Вы находитесь на странице: 1из 4

KROMOSOM RAKSASA PADA DROSOPHILA

ANALISIS DATA
Pada praktikum yang dilakukan untuk mengetahui kromosom raksasa pada
Drosophila melanogaster ini, hanya ditemukan kelerjar ludah dari larva instar III
Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah ini memiliki bentuk yang seperti ginjal dan
tidak berwarna (transparan). Mengenai struktur dari kromosom raksasa Drosophila
melanogaster, kelompok kami tidak berhasil menemukannya. Namun, berdasarkan
literatur, kromosom raksasa memiliki struktur yang terdiri dari 4 lengan yang sama
panjang, 1 lengan pendek, kromosenter, band, interband, dan puff.

PEMBAHASAN
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang ukurannya mencapai 100 kali
kromosom biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600 mikron.
(Wolfe, 1993). Dalam siklusnya, kromosom politen hanya mengalami fase pertumbuhan
(interfase) dan replikasi DNA tanpa disertai dengan pembelahan sel atau intinya,
sehingga mengalami penggandaan replikasi DNA yang disebut dengan endoreduplikasi
DNA. Replikasi DNA yang berulang-ulang tanpa disertai pembelahan sel menyebabkan
volume sel tersebut terus meningkat.
Untuk melakukan pengamatan terhadap kromosom raksasa Drosophila
melanogaster, digunakan larva instar III. Hal ini dikarenakan beberapa alasan
diantaranya, larva instar III Drosophila melanogaster berwarna transparan sehingga
mudah untuk diisolasi, larva instar III Drosophila melanogaster telah memiliki organ
yang lengkap, dan larva instar III Drosophila melanogaster memiliki banyak kromosom
politen (Wilkins, 1993). Organ dari larva instar III yang digunakan dalam pengamatan
ini adalah kelenjar ludahnya karena pada kelenjar ini banyak terdapat kromosom
politen, alasannya, kelenjar ludah Drosophila melanogaster mengandung DNA seribu
kali lebih banyak dibandingkan pada organ yang lain, sedangkan setiap kromosom
politen dibuat dari banyak untai DNA. Kromosom politen pada kelenjar saliva
mengalami replikasi sebanyak 10 kali, sedangkan pada tubulus malphigi hanya
bereplikasi sebanyak 6 kali, dan pada lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali
(Wolfe, 1993).
Dalam praktikum ini, larva instar III Drosophila melanogaster tersebut
diletakkan di atas cawan petri kemudian ditetesi dengan larutan NaCl 0,9%. Fungsi dari
larutan NaCl 0,9% ini adalah sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila
melanogaster. Tubuh larva instar tidak akan kekeringan selama berada dalam larutan,
karena bersifat isotonis terhadap permukaan tubuh larva instar (Ashburner, 1989).
Setelah ditetesi dengan NaCl 0,9%, tubuh larva dibedah dan diambil bagian kelenjar
ludahnya. Kelenjar ludah ini dibersihkan terlebih dahulu dari lemak-lemak yang
menempel padanya dan setelah itu ditetesi dengan larutan FAA. Hal ini bertujuan untuk
menghentikan aktifitas pembelahan sel penyusun kelenjar ludah tersebut dan
mempertahankan keadaan sel seperti saat membelah. Selanjutnya, kelenjar ludah ini
ditetesi dengan menggunakan acetocarmin untuk memberikan pewarnaan pada
kromosom sehingga kromosom lebih mudah untuk diamati.
Pada praktikum kali ini, kami tidak berhasil menemukan kromosom raksasa
yang menjadi tujuan dalam praktikum yang kami lakukan. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor, antara lain kurangnya pengetahuan praktikan terhadap bentuk dari kromosom
raksasa sehingga praktikan tidak mengetahui bahwa sebenarnya pada preparat terdapat
kromosom raksasa tersebut. Selain itu, jumlah mikroskop yang terbatas dan kualitas
mikroskop yang kurang memadai juga menyebabkan praktikan mengalami kesulitan
ketika melakukan pengamatan karena harus mengantri dan memakan waktu yang cukup
lama untuk mendapatkan gambar yang jelas saat melakukan pengamatan.
Berdasarkan literature, kelenjar ludah Drosophila melanogaster memiliki bentuk
yang menyerupai ginjal dan tidak berwarna (transparan). Apabila kelenjar ludah ini
dihancurkan atau dihaluskan, maka akan terlihat sel-sel yang mengandung kromosom
raksasa di dalamnya. kromosom politen atau kromosom raksasa memiliki stuktur yang
terdiri dari 4 lengan yang sama panjang, 1 lengan pendek, kromosenter, band, interband,
dan puff (Wolfe, 1993).

Struktur kromosom politen Drosophila melanogaster.


Sumber: http://cdn.biologydiscussion.com

Ciri khas dari kromosom raksasa adalah terdapat garis-garis pita gelap dan pita
terang yang tersusun teratur berselang-seling. Menurut Kimball (1990), pita terang pada
kromosom raksasa ini merupakan eukromatin dengan lilitan renggang. Sedangkan pita
gelap merupakan heterokromatin dengan lilitan yang padat dan dapat mengalami
kondensasi. DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap. Eukromatin merupakan
bagian kromosom yang hanya dapat dilihat setelah kromosom memadat pada saat
mitosis atau meiosis. Eukromatin hanya mengalami sedikit pemadatan dan berwarna
lebih terang bila diamati di bawah mikroskop. Eukromatin mengandung sedikit DNA
tetapi hampir semua dapat diekspresikan atau hampir semua adalah gen (Fairbanks &
Andersen, 1999). Bagian yang banyak terkondensasi pada kromosom politen memiliki
banyak salinan sekuen DNA tetapi karena berada dalam kondisi terpadatkan, DNA tidak
bisa diakses oleh sel yang bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi genetik
yang dikodekan dalam DNA, bagian tersebut bernama heterokromatin. Heterokromatin
berwarna gelap karena berada dalam kondisi yang terpadatkan. Heterokromatin tidak
aktif dalam melakukan transkripsi karena tidak mengandung gen-gen yang aktif (Klug
& Cummings, 1994).
Bagian yang berperan aktif dalam pembelahan adalah bagian pada pita gelap.
Jumlah pita pada kromosom raksasa dapat digolongkan menjadi 537 pita untuk
kromosom X, 1032 pita pada kromosom kedua, 1047 pita pada kromosom ketiga, dan
34 pita pada kromosom keempat. Sehingga total pita adalah 2650 untuk satu genome.
Beberapa penelitian lain disebutkan jumlah pita 3286. Seperti halnya kromosom biasa
lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di
dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Struktur kromosom politen Drosophila melanogaster terdiri dari lima lengan
kromosom yang dilekatkan oleh sebuah struktur di tengahnya yang disebut
dengan kromosenter. Lima lengan tersebut berturut-turut adalah kromosom-X,
lengan kanan dan kiri masing-masing untuk kromosom nomor 2 dan 3, serta
kromosom nomor 4 yang sangat kecil sehingga secara keseluruhan kromosom
politen tampak hanya memiliki 5 lengan.
2. Bagian-bagian lain dari kromosom politen Drosophila melanogaster adalah
kromosenter, kromonemata, pita band dan interband, dan puff.
3. Perbedaan kromosom politen dengan kromosom biasa adalah kromosom politen
mempunyai ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kromosom
biasa, karena dalam siklusnya kromosom politen hanya mengalami fase
pertumbuhan (interfase) dan replikasi DNA tanpa disertai dengan pembelahan
sel atau intinya, sehingga mengalami penggandaan replikasi DNA yang disebut
dengan endoreduplikasi DNA.

SARAN
Dalam melakukan praktikum Kromosom Raksasa pada Drosophila
melanogaster, praktikan harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu mengenai apa
yang dimaksud dengan kromosom raksasa dan seperti apa wujudnya. Selain itu,
praktikan juga harus teliti dalam pembuatan preparat dan juga harus mampu melakukan
pengamatan secara efektif dan efisien mengingat kurangnya jumlah mikroskop yang
digunakan dan kualitas mikroskop yang kurang memadai.

DAFTAR RUJUKAN
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA: Coldspring
Harbor Laboratory Press.
Fairbanks, D. J. & W. R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Pacific
Groove: Brooks/Cole Publishing Company.
http://cdn.biologydiscussion.com (online), diakses tanggal 28 Maret 2017 pukul 16:56.
Kimball, John W. 1990. BIOLOGI. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Klug, W. S. & M. R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th Edition. Engelwood
Cliffs: Prentice Hall Inc.
Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of Animal Development. 2nd Edition. New York:
Willey-Liss, Inc.
Wolfe, S. L. 1993. Molecular and Cellular Biology. California: Wadsworth, Inc.

Вам также может понравиться