Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NI KOMANG SUARNI
NI WAYAN IDA PURNAMI
NI WAYAN LASTINI
NI WAYAN MULIARTI
UNGARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari satu juta penduduk Amerika menderita Acute Coronary
Syndrome(ACS). Faktor risiko Acute Coronary Syndrome (ACS) meliputi jenis kelamin
(pria sedikit lebih tinggi risikonya), usia (pria > 45 tahun dan wanita > 55 tahun), riwayat
keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, dan faktor risiko yang dimodifikasi. Faktor
risiko yang dimodifikasi meliputi hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, gaya hidup
sedentari, dan merokok (Jeff C,2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, etiologi, jenis-jenis dan komplikasi dari ACS?
2. Bagaimana Aritmia dan pacu jantung pada gangguan kardiovaskular?
3. Bagaimana pengertian IABP, indikasi dan kontraindikasi, dan komplikasi IABP?
4. Bagaimana pengertian dan perawatan post bedah jantung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, etiologi, jenis-jenis dan komplikasi dari ACS.
2. Untuk mengetahui Aritmia dan pacu jantung pada gangguan kardiovaskular.
3. Untuk mengetahui pengertian IABP, indikasi dan kontraindikasi, dan komplikasi
IABP.
4. Untuk mengetahui pengertian dan perawatan post bedah jantung.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke jantung
secara mendadak. Beberapa gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada seperti serangan
jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik ringan, keringat yang
berlebihan secara tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di bagian tubuh lain seperti
lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak (cardiac arrest).
(Wikipedia,2014)
2. Etiologi
Faktor risiko dibagi menjadi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor risiko
konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan dengan proses
aterotrombosis (Braunwald, 2007).
Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok, hipertensi, hiperlipidemia,
diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti keterlibatan
tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor yang baru antara lain CRP, Homocystein
dan Lipoprotein (Santoso, 2005).
Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis yang tak dapat
diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Hubungan antara usia dan
timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap
faktor-faktor aterogenik (Valenti, 2007).
Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai masa menopause,
dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini diduga oleh karena adanya efek
perlindungan estrogen (Verheugt, 2008).
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat
proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kadar lipid serum, hipertensi,
merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori.
SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia
yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita penyakit tersebut. Banyak penelitian
yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun untuk mendefenisikan pasien usia muda
dengan penyakit jantung koroner atau infark miokard akut (IMA). IMA mempunyai insidensi
yang rendah pada usia muda (Wiliam, 2007). SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia
diatas 40 tahun. Walaupun begitu, usia yang lebih muda dari 40 tahun dapat juga menderita
penyakit tersebut. Banyak penelitian yang telah menggunakan batasan usia 40-45 tahun
untuk mendefenisikan pasien usia muda dengan penyakit jantung koroner atau infark
miokard akut (IMA). IMA mempunyai insidensi yang rendah pada usia muda (Wiliam,
2007).
Yang termasuk kedalam Sindroma koroner akut adalah angina tak stabil, miokard infark
akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark akut tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) (Bassand, 2007).
a. Angina Pektoris Tak Stabil
1). Definisi Angina Pektoris Tak Stabil
Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atas tiga varian utama
angina pektoris: angina pektoris tipikal (stabil), angina pektoris prinzmetal (varian),
dan angina pektoris tak stabil. Pada pembahasan ini akan lebih difokuskan kepada
angina pektoris tidak stabil (Kumar, 2007).
Angina pektoris tak stabil ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya
meningkat. Serangan cenderung di picu oleh olahraga yang ringan, dan serangan
menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama dari angina pektoris stabil. Angina
tak stabil merupakan tanda awal iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin
ireversibel sehingga kadang-kadang disebut angina pra infark. Pada sebagian besar
pasien, angina ini di picu oleh perubahan akut pada plak di sertai trombosis parsial,
embolisasi distal trombus dan atau vasospasme.Perubahan morfologik pada jantung
adalah arterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya (Kumar, 2007).
2). Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina
yang bertambah dari biasa nyeri dada pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang
minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak nafas, mual sampai muntah,
kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik sering kali tidak ada
yang khas.
3). Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksan laboratorium
Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah di terima sebagai
pertanda paling penting.
4). Penatalaksanaan Angina Pektoris Tak Stabil
a). Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit sebaiknya di unit intensif koroner,
pasien perlu di istirahatkan (bed rest), di beri penenang dan oksigen; pemberian
morfin atau pentidin perlu pada pasien yang masih merasakan nyeri dada
walaupun sudah mendapatkan nitrogliserin. (Trisnohadi,2006)
b). Terapi medikamentosa
Obat anti iskemia
Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium.
2) Mekanisme Takiaritmia
Ada beberapa teori yang menerapkan mekanisme takiaritmia, yang
biasanya dipicu oleh premature beat. Mekanisme ini tergantung dari peran ion-ion
natrium, kalium, kalsium, khususnya mengenai fungsi kanal ion, sehingga
berpengaruh terhadap potensial aksi dan juga konduksi elektrisnya. Gangguan ini
dibagi menjadi gangguan fungsi pembekuan impuls (rangsang) dan gangguan
perbanyakan (propagation) impuls.
3) Sinus Takikardia
Frekuensi nadi melebihi 100x/menit dan biasanya bukan merupakan
kelainan jantung primer, tetapi akibat sekunder karena berbagai stres, yaitu demam,
kehilangan cairan, khawatir, latihan, tirotoksikosis, hipoksemia, hipotensi atau gagal
jantung kongestif.
b. Aritmia Ventrikel
1). Pengertian Aritmia Ventrikel
Aritmia ventrikel memiliki spektrum yang luas mulai dari premature
ventricular contraction (PVC, dikenal juga sebagai ventricular extrasystole atau
VES), takikardia ventrikel (selanjutnya disebut VT), fibrilasi ventrikel (selanjutnya
disebut VF), sampai torsades de pointes (selanjutnya disebut TDP). Tantangan utama
bagi klinisi adalah mengidentifikasi aritmia ventrikel yang berpotensi fatal pada
kelompok pasien tertentu (misalnya PVC frekuen pada pasien pasca infark miokard
dengan penurunan fungsi ventrikel kiri) karena dapat menimbulkan kematian
mendadak.
3). Klasifikasi
Secara umum VT dapat dibagi menjadi monomorfik dan polimorfik. VT
monomorfik memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap denyutan (beat) dan
menandakan adanya depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama. Umumnya
disebabkan oleh adanya fokus atau substrat aritmia yang mudah dieliminasi dengan
teknik ablasi kateter. Sedangkan VT polimorfik ditandai dengan adanya kompleks
QRS yang bervariasi dan menunjukan adanya urutan depolarisasi yang berubah dari
beberapa tempat. Biasanya VT jenis ini berkaitan dengan jaringan parut (scar tissue)
akibat infark miokard (ischemic VT). Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut
substained dan sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut nonsustained.
2. Pacu Jantung
a. Pacu Jantung Sementara
1). Pengertian Pacu jantung
Didalam jantung terdapat kelompok-kelompok sel yang dapat mengeluarkan
impuls listrik ke otot jantung untuk merangsang terjadinya kontraksi dan denyut
jantung. Bila kelompok sel ini gagal atau membutuhkan waktu terlalu lama untuk
mengeluarkan impuls atau impuls yang dikeluarkan abnormal atau terhambat
hantarannya sehingga tidak atau terlalu lambat menghasilkan denyut jantung, maka
harus ada alat yang dapat mengeluarkan impuls listrik untuk menggantikannya. Alat
ini disebut pacu jantung buatan.
3). Elektroda
Seperti diketahui pacu jantung terdiri atas dua bagian penting, yaitu sumber
listriknya (pulse generator) dan elektroda yaitu penghubung antara sumber listrik
dengan jantung (endokardium, epikardium, dan miokardium). Penempatan elektroda
dalam jantung dapat menentukan pula jenis pacu jantung. Elektroda dapat
ditempatkan pada endokardium, epikardium dan miokardium dari :
a). Atrium, disebut atrial pacing.
b). Ventrikel, disebut ventricular pacing.
c). Atrium dan ventrikel disebut atrio-ventricular pacing (dual-chamber
pacing).
d). Sinus koronarius :coronary sinus pacing.
e). Trans venous pacing, penempatan elektroda melalui vena.
f). Transthoracic pacing, penempatan elektroda melalui dinding dada, dengan
cara fungsi langsung ataupun operasi.
6). Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi sehubungan dengan pemakaian pacu
jantung sementara atau tetap (TPM atau PPM ini). Komplikasi pada TPM tentu lebih
sedikit dibanding PPM, karena periode pemakainnya yang pendek dan prosedur
pemasangannya sederhana, sedangkan intervensi terhadap komplikasi pun mudah
dilakukan, meskipun sebelumnya TPM lebih sering digunakan dalam keadaan
darurat pada pasien-pasien dengan keadaan yang lebih berat. Komplikasi yang
mungkin terjadi dapat digolongkan sebagai berikut :
a). Berhubungan dengan teknik operasi seperti : perdarahan, infeksi, perforasi,
pneumotoraks, post cardiotomy syndrome dan lain-lain.
b). Berhubungan dengan pacu jantungnya.
Tujuan yang paling ideal pemasangan pjp adalah tercapainya pemacuan yang
fisiologis untuk mendapatkan efek hemodinamik yang optimal. Konsep pemacuan
fisiologis ini telah berkembang seiring dengan bertambahnya pemahaman tentang
hemodinamik yang berkaitan dengan pacu jantung dan kecanggihan system jantung
itu sendiri
C. IABP
1. Pengertian
Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu jantung mekanik
yang bermanfaat pada pasien dengan dengan masalah sirkulasi yang nyata atau
mengancam keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump (IABP) dapat mengurangi
resistensi ejeksi ventrikel kiri, serta meningkatkan aliran darah koroner dan sistemik.
IABP (intra-aortic Balloon Pump) merupakan suatu alat mekanik yang memiliki
fungsi meningkatkan perfusi oksigen myocard dan pada saat yang sama juga akan
menngkatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output ini akan meningkatkan
aliran darah koroner yang membawa oksigen menuju myocard.
IABP pertama kali dikenalkan oleh Adrian Kantrowitz tahun 1960an yang
bertujuan meningkatkan perfusi koroner, alat ini dikembangkan untuk bedah jantung
oleh Dr. David Bregman pada tahun 1976
Teknik pemasangan IABP dilakukan dengan insersi balon yang diisi gas
helium dengan ukuran 8-9.5 Fr melalui arteri femoralis ke dalam aorta desendens.
Alat tersebut dimasukkan melalui jalur pembuluh darah untuk mengurangi
komplikasi pada pembuluh darah dan perdarahan.
2. Efek Fisiologis IABP
Efek Mekanik
IABP menggunakan prinsip counterpulsation yang dicapai sewaktu inasi dan
deasi balon yang berada di aorta desendens (efek mekanik). Inasi balon
menyebabkan berpindahnya sejumlah darah di aorta, ke depan dan ke belakang.
Tekanan dari balon didistribusikan ke sistem pembuluh darah yang menyebabkan
peningkatan tekanan diastolik aorta (diastolic augmentation).
Efek mekanik dari inasi dan deasi balon adalah perubahan gambaran kurva
tekanan arteri.
a. First hump merupakan puncak tekanan sistolik yang normal
b. First dip terjadi sebagai akibat dari penutupan katup aorta
c. Second hump disebut sebagai augmentasi diastolik atau puncak tekanan
diastolik yang dihasilkan oleh inasi balon dan idealnya peningkatan tekanan
diastolik levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan sistolik.
d. Second dip yang terjadi akibat de asi balon segera sebelum sistolik
berikutnya. Deasi balon dapat mengurangi tekanan akhir diastolik kira-kira 15
mmHg dan juga mengurangi tekanan sistolik (assisted systolic pressure) kira-
kira 5-10 mmHg.
2. Fase pascaoperatif
Paien dipindahkan secara langsung ke ICU, tempat pemulihan anesthesia dan
biasanya tetap tinggal selama 24 am setelah pembedahan. Pasien tiba di ICU dengan
banyak selang dan tube(mis., slang endotrakea, slang pemantauan hemodinamik).
Perawatan pascaoperatif segera mencangkup pemantauan jantung dan rumatan
oksigenasi/ stabilitas hemodinamik, seperti yang dijelaskan pada kontak 22-4. Karena
bypass jantung paru menyebabkan interaksi darah abnormal dan perubahan pada aliran,
bypass jantung-paru memiliki efek fisiologis yang sangat besar
3. Tanggung jawab keperawatan dalam perawatan untuk pasien pemedahan jantung pada
periode pascaoperatif segera
3. Perawatan pascaoperatif
Setelah ekstubasi diruang pemulihan, pasien dipindahkan ke ICU dengan
pemantauan EKG, siang arteri, pemantuan CVP, dan oksigen. Secara umum, pasien
biasanya tinggal di ICU selama 24 jam. Akan tetapi, masalah biaya menyebabkan
pemantauan pasien dilakukan diunit perawatan intermediate dan mengurangi rawat
inap di rumah sakit sampai 1 hari.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airways
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup menetap, Jadwal olah raga
tidak teratur
Tanda :
a) Takikardi
b) Dispnea pada istirahat atau aktifitas
2). Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
a) Tekanan darah, Dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri
b) Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c) Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan konraktilits atau komplain ventrikel
d) Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e) Friksi ; dicurigai Perikarditis
f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g) Edema
h) Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
i) Warna :Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Tanda : perubahan mental, kelemahan
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
b. Lokasi: Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
c. Kualitas: Crushing , menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
d. Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
e. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Tanda :
a. peningkatan frekuensi pernafasan
b. nafas sesak / kuat
c. pucat, sianosis
d. bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Gejala :
a. dispnea tanpa atau dengan kerja
b. dispnea nocturnal
c. batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
10. Interkasi social
Tanda :
Jenis
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
Radioisotop
C. Diagnosa Keperawatan
3. Resiko ketidakefektipan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan faktor resiko kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat
D. Intervensi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ACS merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan
kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah. Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok,
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di
dalamnya bukti keterlibatan tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor yang
baru antara lain CRP, Homocystein dan Lipoprotein. Aritmia dapat merupakan kelainan
sekunder akibat penyakit jantung atau ekstra kardiak, tetapi dapat juga merupakan
kelainan primer. Kesemuanya mempunyai mekanisme yang sama dan penatalaksanaan
yang sama juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda maupun
usia lanjut.
B. Saran
Daftar pustaka
Herdman,T. Heather, S.Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis
keperawatan: Definisi dan Klasrifikasi 2015-2017.Edisi 10. Ahli Bahasa Budi Ana Keliat, dkk.
Jakarta:EGC
Sudoyo,Ari w.dkk.2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi V. Jakarta :
internaPublishing
Morton, Gatricia Gonce .dkk. 2013. Keperawatan Kritis. Vol.1 . edisi 8. Ahli bahasa :
Nike Budhi Subekti,dkk.Jakarta EGC