Вы находитесь на странице: 1из 6

II.

2 HORDEOLUM

II.2.1 Pengertian

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi
staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya
kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.2,4

II.2.2 Klasifikasi

Hordeolum dikenal dalam bentuk :

Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva
tarsal.

Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
kelopak. 4

II.2.3 Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.1,3

II.2.4 Patofisiologi

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum
timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis.1,2, 3
II.2.5 Gejala Klinis

Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit,
merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum
ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. 4

Gejala :2,3

Pembengkakan

Rasa nyeri pada kelopak mata

Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

Riwayat penyakit yang sama

Tanda :7

Eritema

Edema

Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

Seperti gambaran absces kecil

II.2.6 Pengobatan

Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10
menit sampai nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi
antibiotik lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikel.

Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga
diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga
bersama-sama. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi.5

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes mata. Dilakukan
anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.

Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.5

II.2.7 Komplikasi

Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan
septum orbita dan abses palpebra.
II.2.8 Prognosis

Hordeola biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan
kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeola Internal terkadang berkembang menjadi chalazia, yang
mungkin memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan kuretase. 9]

II.3 KALAZION

II.3.1 Pengertian

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar
tersebut.5

Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-dibedakan dari hordeolum karena
tidak ada tanda-tanda radang akut.8

II.3.2 Patofisiologi

Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan
adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.4

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri,
membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan
pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra
mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.9

Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik
mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin
menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.9

II.3.3 Etiologi

Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari
hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. 9, 11

II.3.4 Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan
peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang
sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu
tertentu.

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak
daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari
kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan
keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.

Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah
berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema),
teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra. 11
II.3.5 Pengobatan

Pengobatan kalazion antara lain adalah

Menggunakan kompres hangat selama kira-kira 15 menit, 2 4 kali sehari

Injeksi steroid untuk mengurangi inflamasi

Tindakan bedah jika gumpalan tersebut tidak dapat hilang.1

II.3.6 Penatalaksanaan

Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat 15 menit (4 kali sehari). Lebih dari 50%
kalazion sembuh dengan pengobatan konservatif.

Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai penyebabnya.

Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi, jika tidak ada bukti infeksi

Steroid menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari kalazion dalam beberapa minggu
kemudian.

Injeksi 0,2 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat kalazion, injeksi kedua mungkin
diperlukan.

Komplikasi dari penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion, atropi, dan potensial infeksi.5,7,8

Eksisi kalazion

Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.

Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada kelopak mata.

Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya

Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)

Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara horisontal lebih sering dilakukan
daripada lewat konjungtiva untuk pembuangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.7

Eskokleasi Kalazion

Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikkan di
bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga
konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi
kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.5

II.3.7 Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion
yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat
terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian
dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.9
II.3.8 Prognosis

Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage yang kurang adekuat mungkin
mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion yang tidak diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan,
namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.9

Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk
menghindari kesalahan diagnosis dengan kemungkinan keganasan.4

III.1 KESIMPULAN

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata
bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada
alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi
staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya
kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar
tersebut.

Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari
hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat. Rusaknya sistem drainase pada
kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik
perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan.

DAFTAR PUSTAKA

Kanski JJ. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-Heinemann, Boston, 2009.

Bessette M. Hordeolum and Stye. Taken from : www.emedicine.com. 2010.

Grayson CE. What Is a Stye. Taken from : www.webmd.com. 2010.

Ilyas S. Penuntun Umum Penyakit Mata. Cet. IV. Jakarta : Penerbit FKUI. 1996. h. 28-9.

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Cet. II. Jakarta : Penerbit FKUI. 1998. h. 92 4.

McKinley Health Center. Sty (Hordeolum). Taken from : www.mckinley.uic.edu. 2007.

Santen S. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010.

Vaughan DG, dkk. Oftalmologi Umum. Editor : Y. Joko Suyono. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 1996. h.
81 2.

Wessels IF. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010.

Lang G. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart New York. 2000.

American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course, External Disease and Cornea,
Section 8, 2006-2007.

Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010

Вам также может понравиться