Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.

1 Tahun 2016

PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE IKAN NILA (Oreochromis. Sp) STRAIN MERAH
DAN STRAIN HITAM YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS
M. Yusuf Arifin1
Abstract
This research aims to test the growth and survival of fish tilapia (Oreochromis. SP) strains of red
and black strains maintained at Tanjung Jabung Regency in the embankment of the Western media in
salinity of the water. The results of this research diharapan one of the strains of Tilapia fish can serve
as an alternate replacement for the cultivation of shrimp that are considered not suitable to be kept on
a farm in the area.
This research was conducted in September through December 2015 which is located in the village
of Tanjung Jabung Regency Dualap River West of Jambi. The fish test fish tilapia strains used are red
and black strains obtained from Freshwater Cultivation Hall (BBAT) Jambi with a weighted average
of 8 grams/tail.
The parameters observed is the growth rate and survival rate. The data obtained were analyzed
statistically using t-Test. Maintenance of test fish was performed for 60 days with a time of sampling
that is day 0, 30, 60, and 90 day.
Keyword : growth, media in salinity

PENDAHULUAN tersebut tetap beroperasi atau produktif guna


Pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sekitar menunjang perekonomian masyarakat sekitar
tahun 2003 - 2005, tambak didaerah tambak yang mayoritas mengandalkan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat pernah produksi tambak tersebut sebagai sumber
dicoba membudidayakan udang windu, namun penghasilan.
tingkat keberhasilannya sangat rendah, bahkan Ikan nila (Oreochromis niloticus) dianggap
ada yang gagal panen. Hal ini dikarenakan paling cocok untuk dibudidayakan pada
kondisi tambak yang tidak cocok untuk tambak di daerah Kabupaten Tanjung Jabung
budidaya udang windu, sementara lahan yang Barat, karena ikan ini memiliki kelebihan
akan digunakan untuk tambak udang harus yaitu; dapat tumbuh dan berkembangbiak di
memperhatikan daya dukung (carrying perairan dengan salinitas 0-28 ppt. Ikan nila
capacity) lingkungan yang dipengaruhi oleh lebih cepat menyesuaikan diri terhadap
kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan, kenaikan salinitas karena organ-organ
iklim, kondisi tanah pantai dan hutan bakau, tubuhnya cepat merespon perubahan
(Hermanto, 2007). lingkungan yang terjadi (Anggawati,1991 ;
Kondisi tambak dengan kedalam air yang Tonnek, 1991; Suryanti, 1991).
hanya mencapai 60 cm saat terjadi surut Berdasarkan uraian diatas, perlu kiranya
diduga juga sebagai penyebab gagalnya dilakukan penelitian tentang budidaya ikan
budidaya pembesaran udang di daerah nila pada tambak di daerah Kabupaten
tersebut. Menurut Kordi (1997), kegiatan Tanjung Jabung Barat. Saat ini ikan nila
budidaya udang dibutuhkan unit/tempat memiliki banyak strain, oleh karena itu
dengan kedalaman air minimal 1,5 m. Selain penelitian ini dilakukan guna melihat
itu, perairan didaerah Tanjab Barat merupakan pertumbuhan mana yang paling baik dari dua
lingkungan estuarin, hal ini juga menghambat strain ikan nila yang akan diuji yaitu strain
kegiatan budidaya udang, karena pada hitam dan strain merah.
umumnya kondisi air di lingkungan estuarin Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
selalu keruh akibat banyaknya suspensi bahan mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan
padatan. Menurut Handajani (2002) bahwa, air hidup ikan nila strain hitam dan strain merah
tambak untuk budidaya udang harus jernih yang dipelihara pada tambak di Kabupaten
atau tidak keruh, karena air yang keruh akibat Tanjung Jabung Barat.
suspensi bahan padatan yang berlebih akan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menghambat proses pernafasan udang. Oleh memberikan contoh atau mengarahkan para
karena itu perlu seegera dicari alternatif petani tambak didaerah Kabupaten Tanjung
pengganti udang agar tambak didaerah Jabung Barat untuk membudidayakan ikan nila
(Oreochromis sp) sebagai alternatif pengganti
budidaya udang windu.
1
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Hipotesis
Batanghari
159
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Berdasarkan uraian diatas dapat mossambicus (Mujair), Oreochromis niloticus


dirumuskan hipotesis bahwa perbedaan strain (ikan nila), Oreochromis hornorum, dan
ikan nila (Oreochromis. Sp) yang dipelihara Oreochromis aureus (Sucipto, dan Prihartono,
pada tambak di Kabupaten Tanjung Jabung 2007). Ikan ini banyak dikembangkan dan
Barat dengan media air bersalinitas dibudidayakan oleh petani pembesar di
memberikan pengaruh terhadap laju Indonesia karena memiliki bentuk yang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan hampir menyerupai ikan kakap merah, dan
nila. rasanya dagingnya pun tidak jauh berbeda
TINJAUAN PUSTAKA dengan ikan kakap merah. Ikan ini juga sering
Biologi ikan Nila ( Orechromis. sp) dijadikan ikan hias karena memiliki warna
Ikan nila merupakan jenis Tilapia yang yang menarik. Untuk lebih jelasnya bentuk
berasal dari perairan di lembah sungai Nil ikan nila merah dapat dilihat pada Gambar 1.
Afrika, dan pertama kali didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1969, 1990, dan 1994
yang masing-masing berasal dari Taiwan,
Thailand, dan Filipina.
Ikan nila termasuk kedalam Filum
Chordata, Klas Pisces, Sub klas Teleostei,
Ordo Percomorphi, Subordo percoidea, Famili
Cichlidae, Genus Oreochromis, dengan
Species Oreochromis Sp. (Sucipto, dan
Prihartono, 2007).
Secara umum karakteristik ikan ini yaitu;
bentuk tubuh agak memanjang dan pipih, Gambar 1. Ikan Nila
memiliki garis vertical berwarna gelap Strain Merah (Oreochromis.
sebanyak 6 buah pada sirip ekor, pada bagian Sp)
tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah Ikan Nila Hitam
10 buah, dan pada ekor terdapat 8 buah garis Menurut Bastiawan dan Wahid (2008),
melintang yang ujungnya berwarna kehitam- secara genetik ikan nila GIFT (Genetic
hitaman. Mata agak menonjol dan Improvement for Farmed Tilapia) telah
pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan
letak mulut terminal, posisi sirip perut dan produktivitas yang lehih tinggi
terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan dibandingkan dengan jenis ikan nila lain.
linea lateralis terputus menjadi dua bagian, Selain itu, ikan nila mempunyai sifat
letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah omnivora, sehingga dalam budidayanya akan
sisik pada garis rusuk berjumlah 34 buah, sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah.
memiliki 17 jari-jari keras pada sirip Menurut Trawavas (1982) dalam Mubinun
punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah dkk (2004), klasifikasi ikan nila adalah sebagai
jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari lemah, berikut; Kingdom Animalia, Filum Chordata,
sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari Subfilum Vertebrata, Kelas Pisces, Subkelas
lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak Teleostei, Ordo Perchomorphi, Subordo
(Kordi, 1997). Perchoidae, Famili Chiclidae, Genus
Ikan Nila Merah Oreochromis, Spesies Oreochromis sp, Strain
Menurut Sucipto, dan Prihartono (2007), GIFT.
klasifikasi Ikan nila merah adalah sebagai Berdasarkan ciri-cirinya ikan ini memiliki
berikut; Kingdom Animalia, Filum Chordata, bentuk tubuh panjang dan ramping, bersisik
Subfilum Vertebrata, Kelas Pisces, Subkelas besar dan kasar, gurat sisi terputus dibagian
Teleostei, Ordo Perchomorphi, Subordo tengah badan kemudian berlanjut yang
Perchoidae, Famili Chiclidae, Genus letaknya lebih bawah dari garis yang
Oreochromis, Spesies Oreochromis sp, Strain memanjang diatas sirip dada, memiliki sirip
Hibrida. yang berwarna hitam dengan rumus sirip
Ikan nila merah yang saat ini banyak punggung (D XV, 10), sirip ekor ( D II, 15),
dikembangkan di Indonesia merupakan ikan sirip perut (V 1,6), dan warna tubuh kehitaman
nila tetrahibri yang merupakan hasil dengan bagian perut berwarna putih (Mubinun
persilangan empat spesies yang berbeda dari dkk, 2004).
genus Oreochromis, yaitu Oreochromis
160
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

didalam air untuk pembesaran ikan nila


sebaiknya kurang dari 15mg/liter.
Salinitas
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007),
Ikan nila hitam lebih toleran terhadap
lingkungan payau, dan ikan nila hitam tumbuh
sangat baik pada salinitas 15 g/liter, serta blue
tilapia (Tilapia aurea) tumbuh dengan baik
pada salinitas hingga diatas 20 g/liter.
Menurut Kordi (1997), pada umumnya
Gambar 2. Ikan Nila (Oreochromis. Sp) strain organisme air payau hidup pada kisaran
hitam salinitas 2 25 ppm, akan tetapi ada spesies
Kualitas Air ikan yang mampu mentolelir kisaran salinitas
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) yang tinggi seperti ikan dari famili Cichlidae
faktor lingkungan terpenting yang (Ikan Nila dan Mujair).
mempengaruhi kualitas air antara lain kadar Menurut Bastiawan dan Wahid (2008),
oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, untuk pembesaran nila di tambak, pada awal
salinitas, suhu air, derajat keasaman (pH), dan pengisian air diusahakan kadar garamnya
ammonia. sekitar 0 5ppt dan selanjutnya bisa dinaikan
Oksigen Terlarut selama masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
Ikan memerlukan oksigen terlarut untuk Suhu
bernafas dan pembakaran makanan yang Menurut Sucipto dan Prihartono (2007),
menghasilkan energi untuk berenang, suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan,
pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain suhu mematikan (lethal) berkisar antara 10 -
(Sucipto dan Prihartono (2007). Kadar oksigen 11C selama beberapa hari, suhu dibawah 16 -
terlarut didalam air dipengaruhi oleh suhu, 17C akan menurunkan nafsu makan ikan,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer, serta suhu dibawah 21C akan memudahkan
sementara berkurangnya kadar oksigen terlarut terjadinya serangan penyakit. Suhu yang
dipengaruhi oleh meningkatnya suhu, optimal untuk budidaya ikan adalah berkisar
ketinggian, dan berkurangnya tekanan 28 - 32C.
atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996, dalam Derajat Keasaman (pH)
Effendi, 2000). Menurut Kordi (1997) nilai pH dapat
Oksigen terlarut merupakan salah satu digunakan sebagai gambaran tentang
parameter yang dapat digunakan sebagai kemampuan suatu perairan dalam
pilihan utama untuk menentukan layak- memproduksi garam mineral, yang mana bila
tidaknya air untuk budidaya ikan.. Secara pH tidak sesuai dengan kebutuhan organisme
umum, ikan nila dapat hidup dalam air dengan yang dipelihara, akan menghambat
kandungan oksigen 3 >5 mg/liter. Namun pertumbuhan ikan. Secara umum angka pH
menurut Sucipto dan Prihartono (2007), untuk yang ideal adalah antara 4 9, namun untuk
meningkatkan produktivitas ikan, kandungan pertumbuhan yang optimal untuk ikan nila, pH
oksigen terlarut dalam air sebaiknya dijaga yang ideal adalah berkisar antara 6 8.
pada level diatas 5 mg/liter, sementara jika Dalam dunia perikanan nilai pH digunakan
kandungan oksigen terlarut berada dibawah 3 sebagai gambaran tentang kemampuan suatu
mg/liter dapat menyebabkan penurunan laju perairan dalam memproduksi garam mineral.
pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan akan terhambat bila pH
Karbondioksida (CO2) tidak sesuai dengan kebutuhan organisme
Karbondioksida merupakan hasil buangan tersebut.
dari adanya proses pernafasan oleh setiap Amonia (NH3)
mahluk hidup, yang mana nilai karbondioksida Menurut Sucipto dan Prihartono (2007),
(CO2) didalam perairan ditentukan oleh pH Amonia merupakan hasil akhir dari adanya
dan suhu (Kordi, 1997). proses penguraian oleh protein terhadap sisa
Jumlah karbondioksida dalam air yang pakan dan hasil metabolisme ikan yang
bertambah akan menekan aktivitas pernapasan mengendap didalam perairan. Di perairan, gas
ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh amonia (NH3) akan mudah larut dan
hemoglobin sehingga dapat membuat ikan membentuk amonium hidroksida (NH4OH)
menjadi stress. Kandungan karbondioksida yang berdisosiasi menghasilkan ion
161
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

ammonium (NH4+) dan hidroksil (OH). (6) GPS / Global Position System, (7)
Amonium yang tidak berdisosiasi (NH4OH) Serok, (8) Baskom, (9) Anco.
bersifat toksik (racun), namun NH4+ hampir Metode Penelitian
tidak membahayakan. Menurut Sucipto dan Pengumpulan data dilakukan dengan
Prihatono (2007), amonia (NH3) adalah hasil metode penarikan sampel yang diambil secara
utama dari pengurairan protein dan merupakan acak. Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan
racun bagi ikan, karena itu kandungan NH3 dengan cara sampling 5% dari biomassa ikan
dalam perairan dianjurkan tidak lebih dari pada hari 0, 30, 60, dan 90 hari setelah
0,016 mg/liter. penebaran (Anggawati, 1991).
Untuk lebih jelasnya, kisaran optimal Data pertumbuhan diperoleh melalui
parameter kualitas air untuk budidaya ikan nila pengambilan data bobot dan panjang tubuh
(Sukadi dkk, 1989, dalam Sucipto dan ikan. Sebagai data pendukung, dilakukan
Prihartono, 2007), dapat dilihat pada Tabel 1 pengukuran kualitas air dengan parameter
berikut : berupa oksigen terlarut, suhu, salinitas, dan
Tabel 1. Kisaran Optimal Kualitas Air pH.
untuk Budidaya Ikan Nila Pelaksanaan Penelitian
(Orechromis sp) Padat tebar yang digunakan adalah 5
Parameter Nilai ekor/m, sehingga untuk luas tambak 400 m di
tebar benih sebanyak 2000 ekor dengan jumlah
Suhu 20 30C
ikan nila strain hitam dan merah masing-
Salinitas 0 15 g/liter masing 1000 ekor untuk setiap tambak.
pH 6 8 Pakan yang diberikan berupa pellet apung
Oksigen Terlarut Minimal 3 mg/liter dengan kadar Protein 30%, Lemak 5%,
Karbondioksida Maksimal 15 mg/liter Kalsium 2,5%, Phospor 1,5%, dan Abu 12,0%.
Amonia Maksimal 0,16 mg/liter Pakan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh
METODOLOGI PENELITIAN ikan dengan frekwensi pemberian pakan 4 5
Tempat dan Waktu kali/hari. Untuk mempertahankan pH air agar
Penelitian ini dilaksanakan pada tambak di tetap berada pada level 5 8, dilakukan
daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat pengapuran dengan cara memasukkan kapur
tepatnya berlokasi di desa Sungai Dualap yang pertanian ke dalam karung yang diletakkan
berada pada koordinat 00 52 29,0 LU dan pada pintu masuk air tambak.
103 30 39,8 BT, dengan ketinggian tempat Parameter yang di ukur
3 m dpl, dan luas areal tambak yang digunakan Pertumbuhan ikan
adalah 400 m Laju pertumbuhan ikan diukur berdasarkan
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan panjang dan bobot ikan. Pertumbuhan
terhitung dari bulan September sampai berdasarkan panjang digunakan rumus
Desember 2015. Pemilihan lokasi ini menurut Von Bertalanffy dalam Effendi
dilakukan dengan pertimbangan karena daerah (1997);
ini merupakan salah satu pusat kegiatan usaha Lt = L(1 e -kt + Lo . e -kt )
budidaya tambak di Propinsi Jambi. Dimana;
Bahan dan Alat Lt = Panjang ikan pada waktu t
Benih yang digunakan adalah benih ikan Lo = Panjang awal ikan
nila strain hitam, dan strain merah yang L = panjang maksimum
diperoleh dari Balai Budidaya Air Tawar kt = Koefisien pertumbuhan
(BBAT) Propinsi Jambi dengan ukuran benih e = Konstanta (2,718)
5 8 cm dengan bobot tubuh 5 10 gram Perhitungan pertumbuhan berdasarkan berat
per ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan digunakan rumus menurut Effendi (1997);
apung komersial dengan merk dagang g.t
Comfeed dengan kandungan Protein 30%, Wt =Wo. e
Lemak 5%, Kalsium 2,5%, Phospor 1,5%, dan Dimana ;
Abu 12,0%. Sedangan pupuk yang digunakan Wt = Berat pada waktu t
adalah SP 36, dan kapur pertanian. Wo = Berat awal
Alat yang digunakan dalam penelitian ini e = Dasar log natural (2,7182)
yaitu; (1) Penggaris, (2)Timbangan, (3) gt = koefisien pertumbuhan
pHmeter, (4) refraktometer, (5) Thermometer, Kelangsungan Hidup

162
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Data kelangsungan hidup dihitung dengan dalam grafik pada Gambar 4. Berdasarkan
menggunakan rumus menurut Effendi (2002) grafik pada Gambar 4 menunjukkan adanya
yaitu : perbedaan pertambahan bobot antara ikan nila
Jumlah ikan mati strain merah dengan strain hitam. Pada hari ke-
SR x 100% 30 bobot ikan nila strain merah yaitu 32,65
Jumlah ikan hidup gram/ekor lebih berat dari bobot ikan nila
Parameter Kualitas air strain hitam 28,55 gram/ekor, selanjutnya pada
Parameter kualitas air yang diukur yaitu hari ke-60 bobot ikan nila strain merah 78,05
COD, BOD, pH, salinitas, suhu dan Amoniak gram/ekor lebih berat dari ikan nila strain
(NH3). Untuk pH diukur dengan menggunakan hitam 45,5 gram/ekor. Hingga akhir penelitian
pH meter dan kertas lakhmus, salinitas diukur yaitu hari ke-90 bobot rata-rata ikan nila strain
dengan Salinometer, dan suhu diukur dengan merah yaitu 95,75 gram/ekor lebih berat dari
Thermometer. Untuk mendapatkan data ikan nila strain hitam 70,55 gram/ekor.
kualitas air yang lebih akurat, dilakukan
pengukuran kualitas air dengan uji
laboratorium.
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik menggunakan Uji-t dengan bantuan
program SPSS, hasil uji ditampilkan dalam
bentuk grafik atau tabel dengan bantuan
program excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan ikan Gambar 4. Grafik rata-rata pertambahan bobot
Setelah dilakukan pengambilan ikan ikan nila (Oreochromis sp)
sampel sebanyak 5% dari seluruh ikan yang Berdasarkan data pertambahan panjang dan
dipelihara, diperoleh data rata-rata panjang bobot yang diperoleh menunjukkan bahwa
ikan (cm) yang ditampilkan dalam grafik pada pertumbuhan ikan nila strain merah lebih baik
Gambar 3. dari ikan nila strain hitam. Hal ini diduga ikan
Berdasarkan grafik pada Gambar 3 nila merah lebih baik dalam mentolerir
menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05) perubahan salinitas yang terjadi. Kecepatan
pertambahan panjang antara ikan nila strain adaptasi ikan nila terhadap salinitas tidak
merah dengan strain hitam. Pada hari ke- 60 menyebabkan ikan stres. Hal ini terlihat ketika
panjang tubuh ikan nila strain merah awal penebaran benih, ikan nila merah
(15,35cm/ekor) lebih panjang dari nila strain langsung merespon pakan yang diberikan 1
hitam (10,61 cm/ekor). Hingga akhir jam setelah penebaran. Pemanfaatan pakan
penelitian yaitu hari ke-90 panjang rata-rata yang maksimal oleh ikan nila strain merah
ikan nila strain merah 17,56 cm/ekor lebih menyebabkan pertumbuhan yang baik.
panjang dari ikan nila strain hitam yaitu 13,87 Menurut Setiawati dan Suprayudi (2003) ikan
cm/ekor. nila merah yang dipelihara pada media
bersalinitas lebih baik dalam memanfaatkan
sumber energi pakannya.
Berbeda dengan ikan nila strain hitam yang
cenderung bergerombol dan bergerak di
permukaan air mengitari pinggiran tambak.
Perilaku tersebut menunjukkan gejala stress,
ikan mencoba beradaptasi untuk mengenali
lingkungan baru. Ketika ikan dalam kondisi
stres cenderung tidak mau makan sehingga
pasokan energy di dalam tubuh akan
Gambar 3. Grafik rata-rata panjang ikan (cm) digunakan untuk mengembalikan kondisi
selama percobaan homeostasis. Kondisi tersebut akan berdampak
Data pertambahan panjang ikan nila terhadap laju pertumbuhan ikan. Respons stres
tersebut berbanding lurus dengan data yang disebabkan oleh perubahan kondisi
pertambahan bobot ikan nila yang ditampilkan lingkungan dapat ditandai dengan adanya
163
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

perubahan fisiologis dalam jangka pendek atau Tingkat kelangsungan hidup ikan nila
jangka panjang yang menyebabkan pengalihan strain hitam yang lebih rendah dari ikan nila
sumberdaya energi untuk proses vital, proses strain merah diduga karena ikan ini cenderung
tersebut dapat merusak atau mengancam lebih lambat dalam mentolerir media
kondisi homeostasis (Buchanan 2000). Pada bersalinitas. Kadar garam yang terkandung di
kondisi stres terjadi realokasi energi metabolik dalam air media menyebabkan perbedaan
aktivitas investasi (seperti pertumbuhan dan tekanan lingkungan, akibatnya dapat
reproduksi) menjadi aktivitas untuk menurunkan tekanan osmotik jaringan tubuh
memperbaiki homeostasis, seperti respirasi, benih ikan nila. Perubahan salinitas
pergerakan, regulasi hidromineral dan menyebabkan terjadinya pertukaran ion Na+
perbaikan jaringan. dan Ca2+ yang munking tidak seimbang,
Kelangsungan Hidup (Survival Rate) sehingga ikan nila hitam mengalami stress
Hingga akhir penelitian diperoleh data yang mengakibatkan terjadinya kematian.
kelangsungan hidup ikan nila yang disajikan Menurut Wahyurini, (2005) menyatakan
pada Gambar 5. bahwa tekanan lingkungan akibat perubahan
salinitas menyebabkan banyaknya larutan Na+
yang diikuti keluarnya Ca 2+ secara tidak
seimbang akibatnya terjadi penurunan tingkat
kelangsungan hidup hewan uji secara drastis.
Kualitas air
Derajat Keasaman (pH)
Dari awal penelitian hingga akhir
penelitian derajat keasaman (pH) di lokasi
penelitian masih dalam level yang baik yaitu
antara 6 8. Kestabilan Ph tersebut terkait
dengan dilakukannya pengapuran
menggunakan kapur pertanian yang
Gambar 5. Tingkat kelangsungan
dimasukkan kedalam karung dan diletakkan di
hidup ikan nila hingga akhir penelitian
setiap pintu masuk air tambak. Penurunan nilai
Berdasarkan grafik pada Gambar 5
pH pada umumnya terjadi disaat turun hujan
menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan
yang cukup deras, namun setelah terjadi air
hidup ikan nila strain merah adalah 92% lebih
pasang nilai pH akan kembali pada level
tinggi dari ikan nila strain hitam 90%).
normal.
Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan
nila merah disebabkan ikan ini memiliki Oksigen terlarut
Dari hasil pengukuran yang dilakukan,
kemampuan osmoregulasi yang baik pada air
untuk tambak di daerah Kabupaten Tanjung
yang bersalinitas walaupun sebenarnya ikan
Jabung Barat tidak terjadi penurunan kadar
nila adalah ikan air tawar. Menurut Hepher &
oksigen terlarut yaitu tetap berada pada level
Priguinin (1981), bahwa ikan nila mampu
11ppm. Kestabilan ini didukung oleh kondisi
beradaptasi pada media bersalinitas tinggi,
tambak yang luas, yang mana luasnya
karena kemampuan osmoregulasinya cukup
permukaan/penampang akan memberikan
baik. Demikian pula menurut Lim (1989),
peluang masuknya oksigen ke dalam perairan.
yang menyatakan bahwa walaupun habitat
Tersedianya oksigen yang cukup didalam
aslinya ikan nila ini adalah air tawar, namun
perairan akan memberikan peluang yang
ikan ini bersifat euryhalin yaitu mampu hidup
maksimal kepada ikan untuk memanfaatkan
pada media air bersalinitas tinggi. Hasil
oksigen dalam melakukan proses pernafasan
penelitian Setiawati dan Suprayudi (2003),
yang berfungsi untuk membakar makanan
menyatakan bahwa ikan nila merah mampu
yang menghasilkan energi untuk berenang,
mentoleransi perubahan media bersalinitas
pertumbuhan, dan reproduksKarbondioksida
sampai 20. Ikan nila lebih cepat
terlarut.
menyesuaikan diri terhadap kenaikan
salinitas karena organ-organ tubuhnya Karbondioksida
Karbondioksida merupakan hasil buangan
(insang, ginjal dan usus) cepat merespon
dari adanya proses pernafasan oleh setiap
perubahan lingkungan yang terjadi
mahluk hidup, yang mana nilai karbon
(Anggawati,1991 ; Tonnek, 1991; Suryanti,
dioksida (CO2) didalam perairan ditentukan
1991).
oleh pH dan suhu (Kordi, 1997).
164
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Semakin tinggi padat tebar dalam suatu terjadinya serangan penyakit. Suhu yang
unit budidaya maka semakin tinggi pula kadar optimal untuk budidaya ikan adalah berkisar
Karbondioksida yang dihasilkan. Hal ini 28 - 32C.
dikarenakan setiap terjadinya satu kali Suhu air dilokasi penelitian tidak lebih dari
pengambilan 1 (satu) unit oksigen untuk 30 C, dan tidak kurang dari 23 C. Suhu
proses pernafasan oleh satu tertinggi pada umumnya terjadi pada siang hari
individu/organisme maka sudah pasti akan yaitu antara pukul 11.00 15.00 wib, dan suhu
menghasilkan 1 unit karbondioksida. Dengan terendah terjadi pada saat malam hari yaitu
demikian semakin banyak jumlah individu antara pukul 02.00 06.00 wib.
maka semakin banyak pula jumlah oksigen Amonia (NH3)
yang dibutuhkan, dan semakin banyak pula Menurut Sucipto dan Prihartono (2007),
jumlah karbondioksida yang dihasilkan. Amonia adalah hasil akhir dari proses
Tingginya jumlah karbondioksida dalam penguraian protein terhadap sisa pakan dan
air akan menekan aktivitas pernapasan ikan hasil metabolisme yang mengendap didasar
dan menghambat pengikatan oksigen oleh perairan, dan merupakan toksik (racun) bagi
hemoglobin sehingga dapat membuat ikan ikan.
menjadi stress bahkan dapat menyebabkan Meningkatnya kadar amoniak (NH3) ini
kematian. Jika ikan dalam kondisi yang tidak disebabkan banyaknya jumlah sisa pakan dan
sehat (stres) akan menyebabkan ikan tidak hasil metabolisme ikan yang mengendap di
dapat memanfaatkan makanan secara dasar tambak, sementara proses pencucian
maksimal, ikan-ikan tersebut hanya metabolit tidak terjadi secara kontinyu.
mengambil makanan dengan jumlah yang Kondisi perairan yang dipengaruhi oleh
sedikit guna mempertahankan hidup, bukan pasang surut juga mempengaruhi terjadinya
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. pengendapan, yang mana adanya dua arus
Salinitas yang bertemu yaitu arus dari sungai Batang
Perubahan salinitas di kedua lokasi Hari dan dari laut menyebabkan terjadinya air
penelitian ini terjadi secara terus menerus, tenang.
namun masih dalam level yang aman. Naiknya Pengendapan bahan-bahan tersebut akan
kadar garam (salinitas) terjadi pada saat air diproses/diurai oleh bakhteri nitrifikasi yang
pasang naik, yang mana air laut akan berbalik memanfaatkan buangan protein dari ikan yang
arus dan berbaur dengan air tawar. selanjtunya dirombak menjadi amoniak (NH3).
Dari hasil pengamatan dan informasi dari Amoniak tersebut akan sangat berbahaya
warga setempat, salinitas tinggi (12 14ppm) untuk kehidupan ikan jika terjadi perubahan
biasanya terjadi antara bulan November suhu secara mendadak. Kondisi perairan yang
sampai Februari. Informasi tersebut sesuai banyak mengandung amoniak, menyebabkan
dengan hasil pengukuran yang dilakukan saat ikan menjadi stres, lemas, daya tahan tubuh
penelitian yaitu berkisar antara 10 12 ppm menurun, serta nafsu makan rendah, yang
pada bulan September hingga Oktober, dan 12 akhirnya akan menghambat laju pertumbuhan
14 ppm pada bulan November hingga dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Desember. Ikan tidak dapat mentoleransi konsentrasi
Menurut Kordi (1997), pada umumnya amonia yang terlalu tinggi karena dapat
organisme air payau hidup pada kisaran mengganggu proses pengikatan oksigen oleh
salinitas 2 25 ppm, akan tetapi ada spesies darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
ikan yang mampu mentolelir kisaran salinitas kematian (Yudha, 2009).
yang tinggi seperti ikan dari famili Cichlidae SIMPULAN DAN SARAN
(Ikan Nila dan Mujair). Dengan demikian Kesimpulan
dapat dikatakan bahwa salinitas di lokasi Setelah dilakukannya penelitian dan
penelitian masih dalam kisaaran yang sesuai menganalisis data, maka dapat disimpulkan
untuk budidaya ikan nila.. bahwa ;
Suhu 1. Ikan nila strain merah memiliki laju
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007), pertumbuhan dan tingkat kelangsungan
suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan, hidup yang lebih baik dari ikan nila strain
suhu mematikan (lethal) berkisar antara 10 - hitam.
11C selama beberapa hari, suhu dibawah 16 - 2. Ikan nila mampu hidup dan tumbuh baik
17C akan menurunkan nafsu makan ikan, pada media air bersalinitas atau air payau,
serta suhu dibawah 21C akan memudahkan sehingga ikan ini dapat digunakan sebagai
165
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

alternatif pengganti budidaya udang pada Mubinun., Mifta. H., dan Irma (2004), Nila
tambak di Desa Sungai Dualap Kabupaten MERAH (Oreochromis niloticus)
Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi. Penghuni Baru Sungai Gelam. Balai
Saran Budidaya Air Tawar Jambi. Direktorat
Disarankan untuk melanjutkan penelitian Jenderal Perikanan Budidaya.
ini dengan menguji beberapa parameter respon Departemen Kelautan dan Perikanan &
stress ikan nila yang dipelihara pada media air Japan International Cooperation
bersalinitas atau air payau. Agricultur (MERAH), Jambi.
DAFTAR PUSTAKA _______, 2004, Budidaya Ikan Nila Hitam
Anggawati.A.M., Imanto.P.T.,Tazwir, (GIFT) dalam Keramba Jaring Apung
Suryanti, dan Krismono (1991), dan Kolam. Balai Budidaya Air Tawar
Penelitan Budidaya Ikan Nila Hitam Jambi. Direktorat Jenderal Perikanan
Dalam Keramba Jaring Apung Di Budidaya. Departemen Kelautan dan
Sendang Biru Jawa Timur. Buletin Perikanan, Jambi
Penelitian Perikanan Edisi Khusus Romimohtarto dan Juwana (2001), Biologi
No.3. Pusat Penelitian dan Laut: Ilmu Tentang Biota Laut.
Pengembangan Perikanan, Jakarta. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Bastiawan, D.,Wahid, A (2008), Teknik Sucipto dan Prihartono (2007), Pembesaran
Pembenihan Nila Gift Secara Masal Nila Hitam Bangkok di Karamba Jaring
dan Pembesaran di Tambak. Balai Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air
Penelitian Perikanan Air Tawar Artikel- Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar
dkp.go.id. Swadaya, Jakarta.
BPP(1991), Edisi Khusus N0. 3, Buletin Sucipto. A., (2008)., Beberapa Strain Ikan Nila
Penelitian Perikanan (Fisheries Di Indonesia., Copyright @ Adi
Research Bulletin), Badan Penelitian Sucipto., Artikel-dkp.go.id.
dan Pengembangann Pertanian, Pusat Suhenda,N., Sukadi,M.F., Kartamihardja, S.,
Penelitian dan Pengembangan Utami,R., Sadili, D., Sulhi, M., dan
Perikanan. Jakarta. Hardjamulia, A. (1991), Pengaruh Tipe
DKP (2003), Teknologi Pembenihan Ikan Pakan dan Padat Penebaran Terhadap
dalam mendukung Culture Based Pertumbuhan Ikan Gurame
Fisheries. Direktorat Jenderal Perikanan (Osphronemus gouramy) Dalam
Budidaya, Jakarta. Keramba Jaring Apung. Buletin
Effendi. H, (2000)., Telaahan Kualitas Air Penelitian Perikanan Edisi Khusus
Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan No.3. Pusat Penelitian dan
Lingkungan Perairan., Jurusan Pengembangan Perikanan.
Manajemen Sumberdaya Perairan. Tonnek, S., Rahmansyah., Yuliansyah, H.,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Beddu, A., Rusdi, I., Kholik, F. (1991),
IPB. Bogor. Penelitian Budidaya Ikan Nila Hitam
Effendi. I., 1997. Biologi Perikanan. Penerbit Dalam Keramba Jaring Apung di Pare-
Yayasan Pustaka Nusatama, Pare. Buletin Penelitian Perikanan Edisi
Yokyakarta. Khusus No. 3. Pusat Penelitian dan
Handajani. H, Hastuti. S.D.,(2002). Budidaya Pengembangan Perikanan.
Perairan. Penerbit Bayu Media dan Yudha, P. A. 2009. Efektifitas penambahan
UMM Press. Malang. zeolit terhadap kinerja filter air dalam
Hermanto (2007)., Pengelolaan Budidaya sistem resirkulasi pada pemeliharan
Tambak Berwawasan Lingkungan.,. ikan arwana Sceleropages formosus di
Widyaiswara BPPP Belawan-Medan. akuarium. Skripsi. Fakultas Perikanan
Artikel-dkp.go.id. dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Kordi., (1997).Budidaya Air Payau. Penerbit Bogor.
Effhar dan Dahara Prize Jakarta Barat.
Maysari (2007), Efek Perbedaan Salinitas Pada
Media Air Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan
Nila MERAH (Oreochromis niloticus),
Indralaya.

166
Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis. Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas

Вам также может понравиться