Вы находитесь на странице: 1из 29

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

PENDAHULUAN....................................................................................................1

GENESA BIJIH BESI..............................................................................................3

PEMROSESAN BIJIH BESI...................................................................................6

PENGOLAHAN BESI.............................................................................................9

BESI SEBAGAI BARANG


JADI..........................................................................22

KESIMPULAN......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26
PENDAHULUAN

Pada mata kuliah Metalurgi Umum (MG3011) telah diberikan banyak


materi tentang sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia dan pemrosesannya
sehingga diperoleh hasil yang dapat berguna sebagai barang jadi. Pada mata
kuliah ini diberikan tugas untuk menuliskan hasil laporan sebagai bukti tertulis
untuk hasil presentasi yang dilakukan sebelumnya. Dalam laporan ini akan
dijelaskan alur pergerakan dari komoditas besi dari awal ditambang hingga
menjadi barang setengah jadi. Dimulai dari proses eksplorasi, eksploitasi, dan
pengolahan komoditas. Sumber-sumber data yang penulis peroleh dilampirkan di
bagian daftar pustaka.

Berawal dari proses genesa bijih besi yang tersebar di wilayah Indonesia
dan dilanjutkan dengan proses eksplorasi. Eksplorasi adalah penyelidikan
lapangan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberadaan SDA di
suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan
bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang
penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis
tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan
serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak
membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan,
kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.

Setelah bijih besi dinyatakan layak untuk ditambang, dilakukan proses


eksploitasi yang menjadi inti kegiatan penambangan. Eksploitasi adalah usaha
penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan
memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan
galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas. Metode
penambangan yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, seperti
letak endapan bijih dan akses untuk memperolehnya. Kemudian, bahan galian
yang telah ditambang dimuat dan diangkut ke lokasi pengolahan hingga menjadi
barang setengah jadi.
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral
dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-
perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk jadi atau setengah
jadi dari bahan galian yang bersangkutan.

Penulis membuat tulisan ini untuk memberikan informasi ke masyarakat


mengenai komoditas bijih besi di Indonesia. Harapannya dengan adanya tulisan
ini, masyarakat lebih memahami mengenai pertambangan, khusunya tentang
penambangan dan pemrosesan bijih besi.
GENESA BIJIH BESI

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter
dari endapanbesi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun
seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi
terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa
Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral:
Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan


kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit
merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-
mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan
Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

Kandungan Klasifikasi komersil


Mineral Susunan kimia
Fe (%)
Magnetit FeO, Fe3O4
72,4 Magnetik atau bijih hitam

Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah


Limonit Fe2O3.nH2O 59 63 Bijih coklat
FeCO3
Siderit 48,2 Spathic, black band, clay ironstone

Tabel 1. Mineral-mineral dalam besi


Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981;
Economic Mineral Deposits, P. 392
Besi Primer (ore deposit)

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang
memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan
tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi,
mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan
batuan yang diterobosnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan
bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses
penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai
dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan
samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan
metamorfik yang banyak mengandung bijih.

Besi sekunder ( endapan placer )

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui


proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu
pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-
mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat
jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai
ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut
sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi
kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan
cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena
tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena
berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana
pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah.
Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda
penambangan termurah.
Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

Genesa Jenis
Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual
Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Placer eluvial
Placer aluvial atau
Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak
sungai
(air)
Placer pantai
Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang
Placer Aeolian (jarang)
bergerak
Tabel 2. Cebakan-cebaklan placer beserta genesanya
PEMROSESAN BIJIH BESI

Eksplorasi

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak


dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis
eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak
dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer,
agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi
sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan
lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan
penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta
geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe,
magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan
geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi


meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi,
survei geofisika dan pemboran inti. Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang
dilakukan antara lain adalah analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis
laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia
antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI.
Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis
(BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan
lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya


dilakukan melalui empat tahap, yaitu Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum,
eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-
daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi,
tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan
mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan
deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Eksplorasi rinci, tahap
eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan
mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor,
shafts dan terowongan.

Dalam hal eksplorasi dan penentuan cadangan, langkah yang perlu


diperhatikan, antara lain memadahai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi,
kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data
eksplorasi seperti pemboran dan analisis contoh, kelayakan penentuan batasan
cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, kedalaman maksimum
penambangan, dan ketebalan minimum yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

Gambar 1. Peta Persebaran Mineral di Indonesia


(sumber: https://www.google.co.id/search?q=peta+persebaran+miner...)
Eksploitasi Bijih Besi

a Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka
yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti
endapan bijih bijih besi, endapan bijih tembaga, dan endapan bijih nikel.
Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan
bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah.
Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan
atau pit. Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman
endapan dan topografinya.
Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu
cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars,
dan sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping
dengan m enelusuri tebing-tebing sepanjang bukit dan cara inkonvensional
atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan hasil galian / peledakan
ke tempat dumping dengan menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut.
Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher digunakan
truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini diangkut
ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut ke luar
tambang dengan cage.

b Open Cast/ Open Mine/ Open Cut


Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara
penambangan open pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untk
daerah lereng bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau
sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit
atau undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan penambangan
yang diinginkan. Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada
metode ini sama dengan pengangkutan yang dilakukan pada metode open
pit.
PENGOLAHAN BESI

Konstruksi mesin-mesin pengolah bijih besi (iron ores)

Gambar 2. Skema Pengolahan Bijih Besi


(sumber: http://satriopage.blogspot.co.id/2012/12/makalah-iron-ores-bi..)

I. Dapur tinggi

Proses produksi didalam dapur tinggi terdiri atas 4 tahap :


1 Proses pemasukan muatan
Yang dimaksud dengan muatan dapur tinggi adalah isi dari dapur tinggi
yang terdiri atas bahan bakar kokas, biji besi dan bahan tambah yang
berupa batu kapur.
2 Proses reduksi
Reduksi yaitu Oksid arang C(O) dan kokas serta zat arang C. Proses ini
terjadi sangat cepat. Pada proses reduksi terbagi menjadi 3 daerah, yaitu:
a Daerah pengeringan Daerah paling atas, terdapat gas CO2
b Daerah reduksi Muatan akan mulai melebur dan bergerak kebawah
mendekati daerah pencairan
c Daerah pencairan
3 Proses pencairan
Muatan dapur tinggi yang berisi kokas, biji besi dan batu kapur setelah
mengalami pemanasan akan bergerak kebawah. Dalam perjalanan dari atas
ke bawah mengalami proses reduksi.
4 Hasil produksi dapur tinggi
- Besi kasar sebagai bahan dasar pembuatan baja
- Terak
- Gas dapur tinggi

Gambar 3. Prinsip Kerja Dapur Tinggi


(sumber: http://rumahcore.blogspot.co.id/2016/02/dapur-tinggi.html)

II. Jaw Crusher (Alat Pemecah)

Crusher berfungsi untuk memecahkan batuan alam menjadi ukuran yang


lebih kecil sesuai spesifikasi yang dibutuhkan. Selain memisahkan batuan hasil
pemecahan dengan menggunakan saringan atau screen. Crusher terdiri dari
beberapa bagian yaitu crusher primer, crusher sekunder, crusher tersier. Setelah
batuan diledakan, batuan dimasukan kedalam crusher primer. Hasil dari crusher
primer dimasukan kedalam sekunder untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Bila hasil crusher sekunder belum memenuhi spesifikasi yang ditetapkan maka
batuan diolah kembali di crusher tersier dan seterusnya. Peralatan penghancur zat
padat dibagi atas mesin pemecah (crusher)mesin giling (grinder), mesin giling
ultrahalus (ultrafine grinder) dan mesin potong (cutting machine) . Mesin
pemecah bertugas melakukan kerja berat memecah bongkah bongkah besar
menjadi kepingan-kepingan kecil. Mesin pemecah primer digunakan untuk
mengerjakan bahan mentah hasil tambang dan dapat menampung segala macam
yang keluar dari muka tambang dan memecahkannya menjadi kepingan
kepingan antara 6-10inchi. Mesin pemecah sekunder bertugas untuk memecahkan
lagi kepingan-kepingan menjadi partikel yang ukurannya, barangkali 0.25 inchi
.Untuk pemecah secara komersil dalam ukuran of masses of solids 1 ft atau lebih,
berdiameter sampai dengan 200-mesh, setidaknya akan melalui 3 tahapan
berdasarkan tipe mesinnya.

Tiga stage yang dilalui adalah :

Coarse size reduction ( reduksi ukuran kasar ) : umpan 2-96 in


Intermediate size reduction (reduksi ukuran intermedium) : umpan 1-3 in
Fine size reduction ( reduksi ukuran halus) : umpan 0.25-0.5 in

Tipe crusher Rasio reduksi


Jaw 4: 9:1
Gyratory 3:1 10:1
True
Cone (standard) 4:1 6:1
Roll Maksimum 7:1
Single roll Maksimum 3:1
Double roll
Impact Sampai 15:1
Tabel 3. Jenis crusher beserta rasio reduksi

Jaw crusher diperkenalkan oleh Blake dan Dodge , dan beroperasi dengan
menerapkan penghancur bertekanan. Merupakan salah satu peralatan pemecah
batu yang paling terkenal di dunia. Jaw Crusher sangat ideal dan sesuai untuk
penggunaan pada saat penghancuran tahap pertama dan tahap kedua. Memiliki
kekuatan anti-tekanan dalam menghancurkan bahan paling tinggi hingga dapat
mencapai 320Mpa.

Keuntungan stone crusher model jaw crusher ini antara lain :

struktur sangat sederhana sehingg perawatannya mudah


kapasitas yang fleksibel
Proteksi dari over load
Efisiensi tinggi dan biaya operasi yang rendah
Hasil akhir partikel dan rasio hancur yang baik

Untuk pengolahan mineral pertambangan, jaw crusher dapat digunakan


untuk pengolahan menghancurkan bauksit, bijih tembaga, bijih emas, bijih besi,
bijih timah, mangan, bijih perak, bijih seng, alunite, aragonit, arsenik, aspal, ball
clay, barit, basal, bentonit, kokas, beton, dolomit, feldspar, granit, kerikil, gipsum,
kaolin, batu kapur, marmer, kuarsa, pasir silika, dll. Sering digunakan sebagai
peralatan pengolahan primer, sehingga jaw crusher dianggap memiliki kelebihan
dalam pemeliharaan mudah dan baik untuk instalasi.

Jaw crusher dapat mencapai rasio 4-6 dan menghancurkan bentuk produk
akhir. Mereka banyak diterapkan untuk menghancurkan kekerasan tinggi,
kekerasan pertengahan dan batu lunak dan bijih seperti terak, bahan bangunan,
marmer, dll. Kekuatan resistensi tekanan di bawah 350Mpa, yang, cocok untuk
menghancurkan primer. Jaw crusher bisa digunakan dalam kimia pertambangan,
industri metalurgi, konstruksi, jalan dan bangunan kereta api,, kemahiran, dll

Prinsip Kerja Mesin Jaw Crusher:

Jaw Crusher bekerja mengandalkan kekuatan motor . Melalui roda motor,


poros eksentrik digerakkan oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk terdiri dari
jaw plate, jaw plate yang bergerak dan side-lee board dapat dihancurkan dan
diberhentikan membuat jaw plate bergerak seirama. Oleh karena itu, material
dalam rongga penghancuran yang melalui pembukaan pemakaian. kerja alat ini
adalah dengan menggerakan salah satu jepit, sementara jepit yang lain diam.
Tenaga yang dihasilkan oleh bagian yang bergerak mampu menghasilakn tenaga
untuk menghancurkan batuan yang keras. Kapasitas jaw crusher ditentukan oleh
ukuran crusher.Alat pemecah rahang ini terutama dipakai untuk memecah bahan
olahan berupa bijih-bijih atau batu-batu. Bahan olahan ini ini dipecah diantara dua
rahang besi atau baja. Konstruksinya mempunyai sepasang rahang yang satu diam
dan yang satunya bergerak maju mundur ( bolak-balik ). Proses pemecahan bahan
olahan dari pemecah rahang ini berlangsung berkala dengan cara tekanan &
potongan.

Jaw crusher ada 2 jenis, yaitu:

1. Jaw crusher system blake ( titik engsel diatas )

2. Jaw crusher system dodge ( titik engsel dibawah )

Sistem Blake dgn ciri-ciri titik engsel di atas, bagian bawah bergerak
mundur maju .

Cara Kerja
Suatu eksentrik menggerakkan batang yang dihubungkan dengan dua
toggle, togel yang satu dipakukan pada kerangka dan satu lagi ke rahang ayun.
Titik
pivat terletak pada bagian atas rahang gerak atau diatas kedua rahang pada garis
tengah bukan rahang. Pada system ini, umpan dimasukkan kedalam rahang
berbentuk V yang terbuka ke atas. Satu rahang tetap dan tidak bergerak,
sedangkan rahang yang satu lagi membuat sudut 20 derajat 30 derajat dan dapat
bergerak maju mundur yang digerakkan oleh sumbu eksentrik, sehingga
memberikan kompresi yang besar terhadap umpan yang terjepit diantara dua
rahang. Muka rahang ini mempunyai alur dangkal yang horizontal. Umpan besar
yang terjepit antara bagian atas rahang dipecah dan jatuh keruang bawahnya yang
lebih sempit dan dipecah. Pada mesin ini baut pecah yang berfungsi sebagai
penahan apabila terdapat material solid dengan ukuran yang lebih besar dan keras
maka dia akan pecah dengan sendirinya tetapi tidak akan merusak keseluruhan
dari pada alat jaw crusher.

Pengolahan

Umumnya terdapat di alam Indonesia mempunyai kadar besi (Fe) sekitar


35% 40% berbentuk besi oksida hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan
material ikutan seperti SIO2, Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan
H2O

Untuk meningkatkan kadar besi (Fe) hingga 60-65% diperoleh melalui tahapan
proses:

1 Proses Penghancuran (Crushing)


Bahan baku dalam bentuk batuan atau pasir dihancurkan sampai
ukuran menjadi mesh 10. Dimaksudkan untuk memperbesar luas
permukaan dari material sehingga memudahkan untuk proses
selanjutnya.
2 Proses Penghalusan (Grinding)
Dimaksudkan agar butiran halus bijihbesi lebih banyak lagi terpisah
dengan kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak diinginkan,
proses ini sampai menhasilkan ukuran 120 mesh.
Gambar 4. Proses Crushing and Grinding
(sumber: http://www.rocksandminerals.com/aluminum/process.htm)

3 Proses Pemisahan (Magnetic Separator)


Untuk memisahkan material logam dan non logam dengan pencucian
dengan menggunakan air dalam mesin silender yang dilapisi magnet
apabila bijih besi tersebut banyak mengandung hematit Fe2O3 atau
magnetit (Fe3O4) akan terpisah sempurna sehingga kemurnian dari
oksida besi meningkat.

Gambar 5. Magnetic Separator


(sumber: http://www.jupitermagnetics.com/permanent_magnetic_se...)

4 Proses Pemanggangan (Roasting)


Proses ini dilakukan material bijih besi banyak mengandung bijih
hematit (Fe2O3) diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang mempunyai
daya magnit lebih kuat sehingga terpisah antara material yang non
magnet dan dihasilkan kadar Fe sampai 65%.

Gambar 6. Roaster
(sumber: http://nevada-outback-gems.com/Reference_pages/smeltin...)

5 Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)


Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam material,
material diumpankan ke silinder yang berputar dengan arah yang
berlawanan (counter current) Dihembuskan gas panas dari burner
(temp. 200-300 oC).

Gambar 7. Rotary Dryer


(sumber: http://www.rotarykilndryer.com/rotary-dryer.html)

6 Proses Pembuatan Pellet (Pan Palletizer)


Sebelum masuk ke alat ini material bijih besi dicampur dalam alat
mixer agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan
binder bentonit dengan tujuan agar konsentrat besi oksida halus dapat
merekat membentuk gumpalan-gumpalan (aglomerisasi yang disebut
pellet
basah (green pellet) yang mempunyai kekuatan yang cukup kuat untuk
dapat dibawa ke proses selanjutnya, sedang batubara fungsinya untuk
meningkatkan kadar besi dengan cara proses reduksi dari internal pada
proses selanjutnya. Prinsip kerja dari alat ini adalah proses
aglomerisasi konsentrat bijih besi yang telah bercampur batubara dan
binder bentonit dimasukkan secara kontinyu kedalam mesin pelletizing
yang berbentuk setengah drum/bejana yang berputar dengan kecepatan
dan sudut kemiringan tertentu sambil disemprotkan air secara
kontinyu. Akibat perputaran ini terjadilah gaya centrifugal yang
menyebabkan partikel-partikel halus saling mendekat dan menekan
satu sama lain sehingga terbentuklah gumpalan-gumpalan pellet basah
(green pellet) sampai ukuran diameter 12 mm dan mempunyai kuat
tekan 5 kg/pellet dan kuat jatuh 5 kali, hal ini diperlukan agar tidak
pecah selama proses handling atau tranportasi ke proses berikutnya.

Gambar 8. Pan Palletizer


(sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Pelletizing)

7 Proses Reduksi (Rotary Kiln)


Gambar 9. Rotary Kiln
(sumber: http://www.britishlime.org/education/popup_rotary_ki...)

Proses ini bertujuan untuk memurnikan kandungan besi oksida


menjadi besi murni dengan cara proses reduksi external dengan gas
alam (gas CO) dan reduksi Internal dari Batubara Dengan temperatur
1700C akibat dari proses ini material oksida besi akan terpisah
membentuk besi murni (Fe 92%) dan oksidanya membentuk gas CO2.
Prinsip kerjanya material berbentuk pellet diumpankan ke silinder
yang berputar dengan RPM dan sudut kemiringan tertentu kemudian
dihembuskan gas panas dari arah berlawanan (counter current)
kemudian dari titik titik tertentu di semprotkan gas CO dari gas alam
sehingga akan terjadi proses reduksi dari internal maupun external.
Kemudian material tersebut didinginkan di pendingin cooler sampai
temperatur 60C dan siap untuk dikemas atau curah. Hasil yang keluar
dari alat ini sudah merupakan produk sponge iron yang berupa pellet
dengan qualitas sesuai produk standart ASTM, JIS, DIN dan
mempunyai kekuatan tekan 250mpa dengan diameter 12-15 mm.
8 Produksi Pig Iron
Hasil pellet (green pellet) yang dihasilkan dari proses pelletizer
dimasukkan dalam tungku (blast furnace) dimasukkan larutan kapur,
gas CO sebagai zat pereduksi dengan temperatur tertentu, kemudian
akan mengalami proses pelelehan (melting) sehingga terpisah antara
kandungan yang banyak mengandung logam besi (Fe) dan akan
terpisah karena perbedaan berat jenis dari kotorannya (slag), kemudian
kandungan besinya akan masuk ke mesin casting (cetak) sesuai
kebutuhan dengan kandungan Fe total 95% dalam produk jadi Pig
Iron.

Gambar 10. Blast Furnace


(sumber: http://dir.indiamart.com/impcat/blast-furnace.html)

Proses dan hasil proses sintering

Sintering merupakan proses pemanasan dibawah titik leleh dalam rangka


membentuk fase kristal baru sesuai dengan yang diinginkan dan bertujuan
membantu mereaksikan bahan-bahan penyusun baik bahan keramik maupun
bahan logam.

Proses sintering akan berpengaruh cukup besar pada pembentukan fase


kristal bahan. Fraksi fase yang terbentuk umumnya bergantung pada lama dan
atau suhu sintering. Semakin besar suhu sintering dimungkinkan semakin cepat
proses pembentukan kristal tersebut. Besar kecilnya suhu juga berpengaruh pada
bentuk serta ukuran celah dan juga berpengaruh pada struktur pertumbuhan kristal
(setyowati, 2008).
Suhu sintering dapat ditentukan dari eksperimen termal seperti DTA,
DTG, dan DSC. Berdasarkan hasil eksperimen ini diperoleh suhu lelehan selain
suhu dekomposisi. Setiap komposisi senyawa tertentu memiliki titik leleh
berbada. Sintering bahan keramik biasanya ditentukan sekitar 75% dari titik leleh
total .

Pada proses sintering, terjadi proses pembentukan fase baru melalui proses
pemanasan dimana pada saat terjadi reaksi komponen pembentuk masih dalam
bentuk padat dari campuran serbuk. Hal ini bertujuan agar butiran-butiran (grain)
dalam partikel-partikel yang berdekatan dapat bereaksi dan berikatan. Proses
sintering fase padat terbagi menjadi tiga padatan, yaitu:

a Tahap awal
Pada tahap awal ini terbentuk ikatan atomik. Kontak antar partikel
membentuk leher yang tumbuh menjadi batas butir antar partikel.
Pertumbuhan akan menjdi semakin cepat dengan adanya kenaikan
suhu sintering. Pada tahap ini penyusutan juga terjadi akibat
permukaan porositas menjadi halus.
b Tahap menengah
Pada tahap ini terjadi desifikasi dan pertumbuhan partikel yaitu butir
kecil larut dan bergabung dengan butir besar. Akomodasi bentuk butir
ini menghasilkan pemadatan yang lebih baik. Pada tahap ini juga
berlangsung penghilangan porositas. Akibat pergeseran batas butir,
porositas mulai saling berhubungan dan membentuk silinder di sisi
butir.
c Tahap akhir
Fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus barlangsung dengan
laju yang lebih rendah dari sebelumnya. Demikian juga dengan proses
penghilangan porositas, pergeseran batas butir terus berlanjut. Apabila
pergeseran batas butir lebih lambat daripada porositas maka porositas
akan mucul dipermukaan dan saling berhubungan. Akan tetapi jika
pergeseran batas butir lebih cepat daripada porosositas maka porositas
akan mengendap di dalam produk dan akan sulit dihilangkan.
Produk yang dihasilkan diharapkan memiliki densitas yang tinggi dan
homogen, maka pada proses sintering harus terjadi homogenisasi. Jika terdapat
lapisan oksida pada serbuk logam, proses sintering yang diharapkan bisa menjadi
lebih lambat. Selain lapisan oksida ini menyebabkan produk yang dihasikan
menjadi lebih getas, lapisan oksida tersebut juga menghambat proses difusi antar
partikel serbuk saat sintering dan meningkatkan temperatur sintering. Lapisan
oksida yang menempel pada serbuk terbentuk akibat kontak antar permukaan
serbuk dengan udara dan akibat perlakuan yang diterima serbuk saat proses
produksi metalurgi serbuk berlangsung. Oksida pada serbuk dapat diminimalkan
dengan mengalirkan gas reduksi sebelum atau sewaktu sintering berlangsung.

Hasil proses sintering:

1 Plat
2 Hot wheel (roda gila).
3 Gear (gear mesin).
4 Baut dan mur.
5 As dan pipa besi.
BESI SEBAGAI BARANG JADI

Besi Kasar (Pig Iron)

Pig Iron merupakan produk dari hasil reduksi bijih besi. Sifat dari besi
kasar ini sendiri masih rapu, jadi untuk menjadi sebuah barang yang dapat
digunakan perlu ditambahkan bahan bahan lain. Besi kasar ini dibagi dua jenis,
yaitu: besi kasar putih dan besi kasar hitam.

Penambahan nilai pada besi, salah satu caranya adalah mencampur besi
dengan bahan-bahan lain sehingga menghasilkan barang dengan nilai guna dan
nilai jual yang lebih. Contoh :

1 Kawat Besi
2 Besi Beton
3 Baja
4 Aluminium
5 Stainless

Gambar 11. Produk campuran besi dengan bahan-bahan lain


(sumber: http://www.steelindonesia.com/main.asp?cp=product_ma...)
Downstream industries, adalah tahap akhir pengolahan besi menjadi
barang yang siap langsung digunakan dalam bentuk yang sesuai dengan
fungsinya. Hasil barang dari downstream industries antara lain : alat memasak,
kendaraan, peralatan berat, dll.

Gambar 12. Alat-alat memasak


(sumber: http:// https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q...)

Terak

Terak adalah produk sampingan dari proses produksi tanur tinggi. Terak
sendiri dibagi dua macam, yaitu terak yang bersifat asam dan terak bersifat basa.
Sifat asam atau basa tergantung dari kandungan dalam terak tersebut (CaO, MgO,
Si, Al). Meskipun merupakan hasil sampingan terak juga dapat dimanfaatkan dan
digunakan menjadi barang yang berguna, sehingga hasil sampingan ini tidak
dibuang atau menjadi lost.

Manfaat terak :

1 Pengganti batu alam untuk pengerasan jalan.


2 Isolator panas
3 Pupuk (jika mengandung banyak P(Ca3(PO4)2), dan dihancurkan dengan
cara digiling)
4 Pengganti pasir pada bangunan beton

Gambar 13. Terak

(sumber:
http://sandblastingabrasives.com/copper-slag-sandblasting...)
KESIMPULAN

Besi merupakan bahan tambang yang memiliki banyak manfaatnya, salah satunya adalah
kebutuhan dalam berbagai industri baik besar maupun kecil. Dalam kehidupan sehari hari kita
pasti menemui barang yang berasal dari besi maupun yang dibuat menggunakan besi. Di Bumi
diperkirakan kandungan besi sekitar 5% dari permukaan Bumi. Besi di Indonesia memiliki
persebaran yang cukup besar, hampir di setiap daerah di Indonesia mengandung bijih besi
maupun pasir besi. Namun dalam hal pemrosesannya Indonesia masih dirasa sangat buruk.

Pemrosesan bijih besi di Indonesia dapat dikatakan tidak baik, terbukti dengan tingginya
ekspor bijih besi Indonesia. Namun permasalahan mengenai ekspor bijih besi, pemerintah sudah
melakukan tindakan yaitu pembatasan ekspor bijih besi. Meskipun begitu, hasilnya pun masih
belum terasa, karena pabrik pabrik tanur besi di Indonesia masih kurang produktif. Sebagai
contoh PT. Krakatau Steel yang sempat merugi pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena
kemampuan daya beli masyarakat rendah dan harga jual tidak bersaing dipasar. Ditambah lagi
banyaknya produk China yang masuk Indonesia dengan harga yang murah.

Penulis merasa pemerintah harus senantiasa memperhatikan industri besi di Indonesia. Karena
besi termasuk salah satu komodi yang menguntungkan jika dikembangkan lebih lanjut.
Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan UU no 4 tahun 2009 tentang larangan ekspor bahan
tambang berupa bijih, namun dirasa perlu adanya kebijakan tambahan yang membantu
berjalannya industri besi di Indonesia. Salah satu contohnya menyiapkan jalur transportasi baik
darat maupun laut antara tambang dan pabrik pengolahan bijih besi.

Вам также может понравиться