Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian
Hipertensi adalah bentuk manifestasi gangguan keseimbangan

hemodinamik sistem kardiovaskular yang memiliki patofisiologi

yang multi faktor. Definisi hipertensi adalah angka kesepakatan

berdasarkan bukti klinis atau konsensus atau epidemiologi studi meta

analisis. Menurut berbagai guideline, maka definisi-definisi tekanan

darah yang normal adalah sebagai berikut. [4]

Tabel 2.1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH, ESH-ESC, dan JNC 7[4]

Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


Klasifikasi tekanan darah WHO- ESH- WHO- ESH-
JNC 7 JNC 7
ISH ESC ISH ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <120 <85 80-84 <80
Tinggi-normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1 (ringan) 140-159 140-159 90-99 90-99
Cabang: perbatasan 140-149 90-94
Hipertensi kelas 2
160-179 160-179 100-109 100-109
(sedang)
Hipertensi kelas 3 (berat) 180 180 110 110
Hipertensi sistolik
140 180 <90 <90
terisolasi
Cabang: perbatasan 140-149 <90
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Tahap 1 140-159 90-99
Tahap 2 160 100

2.1.2. Etiologi
Penyebab hipertensi antara lain: [4]
Penyakit: Penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi

aorta, obstructive sleep apnea, penyakit paratiroid,

feokromasitoma, aldosteronism primer, penyakit renovaskular,

penyakit tiroid.

6
Obat-obatan: prednisone, fludrokortison, triamsinolon
- Amfetamin/anorektik: phendimetrazine, phentermine,

subutramine
- Antivascular endotheln growth factor agents
- Estrogen: biasanya kontrasepsi oral
- Calcineurin inhibitor: siklosporin, takrolimus
- Dekongestan: phenylpropanolamine dan analog
- Erythropoiesis stimulating agents: erythropoietin,

darbepoietin
- NSAIDs, COX-2 inhibitor, venlafaxine, bupropion,

bromokriptin, buspirone, carbamazepine, clozapine, ketamin,

metoklopramid
Makanan: sodium, etanol, licorice
Obat jalanan yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut:

cocaine, cocaine withdrawal, ephedra alkaloid, herbal ecstasy,

phenylopropalamine analogs, nicotine withdrawal, anabolic

streoids, narcotic withdrawal, methylphenidate, phencyclidine,

ketamin, ergot-containing herbal products.


2.1.3. Patogenesis
Ada 4 faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi, yaitu: [4]
1) Peran volume intravaskular
Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk

kestabilan tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung

keadaan TPR apakah dalam posisi vasodilatasi atau

vasokonstriksi. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal akan

merespon agar eksresi garam keluar bersama urine juga akan

meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCl ini melebihi

ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O

sehingga volume intravaskular meningkat. Pada gilirannya curah

jantung juga akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume

7
intravaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring

dengan perjalanan waktu, TPR juga akan meningkat, lalu secara

berangsur curah jantung akan turun menjadi normal lagi akibat

autoregulasi. Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun,

sebaliknya bila TPR vasokonstriksi tekanan darah akan

meningkat.
2) Peran kendali saraf autonom
Persarafan saraf autonomy ada dua macam, yaitu saraf

simpatis yang akan menstimulasi saraf visceral (termasuk ginjal)

melalui neurotransmitter: katekolamin, epinefrin, dopamine; dan

saraf parasimpatis yang menghambat stimulasi saraf simpatis.


Ada beberapa reseptor adrenergic yang berada di jantung, ginjal,

otak, serta dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor 1,

2, 1, dan 2. Ditemukan juga reseptor 3 di aorta yang kalau

dihambat dengan beta bloker 1 selektif yang baru (nebivolol)

maka akan memicu terjadinya vasodilatasi melalui peningkatan

nitrit oksida (NO). Pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres

kejiwaan, rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem

saraf simpatis berupa kenaikan katekolamin, norepinefrin (NE),

dsb.
Selanjutnya neurotransmitter ini akan meningkatkan denyut

jantung lalu diikuti kenaikan curah jantung, sehingga tekanan

darah akan meningkat dan akhirnya mengalami agregasi platelet.

Peningkatan neurotransmitter norepinefrin akan berefek negatif

terhadap jantung, sebab di jantung ada reseptor 1, 1, dan 2

8
yang akan memicu kerusakan pada miokardium, hipertrofi, dan

aritmia dengan akibat progresifitas dari hipertensi aterosklerosis.

Pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor 1, maka bila

norepinefrin meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi

(melalui reseptor 1), sedangkan pada ginjal terdapat reseptor 1

dan 1 yang akan memicu retensi natrium, mengaktifasi sistem

RAA, memicu vasokonstrik pembuluh sehingga hal tersebut

menyebabkan hipertensi aterosklerosis makin progresif.


3) Peran renin angiotensin aldosterone (RAA)
Bila tekanan darah menurun maka akan memicu refleks

baroreseptor. Kemudian secara fisiologis sistem RAA akan

dipicu dengan pembentukan renin. Proses pembentukan renin

dimulai dari pembentukan angiotensinogen yang dibuat di hati.

Selanjutnya angiotensinogen akan diubah menjadi angiotensin I

oleh renin yang dihasilkan oleh macula densa apparatus

justaglomerular. Lalu angiotensin I diubah menjadi angiotensin II

oleh enzim ACE (angiotensin converting enzyme).


Faktor risiko yang tidak dikelola akan memicu sistem RAA.

Tekanan darah makin meningkat, hipertensi aterosklerosis makin

progresif.
4) Peran dinding vaskuler pembuluh darah
Disfungsi endotel merupakan sindrom klinis yang bisa

langsung berhubungan kejadian kardiovaskular. Faktor risiko

yang tidak dikelola, akan mengakibatkan hemodinamika tekanan

darah makin berubah, hipertensi makin meningkat serta vaskular

biologi berubah, dinding pembuluh darah makin menebal karena

9
mengalami kerusakan berupa lesi vaskular dan remodeling,

antara lain akibat: inflamasi, vasoknstriksi, trombosis, ruptur

plak/erosi, dan pasti berakhir dengan kejadian kardiovaskular.

Hipertensi bukan hanya disebabkan oleh satu macam mekanisme

tetapi bersifat multifaktorial, yang timbul sebagai akibat dari

interaksi berbagai macam faktor risiko, seperti diet dan asupan

garam, stres, ras, obesitas, merokok, dan genetik. Sementara

mekanisme yang memengaruhi yaitu: [4]

1) Mekanisme neural
Aktifitas berlebih dari sistem saraf simpatis mempunyai peran

penting pada awal hipertensi primer. Pada awalnya terjadi

peningkatan denyut jantung, curah jantung, kadar norepinefrin

(NE) plasma dan urin, berlebihnya NE di tingkat regional, maka

akan merangsang saraf simpatis post ganglion dan reseptor

adrenergik dan menyebabkan vasokonstriksi di sirkulasi perifer.


2) Mekanisme renal
Ginjal ikut berperan dalam terjadinya hipertensi. Kelainan yang

terdapat pada hipertensi adalah akibat dari menurunnya

kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kelebihan natrium

pada diet tinggi garam. Retensi natrium dapat meningkatkan

tekanan darah melalui:


a. Volume dependent mechanism: autoregulasi dan produksi dari

endogenous quabain-like steroid


b. Volume independent mechanism: angiotensin memberikan

efek pada sistem saraf pusat, peningkatan aktifitas saraf

10
simpatis, peningkatan kontraktilitas sel otot polos pembuluh

darah, dan hipertrofi myoblast jantung, peningkatan produksi

nuclear factor (NF)-k, peningkatan ekspresi AT1R di ginjal

serta peningkatan transforming growth factor (TGF)-.


3) Mekanisme vaskular
Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah kecil dan besar

berperan penting pada awal mula terjadinya dan progresifitas

hipertensi. Terjadi gangguan keseimbangan antara faktor yang

menyebabkan terjadinya dilatasi dan konstriksi pembuluh darah.


a. Mekanisme vasokonstriksi di tingkat seluler, berperan dalam

terjadinya hipertensi primer dimana meningkatnya cytosolic

calcium pathway menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot

polos pembuluh darah.


b. Disfungsi endotel, dimana lapisan endotel pembuluh darah

merupakan faktor yang berperan dalam menjaga kesehatan

pembuluh darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan

terhadap aterosklerosis dan hipertensi. Keseimbangan tonus

pembuluh darah diatur oleh modulator vasodilatasi dan

vasokonstriksi. Adanya disfungsi endotel merupakan

pertanda yang khas dari adanya suatu hipertensi. Keadaan ini

ditandai dengan menurunnya faktor yang memnyebabkan

relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan oleh endotel,

seperti Nitric Oxide (NO) dan meningkatnya faktor yang

menyebabkan terjadinya vasokonstriksi seperti faktor

proinflamasi, protrombik, dan growth factor.

11
c. Remodeling vaskular, dimana seiring dengan berjalannya

waktu, disfungsi endotel, aktivasi neurohormonal, inflamasi

vaskular dan meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan

perubahan pada pembuluh darah yang makin memperberat

hipertensi.
4) Mekanisme hormonal
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosterone merupakan

mekanisme yang berperan pada retensi natrium oleh ginjal,

disfungsi endotel, inflamasi, dan remodeling pembuluh darah,

juga hipertensi. Renin yang diproduksi terutama oleh sel

justaglomerulus yang ada di ginjal berkaitan dengan angiotensin

yang di produksi oleh hati, menghasilkan angiotensin (AT) I.

Selanjutnya oleh angiotensin converting enzyme (ACE) yang

terutama banyak terdapat di paru-paru, jantung, dan pembuluh

darah (tissue ACE), AT I akan diubah menjadi angiotensin II.

Chymase suatu enzim protease serine akan mengubah AT I

menjadi AT II. Interaksi antara AT II dan reseptor AT1 akan

mengaktivasi beberapa mekanisme di tingkat seluler yang ikut

berperan dalam terjadinya hipertensi.

2.1.4. Diagnosis [4]


Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.

Hipertensi adalah the silent killer. Secara sistematik, penegakan

hipertensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:


Anamnesis
1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2) Indikasi adanya hipertensi sekunder

12
3) Faktor-faktor risiko
4) Gejala kerusakan organ
5) Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6) Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
Pemeriksaan fisik
Pengukuran tekanan darah (TD) dilakukan pada penderita

yang dalam keadaan nyaman dan rileks, dan tidak tertutup

pakaian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan

pengukran tekanan darah:


1) Sphygmomanometer yang digunakan. Terdapat tiga jenis

yang dapat digunakan yaitu manometer aneroid, manometer

elektronik, dan manometer merkuri/air raksa. Gunakan

manset inflatable bag yang sesuai.


2) Pasang manset pada lengan atas dengan pusat inflatable bag

diatas arteri brakhialis dan sisi bawah manset 2,5cm diatas

fossa antecubiti.
3) Posisi lengan penderita sedikit fleksi pada siku, lengan harus

disangga dengan bantal, meja, atau benda lain yang stabil.

Pastikan manset setinggi jantung. Cari arteri brakhialis,

sedikit medial dari tendon bisep.


4) Lakukan pemeriksaan tekanan darah sistolik (TDS) yaitu ibu

jari atau jari-jari lain diletakkan diatas arteri brakhialis,

manset dipompa/dikembangkan sampai 30mmHg diatas

tingkat dimana pulsasi mulai tidak teraba, kemudian manset

pelan-pelan dikendurkan dan akan didapatkan tekanan TDS

saat pulsasi mulai teraba kembali.


5) Selanjutnya stetoskop (bagian bell) diletakkan di atas arteri

brakhialis, manset dipompa kembali sampai 30mmHg

13
diatas palpasi TDS, kemudian manset dikendurkan pelan-

pelan, tentukan TDS (mulai terdengar suara) dan tekanan

darah diastolic atau TDD (suara mulai menghilang).


6) Pengukuran TD harus dilakukan pada lengan (arteri

brakhialis) kanan dan kiri, setidaknya pernah dilakukan

walalupun hanya sekali. Normal antara kanan dan kiri

terdapat perbedaan 5-10 mmHg. Bila ada perbedaan > 10-15

mmHg perlu dicurigai adanya kompresi atau obstruksi arteri

pada sisi TD yang lebih rendah.


7) Pada penderita yang mendapat obat antihipertensi dan ada

riwayat pingsan atau postural dizziness atau pada penderita

dugaan hipovolemik, TD diukur pada posis tidur, duduk, dan

berdiri (kecuali ada kontraindikasi). Normal dari posisi

horizontal ke posisi berdiri akan menyebabkan TDS sedikit

menurun atau tidak berubah dan TDD sedikit meningkat. Bila

saat berdiri TDS turun 20 mmHg, apalagi disertai keluhan,

menunjukkan adanya hipotensi ortostatik (postural). TDD

juga bisa turun karena obat, hipovolemia, terlalu lama tirah

baring, dan gangguan sistem saraf autonom perifer.


Tabel .2.2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC VII (1998) [4]
Sistolik
Interpretasi Diastolik (mmHg)
(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 130 139 80 89
Tahap 1 140 159 90 99
Tahap 2 >160 > 100

Pemeriksaan penunjang

14
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: tes

darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total

serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum

(puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,

hemoglobin dan hematokrit, urinalisis (uji carik celup dan

sedimen urin), elektrokardiogram. Evaluasi pasien hipertensi

juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit penyerta

sistemik, yaitu: aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil

lemak), diabetes (melalui pemeriksaan gula darah), fungsi ginjal

(dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, dan laju

filtrasi glomerulus).

2.1.5. Terapi
Sasaran pengobatan hipertensi bersifat kombinasi antara

modifikasi gaya hidup dan berbagai macam obat anti hipertensi.

Pengobatan terdiri dari farmakologis dan nonfarmakologis. Semua

guideline pada umumnya sepakat dan sama untuk target tekanan

darah normal adalah 120/80 mmHg. Pengobatan selalu dimulai

dengan modifikasi gaya hidup, kemudian dilanjutkan dengan

farmakoterapi secara individualistik sesuai dengan komorbid atau

compelling indication yang ada pada penderita. [4]


Pengobatan nonfarmakologis dilaksanakan oleh semua penderita

hipertensi yang bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah dan


[4]
mengendalikan faktor-faktor risiko. Dimana dewasa ini, terdapat

berbagai macam jenis pengobatan atau terapi non farmakologi yang

15
bisa digunakan sebagai alternatif pengobatan antara lain refleks

tubuh, akupuntur, terapi lintah, dan bekam (hajimah) serta masih

banyak jenis terapi lainnya. [6]

2.2. Bekam
2.2.1. Sejarah bekam
Bekam merupakan bagian dari teori pengobatan dengan

mengeluarkan darah. Pada zaman Cina kuno teknik pengobatan ini

disebut dengan pengobatan tanduk digunakan sebelum adanya cup

atau gelas dari kaca maupun plastik. Sedangkan di Eropa pada abad

ke-18 lintah digunakan sebagai alat dalam melakukan pembekaman.


[13]

Sejarah pengguanaan bekam hingga saat ini masih menjadi

perdebatan mulai dari mana, kapan, dan bagaimana

perkembangannya. Berdasarkan awal penggunaannya disebut bahwa

bekam sudah digunakan oleh kaum Nabi Luth, dengan cara

dilempari batu agar darah keluar dari tubuh. Gambaran yang

diberikan masih menggunakan cara-cara yang tidak manusiawi,

walaupun ketika itu metode tersebut dianggap wajar. Pendapat lain

menyebutkan bahwa bekam sudah digunakan sejak zaman Nabi

Musa, tanpa mejelaskan metode ini pertama kali ditemukan atau

sebuah metode warisan dari masa sebelumnya. Semantara itu,

melihat penyebarannya hingga sampai di Indonesia dijelaskan bahwa

bekam mulai pada zaman Babylonia, berkembang di Cina, India,

menyebar di Arab dan sampai ke Indonesia. [13]


2.2.2. Definisi bekam

16
Bekam adalah bedah ekskretoris buatan yang membersihkan

cairan darah dari vaskuler. Ini akan membuka lapisan kulit,

meningkatnya fungsi ekskretoris dalam kulit, meningkatkan imunitas

dan meningkatkan filtrasi di kedua kapiler untuk membersihkan

darah dari vaskuler dan mengembalikan fisiologi dan hemeostasis.

Selain itu, dilaporkan bahwa tekanan kompres diberikan pada kulit

selama lebih dari dari beberapa detik yang dapat bermanfaat bagi

pasien melalui terjadinya fenomena hiperemia reaktif. Dalam

fenomena ini, kompres pembulih darah menyebabkan penurunan

suplai ke kulit selama beberapa menit sehingga akumulasi sitokin

vasodilator. Begitu kompres vaskuler dihentikan, aliran darah ke

kulit secra drastid meningkat yang disebut hiperemia. Hal ini dpat

membawa lebih banyak darah ke sirkulasi untuk disaring dan

dibersihkan selama tahap selanjutnya dari Al-hajiamah atau terapi

bekam.[14]
2.2.3. Jenis bekam
Secara umum bekam dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu

bekam kering, basah dan bekam seluncur atau meluncur. [14]


Bekam kering yaitu bekam tanpa sayatan atau tusukan yang

mengeluarkan darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan darah

kotor yang menyebabkan penyakit dari tempat yang berpengaruh

ke tempat yang kurang berpengaruh atau menurut pendapat lain

dapat diartikan menghisap permukaan kulit dan memijat tempat

sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering

digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh bagian

17
belakang. Dalam proses pembekaman, bekam kering dilakukan

sebelum permukaan disayat atau ditusuk. Manfaat bekam kering

pada tubuh, yaitu meringankan rasa sakit dan mengurangi

penumpukan darah, penyakit paru-paru kronis, nefritis,

mengatasi radang pada organ dalam, dismenorea, common cold,

khusus anak-anak atau siapapun yang pembuluh darahnya sulit

ditemukan.
Bekam basah yaitu bekam dengan sayatan atau tusukan dengan

mengeluarkan darah statis atau darah kotor. Dengan manfaat-

manfaat diantaranya, membersihkan darah dan meningkatkan

aktivitas saraf tulang belakang, memperbaiki permeabilits

pembuluh darah, menghilangkan kejang, menghilangkan memar

pada otot, asma, pneumonia, angina pectoris, penyakit mata dan

rabun, gangguan rahim, berhentinya menstruasi wanita, rematik,

sciatica (pegal di punggung), atherosclerosis, nyeri bahu, dada,

lesu, maupun radang pada selaput jantung dan ginjal.


Bekam seluncur atau meluncur merupakan bekam sebagai

pengganti kerokan yang bermanfaat untuk membuang angina,

melemaskan otot, dan melancarkan perdaran darah. Metode ini

serupa dengan guasha (Cina) dan scrapping (Inggris).

2.2.4. Tata cara bekam


Tata cara dalam bekam secara umum dapat dilakukan dalam

beberapa tahap, namun sebelum melakukan tahap-tahap tersebut ada

baiknya berbekam mengkondisikan pasien dengan memberikan

18
informasi mengenai segala sesuatu tentang bekam atau tahap-tahapan

dalam melaksanakan bekam. Mengenai posisi pasien, berbaring dan

bertumpu pada rusuknya dilantai merupakan posisi tebaik.

Khususnya bagi pasien yang merasa takut ketika dilakukan

pembekaman, yang memiliki masalah peredaran darah, serta anemia.

Namun secara umum bekam dilakukan dalam posisi duduk. [14]


Setelah pasien sudah dikondisikan maka saatnya memulai

tahapan pertama yaitu mencari titik untuk pembekaman. Gelas (cup)

diletakkan rapat diatas titik pada tubuh yang sudah ditentukan,

kemudian dilakukan penghisapan sehingga terjadi kehampaan udara

pada sebagaian besar gelas, terlihat berbentuk lingkaran. Darah dan

beberapa unsur ikut tersedot ke permukaan kulit, sehingga tampak

sebaagian daerah lingkaran berwarna merah karena terjadinya

penggumpalan darah di tempat tersebut. [14]


Tahap kedua, melakukan bekam kering yaitu gelas dibiarkan

berada pada tubuh selama 2-3 menit, setelah itu dicabut. Manfaat

dari tahap ini yaitu untuk memindahkan berbagai unsur kotor pada

bagian-bagian penting di dalam tubuh ke bagian-bagian yang kurang

penting (ke permukaan kulit). Pada bagian ini merupakan bagian

anastesi atau membuat kebal titik tertentu yang selanjutnya

dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika penyayatan

pasien tidak merasakan sakit. [14]


Tahap ketiga, melakukan penyayatan atau tusukan. Ketika

melakukan penyayatan pertam kali, lebih baik mengenali karakter

kulit pasien, keadaan pembuluh darah, dan kondisi-kondisi terkait

19
lainnya. Setelah itu, penyayatan dapat dilakukan pada beberapa gelas

secra bersamaan. Terdapat ketentuan dalam melakukan penyayatan

(penyiletan atau penggoresan ringan) yaitu dulakukan pada bagian

luar kulit dengan kedalaman sayatan kurang lebih 0,1 mm. Tidak

dianjurkan sampai megenai pembuluh arteeri atau vena. Ketentuan

panjang sayatan kurang lebih 4 mm, banyaknya sayantan sekitar 15

sayatan dalam satu titik. Alat yang digunakan sebagai penyayat yaitu

dengan mengguanakan silet medis atau silet yang disterilkan.


Tahap keempat, melakukan bekam basah setelah penyayatan atau

tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai terlihat darah

kental keluar, setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati agar tidak

mengalir ke tubuh pasien. [14]


2.2.5. Manfaat Bekam
Terapi bekam dilaporkan untuk megobati kondisi medis seperti

harpes zoster, vitiligo, hipertensi, rheumatoid artritis, sakit kepala

dan migren. Terapi ini juga dilaporkan dapat mengurangi rasa sakit

dari dismenorea, trigeminal neuralgia akut, osteoarthritis kronis,

carpal tunnel sindrom, fibrositis, fibromyalgia, cervical spondylosis,

hernia lumbal, brachialgia paraesthetica nocturna, penyakit kronis

non spesifik, nyeri persisten dan nyeri artrtis gout akut. [15]
Apabila dilakukan pembekaman pada satu poin, maka di kulit

(kutis), jaringan bawah kulit (subkutis), fascia dan ototnya akan

terjadi kerusakan dari Mast Cell dan lain-lain. Akibat kerusakan ini

akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin,

slow reacting substance (SRS), serta zat lain yang belum diketahui.

20
Zat-zat ini menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare

reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat

terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Hal ini

menyebabkan terjadia perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.

Sehingga timbul efek relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat

vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah secara stabil. [16]


Pada pembekaman juga akan dilepaskan corticotrophin releasing

factor (CRF), serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise.

CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH,

corticotrophin, dan kortikosteroid. Kortikosteroid ini memiliki efek

menyembuhkan serta menstabilkan permeabilitas sel.


Berikut hasil laboratorium dari pasien yang telah dilakukan terapi

bekam: [17]
- Tekanan darah menjadi normal pada kasus hipertensi dan

hipotensi
- Jumlah sel darah yang normal
- Meningkatnya leukosit ke titik normal
- Normalnya jumlah platelet
- Penurunan kadar gula darah ke titik normal
- Penurunan jumlah creatin yang berlebihan
- Penurunan kadar asam urat dalam darah
- Penurunan kadar urea dalam darah
- Penurunan SGPT yang berkaitan dengan aktifitas hati
- Penurunan kadar kolesterol dalam darah
- Penurunan kadar lemak dalam darah
- Penurunan kadar trigliserida
- Kenaikan jumlah ion K, Na, Ca ke titik normal
- Sel darah abnormal tertarik keluar tubuh pada proses bekam
- Jumlah leukosit yang keluar ketika proses bekam hanya

sedikit

2.3. Hubungan terapi bekam dengan penurunan tekanan darah

21
Hasil penelitian sesuai dengan pernyataan dr. Wadda Amani Umar

dalam Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis[18] yaitu bekam dapat

menurunkan tekanan darah. Menurutnya, di bawah kulit dan otot terdapat

banyak titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu

dengan lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh

yang sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman yang

dilakukan dengan memberikan usaha perusakan permukaan kulit dan

jaringan bawah kulit memberikan efek menormalkan tekanan darah. Dalam

mekanisme tersebut terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah

sehingga timbul efek relaksasi pada otot.[19] Kerusakan disertai keluarnya

darah kotor ini juga akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,

histamin, bradiknin, slow reactio substance (SRS). Zat ini menyebabkan

terjadinya dilatasi kapiler dan artiriol, serta flare reaction pada daerah yang

dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat

pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh

darah yang menimbulkan efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku

serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara

stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor

(CRF), serta releasing factors lainya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya

akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin dan corticosteroid.

Corticosteroid ini mempunyai efek untuk menyembuhkan peradangan serta

menstabilkan permeabilitas sel.[13]


Bekam juga meningkatkan suplai darah kelapisan dalam endothelium

yang berperan memproduksi zat nitritoksida (endothelium-derived relaxing

22
factor) yang membantu peregangan dan pelebaran dinding pembuluh darah.

Fungsi lain bekam dapat menstimulasi sirkulasi darah di tubuh secara umum

melalui zat nitrit oksida (NO) yang berperan memperluas pembuluh darah

sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah. NO juga berperan

meningkatkan suplai nutrisi dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel dan

lapisan-lapisan pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga

menjadikannya lebih kuat dan elastis serta mengurangi tekanan darah. [10]

Hal ini sesuai dengan penelitian Lee MS et al., dimana hasil penelitian

Randomized Controlled Trial membuktikan bekam meningkatkan vascular

compliance dan degree of vascular filling secara signifikan. Sedangkan pada

penelitiannya yang kedua memperlihatkan setelah 1 kali terapi bekam

menurunkan hipertensi akut, tetapi tidak secara signifikan membuktikan

efek antihipertensinya. [20]

Menurut teori Taibah II, penusukan pada permukaan kulit ketika bekam

akan membuka barrier kulit untuk pengeluaran cairan. Penekanan ketika

bekam bekam membuat tekanan gradien dan traksi di kulit dan kapiler.

Sehingga akan meningkatkan filtrasi dari kapiler, menurunkan absorbsi dari

kapiler vena, dan terjadi penurunan tekanan vena, serta mengembalikan ke

keadaan homeostasis tubuh. [16]

Penelitian ini menyatakan bahwa mereka mendapat kenyamanan setelah

terapi bekam, mereka juga menyatakan sakit kepala dan nyeri tengkuk yang

sering mereka alami berkurang bahkan hilang. Bekam menjadikan

23
mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot

sehingga dapat menurunkan tekanan darah.[18]

Seseorang yang dalam kondisi tertekan, hormon adrenalin dan kortisol

akan dilepaskan ke dalam darah sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah[21], jika ini terus-menerus terjadi maka dapat mengakibatkan terjadinya

hipertensi. Hal ini berarti menunjukkan bahwa terapi bekam dapat

mengurangi risiko terkena hipertensi dengan membantu mengurangi

ketegangan otot dan mikrosirkulasi pembuluh darah pada responden. Hasil-

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bekam berpengaruh atau

memiliki efek yang positif terhadap tekanan darah. Penelitian ini

mendapatkan kesimpulan bahwa terapi bekam terbukti mempengaruhi

beban kerja jantung, merevitalisasi pembuluh darah, dan mendatangkan

ketenangan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tekanan darah. Oleh

karena itu, terapi bekam efektif untuk membantu menurunkan tekanan darah

atau mengontrol tekanan darah agar tetap stabil pada penderita hipertensi.[22]
Hipertensi
2.4. Kerangka Teori
Mekanisme Terapi
Gambar 2.1. Kerangka Teori

Neural Farmakologi Nonfarmakologi

Renal
Terapi alternatif Gaya hidup
Hormonal

Vaskular Bekam

Pelepasan zat:
Nitrit oxide
Serotonin
Histamin
Vasodilatasi pembuluh darah
Bradikinin
slow reacting substance (SRS) 24
corticotrophin releasing factor
Penurunan tekanan darah
slow reacting substance (SRS)
25

Вам также может понравиться