Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Bab ini membicarakan tumor jinak pada alat genital baik yang bersifat neoplasma
jinak maupun non neoplasma. Menurut letak dan konsistensinya, berturut-turut akan
dijelaskan sebagai berikut.
2.1 Pengertian Tumor
Tumor adalah Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang
tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma (Dorland, 2002, dalam Destriana
W, 2012). Tumor adalah pembengkakan atau daging tumbuh (Gayatri A, 1990, dalam
Destriana W, 2012). Sedangkan tumor jinak adalah suatu pertumbuhan baru jaringan
yang sifatnya terlokalisasi dan tidak memiliki kemampuan untuk menginfiltrasi,
menginvasi, atau menyebar ke tempat lain. Tumor jinak memiliki ciri-ciri, di antaranya
timbulnya ekspansif, tumor jinak tidak menimbulkan residif (mendesak jaringan sehat
di sekitar dan jaringan sehat yang terdesak), karena tumor jinak bersimpai maka mudah
dikeluarkan seluruhnya, tumor jinak tidak mengadakan anak sebar, tumbuhnya lambat,
sehingga tidak cepat membesar dan pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan
gambaran metosisi yang abnormal dan biasanyatidak menyebabkan kematian bila
letaknya pada alat tubuh yang vital (Destriana W, 2012).
2.2 Tumor Jinak pada Vulva
Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia,
lubang vagina, lubang uretra dan klitoris.
2.4.3 Endometrium
a. Polip endometrium: sering didapati, terutama dengan pemeriksaan histeroskop.
Polip berasal antara lain dari adenoma-adenofibroma, mioma submukusum,
plasenta.
b. Adenoma-adenofibroma: biasanya terdiri dari epitel endometrium dengan
stroma yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan
penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna
kemerah-merahan. Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai
menometroragi, infertilitas. Pula mempunyai kecenderungan kambuh kembali.
c. Mioma submukosum: sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari
uterus menjadi mioma yang dilahirkan (Myom geburt). Tumor berkonsistensi
kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta: berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun
abortus. Pemeriksaan histologi memperlihatkan vili korialis dalam berbagai
tingkat degenerasi yang dilapisi endometrium. Polip plasenta menyebabkan
uterus mengalami subinvolusi yang menimbulkan perdarahan. Polip
endometrium umumnya diangkat dengan cara kuretase. Dengan histeroskopi
dapat dilakukan dengan cara kauterisasi dan bedah laser.
2.4.4 Miometrium
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga sering dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun
fibroid. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menars. Setelah menopause
hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri
ditemukan 2,39 11, 7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro,
H. dkk, 1999).
Gambar 5. Endometriosis
Tumor tuba uterus dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor tuba
uterine yang neoplastik jarang sekali ditemukan. Pernah dilaporkan adanya adenoma,
leiomioma, fibroma, kista dermoid dan lain-lainnya.Tumor neoplasmik jinak dekat tuba,
kista parovarium (adalah sisa dari epoophoron), terletak di antara tuba bagian distal dan
ovarium dengan diameter biasanya tidak mencapai 4 cm. Dinding kista ini tipis terdapat
epitel kuboid atau datar yang dikelilingi oleh jaringan pengikat dan lemak. Kista berisi
cairan jernih. Tanda dan Gejala yang muncul yaitu ketidaksuburan yang
memperlihatkan tanda-tanda dan gejala bahwa masalah itu disebabkan berkenaan dgn
kandungan atau tuba fallopi yang abnormal. Tuba fallopi yang mengalami penyumbatan
atau menjadi rusak dapat mengurangi kesuburan dengan mencegah sperma mencapai
telur atau mencegah telur mencapai rahim. Ketidaksuburan pada tuba fallopi juga dapat
timbul setelah terjadinya infeksi keguguran, infeksi pada saat melahirkan anak,radang
selaput perut atau operasi. Penyebab tumor ini dari beberapa penyakit pada alat genital,
antara lain hidrosalping, pilosalping, dan kista tuboovarial (Destriana, 2012).
c. Maskulinovoblastoma
Tumor ini sangat jarang. Tumor ini biasanya unilateral dan besarnya bervariasi
antara 0.5-16 cm diameter. Asal usul tumor ini ada beberapa teori, yang satu
menyatakan bahwa tumor berasal dari sel-sel masenkhim folikel primordial, yang lain
menyatakan dari sel adrenal ektopik dalam ovarium. Pada pembelahan warna
permukaan tumor kuning, dan pada pemeriksaan histologik sel-sel di susun dalam
stroma, seperti zona glumerolus dan zona fasikulata pada glandula suprarenalis.
Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi, terdiri atas hirsutisme,
pembesaran klitoris, atrofi mamma, dan perubahan suara. Terapi terdiri atas
pengangkatan tumor bersama ovarium (Wiknjosastro, H. dkk, 1999).
2.7 Tumor Jinak pada Payudara
2.10.2 Vagina
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang
disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. Kista
berupa penumpukan cairan menggelembung berisi udara. Ada macam-macam kista tapi
yang paling sering ditemukan adalah kista gartner atau duktus muller. Bentuknya seperti
gelembung air atau bisul. Kista di vagina bisa mempersempit lubang vagina yang
akhirnya akan menghambat persalinan. Bahkan jika bentuknya besar, bisa menghalangi
hubungan intim dan akibatnya malah tak bisa hamil. Bukan neoplasma yang
sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang berbatas-batas, seringkali berbentuk
polip terutama terjadi pada bekas operasi kolporafi dan histerektomi total dan dapat
bertahan sampai bertahun-tahun.
2.10.3 Uterus
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan
12q13-15. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
a. Estrogen
1. Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
2. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen.
3. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium
4. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),
adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).
5. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas.
6. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
2.10.4 Tumor Jinak Tuba falopi
Penyakit ini merupakan tumor primer saluan genetalia perempuan yang
jumlahnya paling sedikit, yaitu 0,5% hingga 1% dari semua keganasan ginekologi.
Ditemukan 1 banding 1000 kasus operasi ginekologi abdominal, dapat dijumpai pada
semua umur (dari 19-80), dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun. Sehingga
terdapat kriteria untuk menetapkan tumor apapun sebagai tumor primer dari tuba fallopi.
Tumor harus terletak dalam tuba, dan uterus serta ovarium harus terbebas dari
karsinoma. Bila bagian lain terdapat tumor, maka tumor dalam tuba fallopi secara
histology harus benar-benar berbeda.Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh
infeksi yang menjalar sampai ke tuba fallopi sehingga menyebabkan perlengketan dan
penyempitan yang menyebabkan berbagai macam gangguan dan terjadi pertumbuhan
yang ganas. Jenis tumor yang paling sering adalah adenokarsinoma mungkin juga
ditemukan endotelioma atau limposarkoma.
2.10.5 Tumor Jinak Ovarium
Pada proses ovulasi terjadi ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesteron sehingga folikel tidak bisa melepaskan sel telur. Selain itu terjadi atersia
folikel yang juga menyebabkan sel telur tidak bisa keluar di dalam ovarium. Sel telur
tumbuh dan berkembang sehingga menyebabkan kista ovari. Kista ovari dibagi menjadi
dua yairu kista ovari fisiologis dan patologis terjadi suatu peningkatan tekanan intra
abdomen yang dapat menyebabkan trauma jaringan yang pada beberapa perempuan
menimbulkan disminore yang menimbulkan nyeri pada saat menstruasi, karena kista
ovari menyebabkan terhambatnya proses ovulasi sehingga terjadi aminorea. Selain kista
ovarium yang patologis pada keadaan sebelum operasi kista terus berkembang dan
tumbuh yang bisa menyebabkan trauma jaringan sehingga terasa nyeri dan mengalami
gangguan mobilitas fisik. Kista yang berkembang sebelum operasi juga memungkinkan
terjadinya ruptur pada ovarium dan menimbulkan perdarahan intra abdomen sehingga
kemungkinan terjadi resiko tinggi infeksi karena masuknya mikroorganisme dan timbul
rasa nyeri karena kurang pengetahuan tentang penyakit kista maka muncullah ansietas.
Pada keadaan setelah operasi yaitu setelah pembedahan laparatormi terjadi deformitas
jaringan yang menyebabkan perlukaan yang menimbulkan kerusakan integritas kulit
dan memungkinkan terjadinya resiko tinggi infeksi akibat proses pembedahan
deformitas jaringan tersebut juga bisa menyebabkan nyeri yang menganggu mobilitas
fisik.
2.10.6 Payudara
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran
luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di
sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast
yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan
ukuran yang berbeda.
2.11 Prognosis
2.11.1 Vulva
WHO menyatakan sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker dapat di
cegah 1/3 dapat disembuhkan bila di temukan pada tahap permulaan atau stadium dini
sisanya dapat diringankan penderitanya.
2.11.2 Uterus
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung
membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin
setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan
pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan
GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih
cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini
dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan
dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi sebaiknya dilakukan.Pertumbuhan
mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar
tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering
didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
2.11.3 Ovarium
Prognosis kurang baik apabila kista dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30,
kista mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan
prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan
pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista
menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus
dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.
2.11.4 Tumor Jinak Payudara
Tindakan bedah tidak selalu menjadi jalan keluar untuk mengatasi fibroadenoma.
Terutama pada wanita yang masih tergolong usia muda (20 hingga 30 tahun).
Alasannya, tindakan bedah bisa merusak bentuk payudara dan meninggalkan bekas
sayatan. Bekas luka dan bentuk abnormal ini dikhawatirkan malah menjadi masalah di
kemudian hari. Apalagi benjolan ini cenderung mengecil dan hilang ketika wanita
menginjak usia diatas 30 tahun. Jika hendak membiarkan benjolan tersebut, sebaiknya
terus dipantau perkembangannya.
2.12 Penatalaksanaan
2.12.1 Vulva
Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan)
atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau
racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil.
Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa
melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau
florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan
endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada
pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
Terapi:
a. Podophyllin 25% dalam tincture benzoin.
b. Sulfonamide, sistemik dan local.
c. Operatif.
d. Albothyl.
2.12.2 Vagina
Cara yang paling efektif untuk mengatasi kista yaitu:
a. Dengan mengangkat kista melalui operasi.
Namun, tindakan pengobatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil yang
memuaskan. Tindakan operasi pengangkatan kista tidak menjamin kista tidak akan
tumbuh kembali nantinya. Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, maka
potensi untuk tumbuh kista akan tetap ada. Namun, dengan meningkatnya pengetahuan
serta kesadaran kaum wanita saat ini untuk memeriksakan organ reproduksinya
merupakan langkah awal yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kista.
b. Mengatasi Kista dengan Laparoskopi
Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan
membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut
pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang
dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor,
sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain (Manuaba, Ida Ayu
Chandranita, dkk. 2008).
2.12.3 Uterus
55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama bila:
a. Tanpa keluhan
b. Menjelang menopause
c. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat
dan dapat dilakukan tindakan segera.
a. Dalam decade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan Gurh Agonis
(Gurha) selama 16 minggu
b. Pengobatan Operatif
1) Miometomi (Enukliasi Mioma)
Adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
2) Histerektomi
Adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
3) Keadaan khusus tidak operasi/menjelang menopause
a) Radiasi
b) Pasangan radium
c) Hormonal anti estrogen/Tapro 5 (Saifuddin, 1999).
2.12.4 Tuba falopi
Pengobatan yang utama untuk kanker tuba adalah pembedahan untuk
mengangkat kedua saluran, kedua indung telur, dan rahim disertai pengangkatan
kelenjar getah bening perut dan panggul. Pada kanker stadium lanjut, setelah
pembedahan mungkin perlu dilakukan kemoterapi atau terapi penyinaran.
2.12.5 Ovarium
a. Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut dilakukan laparatomi.
b. Pada kista pvarium asimtomatik besarnya lebih dari 10 cm dilakukan laparatomi.
c. Kista yang kecil (< 5 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif.
d. Kista 5-10 cm memerlukan observasi jika menetap atau membesar dilakukan
laparatomi.
e. Jika pada laparatomi ada kecurigaan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
yang lebih lengkap untuk evaluasi dan penanganan selanjutnya.
f. Observasi klinis pasien.
g. Pengukuran kadar hematorit dan haemoglobin.
h. Pencegahan komplikasi serius yang timbul dari pembedahan (Doenchoelter, Johan H,
1988).
2.12.6 Payudara
Eksisi dan pemeriksaan histopatologis atas specimen operasi. Tindak Lanjut
(Follow Up) Penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadinya
kekambuhan atau tumbuhnya tumor baru.Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika
diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik.
Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needledapat dilakukan jika
diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan
fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan
merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi dilakukan.
Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar
untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan
cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma
yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa jinak. Faktor
pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran lingkungan hidup,
termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan ataupabrik. Asap
kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh,
termasuk daya tahan seluruh selnya. Kista vulva umumnya ditemukan pada golongan
sosial ekonomi rendah dengan hygiene seksual yang kurang mendapat perhatian,
obesitas dan hipertensi (>50%). Sembilan puluh persen tumor ovarium adalah jinak, dan
bervariasi dengan umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak bersifat kistik. Kebanyakan
benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada perkembangan
payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi.
3.2 Saran
Pada wanita sebaiknya menjaga dirinya dengan pola hidup yang sehat,
berolahraga, menjaga makanan yang tidak berkolesterol tinggi, dan menjaga personal
hygiene.
DAFTAR PUSTAKA
Medicine Stuff. (2013). Sekilas kista bartholini. Diunduh tanggal 11 Maret, 2017, dari
http://www.medicinestuffs.com/2013/08/kista-bartolini.html
Neoplasma organ reproduksi wanita. (-). Diunduh tanggal 5 Maret 2017, dari
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000106-reproductive-
system/rps138_slide_neoplasma_organ_reproduksi_wanita.pdf
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., & Rachimhadhi, T. (1999). Ilmu kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Destriana, W. (2012). Askeb tumor. Diunduh tanggal 12 Maret, 2017, dari
https://www.scribd.com/doc/98948020/Askeb-Tumor
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta: EGC.
http://www.elifmedika.com/2008/07/tuba-falopi.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31370/5/Chapter%20I.pdf
https://www.scribd.com/doc/91747321/Tumor-Jinak-Pada-Alat-Genital-Wanita