Вы находитесь на странице: 1из 7

~Arti Sebuah Syukur

Ardis (Arek seng di sayang)


Begitu kata Ayahku , seorang Pakdhe yang telah akrab kupanggil
Ayah , yah Ayah Hanafi.
Ardis (Ari dan Anis)
Begitu kata Ibu dan Bapakku. Orang yang telah menjadi
kepentingan bagi kehidupanku.

***************

Dari kecil , aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari


seorang ibu , aku juga tidak pernah mendapatkan peluk kasih ibu
ketika aku kecil.
Ketika aku berumur 1 tahun , aku sudah dirawat oleh Nenekku ,
Namun , selang beberapa bulan , Nenekku meninggal dunia. Aku
tetap dirawat oleh Ibu , Namun tidak pernah dihiraukan , mereka
lebih memilih untuk bekerja.

Sampai suatu ketika , Ada seorang anak kecil , Ia bernama


Wipo , Ia dari Mojokerto , Saat itu , Mas Wipo berumur lebih 5
tahun dariku.
Mak , Lihat , itu ada anak kecil di keranjang Ucap Mas
Wipo.
iyaa , itu anaknya orang yang punya toko itu po jawab si
emak.
ayo mak kita kesana , aku ingin cubit-cubit pipinya Wipo
berlari beriringan dengan Maknya yang cukup tua saat itu.

Wipo mencubit pipiku yang cukup saat itu , Aku tidak tau
pasti , ini berdasarkan cerita dari si emak ku

Mak , bawa pulang yuk mak adek bayinya , aku pengen


punya adek ni mak rengek mas Wipo saat itu.

Emak Dai , sosok Mak yang tidak bisa menolak keinginan


cucunya. Dia adalah orang yang baik. Dengan memberanikan
diri , Mak Dai masuk tempat kerja Ibuku , Ia ingin membawaku
sebentar demi Mas Wipo.
Assalamualaikum , Nis , boleh tidak aku bawa anakmu itu ke
rumah ? daripada dia kesepian disitu pinta Emak sopan.
ohh , boleh mbak , ini mumpung masih ramai tokonya ,
maaf ya mbak , ngerepotin jawab Ibuku dengan entengnya.
Oh , ndak papa , dengan semangatnya emak membawaku
kerumahnya bersama Mas Wipo.

Ketika aku menginjak di Bangku Kelas 2 SD , Aku masih


dirawat oleh Emakku. Aku sudah menganggap beliau sebagai
Nenekku. Walaupun tidak terikat oleh darah , aku tetap
menganggapnya sebagai Nenekku , Beliau telah merawatku ,
menyusuiku , mengajariku berbagai cara ketika aku tidak bisa
menjadi bisa.

Umurku sudah 9 tahun , Saat itu aku harus berangkat ke


Pesantren , Ibuku tak mampu mengurusku , dia memutuskan
untuk memberangkatkan aku ke Pesantren. Betapa lugunya aku
saat itu , Betapa tidak taunya aku bagaimana pesantren itu ?

Yang membuatku bingung , Ketika aku berangkat ke


Pesantren , Aku berpamitan pada emakku terutama , emakku
menangis , menciumku , memelukku , dia menangis parau , aku
masih mengingat hal itu. Bukan hanya emakku , ketika aku
berpamitan kepada tetangga-tetanggaku , mereka juga
melakukan hal yang sama seperti apa yang emakku lakukan tadi.
Saat itu aku bingung , Aku tetap terpaku dengan sikap mereka.

Kenapa mereka menangis ? Ada apa memangnya ? Apa


mondok itu menyeramkan ? fikirku.

Mak , aku tidak papa , aku hanya pengen mondok itu yang
aku katakan ketika aku akan berangkat ke pesantren.
yang kerasan ya disana , cepet punya temen-temen
banyak salah satu pesan mereka yang tidak dapat ku cerna
sampai saat ini.
Bukannya Mondok akan mendapat banyak teman ?

Aku sudah memasuki gerbang pesantren Miftahul Ulum Al-


Yasini. Aku juga mempunyai saudara yang juga mondok disana ,
Namanya Mbak Sulis. Ibu menitipkan aku pada mbak Sulis ,
segala kebutuhan makanan , sadang pangan , diserahkan pada
Mbak Sulis. Ada juga Mbak Diana , dia adalah orang yang
membantuku berangkat sekolah , ke kamar mandi , sekaligus
mencuci baju bajuku. Aku tidak bisa melupakan jasa mereka
sampai saat ini.

Aku menempati kamar B.4. Anggota kamar ada 20 orang .


Ruangannya cukup besar. Tak lupa Ibuku membawakanku sebuah
Kasur lantai kecil. Sebelum Aku tidur , Mbak Mbak kamar ku ada
yang mengolesi tanganku dengan soffel , ada juga yang
mendongengiku. Aku sungguh di spesialkan di Kamar ku. Namun
Malam pertama aku di Pesantren itu , tepat malam pukul 12.00
aku terbangun , menangis , meraung , aku sungguh sedih , aku
dibohongi oleh Ibuku. Tadi siang sebelum Ibu dan Bapak
meninggalkan Pesantren , dia berkata :
Ibu akan kembali , Ibu akan membeli nasi untukmu ,
pergilah ke kamarmu , nanti Ibu menyusul
Malam itu aku menangis , Ibu telah membohongiku.
Jangan khawatir , Ibu akan sering berkunjung kesana , tiap
Liburan pasti pulang , Gak perlu khawatirin Ibu , tetaplah belajar ,
jadilah adik mbak Sulis yang baik , jangan nakal ya ndukk itu
pesan Malam hari sebelum aku berangkat.

Tiap Hari Minggu aku selalu menunggu kedatangan Ibu ,


Janjinya yang akan selalu mengunjungiku. Namun Ibu tak kunjung
datang , sampai 2 bulan . tepat 3 Bulan , Ibu menelphone , aku
menangis meraung-raung di Wartel Pesantren , Aku sunguh tidak
kerasan disana. Bayangkan saja , Aku masih berumur 9 Tahun
sudah berada disana. Aku bersabar ~

Selang beberapa Tahun kemudian~


Aku sudah SMP , Padahal Aku ingin sekali pulang , ingin sekali
merasakan sebuah kasih sayang Orang tua.

Tiap malam yang aku lakukan sebelum tidur dipondok adalah ,


Menangis.
Kapan aku bisa tidur bersama Ibu dan Bapak ? , Kapan aku
bisa hidup leih lama bersama mereka ? bersama Kakakku ? Aku
ingin bersama mereka
Terkadang aku berpikir , Apa jangan-jangan aku bukan anak
mereka ? Mengapa mereka selalu mengistimewakan Kakakku ?
Namun berpositive thingking saja .
Mungkin Allah mana yang terbaik , Mungkin Allah member
jalan yang lain untukku

Ketika aku belajar di SMP Negeri , Aku sudah lupa dengan


keluh kesahku , Aku sudah tidak mengingat seperti pertama kali
aku memasuki Pesantren. Aku juga lebih mandiri , memegang
uang sendiri , mencuci baju sendiri , Ke kamar mandi sendiri ,
karena , Mbak Sulis dan Mbak Diana sudah lulus dan keluar dari
pondok. Aku bahagia bersama teman-teman SMP ku . Mereka
datang dari berbagai Propinsi. Sampai kita terbentuk Group
dengan Nama Big Family Of Camboja atau lebih akrab (BFOC).
Hari-hariku selalu bersama mereka , tak ingin rasanya aku keluar
dari Pesantren jika mengingat bagaimana kukuhnya persahabatan
ku bersama mereka. Ada Cici dari Bali , Ada Type dari Gondang
Wetan , Ada Ida dari Jogja , dan masih banyak dari Group kami
yang tak bisa aku sebutkan.

Ketika Kelas IX , setelah Pengumuman kelulusan , Aku


bersama BFOC berkumpul , Kami berjanji , Bahwa kami tidak akan
meninggalkan satu sama lain. Bahwa kami akan selalu menjaga
erat persahabatan kami seperti biasa , walau sekolah kami akan
berbeda , Jika di Asrama kita akan saling berkumpul , Berbagi
cerita , suka , duka , bahkan makanan , kita akan selalu berbagi
bersama.

Namun semua itu musnah ~


Setelah aku dan teman-teman seangkatanku di wisuda , semua
berlibur ke rumah masing-masing. Siang itu

Kemasi semua barang-barangmu pinta Bapak yang pada


waktu itu menjemputku untuk pulang.
hah ? untuk apa pak ? tanyaku bingung.
Kakakku minggu depan akan berangkat ke Australia , dia
mendapat beasiswa , kamu melanjutkan dirumah saja jelasnya.

Aku terdiam seketika


cepat-cepat aku mengambil keputusan.
Oke , bapak pulang dulu saja , besok bapak jemput aku ,
aku disini dulu sama teman-teman

Bapak pulang , Aku berlari menuju tempat dimana teman-


teman ku berada. Aku menangis , memeluk mereka , sebagian
temanku juga ada yang menangis , aku tak tau mereka menangis
karena apa , apa mereka mempunyai tujuan sepertiku , atau
mereka menangis karena tidak ada yang menjemput untuk
pulang ? aku bingung ~

Aku akan merindukan kalian..

Ternyata , Sebagian banyak dari BFOC melanjutkan sekolah


(SMA) di luar pesantren , dengan kata lain keluar dari Pesantren ,
salah satunya aku. Kami semua menangis. Memeluk bersama ,
Namun kita tetap bersikukuh menjaga janji itu , Aku benar-benar
tidak ingin meninggalkan mereka saat itu. Yang paling
membuatku terharu saat itu , temanku yang bernama Cici. Dia
adalah sahabatku sejak pertama kali masuk pesantren. Di jenjang
SMA ini dia akan melanjutkan di Bali , dia menangis , sebenernya ,
dia ingin melanjutkan sekolah di Rembang Jawa Tengah bersama
Ibunya , karena orangtuanya telah pisah sejak ia kecil. Saat itu
aku sedikit bersyukur , walaupun aku tidak pernah mendapatkan
kasih sayang Ibu dan Bapakku , namun aku sedikit berpikir ,
Bahwa diatas langit masih ada langit. Aku menikmati semua
yang Allah berikan padaku.

Sampai saat ini , aku menginjak kelas 2 SMA. Aku


merindukan mereka semua. Aku merindukan bersama teman-
teman. Di pesantren , aku jadi tau , bagaimana rasanya bersabar
untuk antri. Antri mengambil sarapan , antri untuk mandi , antri
untuk cuci pakaian , dan masih banyak lagi. Alhamdulillah , untuk
masa SMA ini aku hidup bersama Ibuku.

Hidup mengajari bagaimana kita untuk bersyukur atas apa


yang di berikan Allah , sedikit apapun itu , sejelek apapun itu ,
nikmatai , syukuri.
Hanya menjadikan hari kemarin menjadi masa lalu , Hari ini
berusaha , dan Hari esok adalah kesuksesan.

Keep smile untuk selalu menangani masalah hidup

Ardis Nur Hikmah


XI-IA 1
O4

Вам также может понравиться