Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

2.1 PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229)..
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2.2 PENYEBAB
Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang
demam:
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan
saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain lain.
2.3 TANDA DAN GEJALA
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal,
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun
dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang
yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat

1
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang
demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya
berlangsung lebih dari 30 menit.
Gejalanya berupa:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara
tiba-tiba)
b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
e) Lidah atau pipinya tergigit
f) Gigi atau rahangnya terkatup rapat
g) Inkontinensia (mengompol)
h) Gangguan pernafasan
i) Apneu (henti nafas)
j) Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya:
a) Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam
atau lebih
b) Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c) Mengantuk
d) Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
2.3.1 Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1) Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

2
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2.3.2 Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh

b. Kejang mioklonik
1) Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

2.4 WEB OF CAUTION

3
Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na dan Ca berlebih

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

kejang

parsial umum

kompleks absens mioklonik Tonik atonik


sederhana klonik

Kesadaran Gg peredaran Aktivitas otot


darah

Reflek hipoksi Metabolisme


Resiko menelan
cedera

Permeabilitas Keb. O2 Suhu tubuh


Penumpukan kapiler makin
sekret meningkat

Sel neuron asfiksia


aspirasi otak rusak

2.5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK


1) Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2) CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT

4
4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak
5) Uji laboratorium
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 144 meq/dl )

2.6 PENATALAKSANAAN
1) Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih
kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3) Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
a) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
b) Kejang demam yang mempunyai ciri :

5
1. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
3. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4) Mencari dan mengobati penyebab

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal
assesment.
1. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no register,
serta identitas yang bertanggung jawab.
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas, kejang,
kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan setelah kejang.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah dirawat dimana,
tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,
umur berapa saat kejang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi.
6. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breath) : Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan frekuensi
nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas akibat
penumpukan sekret

6
2) B2 (Blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt<2" , suhu panas, kemungkinan
terjadi gangguan hemodinamik
3) B3 (Brain): Kesadaran komposmentis sampai koma
4) B4 (Bladder): monitor produksi urine dan warnanya(jernih,pekat)
5) B5 (Bowel): Inspeksi : tampak normal, auskultasi : terdengar suara bising usus
normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada distensi abdomen
6) B6 (Bone): pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan tulang akan
tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot yang mengalami
kejang.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Urine lengkap
c) Serum elektrolit
b. EEG: didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang
lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relatif dengan
gelombang tajam (Soetomenggolo, 1989)
c. CT Scan: pada pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya lesi pada daerah
kepala.
8. Terapi
1) Bebaskan jalan napas
2) Berikan oksigenasi
3) Berikan posisi sligh head up 300
4) Pasang IV line
5) Pemberiap terapi sesuai advis dokter
6) Longgarkan pakaian yang dipakai oleh pasien

3.2 DIAGNOSA
1. Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan
2. Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran
3. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan dampak
patologi dari penyakitnya.
4. Kebutuhan oksigen meningkat berhubungan dengan kejang

3.3 INTERVENSI
1. Dx: Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran
pernapasan
Tujuan: Tidak terjadi aspirasi
KH: jalan napas bebas, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sekret yang
menumpuk

7
Rencana tindakan:
a) Berikan posisi miring pada pasien
R/ agar jalan napas tetap terbuka
b) Lakukan suction
R/ membersihkan jalan naapas
c) Lakukan nebulizer
R/ untuk mengencerkan sekret
d) Observasi tanda-tanda vital pasien
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
e) Kolaborasi dengan tim medis/ dokter dalam pemberian terapi
R/ melaksanakan fungsi independent
2. Dx: Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran
Tujuan: cedera pada saat terjadi kejang dapat dicegah
KH: tidak terjadi cedera, pederita tidak jatuh, lidah pasien tidak tergigit
Rencana tindakan:
a) Jaga kepala terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan cedera
R/ menghindari cedera saat kejang
b) Rawat pasien dengan posisi tidur kepala miring
R/ sekret dapat keluar
c) Observasi tanda-tanda vital pasien tiap 15 menit selama fase akut
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
d) Buka pakaian yang menekan
R/ membuka saluran nafas agar nafas pasien tidak tertekan
e) Berikan pengamanan pada tempat tidur
R/ menghindari cedera atau jatuh
f) Minimalkan terjadi cedea pada pasien
R/ meminimalkan terjadi cedea pada pasien
3. Dx: gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan
dampak patologi dari penyakitnya.
Tujuan: suhu tubuh normal dalam waktu 30 menit - 1 jam
KH: suhu tubuh 36,5 C, tidak keluar keringat dingin, pasien tenang
Rencana tindakan:
a) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab peningkatan
suhu tubuh
R/ keluarga pasien dapat mengerti tentang penyebab demam
b) Ganti pakaian pasien dengan pakaian yang tipis dan mudah menyerap
keringat
R/ untuk mengurangi penguapan
c) Berikan kompres dingin pada pasien
R/ dapat mengurangi suhu panas pasien

8
d) Observasi tanda-tanda vital pasien
R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik
R/ menurunkan demam dan melaksanakan fungsi independent

3.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data (Susan Martin, 1998)

3.5 EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi
1. Aspirasi berhubungan dengan Klien tidak mengalami aspirasi
adanya penumpukan sekret di Kriteria :
saluran pernapasan 1. Jalan napas bebas
2. Tidak ada suara napas tambahan
3. Tidak ada sekret yang
menumpuk
Cedera pada saat terjadi kejang
2 Resiko cedera berhubungan dapat dicegah
Kriteria :
dengan terjadinya penurunan
1. Tidak terjadi cedera
kesadaran
2. Penderita tidak jatuh
3. Lidah pasien tidak tergigit
Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
3. Gangguan rasa nyaman
1. Tanda vital :
(peningkatan suhu tubuh)
Suhu : 36 37,5C
berhubungan dengan dampak
N : 100 110 kali/ menit
patologi dari penyakitnya
RR : 24 28 kali/menit
2. Kesadaran : composmentis
3. Anak tidak rewel
4. Tidak keluar keringat dingin

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.
Jakarta : EGC.
3. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
4. Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php
5. http://imadeyasesanjaya.blogspot.com/2011/07/lapoarn-pendahuluan-kejang-
demam.html

10

Вам также может понравиться