Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat


1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.1 Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana
Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisasi di
lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang melaksanakan tugas
teknis operasional.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Di
dalam pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang bermutu.1,4
2. Fungsi Puskesmas
Menurut buku Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar, Puskesmas
mempunyai 3 ( tiga ) fungsi sebagai berikut :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat: Berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga & masyarakat :
Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat
Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan

1
Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama; Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan
Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan masyarakat
3. Program Kegiatan Puskesmas
Program Puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan ke tiga fungsi
Puskesmas di atas, program tersebut dikelompokan menjadi :1,3
a. Upaya kesehatan wajib puskesmas
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
5. Upaya kesehatan ibu, anak & KB
6. Upaya pengobatan dasar
b. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dilaksanakan sesuai
dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan
Puskesmas. Bila ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu
menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota.
c. Upaya Lab (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta
Pencatatan Pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya
wajib atau pengembangan.

2
4. Alur Pelayanan Puskesmas

PASIEN

LOKET KARTU UNIT POLI UMUM RUANG TUNGGU

KONFIRMASI IDENTITAS

Anamnesa:
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Pemeriksaan fisik (bila diperlukan):
Riwayat penyakit terdahulu
Inspeksi Riwayat penyakit keluarga
DIAGNOSA Palpasi Lamanya sakit
Perkusi Pengobatan yang telah dilakukan
Auskultasi Riwayat alergi obat

BILA PERLU DI RUJUK:


RUJUK KE RS
Unit Laboratorium/IMS/TB/MH
Unit Poli Gigi
Unit KIA/KB
Unit kamar Tindakan
TINDAKAN/TERAPI DAN NASEHAT YANG SESUAI

PASIEN PULANGG
RESEP KE APOTIK

REGISTER RAWAT JALAN DAN REKAP HARIAN PEYAKIT KARTU RAWAT JALAN

5. Sarana/ Fasilitas Puskesmas

3
Tabel 5
Jumlah Sarana / Fasilitas Yang Ada Di Puskesmas Rappokalling

No. Sarana / Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Ruang Kepala Puskesmas 1

2 Ruang Kantor Program 1

3 Ruang Tata Usaha dan Keuangan 2

4 Ruang Poli Umum 1

5 Ruang Tindakan 1

6 Loket Pendaftaran 1

7 Kamar Obat 1

8 Laboratorium 1

9 Ruang Poli Gigi 1

10 Ruang KIA/KB 1

1. Tempat Pengambilan Kartu / Loket


a) Menerima Pasien
b) Menyediakan dan memberikan kartu bagi pengunjung baru
c) Menyediakan dan memberikan buku kontrol pasien
d) Pencatatan dan pelaporan jumlah pasien yang datang berkunjung ke
Puskesmas

2. Poliklinik Umum / Kamar Periksa


Poliklinik adalah bentuk pelayanan kesehatan rawat jalan yang
bertujuan untuk penyembuhan penyakit dan pemeliharaan kesehatan baik
secara perorangan atau berkelompok (masyarakat).
Kegiatan poliklinik dilaksanakan dari senin hingga Sabtu dari jam 8
hingga jam 14.00 siang, kecuali hari jumat jam 8 pagi sampai jam 11 pagi.
Kegiatan yang dilakukan selama di poliklinik antara lain anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien, diagnosis penyakit dan pemberian obat. Dalam
mengikuti kegiatan ini kami mempelajari cara komunikasi dari berbagai
golongan dan latar belakang. Keluhan yang paling sering pada pasien
PuskesmasRappokalling adalah flu, batuk, dan demam. Rata-rata pasien

4
yang datang terdiri dari anak-anak dan usia lanjut. Penyakit yang paling
sering didapatkan selama dipoliklinik adalah ISPA, hipertensi dan faringitis.
Sepuluh penyakit terbanyak yang tercatat di PuskesmasRappokalling
Januari Desember 2016 yaitu :
1) ISPA
2) Hipertensi Esensial
3) Faringitis Akut
4) Dermatitis dan eksim
5) Artritis
6) Diare dan Gastroenteritis
7) Diabetes Melitus
8) Demam Typhoid
9) Tuberculosis
10) Tonsilitis Akut

3. Poliklinik Gigi
Pemeriksaan Kesehatan Gigi :
a) Anamnesis pasien
b) Pemeriksaan gigi dan mulut
c) Diagnosis penyakit
d) Pemberian obat dan penulisan resep

4. Kamar Tindakan
a) Ganti verban
b) Cross insisi
c) Hecting dan aff hecting
d) Sirkumsisi
e) Merawat luka

5. Apotek
Melayani setiap hari Senin-Sabtu pukul 08.00-14.00. ruang apotek
diawasi oleh Apoteker, kegiatan meliputi :
a) Tempat pengambilan obat
b) Mengatur pengadaan obat sesuai kebutuhan
c) Membuat laporan tentang pemakaian obat

6. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular )


a) Mengkonfirmasikan benar tidaknya laporan dari masyarakat tentang
wabah penyakit yang ada dan timbul didaerah tertentu
b) Melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin
c) Memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
d) Pelaksanaan kegiatan ini juga berupa penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat baik di Puskesmas kepada pasien yang berobat maupun di

5
posyandu kepada ibu-ibu yang datang untuk menimbang anak-
anaknya.

7. KB ( Keluarga Berencana )
a) Penyuluhan KB
b) Penggunaan alat kontrasepsi : suntikan, pil, implant, IUD, dan
Kondom

8. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)


Di Puskesmas Rappokalling, kegiatan di KIA dilakukan setiap hari
Senin-Sabtu pada pukul 08.00-12.00, dimana ibu-ibu hamil akan
memeriksakan kehamilannya baik yang baru pertama kali maupun yang
sudah berulang. Beberapa kegiatan di KIA adalah:
a. Pemeriksaan kehamilan trimester pertama, kedua, dan ketiga (K1-K4)
b. Pemberian tablet Fe, Kalsium, Vit.B complex

c. Suntikan Tetanus Toxoid


2 kali selama hamil, dengan interval 1 bulan
0,5 ml lengan kiri
d. Penimbangan berat badan
e. Mengukur tekanan darah ibu hamil
f. Mengukur lingkar lengan atas (LLA)
g. Mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil
h. Memberikan penyuluhan tentang keluarga berencana (KB)

9. Imunisasi
Kegiatan imunisasi dilakuakn sekali dalam seminggu, yaitu pada hari
Senin pada pukul 08.00-12.00. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang
mempunyai bayi berusai 1 bulan - 1 tahun. Hal utama yang diperhatikan
sebelum pemberian imunisasi adalah penyimpanan vaksin yang benar
sehingga vaksin yang diberikan nanti masih dalam kondisi baik dan tidak
membahayakan.

FREEZER
Pengaturan suhu : ditetapkan 2-8C
Vaksin dingin 9 harus dekat dengan evaporator : Polio, BCG, Campak
Vaksin panas : TT, hepatitis B, DPT-HB
Freeze watch : menentukan kondisi vaksin di dalam safety box

6
Sekiranya sudah pecah, semua vaksin dalam penyimpanan sudah tidak
boleh digunakan
Sebelum pemberian, semua vaksin harus diperiksa : no. kode, vaksin
dan expire date.
Imunisasi yang diberikan adalah :
1. DPT yang dikombinasikan dengan vaksin Hepatitis B (DPT-HB)
Diberikan pada bayi usia >2 bulan
Disuntikan sebanyak 0,5 cc intramuskular (IM)
Diberikan 3 kali, dengan interval waktu 4 minggu
Posisi : lateral paha
2. BCG
Diberikan pada bayi berumur kurang lebih 2 bulan
Disuntikan sebanyak 0,5 cc intrakutan
Diberikan hanya 1 kali
Posisi : lengan kanan atas
3. Polio
Diberikan pada bayi usia 0-11 bulan
Diberikan sebanyak 2 tetes tiap kali pemberian. Dilakukan
sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu
4. Campak
Diberikan pada bayi berusia 9-11 bulan
Disuntikkan sebnyak 0,5 cc subkutan
Posisi : lengan kiri atas
5. Hepatitis B tunggal
Diberikan pada bayi baru lahir hingga usia 7 hari
Disuntikkan sebanyak 0,5 cc intramuskular (IM)
Diberikan 3 kali, interval waktu 4 minggu
Posisi : lateral paha

10. Gizi
a. Penimbangan berat badan balita
b. pemberian makanan tambahan

11. Laboratorium
a. Pemeriksaan urine, GDS
b. Pemeriksaan golongan darah
c. Pemeriksaan tes kehamilan

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang
terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan

7
industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu
fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur,
transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya.3
A. Faktor Hazard
Faktor-faktor yang membahayakan petugas (faktor hazard) perlu
dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa didapatkan dari
lingkungan Puskesmas. Faktor hazard dapatdibedakan menjadi:5
1. Faktor biologi (berkembang biaknya strain kuman yang resisten,
terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus
yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV
dan Hep. B) dapat menginfeksi petugas hanya akibat kecelakaan kecil
dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Sebagaimana jenis infeksi penyakit lainnya, infeksi nosokomial
biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap
invasi mikroba terganggu. Terdapat beberapa jenis barier alamiah
terjadinya infeksi penyakit. Sebagaimana diketahui, kulit, membran
mukosa, saluran gastrointestinal, saluran kencing, dan saluran nafas atas
berfungsi sebagai barier alamiah terhadap infeksi.
Menurut Setyawati (2002), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
2. Sumber infeksi
3. Perantara atau pembawa kuman,
4. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
5. Daya tahan tubuh hospes baru,
6. Keadaan rumah sakit meliputi;
7. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi
rumah sakit,
8. Pemakaian antibiotik yang irasional,
9. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika,
tindakan invasif dan instrumentasi,
10. Berat penyakit yang diderita
Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain

8
untuk membantu meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti
darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau
sebaliknya. Menurut Zarkasih (2003), pencegahan infeksi didasarkan pada
asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai
potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan
adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan
kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan
merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena
bersentuhan
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan
darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian
khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan
hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah
penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga
kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh,
terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko
penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh
produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus
untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada
tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip
yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko
tranmisi infeksi
dari instrumen
dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas
pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis
dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk
menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

9
2. Faktor fisik (Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress
dan ketulian, Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,
laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. Suhu dan
kelembaban yang tinggi di tempat kerja, terimbas kecelakaan/kebakaran
akibat lingkungan sekitar, terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan
berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat
tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani).
Sistem Proteksi Kebakaran
1. Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam kebakaran
untuk memproteksi kemungkinan terjadinya kebakaran.
2. Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1
buah untuk setiap 15 m2.
3. Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding
dengan ketinggian antara 15 cm 120 cm dari permukaan lantai,
dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan kerusakan
atau pencurian.
4. Apabila bangunan Puskesmas menggunakan generator sebagai
sumber daya listrik utama, maka pada ruangan generator harus
dipasangkan Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.

3. Faktor kimia (Petugas yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang
banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini
dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya
sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif

10
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.)
4. Faktor ergonomik (Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
5. Faktor psikososial (Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency
dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium
kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat
disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan).

B. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga
kerja, antara lain.4
1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
`Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi
rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala
daribahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau
terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan
bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala
antara lain:
a. Topi pelindung (Safety Helmets)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras
yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi
pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan
terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi
pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass)
maupun metal.
b. Tutup kepala
Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap

11
alat-alat daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala
ini biasanya terbuat dari kain katun.
2. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara,
gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda
keras, dan lain-lain. Jenis alat pelindung mata antara lain:
a. Kaca mata biasa (spectacle goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,
debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.
b. Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik
transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi
gelombang elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)


Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan
dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,
korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap
suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi
tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:
a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagaibentuk kontaminan tersebut.
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata
dan kulit.
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

12
1) Masker
Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel
yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.
2) Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,kabut,
uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya.

4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)


Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:
a. Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat
tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir
misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka. Sarung
tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung
tangan steril.
b. Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru
dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.
c. Sarung tangan rumah tangga (gloves)
Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:
Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
melindungi tangan dari api, panas,
dan dingin.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan
dari listrik, panas, luka, dan lecet.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk
melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk
melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

13
Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC)
untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai
oksidator.
5. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis
baju pelindung antara lain:
a. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi
seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.
b. Apron
Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap
terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)


Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,
benda panas, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:
a. Sepatu steril
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang
bedah, laboratorium.
b. Sepatu kulit
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang
membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta
kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.
c. Sepatu boot
Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang
membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat
menimbulkan dermatitis, dan listrik.

C. Manajemen K3
Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber daya,
dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari sistem manajemen K3 RS adalah
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga kerja produktif

14
disamping dalam rangka akreditasi PUSKESMAS itu sendiri. Prinsip yang
digunakan dalam sistem management K3 adalah AREC (Anticipation,
Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan
lingkungan kerja.6
Unit kerja juga harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh
dokter yang telah memiliki sertifikasi. 6
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan
pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak
menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain.
Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu. Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-
kurangnya setahun sekali.6
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja
tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan
kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah
kesehatan yang mereka derita.6

15

Вам также может понравиться