Вы находитесь на странице: 1из 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH

PADA REMAJA: GANGGUAN SEKSUAL

MAKALAH

oleh

Kelompok 21

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH

PADA REMAJA: GANGGUAN SEKSUAL

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa dengan
dosen pembimbing Ns.Emi Wuri Wuryaningsih S.Kep.,Sp.Kep.J

oleh :

Devi Astika NIM 152310101198


Bintang Amzad J F NIM 152310101268

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah "Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Pada Remaja
Gangguan Seksual. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah, diantaranya:

1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku dosen pengampu mata


kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih S.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing dalam
pembuatan makalah.
3. Kedua orang tua yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan doa
dan dukungannya.

Penulis hanyalah insan biasa yang tidak jauh dari kesalahan, untuk itu kami
sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan pembaca.

Jember, April 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1 Contoh Kasus...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Gangguan Seksual........................................................... 3
2.3 Pengertian Homoseksualitas ............................................................. 3
2.4 Psikopatologi/Psikodinamika Gangguan Tidur............................... 4
2.5 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan .................................. 7
2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan...................................... 7
BAB 3. PENUTUP ......................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 10
3.2 Saran.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-
kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan
tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan
sebagainya biasanya terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh mereka yakni
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial.
Ganguan seksual merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan
pada banyak kalangan bisa anak sekolahan atau anak remaja hingga orang dewasa.
Gangguan seksual dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda.
Di era modern seperti ini gangguan seksual sudah kerap sekali terjadi bahkan
hampir menjadi hal yang biasa. Hal ini disebabkan karena banyak faktor salah satunya
bisa disebabkan oleh salahnya pergaulan maupun faktor dari keluarga yang dialami
remaja tersebut. Untuk itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu
mengetahui ciri perkembangan remaja, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan
jiwa remaja serta masalah maupun gangguan jiiwa remaja. Karena hal tersebut dapat
mendeteksi dini jika remaja mengalami perubahan yang menjurus kepada hal yang
negatif.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana contoh kasus klien dengan gangguan seksual?

1.2.2 Bagaimana psikopatologi atau psikodinamika proses gangguan seksual?

1.2.3 Apakah diagnosa medis dan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan seksual?

1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan gangguan seksual?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui contoh gambaran kasus Klien dengan Masalah pada Remaja :
Gangguan seksual.

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Masalah pada Remaja : Gangguan seksual .

1.3.3 Untuk mengetahui psikopatologi/ psikodinamika Masalah pada Remaja :


Gangguan seksual.

1.3.4 Untuk mengetahui diagnosis pada klien dengan Masalah pada Remaja :
Gangguan seksual.

1.3.5 Untuk mengetahui rencana intervensi atau penatalaksanaan pada klien dengan
Masalah pada Remaja : Gangguan seksual.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus
Ada seorang An. X ia adalah remaja putra berusia 17 tahun, sekarang ia tengah
duduk di bangku kelas 2 di salah satu SMA unggulan di kotanya. Remaja putra
tersebut memiliki riwayat hidup yang bisa dikatakan cukup kelam, ia adalah salah
satu anak yang menjadi korban pedofilia oleh guru di sekolahnya sendiri. Melalui
proses terapi psikologis lah remaja tersebut sudah sedikit melupakan kejadian buruk
yang pernah ia alami dulu, namun ternyata setelah beberapa tahun kemudian remaja
putra tersebut mengalami sedikit kelainan dengan daya tarik seksualitasnya, kini
remaja tersebut mengaku lebih tertarik kepada sesama jenisnya daripada dengan
lawan jenis. Dan dia juga mejadi sering berhias dan mempercantik diri dengan alat-
alat yang biasa dipakai oleh kalangan wanita. Selain itu dia juga menjadi suka
bergaul dengan kaum wanita dibanding dengan kaum pria. Karena dia berpikir jika
dia bergaul dengan kaum pria dia akan menjadi objek bullying.

2.2 Pengertian Gangguan Seksual


Gangguan seksual atau yang biasa disebut dengan Parafilia dimana para yang
berarti penyimpangan pada apa yang membuat orang tertarik (philia). Biasanya
mengacu pada sekelompok ganguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap
obyek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Ada banyak
jenis dari parafilia ini , salah satunya ialah sesuai dengan kasus diatas yakni
Homoseksual.

2.3 Pengertian Homoseksual

Homoseksualitas ialah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau rasa
tertarik dan mencintai jenis yang sama dengannya. Selain itu homoseksual juga bisa
diartikan sebagai laki-laki dan perempuan yang secara emosional dan seksual tertarik
terhadap sesama jenis (Carrol, 2005).

3
Orientasi seksual ini dapat terjadi akibat bawaan genetik kromosom dalam tubuh
atau akibat pengaruh lingkungan seperti trauma seksual yang didapatkan dalam proses
perkembangan hidup individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan kondisi
lingkungan yang memungkinkan individu memiliki kecenderungan terhadapnya.
Jumlah pria yang homoseksual itu diperkirakan 3-4 kali lebih banyak daripada jumlah
wanita yang juga mengalami homoseksual.
Ekspresi homoseksualitas ada tiga yakni :

1. Aktif, bertindak sebagai pria yang agresif


2. Pasif, bertingkah laku dan berperan pasif atau feminim seperti wanita
3. Bergantian peranan , terkadang memerankan fungsi wanita terkadang juga laki-
laki

2.4 Psikopatologi/Psikodinamika Gangguan Seksualitas


1 Faktor predisposisi
a Biologi
Faktor herediter biasanya berupa ketidakseimbangan hormon-hormon seks dan
terdapat rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom), otak , hormon, dan
susunan syaraf yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya
homoseksual.
b Psikologis
Faktor psikologis biasanya diakibatkan keluarga kita yang pada umumnya
tidak sempat lagi memperhatikan kebutuhan anak remajanya baik dalam
penerapan moral dan pendidikan agama, hal tersebut bisa saja terjadi karena
tidak harmonisnya hubungan antara remaja dengan orang tua. Misalnya akibat
broken home atau orang tua lebih memilih pekerjaanya dibanding dengan
perhatianya dengan anak mereka sendiri dan lain-lain.
c Sosial budaya
Faktor sosial karena faktor lingkungan yang tidak baik atau tidak
menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual normal remaja. Selain
itu mengakibatkan adanya perubahan sosial yang dapat menyebabkan
pergeseran nilai-nilai pada remaja.
2. Faktor presipitasi
1) Nature
a Stressor sosial budaya

4
Homoseksual ini tidak dapat diterima oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan
tata cara serta norma-norma agama.
b Stressor psikologis
Seorang remaja yang pernah mengalami pengalaman traumatis dengan
seseorang hingga timbul dorongan homoseks yang menjadikanya menetap
dengan perilaku penyimpangan tersebut.
c Stressor biologi
Gangguan karena adanya penyakit atau gangguan fisik, dan efek samping
pengobatan.
2) Origin
a. Internal : adanya pemahaman yang salah mengenai seksual dapat
membuat individu memiliki resiko untuk menyalurkan dorongan seksual
secara salah.
b. Keluarga : kurang terbukanya komunikasi antara orang tua dengan anak
bisa menyebabkan adanya perilaku menyimpang.
c. Masyarakat atau lingkungan : tingginya pengaruh lingkungan terhadap
individu terutama teman bermain sangat memiliki risiko terjadi perilaku
menyimpang apabila lingkungan tersebut memberi contoh yang salah.
d. Timing : adanya gejala atau perubahan pada diri individu sejak individu
tersebut mengalami permasalahan pada dirinya.
e. Number : adanya lebih dari 1 stressor atau masalah yang dialami
individu.

3. Penilaian terhadap stressor


a Respon Kognitif : individu tidak dapat berkosentrasi, dimana individu akan
berfokus pada keinginan untuk memuaskan kebutuhan seksualnya.
b Respon afektif : adanya ketidakpuasaan atau ketiadaan aktivitas seksual pada
individu dapat menyebabkan terjadinya kegelisahan, susah tidur, dan suka
marah-marah tanpa ada penyebab yang jelas.
c Respon perilaku : memandang perilaku seksual sebagai respon individu yang
dapat dilihat dari segi fisik dan psikologinya.

4. Sumber koping
a Kemampuan personal: pentingnya dalam meningkatkan rasa percaya diri
terhadap identitas seksualnya.
b Dukungan sosial: dukungan ini sangat penting untuk membantu klien
mengetahui peranan yang sesuai dengan identitas seksualnya. Biasanya

5
dukungan yang di dapat dari keluarga, teman, kelompok, atau orang-orang
disekitar klien.
c Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan
kesehatan, dana atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan
kesehatan dan lain-lain.
d Keyakinan positif: keyakinan postif ini sangat penting untuk dapat
mempertahankan koping adaptif sehingga dapat menjadi dasar dari harapan
yang walaupun dalam kondisi penuh stressor. Biasanya hal ini demi untuk
kesadaran yang sesuai identitasnya sehingga tidak menyukai sesama jenis.

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah
seksualnya, antara lain :
a Fantasi, dimana individu berfantasi untuk meningkatkan kepuasan seksualnya
b Denial, dimana individu tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan
seksual
c Rasionalisasi, dimana individu memperoleh pembenaran atau penerimaan
tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
d Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan
ambivalensi terhadap masalah seksual.

2.5 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


1 Diagnosa Medis : Gangguan identitas diri
2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa diangkat menurut NANDA (2015) adalah
1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
2 Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah dengan diasingkan oleh
masyarakat, diskriminasi dan memiliki perasaan komunitas yang rendah.

2.6 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


2.6.1 Farmakoterapi
1 Pengobatan dengan estrogen

6
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Diberikan peroral. Efek samping
tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan Neuroleptik
a. Phenothizine, memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan.
b. Fluphenazine Enanthate, mengurangi dorongan seksual lebih dari dua
pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25 mg.
Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
c. Pengobatan dengan Trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi segala macam
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam
dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada
umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi
adjuvant untuk pendekatan psikologik.

2.6.2

7
2.6.3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1. Disfungsi seksual 1 Jangka Pendek : 1 Kaji riwayat seksual dan
berhubungan dengan a Klien akan tingkat kepuasan
perubahan struktur mengidentifikasi stresor sebelumnya dalam
tubuh/fungsi yang yang berperan dalam hubungan seksual
ditandai dengan penurunan fungsi seksual 2 Kaji persepsi klien terhadap
perubahan dalam dalam 1 minggu masalah
mencapai kepuasan b Klien akan 3 Bantu klien menetapkan
seksual. mendiskusikan dimensi waktu yang
patofisiologi proses berhubungan dengan
penyakitnya yang awitan masalah dan
menimbulkan disfungsi diskusikan apa yang
seksual dalam 1 minggu terjadi dalam situasi
2 Jangka Panjang : kehidupannya pada waktu
Klien dapat mempersepsikan itu
dengan baik dengan masalah 4 Kaji alam perasaan dan
seksual tingkat energi klien
5 Tinjau aturan pengobatan,
observasi efek samping
Dorong klien untuk
menanyakan hal-hal yang
berkenaan dengan seksual
dan fungsi yang mungkin
menyusahkan dirinya
2. Isolasi sosial klien mampu berinteraksi 1 Membina hubungan saling
berhubungan dengan dengan masyarakat dalam percaya denga klien
2 Mengkaji penyebab isolasi
harga diri rendah 3x24 jam
sosial
dengan diasingkan
3 Informasikan pada klien
oleh masyarakat,
pentingnya berinteraksi
diskriminasi dan
dengan orang lain

8
memiliki perasaan 4 Berikan dukunagan yang
komunitas yang positif dan dukungan
rendah. emosi
Bantu klien berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap

2.6.4 Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan individu
Tujuan : Remaja mampu untuk mencapai perkembangan psikoseksual secara
normal
a. Bina hubungan saling percaya
1)Beri salam terapeutik
2)Panggil klien dengan nama kesukaannya
3)Jelaskan mengenai kontrak waktu
4)Jangan menghakimi klien
5)Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
6)Mulai dengan topik yang tidak sensitif
7)Dahului dengan pertanyaan mengenai seksualitas dengan mengatakan banyak
orang yang mengalami kesulitan seksual
b. Identifikasi perilaku seksual yang tidak dapat diterima dalam lingkungan klien
c. Tentukan tngkat pengetahuan dan pengertan mengenai seksualitas secara umum
kepada klien
d. Diskusikan mengenai perkembangan psikoseksual remaja
e. Monitor adanya stres, kecemasan, depresi yang kemungkinan berpengaruh
terhadap seksualitasklien
f. Diskusikan mengenai efek kesehatan yang kemungkinan timbul
g. Diskusikan mengenai konsekuensi dari perilaku seksual yang secara sosial tidak
diterima lingkungan
h. Diskusikan mengenai modifikasi yang diperlukan mengenai aktivitas seksual
i. Diskusikan dengan pasien cara yang dapat diterima untuk memenuhi kebutuhan
seksual
j. Fasilitasi untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan klien
k. Kenalkan klien dengan panutan yang positif yang telah berhasil mengatasi
masalah yang sama

2. Tindakan keperawatan keluarga


Tujuan : keluarga dapat memahami mengenai tahap perkembangan remaja
a. Bina hubungan saling percaya dengan anggota keluarga
b. Kaji tingkat pengetahuan orang tua atau keluarga mengenai tahap perkembangan
remaja

9
c. Monitor interaksi keluarga dalam permasalahan berkaitan dengan pasien
d. Nilai reaksi emosi keluarga terhadap kondisi klien
e. Dengarkan kekhawatiran, pertanyaan, dan perasaan keluarga
f. Informasikan mengenai tahap perkembangan remaja
g. Bantu keluarga untuk mengidentifikasikan, dan memecahkan masalah serta
strategi koping yang bisa di keluarga
h. Bantu keluarga terkait dengan pemahaman mengenai pengelolaan perilaku
seksual yang tidak diterima
i. Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk mencapai
tahap perkembangan remaja
j. Kenalkan keluarga dengan keluarga lain yang serupa

2.6.5

10
BAB 3. PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Gangguan seksual merupakan suatu hal yang dapat berpengaruh pada kehidupan
seorang individu khususnya pada kelompok remaja, kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua juga salahnya pergaulan juga dapat menyebabkan ganguan
seksual dapat terjadi.

2.6 Saran
Untuk para remaja hendaknya memiliki bekal pengetahuan tentang seksualitas
yang benar dan tidak disalah gunakan, selain itu harus pintar-pintar memilih teman
bergaul.
Untuk orang tua hendaknya mengetahui ciri perkembangan remaja, pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah maupun gangguan
jiiwa remaja. Karena hal tersebut dapat mendeteksi dini jika remaja mengalami
perubahan yang menjurus kepada hal yang negatif.
Sebagai perawat profesional sangat diharapkan untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar dalam menangani klien dengan gangguan
seksual khususnya remaja. Oleh karena itu diharapkan perawat untuk mengetahui
mengenai gangguan seksual tersebut sehingga perawat dapat memberikan
penanganan yang tepat kepada klien dan keluarga.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc. Closkey. 2012.
Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa: Mosby Elsavier.

Carrol, J. L. (2005). Sexuality. Wadsworth: Thomson Learning, Inc.

Herdman, T. Heather. 2015. Nanda Internatonal Inc diagnosis keperawatan :


definisi dan klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.

Jhonson, Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis, Missouri; Mosby Elsavier.

Stuart and Laria. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.

12

Вам также может понравиться