Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Dinamika
Kehidupan Sosial Budaya Maritim ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Rahmatullah,S.Ip,M.Si selaku Dosen
mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim UNHAS yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Dinamika Kehidupan Sosial Budaya Maritim. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................................4
C. Manfaat.................................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................5
A. Motorisasi Perahu/kapal Nelayan..........................................................................................5
B. Perkembangan Usaha dan Teknologi Perikanan Laut...........................................................5
C. Dinamika Struktural..............................................................................................................8
D. Pengembangan Budaya Bahari............................................................................................10
E. Problem Sosial - Ekonomi Masyarakat Bahari...................................................................12
F. Solusi Alternatif...................................................................................................................17
BAB III.................................................................................................................................19
PENUTUP............................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kebudayaan dan masyarakat di dunia, tidak terkecuali kebudayaan dan
masyarakat bahari, cepat atau lambat pasti mengalami dinamika / perkembangan. Dinamika
tersebut meliputi wujud-wujud teknologi dan benda/karya, perilaku dan kelembagaan, sistem-
sistem budaya kognitif/mental, etos/sikap kepribadian. Menjadi kenyataan pula bahwa biasanya
dalam dinamika ada tradisi bertahan (continuety), ada elemen-elemen dan tatanan inti (struktur
elementer) bertahan, yang dalam banyak hal justru ditopang oleh atau menopang proses
dinamika itu sendiri. Proses dinamika dan bertahannya tradisi akan mempengaruhi situasi dan
kondisi sosial ekonomi serta lingkungan sumberdaya alam dimanfaatkannya.
Dalam masyarakat bahari, termasuk di Indonesia, telah tumbuh berbagai sektor dan
subsektor ekonomi kebaharian baru yang memunculkan segmen-segmen atau kategori-kategori
sosial seperti petambang, pekerja industri, pengelola dan karyawan wisata, marinir,
akademisi/peneliti, birokrat, dan lain-lain. Tumbuh kembangnya sektor-sektor ekonomi dan jasa
dengan segmen-segmen masyarakat bahari tersebut memerlukan dan diikuti dengan
perkembangan dan perubahan-perubahan kelembagaannya menjadi wadah dan regulasinya.
Tumbuhnya sektor-sektor ekonomi baru dan berkembangnya sektor-sektor ekonomi kebaharian
lama, terutama perikanan dan pelayaran, tampak dalam perkembangan dan perubahan-perubahan
teknologi, perubahan struktural, dan sistem-sistem budaya kebaharian (pengetahuan, gagasan,
kepercayaan, nilai, norma/aturan). Gambaran tentang fenomena dinamika sosial budaya bahari
berikut menggunakan kasus desa-desa Nelayan Bugis, Bajo dan Makasar di Sulawesi Selatan
(sumber data/informasi diperoleh dari berbagai hasil penelitian lapangan).
C. Manfaat
Melalui penyusunan makalah ini diharapakan :
1. Dapat menjadi refrensi terkait masalah dinamika sosial budaya maritim.
2. Dapat lebih memahami keadaan dinamika sosail budaya maritim.
PEMBAHASAN
C. Dinamika Struktural
Di Sulawesi Selatan, tempat kediaman dan asal usul komunitas-komunitas nelayan
Bugis, Bajo dan Makasar di berbagai tempat di Nusantara ini, dikenal kelompok kerjasama
nelaya yang dikenal dengan istilah Po(u)nggawa-Sawi (P-Sawi), yang menurut keterangan dari
setiap desa telah ada dan bertahan sejalk ratusan tahun silam. Meskipun kelompok P-Sawi juga
digunakan dalam kegiatan pertanian, perdagangan di darat dan pengelolaan tambak, namun
kelompok ini lebih eksis dan menyolok peranannya dalam aktivitas pelayaran dan perikanan
rakyat Bugis, Makasar, dan Bajo di Sulawesi Selatan dan tempat-tempat lainnya di Indonesia.
Struktur inti/elementer dari kelompok organisasi ini ialah P.laut atau Juragan dan Sawi.
P.Laut berstatus pemimpin pelayaran dan aktivitas produksi dan sebagai pemilik alat-alat
produksi. Para P.Laut memiliki pengetahuan kelautan, pengetahuan dan ketrampilan manajerial,
sementara para sawi hanya memiliki pengetahuan kelautan dan ketrampilan kerja/produksi
semata.
Suatu perubahan struktural yang berarti terjadi ketika suatu usaha perikanan mengalami
perkembangan jumlah unit perahu dan alat-alat produksi yang dikuasai oleh seorang
P.Laut/Juragan tadi sebagai akibat dari pengaruh kapitalisme. Untuk pengembangan dan
eksistensi usaha, maka P.Laut/Juragan tidak lagi ikut memimpin pelayaran dan proses produksi
di laut, melainkan tetap tinggal di darat/pulau untuk mengelola perolehan pinjaman modal dari
pihak lain, mengurus biaya-biaya anggota yang beroperasi di laut, membangun jaringan
pemasaran, dan lain-lain. Di sinilah pada awalnya muncul satu status baru pada strata tertinggi
dalam kelompok kerja nelayan yang disebut P.Darat/P.Pulau. Untuk memimpin pelayaran dan
aktivitas produksi di laut, P.Darat merekrut juragan-juragan baru untuk menggantikan posisinya
F. Solusi Alternatif
1. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar
kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja
tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program
yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk
menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya
menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan
masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya,
karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian
utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok
besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok
ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah
tangkapannya.
b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja
disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan
hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang
selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya
yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak
dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari
kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau
peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai
buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat
nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan
khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan
masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah
tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal
kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah kami adalah sebagai berikut:
Berbagai desa nelayan di kawasan timur Indonesia lainnya, motorisasi perahu dan kapal
penangkapan ikan di desa-desa nelayan Sulawesi Selatan baru mulai di tahun-tahun
1970-an.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah segera menindaklanjuti masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bahari Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tiingkat kemiskinan
masyarakat, meredam konflik-konflik sosial yang meresahkan masyarakat bahari, dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup, khususnya laut.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar. 2011. Wawasan Ssosial Budaya Maritim. Universitas Hasanuddin. Makassar