Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular

yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,

sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menimbulkan kepanikan di

masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian.

Demam Berdarah Dengue/Dengue hemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh virus

Dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak ditemukan di

daerah beriklim tropis dan subtropis (Suhendro, 2006).


Kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia, tercatat masih tinggi bahkan

paling tinggi dibanding negara lain di ASEAN. Di wilayah pengawasan WHO Asia

Tenggara, Indonesia termasuk peringkat kedua berdasarkan jumlah kasus DBD yang

dilaporkan. Sejak tahun 1980 jumlah kasus yang dilaporkan lebih dari 10.000 setiap

tahunnya. Jumlah penderita cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas

menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua

(Suhendro, 2006).
Demam Berdarah Dengue pertamakali dilaporkan pada tahun 1968 melalui

pelabuhan Surabaya. Sejak saat itu penyakit tersebut menyebar keberbagai daerah

sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit DBD.

Angka kejadian DBD meningkat dan menyebar keseluruh daerah kabupaten di

wilayah Republik Indonesia termasuk kabupaten yang berada di wilayah Propinsi

Timor-timur. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal

ditemukan kasus DBD, angka KLB penyakit DBD diestimasikan setiap lima tahun

dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 awal ditemukan kasus DBD dan

angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahun 1988 (Suhendro, 2006)

1
Berdasarkan data Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI (2012),

menyatakan bahwa tahun 2010 penyakit Demam Berdarah Dengue menempati urutan

kedua dari sepuluh penyakit rawat inap di Rumah Sakit dengan rincian penderita laki-

laki sebanyak 30.232 kasus (proporsi kasus 51,14%), perempuan sebanyak 28.883

kasus (proporsi kasus 48,86%), 325 kasus meninggal dan CFR 0,55%. Jumlah

penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2005 sebanyak 91.089 kasus dengan

Incidance Rate (IR) tertinggi di Propinsi DKI Jakarta yaitu 296,87/ 100.000 penduduk

dan terendah Propinsi Maluku Utara yaitu 0,1/ 100.000 penduduk sedangkan angka

kematian/Case Fatality Rate (CFR) tertinggi di Propinsi Riau sebesar 4,82%.


Di puskesmas Antah di Kecamatan Berantah tepatnya di desa Pitutur terdapat

sebuah perusahan vulkanisir ban yang berjarak 2 km dari perkampungan memiliki

angka DBD yang cukup tinggi , di wilayah tersebut sudah ada 15 orang tenaga kerja

dirawat di puskesmas karena DBD. Hal ini disebabkan karena bahan baku (ban bekas)

melebihi kapasitas gudang , sampah berserakan,genangan air hujan yang cukup

banyak, dan hujan turun setiap hari sehingga berpotensi menjadi sarang dari nyamuk

Aedes aegypti.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara menanggulangi kejadian demam berdarah di perusahaan vulkanisir

ban?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum :
Menanggulangi kejadian demam berdarah di perusaan vulkanisir ban
1.3.2. Tujuan khusus :
a. Penatalaksanaan pasien Demam Berdarah di perusahaan vulkanisir ban
b. Pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan kerja
c. Melakukan managemen perbaikan dilingkungan kerja

2
3

Вам также может понравиться