Вы находитесь на странице: 1из 6

MATERI

ILUSI UANG
(MONEY ILUTION)

Dosen Pengaajar:
Dr. Moh. Adenan, M.M

Oleh :
Akmal Farhan Danafiah (160810101083)
Geta Novira (160810101084)
Maritsa Rizkiyah (160810101085)
Cindy Fladelia Rosa (160810101101)
Fengky Hermawan (160810101107)

Ruang 09.I Kelas E

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Money illusion adalah kecenderungan seseorang untuk menilai uang pada nilai
nominalnya lebih daripada nilai riilnya. Maksudnya adalah dalam mengartikan uang, orang
akan lebih senang dengan melihat berapa besar nilai nominal uang daripada berapa nilai riil
dari uang tersebut untuk memainkan fungsi utama uang sebagai alat tukar. Atau dengan kata
lain ilusi uang (money illusion) adalah ketika orang dibingungkan oleh nilai nominal uang
dengan nilai riilnya. Ilusi uang biasanya terjadi jika ada perubahan nilai uang, baik nilai riil
maupun nilai nominal dari uang tersebut. Merujuk pada definisi tersebut, tampak bahwa ada
kesalahpahaman mendasar tentang uang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ilusi Uang?
2. Apa penyebab terjadinya Ilusi Uang?
3. Apa dampak fenomena Ilusi Uang?
4. Bagaimana cara mencegah atau cara meminimalisasi fenomena Ilusi Uang?
5. Dimana dan kapankah Ilusi Uang pernah terjadi?
6. Mengapa mahasiswa/i S1 jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan perlu mempelajari
tentang ilusi uang?

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk memenuhi tugas kelompok tentang Ilusi Uang
2. Untuk memberi pengetahuan tentang Ilusi Uang agar dapat menambah pengetahuan
mahasiswa/i S1 jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Jember.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sebelum mengenal istilah ilusi uang hendaknya harus mengenal makna dari nilai
nominal dan nilai riil uang. Nilai nominal uang adalah nilai uang yang sesuai dengan yang
tertera pada uang tersebut, sedngkan riil uang adalah nilai daya beli uang terhadap suatu
komoditas. Money Illusion atau ilusi uang adalah fenomena ketika seseornag cenderung
untuk berpikir tentang uang berdasarkan nilai nominalnya daripada nilai riil uang tersebut
(Shafir, Diamond, & Tversky, 1997). Isitilah ilusi uang ini pertama kali dicetuskan oleh
Fisher (1928), menurut Fisher ilusi uang adalah kegagalan seseorang dalam memahami
menurunnya atau meningkatnya nilai riil suatu mata uang. Dari beberapa pengertian para ahli,
dapat didimpulkan bahwa ilusi uang adalah kecenderungan masyarakat yang lebih
mementingan nilai nominal uang daripada nilai riil uang.
Semisal terdapat seorang pekerja yang menerima kenaikan upah sebesar 10% dan ia
merasa senang, namun tingkat inflasi tahun tersebut juga sebesar 10%. Sebenarnya upahnya
hanya naik secara nominal, namun tidak secara riil. Daya beli pekerja tersebut tidak
bertambah. Hal tersebut dikarenakan ia tidak mampu membeli barang lebih banyak dari yang
mampu dibelinya dengan upah sebelumnya, karena rata-rata harga barang juga naik 10%.
Namun nyatanya pekerja tersebut akan senang karena ia beranggapan bahwa upahnya telah
naik, padahal daya beli riilnya tetap sama. Anggapan pekerja tersebut adalah apa yang disebut
dengan Ilusi Uang.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor Eksternal atau faktor yang berasal dari luar dapat berupa redenominasi dan
kebijakan pemerintah berupa pergantian mata uang. Redenominasi sendiri adalah salah satu
kebijakan pemerintah menyederhanakan atau memotong nilai nominal uang dengan
menghilangkan angka nol suatu mata uang tanpa memotong nilai riil mata uang tersebut.
Redenominasi berbeda dengan sanering. Redenominasi dilakukan dalam kondisi ekonomi
yang stabil dan menuju ke arah yang lebih sehat, sedangkan sanering dilakukan saat kondisi
ekonomi sedang kurang sehat. Tujuan redenominasi rupiah adalah guna mempermudah
masyarakat dalam melakukan transaksi. Pada setting redenominasi, ilusi uang dapat terjadi
karena nilai nominal mata uang tersebut telah berubah. Redenominasi pun dapat
menyebabkan overspending dan underspending terjadi, yang dapat dilihat dari adanya
perbedaan WTP (willing to pay atau daya beli) seseorang akibat adanya redenominasi.
Semakin besar nominal suatu mata uang maka akan semakin menurunkan WTP seseorang,
sehingga ketika orang tersebut dihadapkan pada mata uang lain dengan nominal yang lebih
besar dari nilai nominal mata uangnya maka ia cenderung underspending, dan jika ia
menghadapi mata uang lain dengan nilai nominal yang lebih kecil dari nilai nominal mata
uangnya maka ia cenderung overspending. Ilusi uang seperti itu disebut face value effect.
willingness to pay adalah seberapa besar seseorang berani mengeluarkan uang untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa, sehingga willing to pay juga termasuk indikator
terjadinya ilusi uang
Sedangkan pergantian mata uang adalah pergantian mata uang lama dengan mata
uang baru yang dilakukan oleh pemerintah seperti yang terjadi di Jerman, yaitu pergantian
mata uang DM ke Euro. Perbandingan nilai nominal dan riil suatu mata uang tidak selalu
konstan sama, biasanya hal tersebut dipengaruhi inflasi, deflasi ataupun kebijakan khusus
yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara. Dalam hal ini berarti inflasi juga memiliki
hubungan dengan fenomena ilusi uang. Bagaimana tidak, jika pada suatu negara terjadi
peningkatan inflasi hingga menyebakan naiknya harga barang-barang yang cukup signifikan,
maka daya beli masyarakat pun akan berkurang. Pada saat itu mayoritas masyarakat biasanya
kurang terfokus dengan dampak inflasi berupa kenaikan harga tersebut, mereka lebih
berfokus kepada jumlah nominal pendapatan yang ingin mereka dapatkan untuk
meningkatkan daya belinya dibandingkan dengan berfokus bahwa jika suatu pendapatan
meningkat disaat inflasi juga meningkat, sesungguhnya nilai riil pada pendapatan mereka
tetap. Sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi atau deflasi dapat menyebabkan fokus
masyarakat berubah kepada nilai nominal uangnya.
Faktor internal terjadinya ilusi uang yaitu adalah pola pikir dan kurangnya
pengetahuan. Pola pikir yang dimaksud adalah masyarakat mayoritas telah terdoktrin di
pikiran mereka tentang nilai nominl mata uang, sekamin banyak angka yang tertera pada
uang maka semakin tinggi nilai uang tersebut atau semakin banyak nilai nominal pada uang
yang mereka kumpulkan menandakan semakin kaya pula mereka. Masyarakat sebagai pelaku
ekonomi diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup luas dalam sebuah perekonomian
agar terciptanya keseimbangan. Dengan pengetahuannya diharapkan masyarakat dapat
mendukung dan membantu pembangunan perekonomian tanpa menyebabkan sebuah
fenomena ekonomi yang dapat menghambat pembangunan perekonomian seperti ilusi uang
ini.
C. Dampak Yang Diakibatkan
Selain indikator dari ilusi uang, willing to pay atau daya beli juga termasuk dalam
dampak terjadinya ilusi uang. Ketika terjadi ilusi uang, daya beli masyarakat masyarakat
dapat berkurang atau bertambah tergantung dengan nilai nominal uang yang mereka miliki.
Selain itu juga mengakibatkan tidak seimbangnya perekonomian. Jika masyarakat lebih
berfokus kepada nilai riil uang, maka akan terjadi keseimbangan. Mengapa demikian karena
jika seseorang menilai uang berdasarkan nilai riilnya, maka mereka akan lebih mengerti jika
nilai uang itu bertambah atau tidak dengan dipengaruhinya faktor eksternal seperti inflasi dan
lain-lain. Sehingga, redenominasi dan penggantian mata uang yang dilakukan pemerintah
untuk menuju ke arah perekonomian sehat juga akan menjadi suatu kebijakan yang akan
berjalan lancar tanpa terjadinya ilusi uang.
Beberapa ahli ekonomi memandang ilusi uang mengakibatkan sulitnya menurunkan
upah. Jika pekerja menolak menerima upah yang lebih kecil saat harga-harga turun, maka hal
tersebut salah, karena hal ini berarti upah riil mereka mengalami kenaikan. Sementara
penolakan tersebut berdampak bagi perusahaan, karenanya pendapatan perusahaan akan
mengalami penurunan jika pekerja terus meminta kenaikan upah meskipun harga-harga
barang turun, maka pada tingkat tertentu perusahaan akan tidak mampu lagi membayar upah
pekerjanya. Hal tersebut memaksa perusahaan memecat pekerja, sehingga timbul banyak
pengangguran. Sebaliknya, jika tidak ada ilusi uang dan pekerja bersedia diturunkan upahnya
saat harga-harga barang turun, hal ini mungkin tidak akan terjadi.

D. Cara Menanggulangi
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pnyesuaian masyarakat menjadi indikator
ilusi uang. Sebagai pelaku ekonomi, masyarakat menjadi variabel yang cukup penting dalam
sebuah perekonomian. Dalam fenomena ilusi uang masyarakat memegang peran penting.
Untuk mengurangi atau mentiadakan ilusi uang dapat dilakukan dengan cara mengubah pola
pikir masyarakat dengan memberi pengetahuan tentang nilai riil uang. Pemberian
pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan cara sosialisasi secara langsung pada setiap
daerah-daerah atau dengan iklan layanan masyarakat pada sebuah media mengenai apa yang
dimaksud nilai nominal dan riil dari uang. Sehingga diharapkan masyarakat akan dapat
menilai uang dari nilai riilnya pula. Apabila pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk
arah perubahan seperti redenominasi dan pergantian mata uang, maka masyarakat tidak akan
menghambat lagi kebijakan tersebut dengan fenomena ilusi uang. Sebenarnya fenomena ilusi
uang dapat hilang ketika masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan nilai nominal pada
uang yang berubah, seperti yang terjadi di Turki pada tahun 2006.

E. Contoh Nyata
Pada tahun 2006, terdapat sebuah penelitian oleh Amado, Tekozel, Topsever, Ranyard,
Missier, dan Bonini melakukan penelitian untuk melihat kamampuan beradaptasi masyarakat
Turki terhadap mata uang redenominasi. New Turkey Lira pada saat itu berbeda enam angka
nol dari mata uang Turkey Lira. Amado sempat menemukan terjadinya ilusi uang pada saat
studi pertamanya. Namun pada studi kedua yang dilakukan 6 bulan setelah redenominasi,
Amado dan kawan-kawannya menemukan bahwa masyarakat Turki sudah dapat beradaptasi
terhadapt perubahan yang terjadi pada mata uang mereka. Kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi dapat dikatakan bahwa mereka terlepas dari ilusi uang.
Redenominasi uang dahulu pernah dilakukan di Indonesia pada tahun 1966 tetapi
gagal, pemerintah Indonesia pernah melakukan penyederhanaan nilai nominal pada mata
uang Rupiah. Waperdam III Chairul Saleh mengganti uang lama dengan uang baru dengan
kurs Rp1.000 akan diganti Rp1 baru. Efeknya inflasi segera melonjak 650% dan Bung Karno
mengeluarkan Supersemar 11 Maret 1966. Pada saat itu kemungkinan masyarakat Indonesia
juga mengalami fenomena ilusi uang.

Вам также может понравиться