
bertiup dalam 8 penjuru, maka komponen Barat-Timur dapat ditulis seperti
persamaan :
V x=
B T +0,707 ( Bd + Bl )0,707 ( Tg+ Tl )
n
Vy=
S U +0,707 ( Bd+ Tg )0,707 ( Tl + Bl )
n
V Vx 2 Vy 2
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
transformasi data
Hal ini dilakukan karena pencatatan data angin oleh BMG dilakukan di
daratan, sedangkan di dalam persamaan pembangkit gelombang, data
angin yang digunakan adalah data angin yang ada di atas permukaan laut.
Oleh karena itu, diperlukan transformasi dari data angin yang berada di
atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin diatas
permukaan laut. Transformasi dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan:
U w R LU L
Keterangan:
Uw
Kecepatan angin di atas permukaan laut dalam m/detik.
UL
Kecepatan angin di atas daratan dalam m/detik.
RL RL
Nilai diperoleh grafik hubungan antara kecepatan angin di darat
dan di laut yang ditampilkan pada Gambar 4.13.
UA
tegangan angin /wind-stress-factor ( ) dengan persamaan:
1, 23
U A 0,71U W
UW
Keterangan: dalam m/detik.
Keterangan:
Feff
= Fetch efektif (km)
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Xi
= Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang
ke ujung akhir fetch
i
= Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan sebesar 6o sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi
arah angin (o)
9,8 m s 2
Keterangan g adalah percepatan gravitasi ( ).
gH S U A 1,6 x10 3 gF U A
2
2 12
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
H ( FDS )
Menghitung yaitu ketinggian gelombang dalam kondisi fully
development sea dimana tinggi gelombang, fetch dan durasi angin melewati
syarat batas kondisi gelombang fully development sea.
2
U
H ( FDS ) 0,2433 A
g
H H ( FDS ) T
Bila harga < . Maka periode signifikan ( ) dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
12
gT gF
2,857 x10 1 2
UA UA
H H ( FDS ) T
Jika harga > , Maka periode signifikan ( ) dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
gT
8,134
UA
a. Skema I
Berisi data pasang yang telah dikoreksi, dimana baris (ke kanan)
menunjukkan jam pengamatan dan kolom (ke bawah) adalah tanggal
pengamatan.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
b. Skema II
Dihitung dengan bantuan Daftar 1. dengan cara sebagai berikut data
pengamatan tiap jam dikalikan dengan faktor pengali pada Daftar 1 dan
harganya dipisahkan menjadi dua, yaitu harga positif dan negatif, untuk nilai
fungsi ; X1, Y1, X2, Y2, X4, Y4.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
c. Skema III
Perhitungan skema III di lakukan dengan cara sebagai berikut Xo diisi dengan
mejumlahkan harga X1+ dan X1- baris ke-1 dari skema II tanpa
menghiraukan tandanya. Sebagai kontrol dilakukan hal serupa untuk Y1 yang
mempunyai harga (+) dan (-) dan seterusnya. Untuk X1, Y1, X2, Y2, X4, dan
Y4 diisi dengan menjumlahkan komponen pada skema II tetapi dengan
memperhatikan tandanya. Untuk menjaga agar harganya tidak negatif bisa
ditambahkan angka tetap, yaitu 100, 300, 400, dan seterusnya.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
d. Skema IV
Dihitung dengan bantuan Daftar 2 Arti indeks pada perhitungan ini adalah:
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
f. Skema VII
Tahapan dari penyusunan skema VII adalah sebagai berikut:
Besaran PR cos r untuk setiap komponen dihitung melalui skema V.
untuk masing masing anak pasang S0, M2, N2, K1, O1, M4, MS4.
Perhitungannya dilaksanakan dengan menjumlahkan besaran-besaran
yang terdapat pada kolom tersebut.
Besaran PR sin r untuk setiap komponen dihitung melalui skema VI.
Perhitungan dilaksanakan dengan menjumlahkan besaran-besaran
yang terdapat pada kolom tersebut.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
PR PR sin r 2
PR cos r
2
melalui persamaan:
Besaran p diperoleh dari daftar 3 (daftar yang dikeluarkan oleh dinas
HIDRO-OSEANOGRAFI) dan kemudian diisikan untuk masing-masing
anak pasang S0, M2, N2, K1, O1, M4, MS4. pada skema VII. Besaran f
diperoleh berdasarkan waktu menengah pengukuran, harga f
diperoleh dari daftar 4 (daftar f yang dikeluarkan oleh dinas HIDRO-
OSEANOGRAFI) kemudian diinterpolasi
Dengan melihat daftar 5 (daftar V' yang dikeluarkan oleh dinas
HIDRO-OSEANOGRAFI) dan berdasarkan pada tahun pengukuran,
diperoleh harga V' dari M2, N2, K1, O1, Dengan melihat lampiran daftar
6 (daftar V'' yang dikeluarkan oleh dinas HIDRO-OSEANOGRAFI) dan
berdasarkan pada tahun pengukuran diperoleh harga V'' dari M2, N2,
K1, O1
Dengan melihat daftar 7 (daftar V'''yang dikeluarkan oleh dinas
HIDRO-OSEANOGRAFI) dan berdasarkan tahun waktu menengah
pengukuran, diperoleh harga V''' dari M2, N2, K1, O1
Harga V merupakan penjumlahan V', V'' V''', dimana ini hanya berlaku
untuk komponen M2, N2, K1, O1. sedangkan harga V dari komponen
yang lain adalah V (S2) = V (S0) = 0, V (M4) = 2 x V (M2), V (MS4) = V
(M2).
Harga u ditentukan dengan menggunakan bantuan daftar 8 (daftar u
yang dikeluarkan oleh dinas HIDRO-OSEANOGRAFI) berdasarkan
interpolasi. Dari interpolasi ini diperoleh harga u dari M2, K1, dan O1.
Sedangkan harga u dan komponen lainnya adalah u (S0) = u (S2) = 0,
u (N2) = u (M2), u (M4) = 2 x u (M2) dan u (MS4) = u (M2).
Dengan daftar 3 diperoleh harga untuk semua komponen.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Baris 1 adalah harga VK1, baris 2 adalah harga untuk uK1 dan baris
3 adalah penjumlahan baris 1 dan 2
Baris 4 adalah hasil dari daftar 9 setelah interpolasi .
Baris 5 cara perhitungannya sama tetapi untuk W/f
Baris 6 diisi dengan bantuan daftar 8 kemudian di interpolasi
Harga W = W/f x f dimana W adalah WS2 = WMS 4, sehingga harga
(1 + w) dapat ditentukan.
Untuk kelompok 2 dan 3 caranya sama seperti di atas, selanjutnya
besaran amplitudo dan kelambatan fase dapat ditentukan.
Amplitudo (A) = PR/pl x (1+w), kelambatan fase (g) o = (V + u + P
+ r + w) K 360 dimana K = 1,2,3 dan seterusnya
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Ai
Highest Astronomical Tide (HAT) = Zo +
Ai
Lowest Astronomical Tide (LAT) = Zo -
dimana :
F adalah konstanta pasang surut harian utama
K1 dan O1 adalah konstanta pasang surut harian utama
M2 dan S2 adalah konstanta pasang surut ganda utama
n
Z t Z 0 Ai Cos( 2t / Ti i )
1
dimana:
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.14. Ilustrasi hasil verifikasi data pengamatan pasang surut dengan
data hasil prediksi pasang surut
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Kedap air
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Dinding Vertikal
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada satu
atau kedua sisi muara sungai yang berfungsi mengurangi
pendangkalan alur oleh sedimen pantai.
Groin
Groin adalah konstruksi pengaman pantai terhadap abrasi yang
disebabkan oleh terganggunya keseimbangan gerakan sedimen
sejajar pantai (Longshore drift). Tipe groin dapat di bedakan menjadi
3 (tiga) tipe yaitu: groin tipe L, tipe L dan groin tegak lurus pantai
(Gambar 4.23).
Gambar 4.23. Tipikal Groin (a) Groin tipe L, (b) Groin tipe L, dan (c) Groin
tegak lurus pantai
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.25. Pengaruh panjang dan letak bangunan break water terhadap
garis pantai
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Gambar 4.26. Contoh pengaruh panjang dan letak bangunan break water
terhadap garis pantai di Pekalongan.
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Tabel 4.15.
Metode pengumpulan data identifikasi bangunan pantai yang dibangun oleh
masyarakat
N
Data Parameter Metode Pengumpulan Data
o
1 Jenis bangunan pantai Tipe bangunan pantai. Ground check, Identifikasi
kondisi bangunan pantai. bangunan pantai, koordinasi
dengan pemerintah daerah dan
umur bangunan pantai. masyarakat setempat.
2 Tata letak bangunan Panjang dan lebar bangunan pantai. Ground check, Identifikasi
pantai Lepas pantai atau sambung pantai. bangunan pantai, koordinasi
dengan pemerintah daerah dan
Sudut kemiringan terhadap garis masyarakat setempat.
pantai.
3 Struktur yang Ukuran lapis lindung Ground check, Identifikasi
digunakan untuk Struktur pelindung kaki bangunan pantai, koordinasi
menyusun bangunan dengan pemerintah daerah dan
pantai Jenis spesifikasi lapis lindung masyarakat setempat.
Fondasi
Elevasi mercu bangunan
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
dimana :
ni = Persentase tutupan karang hidup (%)
li = Panjang koloni karang per panjang transek garis (cm)
L = Panjang transek garis (10 m)
Persentase tutupan karang hidup digunakan sebagai acuan dalam
menentukan kondisi terumbu karang. Karang batu merupakan unsur
paling dominan di dalam ekosistem terumbu karang sehingga
persentase tutupannya digunakan untuk menentukan kondisi
terumbu karang (Sukarno, 1995).
Tabel 4.17
Kriteria Penilaian Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Persentase Tutupan
Karang
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
dimana :
C = Indeks Dominasi Jenis
n = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu seluruh jenis
dimana :
E = indeks keseragamanan
H = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies dalam sampel
Pengambilan keputusannya adalah, jika :
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
4.2.5.Penyusunan Laporan
1. Laporan Pendahuluan
Isi dari laporan ini adalah uraian ringkasan mengenai awal pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan sebagian dari data primer dan sekunder yang
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45
Penyusunan Feasibility Study Sabuk Pantai Mororejo Kecamatan Kaliwungu
LAPORAN AKHIR
IV-45