Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

basil Mikrobacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit

saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis

masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya

mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.


Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah

dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar.

Dalam dahak dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini

mengering dalam bentuk spora lalu diterbangkan angin. Kuman yang terbawa

angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh

manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru.


Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Indonesia

sendiri menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara

dengan kasus TB tertinggi. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia pada

tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya

perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya

perempuan) (Depkes, 2011).


Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor,

salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua

penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan

mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi

tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini


menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan

yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi TB Paru


2. Untuk mengetahui etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui manifestasi TB Paru
4. Untuk mengetahui patofisiologi TB Paru
5. Untuk mengetahui penularan TB Paru
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang TB Paru
7. Untuk mengetahui komplikasi TB Paru
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan TB Paru
9. Untuk mengetahui pencegahan TB Paru
10. Untuk mengetahui askep TB Paru
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat penjelasan ini adalah memberikan informasi ilmiah bagi

mahasiswa STIKes ABI Surabaya sehingga bisa bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi para mahasiswa dibidang kesehatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada

struktur-struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium

tuberculosis (Saputra, 2010).


Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah

infeksi batang tahan asam-alkohol (acid-alcoholfast bacillus/AAFB)

Mycrobacterium tuberkulosis terutama mengenai paru, kelenjar getah bening,

dan usus.

Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yan disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan

melalui udara (airborne). Pada hampir semua kasus infeksi tuberculosis

didapatkan melalui inhalasi partikel kuman yang kecil (sekitar 1-5 mm).

2.2 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um

(Amin dan Asril, 2007).

2.3 Tanda dan Gejala

2.3.1 Tanda

1. Penurunan berat badan


2. Anoreksia
3. Dispneu
4. Sputum purulen/hijau, mukoid / kuning.
2.3.2 Gejala
1. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya

infeksi kuman TBC yang masuk.

2. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai

dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk

produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk


darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk

darah pada ulkus dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

4. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan

pleuritis)
5. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,

sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam (Tierney, 2002).


2.4 Patofisiologi
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus.

Basil ini langsung membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit

memfagosit bakteri namun tdak membunuh, sesudah hari-hari pertama

leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang mengalami

konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel

tuberkel epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan

granulasi menjadi lebih fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa,

Respon radang lainnya adalah pelepasan bahan tuberkel ke

trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret. Tuberkulosis

sekunder muncul bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan

imunitas yang menurun (Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007).
2.5 WOC
2.6 Penularan Tuberculosis
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA

positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara

dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman

dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama

kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB

tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem

peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung

kebagian-nagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi

dini berupa suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB

biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus atas paru-paru atau

pada segmen superior lobus bawah (Soeparman, 1998).

2. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan

serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff,

1995).

2) Sputum

Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang

terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada

pagi hari (Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996)

3) Test Tuberkulosis

Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites

telah mengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan

yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein

Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2

inci) no 24 26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1

yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis

unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau

lebih reaksi antara 5 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang

lagi. Hasil akan diketahui selama 48 72 jam tuberkulosis disuntikkan

(Soeparman, 1998. Barbara. T. Long, 1996).

2.8 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi

pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :


1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena

tersumbatnya jalan napas.


2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus

akibat retraksi bronchial.


3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.


4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan

ginjal.
2.9 Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens

antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan

digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF) stretomisin (SM), etambutol

(EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, eteonamid,

natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris

kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu

yang berkembang di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah

teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah

menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus

dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif :

1. Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis

garis depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.

2. Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih

agens antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.

3. Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH

dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru

yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH,


RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk

tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens dibuat

dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri

atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak

besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.

Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam

terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen

pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan

dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi

obat kontinu.

Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi

mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh,

anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan

profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12

bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin

(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin

dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap

basil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan

kepatuhan pasien terhadap terapi.

2.10 Pencegahan

Dapat dilakukan dengan cara :

1. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.


2. Terapi pencegahan
3. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah

penularan.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan,

pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan

diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990).

1. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :


1) Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat

tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah

kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya

penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu

yang lain (Hendrawan Nodesul, 1996)

2) Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang

di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat

malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong

penderita untuk mencari pengobatan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi

pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

4) Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita

penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.

5) Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi

kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah

punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain

(Hendrawan Nodesul, 1996).

6) Pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-

desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal

dirumah yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996)


2. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan

menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999).


3. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi

maupun defekasi
4. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu

aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999).

5. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru

mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn.

E. Doenges, 1999).

6. Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena

penyakit menular (Marilyn. E. Doenges, 1999).

7. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan

rasa kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999).

9. Pola reproduksi dan seksual


Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah

karena kelemahan dan nyeri dada.


10. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan

penolakan terhadap pengobatan (Hendrawan Nodesul, 1996).


11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya

aktifitas ibadah klien.

2. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem-sistem tubuh :

1) Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.

2) Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :

a. Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma,

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah (Purnawan

Junadi dkk, 1982).

b. Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995).

c. Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, 1998).

d. Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan yang nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman,

1998).

3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.

4) Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras (Soeparman,

1998).

5) Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman,

1998).

6) Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan

sehari-hari yang kurang meyenangkan (Alsogaff, 1995).

7) Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456.

8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genetalia.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental atau

secret darah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane

alveolar-kalpiler secret kental.


3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kurangnya upaya batuk.


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, keletihan atau dispnea.


5. Resiko infeksi yang sehubungan dengan penurunan/ penekanan proses

inflamasi.
4. Rencana/intervensi Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental atau

secret darah.

Tujuan : jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

1. Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan


2. Klien dapat mempertahankan jalan nafas
3. Pernafasan klien normal (16 20 kali per menit)

Rencana tindakan :

1. Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan

kedalaman penggunaan otot aksesori

Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronki,

mengi menunjukkan akumulasi sekret atau ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot

aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif

Rasional : Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah

kental diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat

memerlukan evaluasi lanjut

3. Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan

latihan untuk nafas dalam

Rasional : Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men

urunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan

sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea


Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila

klien tak mampu mengeluaran sekret

5. Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada

kontraindikasi
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret

membuatnya mudah dilakukan


6. Lembabkan udara respirasi

Rasional : Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu

pengenceran sekret

7. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan

kortikosteroid

Rasional : Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan

ukuran percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas

dengan hipoksemia

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar-

kalpiler secret kental.

Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

Kriteria hasil :

1. Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea


2. Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
3. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA

dalam rentang normal

Rencana tindakan :

1. Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada


Rasional : TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko

pneumonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan

sampai dispnea berat sampai distress pernapasan

2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna

kulit, termasuk membran mukosa

Rasional : Akumulasi sekret, pengaruh jalan napas dapat menganggu

oksigenasi organ vital dan jarigan

3. Tujukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalasi

Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps

membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau

menurtunkan napas pendek

4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai keperluan

Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan

pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala

5. Awasi segi GDA / nadi oksimetri

Rasional : Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau

peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan

program terapi

6. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder

terhadap penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru

3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya

upaya batuk.
Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria hasil :

1. Klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif


2. Frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16-20 kali/menit)
3. Dispneu berkurang

Rencana tindakan :

1. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori

pernapasan : catat setiap perubahan

Rasional : Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya secret

2. Kaji kualitas sputum : warna, bau, knsistensi

Rasional : Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan

pengobatan selanjutnya

3. Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

Rasional : Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

4. Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi

Rasional : Membantu mengembangkan secara maksimal

5. Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam

sampai 4 jam

Rasional : Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan


Rasional : Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan

sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial


4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

keletihan atau dispnea.

Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda

malnutrisi
Kriteria hasil :

1. Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat


2. Berat badan stabil dalam batas yang normal

Rencana tindakan :

1. Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa

oral, riwayat mual/muntah atau diare


Rasional : Berguna dalam mendefenisikan derajat/luasnya masalah dan

pilihan indervensi yang tepat


2. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
Rasional : Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan/ kekuatan

khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet


3. Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik
Rasional : Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan

cairan
4. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk

pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah


5. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak

perlu/ legaster
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi

adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet


5) Resiko infeksi yang sehubungan dengan penurunan/ penekanan proses inflamasi.

Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti

yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

Kriteria hasil : klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang

ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.

Rencana tindakan :
1. Identifikasi orang lain yang berisiko. Contoh anggota rumah, sahabat

Rasional : Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk

mencegah penyebaran infeksi

2. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan

hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat


Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
3. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi

pernafasan
Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan

membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular


4. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang

tuberkulasis
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk

mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi


5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Rasional : Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi

awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko

penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan


6. Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan

lokal
Rasional : Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi

untuk menurunkan penyebaran infeksi


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Semester Pendek ( SP ) mata kuliah

Sistem Respirasi 2 yang berjudul Askep TBC.

Sudut pandang ini bertujuan agar makalah ini mampu memberikan

penjelasan dan sekaligus panduan tersirat tentang bagaimana itu Askep TBC.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan tentang

Askep TBC disampaikan secara kontekstual dan dihubungkan dengan berbagai

fakta empiris.

Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

mendukung dan memungkinkan makalah ini bisa diselesaikan. Semoga makalah

ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang mendukung pembelajaran bagi

mahasiswa dan dosen.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

TUBERCULOSIS ( TBC )

DISUSUN OLEH :

1. AYUK CAHAYA FITRI ( 1410011 )


2. DAIANA DITA TIARA ( 1410013 )
3. NIKI AMBARWATI ( 1410036)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA

2016

Вам также может понравиться

  • Proposal S
    Proposal S
    Документ29 страниц
    Proposal S
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Colic Abdomen
    Colic Abdomen
    Документ5 страниц
    Colic Abdomen
    Anonymous gzNNsc
    Оценок пока нет
  • Manajemen 1
    Manajemen 1
    Документ3 страницы
    Manajemen 1
    Ityn Tue
    Оценок пока нет
  • Halu Penglihatan
    Halu Penglihatan
    Документ53 страницы
    Halu Penglihatan
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Judul Alifia
    Judul Alifia
    Документ2 страницы
    Judul Alifia
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Heart Attack PDF 2020 B PDF
    Heart Attack PDF 2020 B PDF
    Документ9 страниц
    Heart Attack PDF 2020 B PDF
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Jadwal Shift Baru
    Jadwal Shift Baru
    Документ1 страница
    Jadwal Shift Baru
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Portal Informas
    Portal Informas
    Документ4 страницы
    Portal Informas
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Ca Servik
    Penyuluhan Ca Servik
    Документ6 страниц
    Penyuluhan Ca Servik
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Cara Buat Cake
    Cara Buat Cake
    Документ1 страница
    Cara Buat Cake
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Cara Buat Cake
    Cara Buat Cake
    Документ1 страница
    Cara Buat Cake
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Wa0051
    Wa0051
    Документ34 страницы
    Wa0051
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pasien Bronkitis
    Asuhan Keperawatan Pasien Bronkitis
    Документ11 страниц
    Asuhan Keperawatan Pasien Bronkitis
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Askep Pada Klien Dengan Kista Ovarium
    Askep Pada Klien Dengan Kista Ovarium
    Документ1 страница
    Askep Pada Klien Dengan Kista Ovarium
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Analisa Data Fix
    Analisa Data Fix
    Документ2 страницы
    Analisa Data Fix
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Data Paud New
    Data Paud New
    Документ6 страниц
    Data Paud New
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Cover HNP
    Cover HNP
    Документ1 страница
    Cover HNP
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • No. Tanggal Data Etiologi Masalah
    No. Tanggal Data Etiologi Masalah
    Документ1 страница
    No. Tanggal Data Etiologi Masalah
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Portal Informas
    Portal Informas
    Документ4 страницы
    Portal Informas
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Askep HNP New 2-1
    Askep HNP New 2-1
    Документ54 страницы
    Askep HNP New 2-1
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Jtptunimus GDL Indrafariz 6701 2 Babii
    Jtptunimus GDL Indrafariz 6701 2 Babii
    Документ31 страница
    Jtptunimus GDL Indrafariz 6701 2 Babii
    Bellindra Putra Haryoko
    Оценок пока нет
  • KATA PENGANTaAR
    KATA PENGANTaAR
    Документ3 страницы
    KATA PENGANTaAR
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Wa0058
    Wa0058
    Документ40 страниц
    Wa0058
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Niki Shu
    Niki Shu
    Документ2 страницы
    Niki Shu
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Wa0151
    Wa0151
    Документ3 страницы
    Wa0151
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Tang Gal
    Tang Gal
    Документ1 страница
    Tang Gal
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Portal Informas
    Portal Informas
    Документ4 страницы
    Portal Informas
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Pni Kel 1
    Pni Kel 1
    Документ15 страниц
    Pni Kel 1
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет
  • Rantai Penularan Infeksi
    Rantai Penularan Infeksi
    Документ2 страницы
    Rantai Penularan Infeksi
    Niki Ambarwati
    0% (1)
  • Adaptasi Print
    Adaptasi Print
    Документ20 страниц
    Adaptasi Print
    Niki Ambarwati
    Оценок пока нет