Вы находитесь на странице: 1из 33

MAKALAH

TEKNIK PENYAJIAN DATA, VARIABEL, DAN SKALA


PENGUKURAN VARIABEL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biostatistika yang Diampu
oleh Ibu Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH.

Disusun Oleh :
Annisaputri Prasistyami P07124214002
Dini Makrufiyani P07124214008
Ditya Fahlevi Safitri P07124214009
Ika Ratna Pratiwi P07124214019
Septiasih P07124214036

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul Makalah Teknik
Penyajian Data, Variabel, dan Skala Pengukuran Variabel dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Apapun yang kami sajikan semoga selalu
bermanfaat bagi para pembacanya.
Kami juga mengucapkan terimakasih bagi orang-orang yang telah
berjasa membantu dalam pembuatan makalah ini, karena berkat merekalah
dapat terciptanya makalah ini, maka penulis terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Yuni, SST., MPH. Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Biostatistika yang telah memimbing kami.
2. Orang tua yang telah memberikan fasilitas sehingga mempermudah
dalam pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman yang turut membantu dalam penyempurnaan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
baik isi maupun teknik penulisan. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan
untuk perbaikan.

Yogyakarta, 27 April 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II ISI
A. Teknik Penyajian Data 3
B. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pengumpulan data di lapangan, akan menghasilkan angka-
angka yang disebut data kasar. Penyebutan dengan istilah data kasar
menunjukkan bahwa data itu belum diolah dengan teknik statistik tertentu.
Jadi, data-data itu masih berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang
biasanya berupa skor. Skor-skor tersebut dapat pula disebut dengan istilah
skor kasar yang artinya sama dengan data kasar. Biasanya relatif banyak dan
tidak beraturan. Dalam pembuatan laporan penelitian, data tersebut yang
harus dilaporkan agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-
data haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis. Ada sejumlah
cara yang dapat dipilih untuk menampilkan data hasil pengukuran dalam
kerja penelitian. Penyajian data yang mana sebaiknya dipilih tergantung jenis
data, selera peneliti, dan tujuan penampilan data itu sendiri.
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Variabel diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-fakor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel penelitian
pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam suatu penelitian
ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitian.
Jumlah variabel yang dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh
sofistikasi rancangan penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan
penelitian, akan melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya
dan sebaliknya. Sebagai mahasiswa yang belajar biostatistika yang
diharapkan dapat menjadi peneliti maka harus memahami tentang
menyajikan data agar hasil penelitian dapat dibaca khalayak dengan mudah,
selain itu memahami mengenai varibel dan pengukurannya sehingga kami
akan membahas tentang teknik pengumpulan data, cara penyajian data,
variabel dan skala pengukuran variabel.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik penyajian data?
2. Apa saja macam variabel dan bagaimana skala pengukuran variabel?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyajian data dan cara penyajian data.
2. Mengetahui macam-macam variabel dan skala pengukuran variabel.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang teknik penyajian data,
variabel, dan skala pengukuran variabel dalam pembuatan penelitian.
2. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan tentang teknik penyajian data, variabel,
dan skala pengukuran variabel dalam pembuatan penelitian.

BAB II
ISI

A. Teknik Penyajian Data


1. Pengertian Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan
harus sederhana dan jelas agar mudah dipahami.
2. Cara penyajian data
a. Penyajian data dalam bentuk tulisan
Penyajian dalam bentuk tulisan sebenarnya merupakan gambaran
umum tentang kesimpulan hasil pengamatan. Penyajian dalam bentuk
tulisan banyak digunakan dalam bidang sosial, ekonomi, psikologi,
dan lain-lain serta berperan sebagai laporan hasil penelitian kualitatif.
Misalnya, untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang suatu
produk yang telah dipasarkan atau penerimaan, pendapat serta
kepercayaan masyarakat terhadap suatu program pemerintah atau
program pelayanan kesehatan pada masyarakat atau keberadaan
petugas kesehatan yang terdapat di daerah.
Contoh:
1) Seorang direktur sebuah rumah sakit memberikan informasi
tentang kondisi rumah sakit dipimpinnya.
Penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit ini jumlahnya
meningkat dari tahun ke tahun hingga tidak tertampung dan
sebagian besar terdapat di bagian penyakit dalam. Dengan
semakin banyaknya penderita yang menjalani rawat inap
menunjukkan bahwa pelayanan yang kita berikan sudah cukup
memadai dan yang masih harus kita tingkatkan ialah penambahan
gedung serta sarana yang dibutuhkan, seperti tempat tidur,
terutama di bagian penyakit dalam.
2) Suatu penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui penerimaan
masyarakat tentang keberadaan bidan di desa pada sebuah kota
atau kabupaten.
b. Penyajian data dalam bentuk tabel
Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam
bentuk angka yang disusun secara teratur dalam kolom dan baris.
Penyajian dalam bentuk tabel banyak digunakan pada penulisan
laporan hasil penelitian dengan maksud agar orang mudah
memperoleh gambaran rinci tentang hasil penelitian yang telah
dilakukan.
1) Suatu tabel yang lengkap terdiri dari:
a) Nomor tabel
b) Judul tabel
Kalimat pada judul tabel harus singkat, jelas, dan berisi
keterangan tentang apa, diamana, dan bilamana. Judul harus
konsisten dan menggambarkan isi tabel.
c) Catatan pendahuluan
Biasanya diletakkan di bawah judul dan berfungsi sebagai
keterangan tambahan tentang tahun pembuatan tabel atau
jumlah pengamatan yang dilakukan.
d) Badan tabel
Terdiri dari judul kolom, judul baris, judul kompartemen, dan
sel.
e) Catatan kaki
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan keterangan
terhadap singkatan atau ukuran yang diguanakan. Diletakkan
di bawah kiri tabel.
f) Sumber data
Sumber data diletakkan di bagian bawah kiri di bawah catatan
kaki. Sumber data ini mempunyai arti penting bila data yang
kita sajikan berupa data sekunder. Penulisan sumber data
harus jelas dan lengkap, seperti dari mana data tersebut
diambil, oleh siapa, judul penyusunan dan penerbitnya serta
tahun penerbitan.

2) Bentuk-bentuk tabel
a) Tabel berdasarkan fungsinya
Tabel dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
dapat pula berfungsi sebagai referensi atau memberikan
penjelasan dalam penulisan laporan.
i. Tabel sinopsis
Tabel ini berisi semua variabel yang akan dikumpulkan
dan ditulis dalam kolom dan baris dengan urutan yang
sama. Dari tabel ini dapat diketahui jumlah tabel yang
dihasilkan dan variabel yang akan dicari hubungannya
sehingga memudahkan penulisan laporan.
Contoh:
Variabel-variabel dalam suatu penelitian yang akan
dikumpulkan:
Tingkat pendidikan
Jumlah anak
Pertolongan persalinan

Dari contoh tabel sinopsis diperoleh sejumlah tabel dari


tabel-tabel tersebut dapat ditentukan variabel mana yang
diperkirakan berhubungan.

ii. Tabel induk


Tabel induk berfungsi sebagai referensi. Tabel ini dapat
diambil sebagian dan disisipkan dalam penulisan laporan.
Pada tabel induk terdapat semua variabel yang
dikumpulkan. Oleh karena itu tabel ini tidak dapat
digunakan untuk mengadakan perbandingan. Tabel induk
biasanya ditempatkan di belakang sebagai lampiran.
Contoh tabel:

iii. Tabel kerja


Tabel kerja ialah tabel yang menggambarkan beberapa
variabel secara rinci. Tabel ini berguna untuk
mengadakan pembahasan lebih mendalam terhadap hasil
penelitian, mengadakan perbandingan antar variabel atau
untuk memberikan gambaran tentang adanya hubungan
antara dua variabel. Tabel ini disisipkan dalam teks
penulisan laporan sesuai dengan topik bahasannya.
Biasanya tabel ini disusun berdasar progrestivitas, tahun
atau bergantung pada kebutuhan. Dari tabel ini dapat
dibuat tabel silang untuk mengetahui adanya hubungan
antara dua variabel.
Contoh:

b) Tabel kontingensi
Tabel kontingensi disusun berdasarkan banyaknya baris dan
kolom. Tabel ini disajikan untuk memberikan gambaran hasil
penelitian dan digunakan dalam perhitungan statistik
inferensial untuk pengujian hipotesis. Tabel ini dapat
dinamakan sesuai banyaknya baris dan kolom. Dibawah ini
beberapa contoh bagan tabel kontingensi.
Contoh:
i. Tabel 2 baris 2 kolom disebut tabel 2 x 2
ii. Tabel 2 baris 3 kolom disebut tabel 2 x 3
iii. Tabel 3 baris 3 kolom disebut tabel 3 x 3
c) Tabel berdasarkan penyusunan judul baris
Tabel ini bermacam-macam dan tergantung data yang tersedia
dan kebutuhan penyajian data. Tabel dapat disusun sebagai
berikut:
i. Menurut abjad
Tabel yang disusun menurut abjad dimaksudkan untuk
memudahkan pencarian kembali tabel yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, tabel ini banyak terdapat pada tabel
induk. Tabel ini dapat digunakan sebagai referensi,
tetapi tidak dapat digunakan untuk perbandingan.
ii. Menurut geografis
Tabel ini bertujuan untuk mengetahui keadaan berbagai
daerah. Oleh karena itu, tabel yang disusun menurut
geografis banyak dikeluarkan oleh instansi pemerintah
seperti Biro Pusat Statistik. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tabel ini tidak efisien untuk
digunakan sebagai tabel induk maupun tabel kerja.
iii. Berdasarkan perkembangan waktu
Tabel ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan yang terjadi bersamaan berjalannya
waktu. Perkembangan tersebut dapat berupa perubahan
alami atau perubahan yang disebabkan oleh intervensi
manusia. Misalnya, untuk mengetahui perkembangan
atau pertumbuhan penduduk kota atau untuk
mengetahui hasil program kesehatan. Tabel
perkembangan ini banyak disisipkan dalam teks
penulisan laporan. Misalnya, untuk mengetahui
perkembangan program KB selama 5 tahun yang terjadi
di suatu daerah.

Dari tabel 6.8 terlihat bahwa penekanan terletak pada


waktu (tahun). Oleh karena itu tahun ditulis di sebelah
kiri tabel.

iv. Berdasarkan besarnya angka


Penyusunan angka dapat dilakukan dari angka terkecil
sampai angka terbesar atau sebaliknya bergantung
pada fokus pembahasan. Penulisan angka diletakkan di
kiri tabel. Dalam bidang kedokteran, bentuk tabel ini
dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran
distribusi penyakit. Misalnya, distribusi penyakit menurut
jenis kelamin.

Penilaian:
Dari tabel di atas dapat diketahui jenis penyakit yang
terbanyak adalah penyakit saluran napas dan penderita
terbanyak adalah laki-laki.
Tabel ini dapat digunakan untuk hal-hal berikut yaitu,
penyusunan prioritas dan mengajukan usulan
kebutuhan obat atau alat yang digunakan
v. Berdasarkan kelaziman
Penyusunan tabel ini didasarkan atas kelaziman. Oleh
karena itu, tidak terdapat ketentuan yang baku, misalnya
untuk penulisan jenis kelamin laki-laki ditempatkan
dahulu daripada wanita.
vi. Berdasarkan tingkatan
Misalnya, penyusunan tingkat pendidikan diawali dari
pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
c. Penyajian data dalam bentuk grafik
Grafik merupakan salah satu bentuk penyajian data statistik yang
banyak dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk bidang
kedokteran karena penyajian dalam bentuk grafik lebih menarik dan
lebih mudah dipahami serta hal-hal yang kurang jelas dalam tabel
akan lebih jelas bila disajikan dalam bentuk grafik bahkan dengan
grafik orang akan lebih mudah mengingat. Misalnya, untuk
mengetahui kecenderungan dan mengadakan perbandingan.
1) Manfaat grafik
a) Membandingkan beberapa variabel, beberapa kategori dalam
variabel atau satu variabel pada waktu dan tempat yang
berbeda.
b) Meramalkan perubahan yang terjadi dengan berjalannya
waktu
c) Mengetahui adanya hubungan dua variabel atau lebih.
d) Memberikan penerangan pada masyarakat
2) Kerugian
a) Penyajian dalam bentuk grafik harus menarik karena
pembuatan grafik merupakan seni hingga tidak semua orang
dapat membuat grafik yang menarik.
b) Grafik memberikan keterangan yang tidak rinci.
c) Grafik harus dibuat dengan benar karena pembuatan grafik
yang salah atau perhitungan yang salah mengakibatakan
penilaian yang salah
d) Informasi yang disajikan terbatas karena bila data yang
disajikan dalam satu grafik terlalu banyak maka akan
membingungkan pengamat.
e) Dengan penyajian dalam bentuk grafik kita akan kehilangan
informasi secara rinci.
3) Pedoman pembuatan grafik
a) Grafik terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu horizontal yang
disebut absis atau sumbu X dan sumbu vertikal yang disebut
sumbu ordinat atau sumbu Y.
Variabel tidak tergantung diletakkan pada sumbu X dan
variabel tergantung (dependen) diletakkan pada sumbu Y,
misalnya variabel waktu diletakkan pada sumbu X dan
frekuensi pada sumbu Y.
b) Jenis kertas yang digunakan untuk menggambar grafik
sebaiknya kertas biasa atau semilogaritme, bergantung pada
data yang ada.
c) Ukuran kertas yang digunakan tidak ada ketentuan yang baku,
tetapi hendaknya dipilih sedemikian rupa agar grafik yang
digambar menjadi menarik.
d) Penggambaran absis dan ordianat. Untuk menggambar grafik
yang baik, lazimnya panjang ordinat 60-70% panjang absis
atau absis sama panjang dengan ordiant. Bila ukuran tersebut
terbalik, dapat menimbulkan kesan yang salah. Demikian
dengan pula dengan skala yang digunakan haruslah seimbang
karena data yang sama dapat menghasilkan grafik yang
berbeda.
e) Sebaiknya tidak menuliskan angka dalam grafik, kecuali bila
angka yang diahsilkan terlalu besar hingga gambar ordinat
terlalu panjang maka tinggi ordianat dapat dipatahkan
kemudian ditulis angka.
f) Grafik harus diawali dari titik nol agar tidak terjadi kesalahan
interpretasi.
4) Beberapa ketentuan dalam penyajian grafik
a) Judul grafik hendaknya ditulis dengan jelas, singkat, dan
sederhana. Judul grafik dapat diletakkan di atas atau di bawah
grafik.
b) Bentuk grafik harus disesuaikan dengan data yang ada.
Pilihlah bentuk grafik yang menarik.
c) Pembuatan grafik harus menarik.
d) Pemberian warna jangan terlalu banyak sehingga
membingungkan.
e) Bila terdapat keterangan yang diperlukan maka dapat
dituliskan di bawah grafik atau asalkan tidak mengganggu
keutuhan grafik.
5) Macam-macam grafik
Berdasarkan bentuknya:
a) Grafik batang
b) Grafik lingkaran
c) Grafik garis
d) Grafik titik-titik
e) Grafik model
f) Grafik peta
Berdasarkan fungsinya, grafik dapat dibagi menjadi:
a) Perbandingan
b) Kecenderungan
c) Penerangan
Grafik Batang (Bar diagram)
Grafik batang ialah grafik yang berbentuk batang yang penilaiannya
dilakukan berdasarkan tinggi batang. Grafik ini banyak digunakan di
sarana pelayanan kesehatan karena pembuatannya mudah dan
sederhana. Grafik batang dapat digunakan untuk mengadakan
perbandingan beberapa variabel dalam waktu dan tempat yang sama
atau satu variabel dalam waktu dan tempat yang berbeda. dalam
pembuatan grafik batang terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, seperti berikut:
1) Batang dapat digambar tegak atau melintang. Pada umumnya,
grafik batang digambarkan tegak (vertikal) bila variabel yang akan
digunakan merupakan kata yang pendek dan sebaliknya, bila
variabel dengan kata yang panjang maka grafik batang digambar
melintang (horisontal).
Contoh 1:
Angka kelahiran per 1000 penduduk di daerah A dan B
2) Antara dua batang terdapat ruang antara. Sebaiknya ruang antara
lebih sempit daripada batang
3) Lebar batang harus sama dan seimbang agar tidak menimbulkan
interpretasi yang salah.
4) Penggambaran batang harus dimulai dari titik nol
5) Keterangan atau frekuensi sebaikya tidak dicantumkan di dalam
atau di atas batang kecuali bila frekuensi terlalu besar hingga
gambar batang menjadi terlalu panjang maka gambar batang
dapat dipatahkan dan dicantumkan frekuensi atau jumlah di atas
batang
Contoh : Jumlah penderita yang dirawat selama satu tahun

6) Batang dapat digambar berimpitan untuk menggambarkan


kategori dalam satu variabel atau batang, berikutnya merupakan
data kontinu.
Dalam kondisi seperti di atas, batang dapat digambar bersusun.
Untuk kategori yang berbeda dapat diberi warna, diarsir atau titik-
titik, seperti pada grafik

Grafik batang proposional


Grafik batang digunakan untuk membandingkan beberapa
variabel secara absolute. Namun mengadakan perbandingan yang
lebih tepat bila dilakukan secara relatif. Bila data yang akan
digambarkan grafiknya dinyatakan dalam proporsi atau persen maka
grafik batang demikian disebut Grafik Batang Proporsional
(Proportional bar diagram). Grafik ini digunakan untuk mengadakan
perbandingan secara relatif.

Gambar Grafik batang proporsinal

Histogram
Histogram merupakan grafik batang yang disusun secara
teratur dan berimpitan satu dengan yang lain tanpa ruang antara.
Grafik ini diperoleh dari data kuantitatif yang kontinu dalam bentuk
distribusi frekuensi. Lebar setiap batang merupakan proporsi dari
seluruh batang.
Tinggi batang menyatakan frekuensi yang terdapat dalam
kelas interval yang bersangkutan hingga luas setiap batang
merupakan proporsi dari seluruh luas histogram, dimana luas seluruh
histogram sama dengan 1.0 atau 100%. Oleh karena itu, histogram
disebut sebagai diagram luas. Bila distribusi frekuensi dinyatakan
dalam frekuensi relatif pada setiap batang maka disebut histogram
frekuensi relative.
Bentuk histogram frekuensi relatif sama dengan histogram
frekuensi absolut karena setiap batang pada kedua histogram
tersebut merupakan proporsi dari seluruh luas batang histogram.
Histogram banyak digunakan untuk membandingkan frekuensi yang
terdapat dalam interval kelas dan untuk mengetahui pada interval
kelas mana terdapat frekuensi terbesar dan terkecil.
Pedoman pembuatan histogram:
1) Dalam menggambar batang sebaiknya digunakan tepi kelas agar
semua nilai dapat masuk ke dalam kelas interval tersebut.
2) Batang dalam histogram dapat pula digambar berdasarkan nilai
tengah setiap kelas interval.
3) Tidak ada kelas terbuka dalam distribusi frekuensi.

Gambar Histogram

Frekuensi polygon
Frekuensi polygon didapatkan dari menghubungkan titik-titik
tengah dalam batang histogram, dihubungkan satu sama lain.
Frekuensi polygon digunakan untuk membandingkan beberapa
grafik, sehingga grafik frekuensi polygon tidak disertai dengan grafik
histogramnya.
Grafik Lingkaran (Pie diagram)
Grafik lingkaran merupakan grafik yang disajikan dalam
bentuk lingkaran. Grafik lingkaran yang digambar dalam bentuk 3
dimensi disebut pie diagram. Grafik lingkaran digunakan untuk
membandingkan secara relatif kategori-kategori dalam satu variabel.
Cara menggambar grafik lingkaran:
1) Ubah frekuensi menjadi persen
2) Ubah persentase menjadi derajat
3) Gambar setiap frekuensi sesuai ukuran derajat yang dihasilkan.

Gambar Pie Diagram

Grafik Garis (Line Diagram)


1) Grafik garis proporsional (proportional line diagram)
Merupakan grafik garis yang dinyatakan dalam persen. Dapat
digunakan untuk mengadakan perbandingan beberapa variabel
atau perubahan satu variabel yang terjadi dengan berjalannya
waktu. Kedua variabel digambar dari titik yang sama.

2) Grafik frekuensi kumulatif (Ogive)


Ogive dihasilkan dari data frekuensi distribusi kumulatif dan
digunakan untuk mengetahui posisi individu dalam suatu
kelompok.

3) Grafik garis patah-patah


Grafik ini banyak dijumpai pada grafik deret berkala yang
digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu. Dengan grafik patah-patah maka perubahan
yang terjadi dalam suatu kurun waktu akan tampak lebih jelas jika
dibanding grafik lurus atau lengkung. Namun, bila ingin
mengetahui perubahan menyeluruh maka grafik garis lurus akan
tampak lebih jelas daripada grafik patah-patah.
4) Grafik garis lengkung (Kurva)
Kurva merupakan grafik yang dihasilkan secara teoritis. Macam-
macam bentuk kurva:
Berdasarkan simetrisitas
1) Kurva simetris
Dikatakan simetris bila kurva dapat dibagi menjadi dua bagian
yang sama dan sebangun. Kurva dihasilkan dari distribusi teoritis
atau dari pengamatan yang banyak. Contoh: kurva normal, kurva
leptokurtic, dan kurva platikuritik.

2) Kurva asimetris
Disebut juga kurva miring. Kemiringan ditentukan oleh kaki kurva.
Bila kaki kurva miring ke kanan maka disebut skew positive terjadi
bila dalam suatu distribusi frekuensi dimana nilai yang kecil
memiliki frekuensi yang besar dan semakin besar nilai yang
dihasilkan maka semakin kecil nilai frekuensi.
Kaki kurva yang terletak di kiri disebut skew negative terjadi bila
nilai yang kecil mempunyai frekuensi yang kecil dan semakin
besar nilai yang dihasilkan semakin besar pula frekuensinya.

Berdasarkan tinggi puncak


1) Kurva normal (mesokurtik)
Disebut juga kurva Gauss karena bentuk kurva dipopulerkan oleh
Fredrich Gauss. Ciri-ciri kurva normal:
a) Grafik terletak di atas absis
b) Simetris berbentuk lonceng
c) Dihasilkan dari jumlah observasi yang sangat banyak
d) Mempunyai satu puncak
e) Dihasilkan dari data kontinu
f) Luas seluruh kurva sama dengan 1,0 atau 100%
g) Grafik mendekati sumbu X pada penyimpangan 3 SD
h) Bila kaki kurva diperpanjang maka tidak akan menyentuh
absis
i) Luas 1 SD=68%, 2 SD 95,5%, dan 3 SD 99,7% dari seluruh
luas kurva

2) Kurva leptokurtic
Merupakan kurva simetris dengan puncak sama tinggi. Biasanya
diperoleh dari distribusi dengan rentang yang kecil atau dari
distribusi dengan nilai ekstrem pada nilai kecil atau besar.
3) Kurva platikurtik
Kurva ini merupakan kurva yang simetris dengan puncak yang
rendah.
Berdasarkan jumlah puncak
1) Kurva unimodal
Kurva hanya memiliki satu puncak.
2) Kurva bimodal
Kurva memiliki dua puncak.

3) Kurva multimodal
Kurva memiliki banyak puncak.

Berdasarkan bentuk
1) Kurva bentuk J

2) Kurva bentuk L

Diagram Pencar (scattered Diagram)


Grafik pencar dihasilkan dari titik-titik koordinat dan
merupakan grafik kolerasi atau grafik kecenderungan karena
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang
berpasangan. Untuk menggambar grafik pencar dapat dilakukan
dengan menentukan titik-titik pertemuan antara dua variabel yang
berpasangan yang disebut titik koordinat dan dari berbagai titik
koordinat tersebut dihubungkan sehingga membentuk grafik garis.
Bila garis yang terbentuk berupa garis lurus maka dikatakan
grafik kolerasi sederhana atau kolerasi linier. Garis linier yang
bergerak dari kiri ke kanan atas disebut kolerasi positif dan garis
kolerasi bergerak dari kiri atas ke kanan bawah disebut kolerasi
negatif.

Bila garis kolerasi merupakan garis horizontal maka dikatakan


bahwa kedua variabel tidak mempunyai hubungan linier atau kolerasi
linier sama dengan nol.

Bila pada grafik pencar perubahan pada absis diikuti


perubahan ordinat yang sama atau perubahan dengan proporsi yang
tetap maka semua titik-titik koordinat yang dihasilkan akan terletak
pada satu garis lurus yang disebut kolerasi sempurna.

Bila titik-titik koordinat tidak membentuk pola tertentu mungkin


variabel-variabel tersebut tidak mempunyai kolerasi.

Grafik Model (Piktogram)


Grafik ini berbentuk gambar yang mempunyai bentuk aslinya.
Oleh karena itu, disebut grafik model. Grafik model banyak digunakan
untuk member penerangan kepada masyarakat. Misalnya, untuk
menggambarkan jumlah penduduk maka digambar bentuk orang.
Grafik ini harus dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian
orang.
Grafik Peta (Map Diagram)
Grafik ini berupa peta, biasanya terdapat pada instansi yang
mempunyai wilayah kerja, seperti Puskesmas, desa, dan kecamatan.
Grafik ini digunakan untuk mengetahui:
1) Batas desa
2) Lokasi, misalnya Puskesmas, kantor desa atau kantor
kecamatan
3) Grafik peta dapat digunakan untuk menyatakan letak suatu
produksi daerah atau tempat pemukiman penduduk
4) Dan lain-lain.

B. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel


1. Variabel Penelitian
F. N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep
misalnya perempuan dalam konsep jenis kelamin, pemalas dalam konsep
sifat. Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala
yang bervariasi. Variabel juga dapat diartikan atribut dari subjek/ objek
yang akan diteliti yang bervariasi antara satu subjek/ objek yang satu
dengan yang lain.
Penelitian kuantitatif biasanya mengharuskan peneliti melakukan
pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan
instrumen variabel. Selanjutnya peneliti baru dapat melakukan analisis
untuk mencari atau mengetahui kebermaknaan variabel yang diteliti.
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian.
Variabel menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.
Misalnya berat badan, tinggi badan, suhu, motivasi, kinerja perawat,
tingkat pendidikan adalah merupakan contoh variabel karena semua itu
menunjukkan variasi atau attribut seseorang. Selanjutnya warna, ukuran,
berat merupakan atribut dari objek.
Berdasar hubungan antara satu variabel dengan variabel lain,
maka macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)


Variabel bebas atau independen sering disebut juga variabel
prediktor, stimulus, input, antencendent, atau variabel yang
mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat).
Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi.
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel
kriteria, respon, dan output (hasil). Variabel dependen merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel independen (bebas). Biasanya antara variabel independen
dengan variabel dependen tidak dapat dipisahkan, karena masing-
masing tidak bisa berdiri sendiri tetapi selalu berpasangan. Contoh:
1) Pola makan dan Berat badan
Pola makan : Variabel Independen
Berat badan : Variabel Dependen
2) Jenis obat dan Tingkat kesembuhan
Jenis obat : Variabel Independen
Tingkat kesembuhan : Variabel Dependen
c. Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat/
memperlemah) hubungan variabel independen dengan variabel
dependen tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela/ antara yang terletak diantara variabel
independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel
dependen. Contoh perawat yang pandai kinerjanya akan baik, tetapi
dalam kasus tertentu ada perawat yang pandai tetapi ternyata
kinerjanya jelek. Ternyata ia sedang sakit hati dan frustasi sewaktu
melakukan perawatan terhadap pasien. Sakit hati dan frustasi
merupakan variabel intervening yang masih sulit diukur, tetapi ada.
Pada contoh lain dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan
akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup
(panjang pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya,
yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel
penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu
budaya lingkungan tempat tinggal.

Penghasilan Gaya Hidup Harapan Hidup


(Variabel Independen) (Variabel Intervening) (Variabel Dependen)

Lingkungan
d. Variabel Moderator
Tempat Tinggaladalah variabel yang mempengaruhi
Variabel moderator
(Variabel Moderator)
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel ini juga disebut
sebagai variabel independen kedua yang bersifat mempercepat atau
memperlemah. Contoh: hubungan antara dokter dengan pasien di
rumah sakit akan semakin akrab atau baik ketika ada perawat.
Berkaitan dengan kasus tersebut perawat merupakan variabel
moderator yang memperkuat hubungan antara dokter dengan pasien.
Contoh lain hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik
(kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada
pihak ketiga ikut mencampuri. Disini anak adalah sebagai variabel
moderator yang memperkuat hubungan, dan pihak ketiga adalah
sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan.
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila
peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, dan
hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar.

Contoh hubungan variabel independen-moderator, dependen

Pendidikan Keberhasilan Usaha


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Lingkungan
(Variabel Moderator)

Perilaku Suami Perilaku Istri


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Jumlah Anak
(Variabel Moderator)

e. Variabel Pengganggu
Variabel yang mengganggu hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel pengganggu
merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga
tidak akan mempengaruhi variabel utama yang akan diteliti.
Contohnya jika kita akan melakukan penelitian untuk
membandingkan kinerja perawat di rumah sakit swasta dengan
rumah sakit pemerintah. Untuk penelitian ini maka perlu ditetapkan
variabel pengganggunya yaitu tempat kerja, peralatan yang
digunakan dan gaji yang diterima. Variabel ini dapat dilihat pada
kerangka konsep, tersirat kedudukan tiap-tiap variabel/ konsep.
Variabel ini juga tidak mutlak didefinisikan karena sering tidak diukur.
Variabel pengganggu dapat dikendalikan dengan cara dipilih dari
sampel maksudnya menghindari seminimal mungkin sampel yang
mengandung variabel pengganggu atau jika tidak dianalisis setelah
terkumpul semuanya. Serta bila tidak dikendalikan diasumsikan
sama.
2. Skala Pengukuran
Pengetahuan tentang jenis-jenis data sangat menentukan metode
yang akan digunakan dalam pengambilan data dan sebagai alat analisis
apa yang dibutuhkan oleh data tersebut agar lebih bermakna. Jenis-jenis
data atau skala data ini bertingkat menurut tingkatan pengukuran yang
disingkat NOIR. Salah satu yang terpenting dalam pengujian adalah
kesesuaian jenis skala dengan uji yang digunakan. Adapun jenis skala
pengukurannya adalah:
a. Nominal
Data nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut
tingkat pengukurannya. Data nominal ini pada satu individu tidak
mempunyai variasi sama sekali, jadi 1 individu hanya punya 1 bentuk
data. Contoh data nominal diantaranya yaitu: jenis kelamin, tempat
tinggal, tahun lahir, dll. Setiap individu hanya akan mempunyai 1 data
jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Data jenis kelamin ini
nantinya akan diberi label dalam pengolahannya, misalnya
perempuan= 1, laki-laki= 2.
1) Nominal dikotomi diskrit
Contoh data disktri dikotomi adalah status pernikahan 1: menikah
0: tidak menikah, jenis kelamin 1: laki-laki 0: perempuan
2) Nominal dikotomi kontinyu
Suatu data yang sifatya interval yang selanjutnya dikategorikan
dalam dua kategori, misalnya terdapat data tentang berat badan
bayi, selanjutnya dikategorikan dalam BBLR bila BBL < 2500 gr
dan non BBLR bila BBL > 2500 gr. Hb ibu hamil bila <11 gr/dl
dikategorikan anemia, bila >11 gr/dl dikategorikan non anemia.
b. Ordinal
Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data
kualitatif. Contoh dari data ordinal yaitu penskalaan sikap individu.
Penskalaan sikap individu terhadap sesuatu bisa diwujudkan dalam
bermacam bentuk, diantaranya yaitu: dari sikap Sangat Setuju (5),
Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).
Pada tingkatan ordinal ini data yang ada tidak mempunyai jarak data
yang pasti, misalnya: Sangat Setuju (5) dan Setuju (4) tidak diketahui
pasti jarak antar nilainya karena jarak antara Sangat Setuju (5) dan
Setuju (4) bukan 1 satuan (5-4). Dimaknakan rangking atau
peringkat, misalnya rangking 1, 2, 3, 4, 5, dst.
c. Interval
Data interval mempunyai tingkatan lebih rendah dari data
rasio. Data rasio memiliki jarak data yang pasti namun tidak memiliki
nilai nol mutlak. Contoh dari data interval ialah hasil dari nilai ujian
matematika. Jika A mendapat nilai 10 dan B mendapat nilai 8, maka
dipastikan A mempunyai 2 nilai lebih banyak dari B. Namun tidak ada
nilai nol mutlak, maksudnya bila C mendapat nilai 0, tidak berarti
bahwa kemampuan C dalam pelajaran matematika adalah nol atau
kosong.
d. Ratio/rasio
Data rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio
memiliki jarak antar nilai yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak yang
tidak dimiliki oleh jenis-jenis data lainnya. Contoh dari data rasio
diantaranya berat badan, panjang benda, jumlah satuan benda. Jika
kita memiliki 10 bola maka ada perwujudan 10 bola itu, dan ketika
ada seseorang memiliki 10 bola maka seseorang tersebut tidak
memiliki bola satupun. Data rasio dapat digunakan dalam komputasi
matematik, misalnya A memiliki 10 bola dan B memiliki 8 bola, maka
A memiliki 2 bola (10-8) lebih banyak dari B. Sebagai contoh
misalnya diperoleh data dari pengumpulan data tentang Hb ibu hamil
pada 10 responden, tentukan raking (untuk memperoleh data
ordinalnya) dan buatlah dalam dikotomi kontinyu nominal.

Tabel Macam-macam Jenis Data

No Hb Rang Kateg
res (Interva ki ori
pon l) n (Nomi
den g nal
(Ordi )
n
al
)
1 11,5 7 1
2 12,6 1 1
3 12,5 2 1
4 11,7 6 1
5 11,9 5 1
6 12,4 3 1
7 12,3 4 1
8 10,6 9 0
9 10,5 10 0
10 10,7 8 0
Dari data I tersebut diatas dapat diketahui bahwa data yang
dikumpulkan adalah data dengan skala interval/rasio. Yaitu 11,5;
12,610,7.
Dari data interval tersebut, kita dapat membuat data ordinal
yaitu dengan cara merangking, yaitu prosedur mengurutkan data dari
yang tertinggi ke yang terendah. Data tertinggi sebagai rangking atas
dan data terendah sebagai rangking bawah. Ada kalanya rangking
yang terjadi adalah ada nomor yang sama misalnya rangking 2 ada
yang sama yaitu dua orang misalnya rangking 2 dengan nilai 11,5
dan 11,5, maka cara merangking dalam statistik adalah (2+3)/2, maka
akan ketemu nilai 2,5, maka rangking kedua data tersebut adalah 2,5
dan 2,5. Namun demikian rangking 3 tidak ada dan langsung
melompat pada rangking 4. Contoh lain misalnya ada data yang
sama sebanyak 3 data (11,5; 11,5; 11,5) karena termasuk ranging 2,
maka rangking yang terjadi adalah 2,3 dan 4 dan dibagi dengan 3
orang, maka akan diperoleh (2+3+4)/3 dan diperoleh rangking 3,
maka ada 3 orang yang mendapatkan rangking 3, rangking
selanjutnya adalah rangking dibawahnya dan dimulai dari 5,6,7 dst.
Dari data interval tersebut, maka kita dapat memperoleh data
dikotomi kontinu artinya data yang dikategorikan dalam 2 jenis data
yang bersifat kontinu, artinya data yang diperoleh dari pengukuran.
Cara mengkategorikan data dalam dikotomi kontinu adalah dengan
menentukan titik bagi dalam 2 kategori adalah nilai 11,00 gr/dl, (nilai
batasan ini berdasarkan nilai yang telah ditentukan dari kajian
pustaka, bahwa kategori anemia adalah bila HB ibu hamilnya kurang
dari 11,00 gr/dl maka dapat dikatakan bahwa ia tidak anemia).
Adapun apabila data yang diperoleh tidak diketahui nilai yang
digunakan dalam mengkategorikan data tersebut maka dapat
berdasarkan ukuran dari salah satu tendesi pusatnya, yaitu dapat
digunakan nilai rata-rata (mean) atau berdasarkan niali tengahnya
(median). Sehingga yang dikatakan positif adalah bila data yang
diperoleh > mean dan negatif bila data yang diperoleh < mean. Skala
data akan menentukan jenis uji statistik yang akan digunakan dalam
menguji suatu hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
Ada lagi jenis data yang sering disebutkan dalam statistik
yaitu data Parametrik dan Non-Parametrik. Jika NOIR (nominal,
ordinal, interval, dan rasio) adalah pembagian data menurut tingkatan
pengukuran, pembagian parametrik dan non-parametrik dipengaruhi
oleh karakteristik empirik dari data tersebut. Pengetahuan tentang
batasan data parametrik dan non-parametrik ini sangat penting
karena pada proses analisis memang dibedakan untuk masing-
masing jenis data tersebut.
Suatu data disebut sebagai data parametrik bila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1) Normally distributed data. Data yang mempunyai distribusi normal
adalah data yang dapat mewakili populasi yang diteliti. Secara
kasat mata bisa dilihat histogram dari data yang dimaksud,
apakah membentuk kurva normal atau tidak. Tentu saja cara ini
sangat subyektif. Cara lainnya yaitu dengan melakukan uji
normalitas pada data yang dimaksud.
2) Homogenity of variance. Varian dari data yang dimaksud harus
stabil tidak berubah secara sistematis pada keseluruhan data.
Homogenity of variance dapat diketahui dengan melakukan tes
tertentu. Untuk jenis-jenis analisis tertentu SPSS secara otomatis
menyertakan hasil tes ini.
3) Interval data. Data yang dimaksud minimal merupakan data
interval.
4) Independence. Data yang diperoleh merupakan data dari tiap
individu yang independen, maksudnya respon dari 1 individu tidak
mempengaruhi atau dipengaruhi respon individu lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Cara penyajian data dapat
disajikan dalam bentuk tulisan, bentuk tabel, dan bentuk grafik. Pada
penelitian, variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian.
Macam-macam variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas, variabel
terikat, variabel intervening, variabel moderator, dan variabel pengganggu.
Pengetahuan tentang jenis-jenis data sangat menentukan metode yang akan
digunakan dalam pengambilan data. Skala pengukuran dapat dilakukan
dengan cara nominal, ordinal, interval, dan rasio.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa sebaiknya mempelajari dan memahami tentang
teknik penyajian data, variabel, dan skala pengukuran variabel agar di
kemudian hari dapat diterapkan dalam pembuatan penelitian.
2. Bagi Pembaca
Sebaiknya pembaca memahami teknik penyajian data, variabel, dan
skala pengukuran variabel sehingga dapat dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan tambahan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia

Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Вам также может понравиться