Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik merupakan masalah yang besar bagi wanita yang sedang dalam usia
reproduktif. Hal ini merupakan hasil dari kesalahan dalam fisiologi reproduksi manusia yang
membiarkan hasil konseptus untuk berimplantasi dan matang diluar kavitas endometrium,
yang secara langsung akan berakhir pada kematian fetus. Tanpa diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat, kehamilan ektopik ini dapat menjadi keadaan yang
membahayakan jiwa 3.
Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan dengan kehamilan
dalam trimester pertama kehamilan di Amerika Serikat. Dengan terjadinya keadaan sakit
yang tiba-tiba akibat kehamilan ektopik, masa depan kemampuan wanita untuk hamil
kembali dapat terpengaruh menjadi buruk 1.
Kehamilan ektopik pertama kali diungkapkan pada abad ke-11, dan, sampai pertengahan abad
ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bard melaporkan satu intervensi bedah yang
berlangsung sukses untuk mengobati sebuah kehamilan ektopik di New York pada tahun
1759. Angka keselamatan pada awal abad ke-19 sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya
5 dari 30 yang dapat selamat dari operasi abdominal. Menariknya, angka keselamatan pasien
yang tidak diobati 1 dari 3 5.
Pada permulaan abad ke-20, kemajuan pesat dalam ilmu anestesi, antibiotik, dan transfuse
darah berperan dalam menurunkan angka kematian ibu. Pada awal pertengahan abad ke-20,
tercatat 200-400 kematian per 10.000 kasus. Sejak tahun 1970, Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) mulai mencatat dan membuat statistik mengenai kehamilan ektopik,
dilaporkan terdapat 17.800 kasus. Pada tahun 1992, angka kehamilan ektopik meningkat
menjadi 108.000 kasus. Namun, angka kematian menurun dari 35,5 per 10.000 kasus pada
tahun 1970 menjadi 2,6 per 10.000 kasus pada tahun 1992.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh
spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus1.
Berdasarkan tempat implantasinnya 4. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk
terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk
uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Kehamilan ektopik dapat dibagi
dalam beberapa golongan 7, yaitu :
a. Tuba Fallopii
b. Uterus (diluar endometrium kavum uterus)
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal
f. Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering terjadi


di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di isthmus, dan 17 %
di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal, dan intraligamenter,
dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus.2

Gambar 2.1 : Lokasi terjadinya kehamilan ektopik


Ada beberapa pendapat yang menggolongkan kehamilan ektrauterin, namun
pendapat ini tidaklah tepat karena kehamilan di kornu, servik uterus termasuk dalam
kehamilan ektopik. 4 6
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden dari kehamilan ektopik digambarkan dalam berbagai macam cara pada
beberapa literature. Denominator yang paling umum digunakan adalah jumlah konsepsi
yang dikenali, yang mana digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000
konsepsi. Denominator lainnya adalah jumlah wanita dalam usia produktif, yang
digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 10.000 wanita dalam rentang usia
14-44 tahun, dan jumlah total kelahiran yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan
ektopik per 1000 kelahiran 5.
Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per 1000 total
konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan banyak abortus
yang direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih kecil dibandingkan
dengan angka yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan ektopik asimptomatis yang
tidak diketahui sehingga tidak dilaporkan. Hal ini mengakibatkan insiden kehamilan
ektopik per 1000 total konsepsi yang sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat.
Jumlah insiden yang dilaporkan di literature, bagaimanapun juga, merupakan perkiraan
yang baik dan, sejak metodologi yang digunakan sama , maka dapat dibandingkan
secara tepat.7
Pada perkembangan terbaru, di Inggris Raya, kehamilan ektopik masih
merupakan penyebab terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir
32.000 kehamilan ektopik terjadi yang tercatat setiap tahunnya di Inggris Raya. Di
Amerika Serikat, jumlah kejadian setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada tahun1992
menjadi 35.382 pada tahun 1999. Di Norwegia, diperkirakan angka kejadian ini
menurun seiring dengan menurunnya angka kejadian Pelvic Inflammatory Disease
(PID).8

2.3 ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau nidasinya di
tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat dengan adanya
beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol (DES), penggunaan IUD,
dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini mungkin berbagi
mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis, fungsional, atau keduanya.
Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari implantasi ektopik dengan tidak
adanya alat pendeteksi kelainan tuba 6
Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan berjalan
kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang mengganggu fungsi
normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan resiko terjadinya kehamilan
ektopik. Kehamilan ovarium dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de
Gaaf yang baru pecah dan 7 membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel, atau
apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan
intraligamenter biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau kehamilan ovarial
yang mengalami rupture dan mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum.
Kehamilan servikal berkaitan dengan faktor multiparitas yang beriwayat pernah
mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio sesarea. Sedangkan
kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba, walau ada yang
primer terjadi di rongga abdomen.9
Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat mendukung
terjadinya kehamilan ektopik 2 :
1. Faktor dalam lumen tuba :
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;
b. Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada hipoplasia
uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia endosalping;
c. Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan
sterilisasi yang tidak sempurna.
2. Faktor pada dinding tuba :
a. Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi ditempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba :
a. Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur;
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain :
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau
sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.
b. Fertilisasi in vitro.

Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan penyebab


utama. Sequele morfologik berpengaruh pada setengah dari episode awal kehamilan
ektopik. Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga disinyalir mempunyai peran
dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari arah kontralateral dari ovarium
telah dianggap sebagai penyebab dari terlambatnya transport blastokist, dan oleh Breen,
dilaporkan bahwa ovulasi dari arah kontralateral ditemukan pada sepertiga dari gestasi
tuba yang diobati dengan laparatomi. Bagaimanapun juga, Saito dkk. mengamati bahwa
bagian dari tuba dimana terjadi implantasi pada wanita dengan kehamilan ektopik
adalah sama pada apakah korpus luteum berada di ipsilateral atau kontralateral. Jika
transmigrasi adalah salah satu faktor, hipotesis dari mereka adalah ada banyak insiden
terjadinya kehamilan di distal tuba dengan ovulasi dari kontralateral ovarium 11.
Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan hormonal, yang
mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar dapat merusak
kontraktilitas normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik dilaporkan terjadi
pada wanita yang digambarkan secara fisiologis dan farmakologis mempunyai kadar
progestin yang meningakat. Secara iatrogenik, dapat terjadi peningkatan estrogen dan
progesterone setelah induksi ovulasi baik itu dengan clomiphene citrate atau human
menopausal gonadotrophins, dan dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik
pada wanita dengan perlakuan seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
perkembangan embrionik yang abnormal. Stratford memeriksa 44 konseptus dari
gestasi ektopik dengan mikrodiseksi dan potongan histologik dan menemukan sekitar
duapertiga abnormal dan setengahnya mempunyai binormalitas struktural umum.
Kelainan abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport normal di tuba.7
Bahwa kehamilan yang mucul yang dikarenakan kegagalan beberapa metode
kontrasepsi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjadi ektopik
dibandingkan pada wanita yang hamil karena tidak memakai alat kontrasepsi. Wanita
yang menjadi hamil sewaktu memakai IUD Copper T380 atau kontrasepsi oral
progestin saja, mempunyai kemungkinan 5% lebih tinggi untuk mengalami kehamilan
ektopik. Wanita yang menjadi hamil selama memakai progesterone-releasing IUD
bahkan lebih tinggi, sekitar 25%, bahkan bila dibandingkan dengan wanita yang tidak
memakai alat kontrasepsi sama sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih
besar dua lipat. Hal ini disebabkan progesterone menghambat 9 kontraksi tuba.
Walaupun pada banyak laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi yang diinduksi
meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik. menunjukkan metode statistik yang
digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-faktor resiko, riwayat dari satu aborsi
yang diinduksi tidak meningkatkan secara bermakna kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik. Efek itu baru akan nyata bila sudah dua atau lebih aborsi 10.

Metode IUD/ Spiral


Alat ini istilahnya adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan sering
juga disebut IUD, singkatan dari Intra Uterine Device. AKDR biasa dianggap tubuh
sebagai benda asing menimbulkan reaksi radang setempat. AKDR yang dililiti kawat
tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan dalam rongga uterus selain
menimbulkan reaksi radang seperti pada IUD biasa, juga menghambat khasiat
anhidrase karbon dan fosfatase alkali. IUD yang menge luarkan hormon juga
menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi pasase sperma 10.
Beberapa produk IUD saat ini terbuat dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote
sehingga bisa membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi. Dengan demikian,
maka sebagian metode IUD itu telah menyalahi ajaran syariah Islam karena melakukan
pembunuhan atas zygote yang terbentuk dengan menciptakan ruang yang tidak
kondusif kepadanya. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) memberikan penghargaan terhadap fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang memperbolehkan vasektomi, asalkan dengan tujuan yang tidak menyalahi syariat.
Fatwa MUI memperbolehkan vasektomi dengan syarat untuk tujuan yang tidak
menyalahi syariat, tidak menimbulkan kemandulan permanen, dan ada jaminan dapat
dilakukan rekanalisasi. Selain itu, dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti
semula serta tidak menimbulkan bahaya atau mudarat bagi yang bersangkutan 10.

2.4 PATOFISIOLOGI
Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat yang
paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian berturut-
turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah intersisial tuba
(2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat
jarang. Kehamilan pada daerah intersisial sering berhubungan dengan kesakitan yang
berat, karena baru mengeluarkan gejala yang muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan
sulit di diagnosis, dan biasanya menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila
terjadi rupture.8
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur
bernidasi antara 2 jonjot endosalping. 10 Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna
malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus
endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor,
seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari
korpus luteum gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan
endometrium dapat pula berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-
perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar
dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur.
Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan
mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik 4.
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik
dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh seperti di uterus. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 minggu sampai 10
minggu. Kemungkinan itu antara lain 9 :
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja yang terlambat untuk
beberapa hari.
b. Abortus tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh
villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah
dari koriales pada dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,
tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh,
mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian
didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam
tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum
terjadi pada kehamilan tuba pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba
oleh villi koriales kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars
isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih luas,
sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan
dengan bagian isthmus dengan lumen sempit 3.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,
perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai
berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan
masuk rongga abdomen dan terkumpul secara 11 khas di kavum Douglas dan
akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup, tuba fallopii
dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping 6.
c. Ruptur tuba
Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan rupture
pada saluran lahir pada beberapa tempat. Sebelum metode pengukuran kadar
korionik gonadotropin tersedia, banyak kasus kehamilan tuba berakhir pada
trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada kejadian ini lebih sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya muncul pada
kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di pars intersisialis, maka muncul
pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau
karena trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina 5.
Gambar 1.3. Ruptur tuba
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium tuba
tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi dari trofoblas,
akan pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi diarah
ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus,
terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat
keluar dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena perdarahan, nasib
janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati
dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila besar, kelak dapat diubah
menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih diselubungi
oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam
rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal sekunder 8. 12

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan penggunaan
tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan untuk menegakkan
diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala. Namun, bila umur gestasi
sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul karena keluarnya dari dari
fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila memang terjadi kehamilan ektopik
namun belum muncul gejala, maka kita sebut kehamilan ektopik belum terganggu 1.
Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen,
amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi sangat penting
dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan di trimester
pertama. Namun sayangnya, hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang
menampilkan gejala-gejala tersebut secara khas. Pasien yang lain mungkin muncul
gejala-gejala yang umumnya terjadi pada masa kehamilan awal termasuk mual, lelah,
nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan
gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-
beda, dari yang khas sampai tidak khas sehingga sukar untuk mendiagnosisnya. 7
Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan
abdomen dan pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan
banyak akibat ruptur tuba tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik walau
tanda itu menunjukkan perlunya resusitasi segera, bahkan faktanya kedua hal tersebut
lebih khas pada komplikasi kehamilan intrauterin. Lebih jauh lagi, tanda vital yang
normal tidak dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan dalam,
dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan terdapat nyeri gerakan serviks. Adanya
tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan nyeri lateral atau bilateral abdomen
atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan akan kehamilan ektopik dan merupakan
temuan yang bermakna. Disisi yang lain, ketidakadaan tanda dan gejala ini tidak
menyingkirkan kehamilan ektopik. Terabanya massa adneksa juga tidak dapat
memperkirakan kehamilan ektopik secara tepat. Dalam penelitian ini massa adneksa
hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan
ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal
pada kira-kira 10% pasien dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa
riwayat dan penemuan pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap kehamilan
ektopik. Untuk itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh
dianggap oleh seorang dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya
kehamilan ektopik berdasarkan penemuan klinik saja.5
Macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain:4
a. Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum
(sinonim : kehamilan intra peritoneal)
b. Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii.
Umumnya berakhir sebagai abortus tuba.
c. Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi
berimplantasi dalam kanalis servi kalis uteri.
d. Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan
ekstrauterin.
e. Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f. Kehamilan Interstisial Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g. Kehamilan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan
ligamentum latum, setelah rupturnya keha milan tuba melalui dasar dari tuba
fallopii.
h. Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i. Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis
berimplantasi pada permuka an ovarium.
j. Kehamilan Tuba Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.

2.6 DIAGNOSIS
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum
terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus dahulu
sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan anamnesis yang
teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik, namun untuk
menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan pemeriksaan fisik yang cermat dan
dibantu dengan alat bantu diagnostik. Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik
sangatlah penting, dan sudah merupakan sesuatu yang harus dilakukan,apabila memang
tersedia, untuk menentukan diagnosis.2
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa
waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat nyeri
perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan pervaginam
dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut bagian bawah,
berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya, apakah mengalir seperti air atau
hanya seperti tetesan saja, dan apakah 14 keluar gumpalan-gumpalan. Ditanyakan juga
riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah pernah hamil, riwayat menstruasinya. 4
Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada
perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien
merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin
hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan.2
KLASIFIKASI BERDASARKAN DIAGNOSIS
1. Kehamilan ektopik belum terganggu 2
a. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.
b. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita. Tanda-
kehamilan muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-25% kasus.
c. Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan ialah
nyeri diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik belum
mengalami rupture. Kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan
batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih harus dipastikan
dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti Ultrasonografi dan
Laparoskopi.
d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan
berakhir dengan abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga
perut yang apabila terlambat diatasi akan membahayakan jiwa
penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan lebih-lebih
setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus ditangani
dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostic yang
ada,sampai diperoleh kepastian diagnostic kehamilan ektopik.
2. Kehamilan ektopik terganggu 2
a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut)
biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang
terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai
nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan
pervaginam.
b. Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada
pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga
perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila
digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri raba.
c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu
jenis apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala
kehamilan muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan
sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila
perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat.
Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk
memastikan diagnosis.
3. Kehamilan ektopik lanjut
Merupakan kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena
mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ligamentum latum, uterus, dasar
panggul ,dan sebagainya.

Gambar 2. Jalur yang digunakan untuk mendiagnosis suspek kehamilan ektopik

Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda kehamilan muda. Perabaan


serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba
sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Kadang terdapat suhu yang naik, sehingga menyulitkan perbedaan
dengan infeksi pelvik.6
Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human chorionic gonadotropin
(-hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu menentukan potensi pasien
mengalami kehamilan ektopik. -hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam
serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum -hCG negative,
kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan
pasien dengan tes serum -hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal
kenaikan kadar -hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai
puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG. Pemeriksaan
tunggal tes -hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat
membedakan antara kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan
laboratorium umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar
hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar
leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan
ektopik ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi
hingga dapat lebih dari 20.000. 8

A. ALAT-ALAT BANTU DIAGNOSTIK


Diluar dari kemajuan teknologi sekarang ini, kehamilan ektopik sering salah
terdiagnosis pada saat kunjungan pertama pasien tentang keluhannya. Diagnosis awal
diperlukan untuk perawatan yang maksimal terhadap ketahanan tuba dan mencegah potensi
terjadinya perdarahan intraperitoneal. Atrash dkk. Menemukan bahwa perdarahan menjadi
penyebab terbesar (88%) kematian pada kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang
merupakan batu acuan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik adalah Transvaginal
Ultrasonography dan pemeriksaan kadar hCG serial. Transvaginal Ultrasonography sekarang
ini telah menggantikan posisi Laparaskopi karena lebih menguntungkan. 9
Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis kehamilan
ektopik adalah berikut ini 11
a. Ultrasonography
Dengan menggunakan ultrasonografi abdominal, Kadar dkk. melaporkan pada
tahun 1981 bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan tidak ada kantong
gestasi pada uterus, hampir pasti kehamilan ektopik. Tapi, teknik ini tidak berguna
secara klinik, karena banyak wanita (90%) dengan kehamilan ektopik mempunyai level
hCG yang jauh dibawah nilai diatas.
Perkembangan alat dengan transduser transvaginal dengan frekuensi 5.0 sampai
7.0 MHz, lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal kehamilan
dibandingkan transabdominal. Dengan alat ini biasanya mungkin bisa untuk
mengidentifikasi kantong gestasi intrauterine saat kadar hCG mencapai 1500 mIU/ml
dan selalu bila kadar hCG sudah mencapai 2000 mIU/ml pada sekitar 5 atau 6 minggu
setelah haid terakhir. Karena kombinasi kehamilan intrauterine dan ekstrauterin hampir
merupakan kejadian yang jarang, maka penemuan kantong gestasi intrauterine hampir
selalu dapat menyingkirkan adanya kehamilan ektopik. Bila kantong gestasi tidak
ditemukan dan kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, lebih mungkin terjadi kehamilan
patologis, apakah itu kehamilan ektopik, atau suatu gestasi intrauterine tidak viable, dan
harus dipikirkan kemungkinannya. Biasanya massa adneksa dan/atau struktur yang
menyerupai kantong gestasi dapat dikenali pada saluran telur saat kehamilan ektopik
muncul yang menghasilkan kadar hCG diatas 2500 mIU/ml 9. 18
Gambar 1.7. Gambaran USG kehamilan ektopik
Jadi kriteria diagnosis USG dengan menggunakan transduser transvagina untuk
kehamilan ektopik termasuk adanya komplek atau massa kistik adneksa atau terlihatnya
embrio di adneksa dapat dideteksi, dan/atau tidak adanya kantong gestasi dimana diketahui
bahwa usia gestasi sudah lebih dari 38 hari, dan/atau kadar hCG diatas ambang tertentu,
biasanya antara 1500 dan 2500 mIU/ml 8
Human Chorionic Gonadotrophin
Wanita dengan kehamilan ektopik menunjukan adanya kadar hCG dalam serum,
walaupun 85% diantaranya lebih rendah dibandingkan dengan kadar hCG pada
kehamilan normal. Uji hCG tunggal kuantitatif tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik karena tanggal pasti dari ovulasi dan konsepsi terjadi
tidak diketahui pada banyak wanita. Pada kehamilan yang abnormal seperti kehamilan
ektopik ini, kadar hCG biasanya tidak meningkat seperti seharusnya. Jika persentase
kenaikan kadar hCG tidak lebih dari 66%, maka kemungkinan seseorang untuk
mempunyai kehamilan abnormal tinggi.
Progesteron
Karena pemeriksaan kadar hCG secara tunggal tidak dapat memberikan informasi
untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, sehingga membutuhkan beberapa hari untuk
melakukan serial tes, maka pengukuran kadar progesterone serum tunggal oleh
beberapa kelompok dapat dipakai untuk membedakan kehamilan ektopik dengan
kehamilan normal intrauterin. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa jumlah
progesterone yang dihasilkan korpus luteum pada kehamilan ektopik lebih sedikit
dibandingkan dengan korpus luteum pada kehamilan normal. Mengukur sampel kadar
progesterone pada beberapa wanita hamil di minggu gestasi ke 4, 5, dan 6. Mereka
melaporkan bahwa pada minggu ke-4 dengan kadar kurang dari 5 ng/ml, sensitifitas
yang didapat 100% dan spesifitasnya 97% dan menurun seiring meningkatnya umur
gestasi. Bila kadar progesterone lebih dari 25 ng/ml menyingkirkan kehamilan ektopik
dengan kepastian 97,4%. 19
Dilatasi kuretase
Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari 38 hari,
atau serum kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada kantong gestasi
interauterin yang terlihat denga transvaginal USG, kuretase kavum endometrial dengan
pemeriksaan histologi pada jaringan yang dikerok, dengan potong beku bila mau, dapat
dikerjakan untuk menentukan apakah ada jaringan gestasi. Spandorfer dkk. melaporkan
bahwa potong beku 93 % akurat dalam mengenali villi koriales. Jika tidak ada jaringan
villi koriales yang terlihat pada jaringan yang diangkat, maka diagnosis kehamilan
ektopik dapat dibuat dan dilakukan tindakan.
Kuldosentesis
Sebelum adanya perkembangan dari sonografi pelvis, terutama transvaginal,
kuldosentesis merupakan salah satu alat bantu diagnosis yang penting untuk mengenali
kehamilan ektopik. Penemuan hasil darah yang tidak membeku pada kuldosentesis dan
terutama bila hematokrit lebih dari 15 % adalah bantuan yang amat berguna 8.
Laparaskopi
Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu ditegakkan dengan
melihat organ pelvis secara langsung melalui laparaskopi. Namun, dengan adanya
hemoperitoneum, adhesi, atau kegemukan dapat menjadi penyulit dari laparaskopi.

Dalam penelitian ini didapatkan ada 4 dari 166 kehamilan ektopik yang tidak dapat
dilihat oleh laparaskopis karena hal diatas, sehingga ada kemungkinan 2-5 % terjadi false-
positif atau false-negatif.

2.7 PENATALAKSANAAN
Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik, yaitu
terapi bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya bisa dilakukan
pada pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti adanya rupture atau
ketidakstabilan hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien harus bersedian diawasi
secara lebih ketat dan sering dan harus menunjukkan perkembangan yang baik. Pasien
juga harus menerima segala resiko apabila terjadi rupture harus dioperasi. 6
A. TERAPI BEDAH
Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan
bedah. Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif ( biasanya
salpingotomi ) dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau laparatomi.
Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara hemodinamik tidak
stabil, operator yang tidak terlatih dengan laparaskopi, fasilitas dan persediaan untuk
melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi.
Pada banyak kasus, pasien-pasien ini membutuhkan salpingektomi karena kerusakan
tuba yang banyak, hanya beberapa kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada
pasien kehamilan ektopik yang hemodinamiknya stabil dan dikerjakan salpingotomi
dapat dilakukan dengan teknik laparaskopi. Salpingotomi laparaskopik diindikasikan
pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak lebih dari 5 cm pada
diameter transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.
Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada pasien
hamil ektopik yang belum rupture dengan menginsisi permukaan antimesenterik dari
tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian diinjeksikan pitressin dilute
untuk memperbaiki hemostasis. Gestasi ektopik dikeluarkan secara perlahan melalui
insisi dan tempat yang berdarah di kauter. Pengkauteran yang banyak didalaam lumen
tuba dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan
secara sekunder atau dengan menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama.
Tindakan ini baik untuk pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan
ektopik ini mempunyai kemungkinan invasi trofoblastik kedalam muskularis tuba yang
lebih kecil dibandingkan dengan implantasi pada isthmus 7.
Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih baik
dari reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika diagnosis
ditegakkan lebih awal, maka pada tempat idthmus dapat dilakukan salpingotomi. Pada
kehamilan ektopik yang berlokasi pada ujung fimbriae, dapat dilakukan gerakan
seeperti memeras (milking) untuk mengeluarkan jaringan trofoblastik melalui fimbriae
2.
Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehamilan ektopik ada disebelah
kanan di E. Tuba kiri yang tersumbat terlihat pada L- wanita ini pernah dilakukan ligasi
tuba. Secara umum, perawatan pada laparaskopi lebih cepat dan lebih sedikit waktu
yang hilang dalam penanganannya dibandingkan laparatomi. Parsial atau total
salpingektomi laparaskopik mungkin dilakukan pada pasien dengan riwayat penyakit
tuba yang masih ada dan diketahui mempunyai faktor resiko untuk kehamilan ektopik.
Komplikasi bedah yang paling sering adalah kehamilan ektopik berulang (5-20 %) dan
pengangkatan jaringan trofoblastik yang tidak komplit. Disarankan pemberian dosis
tunggal methotrexate post operasi sebagai profilaksis para pasien resiko tinggi. 11
B. TERAPI OBAT
Diagnosis dini yang telah dapat ditegakkan membuat pilihan pengobatan dengan
obat-obatan memungkinkan. Keuntungannya adalah dapat menghindari tindakan bedah
beserta segala resiko yang mengikutinya, mempertahankan patensi dan fungsi tuba, dan
biaya yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti termasuk glukosa
hiperosmolar, urea, zat sitotoksik ( misl: methotrexate dan actinomycin ), prostaglandin,
dan mifeproston (RU486). Disini akan dibahas lebih jauh mengenai pemakaian
methotrexate sebagai pilihan untuk terapi obat 11.
METHOTREXATE

Penggunaan methotrexate untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian yang
menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada kehamilan ektopik. Sejak itu
banyak dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis kehamilan ektopik
yang berhasil. Lalu, dengan semakin banyaknya keberhasilan memakai obat, maka
mulai diperbandingkan pemakaian methotrexate dengan terapi utama salpingostomi 3.
Perdarahan intra-abdominal aktif merupakan kontraindikasi bagi pemakaian
methotrexate. Ukuran dari massa ektopik juga penting dan methotrexate tidak
digunakan pada massa kehamilan itu lebih dari 4 cm. Keberhasilannya baik bila usia
gestasi kurang dari 6 minggu, massa tuba kurang dari 3,5 cm diameter, janin sudah
mati, dan -hCG kurang dari 15.00 mIU. Kontraindikasi lainnya termasuk menyusui,
imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus
peptik 4.
Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai
antagonis asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien yang
akan diberikan methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang stabil dengan
hasil laboratorium darah yang normal dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.
Methotrexate diberikan dalam dosis tunggal (50 mg/m2 IM) atau dengan menggunakan
dosis variasi 1 mg/kgBB IM pada hari ke 1,3,5,7 ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB
IM pada hari ke 2,4,6,8. Setelah pemakaian methotrexate yang berhasil, -hCG
biasanya menghilang dari plasma dalam rata-rata antara 14 dan 21 hari. Kegagalan
terapi bila tidak ada penurunan -hCG, kemungkinan ada massa ektopik persisten atau
ada perdarahan intraperitoneal.10

2.8 DIAGNOSIS BANDING


a. Salpingitis Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi
dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen.
b. Abortus (imminens atau inkomplitus) Gejala klinik yang dominan adalah
perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut. Perdarahan berwarna
merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya
bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi
serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina.
c. Appendisitis Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa
iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun
tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih
tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif.
d. Torsio kista ovarium Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan
kehamilan tuba umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin
terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan
mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang yang
menghilang dengan sendirinya.
e. Ruptur korpus luteum Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun
ruptur korpus luteum sangat jarang ditemukan.

2.8 PROGNOSIS
a. Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan
terlambat, maka angka kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada
kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak
berada pada tempat dimana ia seharusnya tumbuh.
b. Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral.
Sebagian wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau
dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan terapi yang
ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar, namun ini
harus didukung kemampuan untuk menegakkan diagnosis dini sehingga dapat
diintervensi secepatnya. 2
BAB III
PENUTUP

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim
misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Sebagian besar penyebabnya tidak di
ketahui, namun ada beberapa factor yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga
mengadakan implantasi di tuba, seperti migratio externa, hipoplasia lumen tuba sempit dan
berkelok-kelok, gangguan fungsi silia endosalping, operasi plastic tuba dan sterilisasi yang
tak sempurna, bekas radang pada tuba, kelainan bawaan pada tuba, dan abortus buatan.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu, dapat menyebabkan hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi , abortus ke dalam lumen
tuba, dan ruptur pada dinding tuba. Gejala dan tanda pada kehamilan ektopik terganggu
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Namun gejala yang paling sering terjadi diantaranya adalah nyeri perut,
adanya amenorea, perdarahan, shock karena hypovolemia, nyeri bahu dan leher, nyeri pada
palpasi, pembesaran uterus, pembesaran uterus.
Beberapa hal yang termasuk faktor risiko pada kehamilan ektopik adalah umur ibu,
paritas ibu dan riwayat abortus. Pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu adalah lakukan tes kehamilan, pemeriksaan umum, anamnesis, pemeriksaan
ginekologi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kuldosentesis, pemeriksaan ultra
sonografi, dan pemeriksaan laparoskopi. Penanganan kehamilan ektopik terganggu yaitu
setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat
dapat berupa parsial salpingektomi dan salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya
konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada), berikan anti biotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas, berikan analgesic untuk mengendalikan
nyeri pasca tindakan dan atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. 25
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2011. Kehamilan Ektopik Terganggu.
http://rizkieyania.blogspot.com/2011/11/KET.html (diakses 20 Desember 2012).

2. Anonim. 2012. Kehamilan Ektopik (KE).


http://sinhoomoickselalu.blogspot.com/2012/06/kehamilan-ektopik-terganggu.html (diakses
tanggal 20 Desember 2012)

3. Anonim. 2012. Kehamilan Ektopik. http://aldosugiharto.blogspot.com/2012/04/askep-


kehamilan-ektopik-terganggu-ket.html (diakses tanggal 20 Desember 2012)

4. Anonim. 2012. Askeb Kehamilan. Ektopik


http://lindamelania22.blogspot.com/2012/06/makalah-askeb-patologis-kehamilan.html
(diakses tanggal 20 Desember 2012)

5. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. Kehamilan
Ektopik. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

6. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2008. Edisi
III. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.

7. Prawiro, Sarwono, 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarta

8. Sepilian, Vicken; Ellen W. Ectopic Pregnancy. www.emedicine.com/health/topic3212.html

9. Standar Tatalaksana Medis Rumah Sakit fatmawati. 2002. Kehamilan ektopik


Terganggu.Jakarta.

10. Stikes husada, 2012. Fatwa dan hukum islam menurut Majelis Ulama Indonesia
https://sites.google.com/site/stikeshusada/agama/sterilisasi-dan-iud

11. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 323-338.

12. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Ilmu Kandungan
edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 250-260.

13. Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 198-210.

Вам также может понравиться

  • Daftar Lapsus Igd
    Daftar Lapsus Igd
    Документ1 страница
    Daftar Lapsus Igd
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Документ16 страниц
    Epi Lepsi
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ26 страниц
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Документ20 страниц
    Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ21 страница
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Документ17 страниц
    Gea Dehidrasi Ringan Sedang
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Angina
    Angina
    Документ11 страниц
    Angina
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Kejang Demam Sederhana: Disusun Oleh
    Laporan Kasus Kejang Demam Sederhana: Disusun Oleh
    Документ31 страница
    Laporan Kasus Kejang Demam Sederhana: Disusun Oleh
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Jurnal Hams
    Jurnal Hams
    Документ12 страниц
    Jurnal Hams
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Ima
    Ima
    Документ25 страниц
    Ima
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Kejang Demam Sederhana + Tonsilofaringitis Akut: Laporan Kasus
    Kejang Demam Sederhana + Tonsilofaringitis Akut: Laporan Kasus
    Документ26 страниц
    Kejang Demam Sederhana + Tonsilofaringitis Akut: Laporan Kasus
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Документ22 страницы
    Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Translate
    Translate
    Документ6 страниц
    Translate
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Ima
    Ima
    Документ25 страниц
    Ima
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ18 страниц
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • KDK Elektrolit Imbalance
    KDK Elektrolit Imbalance
    Документ35 страниц
    KDK Elektrolit Imbalance
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Kasus 1b CHF
    Kasus 1b CHF
    Документ22 страницы
    Kasus 1b CHF
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • HT Emergensi
    HT Emergensi
    Документ20 страниц
    HT Emergensi
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • CKD + DM Tipe Ii + HT
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Документ24 страницы
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • CKD + DM Tipe Ii + HT
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Документ25 страниц
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • EPILEPSI
    EPILEPSI
    Документ20 страниц
    EPILEPSI
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ21 страница
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ18 страниц
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • HT Emergensi
    HT Emergensi
    Документ20 страниц
    HT Emergensi
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • CKD + DM Tipe Ii + HT
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Документ25 страниц
    CKD + DM Tipe Ii + HT
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Документ22 страницы
    Vomitus Dehidrasi Ringan Sedang
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • TB Milier
    TB Milier
    Документ21 страница
    TB Milier
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Kasus 1a SDH
    Kasus 1a SDH
    Документ21 страница
    Kasus 1a SDH
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Daftar Lapsus Igd
    Daftar Lapsus Igd
    Документ1 страница
    Daftar Lapsus Igd
    Hamsya R
    Оценок пока нет
  • Kasus 1b CHF
    Kasus 1b CHF
    Документ22 страницы
    Kasus 1b CHF
    Hamsya R
    Оценок пока нет