Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
3.2 Sinonim
3.3 Etiopatogenesis
Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh
menjadi dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari
pasangannya (hal ini biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita
scabies akan merasakan gatal-gatal pada malam hari.
Siklus tersebut akan terulang lagi. Lorong-lorong yang lama akan
menyembuh, sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk lorong-lorong baru.
Bekas lorong-lorong tersebut akan meninggalkan kelainan gambaran sebagai
berikut:
1. Hiperpigmentasi
2. Tidak berskuama
5
Gambar 2. Kelainan kulit pada scabies.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
pada penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabakan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan gaukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.
Gambar 3. Tampak kelainan yang ditimblukan oleh skabies pada daerah axilla
5
(sekitar ketiak), glutea (sekitar bokong), dan pada genetalia (penis dan scrotum).
3.4 Gambaran klinis
Sebagai catatan sewaktu terjadi penularan tersebut, orang yang ditulari tidak
merasa gatal-gatal. Apabila seseorang pernah terkena skabies, maka pada penularan
yang kedua telah terjadi sensitisasi gejalanya akan berubah menjadi:
1. Nodul
2. Besar
3. Teraba keras
4. Khas pada daerah longgar atau lunak. Gejala ini sering dikelirukan dengan
4
urtika.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut
6
antara lain :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai
dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga
sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau
tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan
mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang
gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan
anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki,
dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di
daerah wajah.
5. Skabies pada orang tua. Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies
mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit
mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan penyebabnya ke
senile pruritus, xerosis, obat, dan penyebab psikis lainnya.
6. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh
lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga
bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah
7. Skabies pada penderita HIV/AIDS. Bentuk yang sering dijumpai
adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi
klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami keterlambatan
dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya.
8. Skabies di daerah kulit kepala. Hal ini sangat jarang terjadi pada orang
dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau
memicu terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat
terjadi pada bayi dan anak anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien
dengan dermatomiositis.
9. Skabies bullosa. Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies
anak- anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika
terjadi pada orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan
pemphigoid bullosa.
Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada
tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah,
sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut adalah skabies. Terlebih- lebih jika
ditemukannya terowongan.
Cara menemukan tungau :
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal
dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota
keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.
Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu
anggota keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga
harus menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci
dengan air panas.
3.8 Komplikasi
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis,
dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis. Pemakaian
antiskabies misalnya gamma benzene heksaklorida yang berlebihan dan terlalu
sering dapat menimbulkan dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan
benzyl benzoate sehari 2 kali terutama pada pemakaian di genitalia pria. Dapat
timbul infeksi sekunder sistemik yang memperberat perjalanan penyakit seperti
6
pielonefritis, abses, internal, pneumonia piogenik, dan septikemia.
3.9 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang buruk),
maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.