Вы находитесь на странице: 1из 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis,
semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan
kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.
Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh
kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan
kesehatan ditentukan berdasarkan Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Rate) dan Angka Kematian Bayi (Neonatal Mortality Rate).
Di Indonesia saat ini, berdasarkan riset dinas kesehatan 2007,
prevalensi tumor 4,3 per seribu penduduk. Kanker adalah penyebab
kematian nomor tujuh, setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera,
melahirkan, dan diabetes. Menurut Agus, di Rumah Sakit Dharmais
saat itu kecenderungan pengidap penyakit kanker semakin muda.
Mulai banyak pasien yang terkena kanker payudara dan serviks pada
usia 30 tahun. Biasanya perempuan di atas 40 tahun dan pria di atas
usia 50 tahun.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan
merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi.
Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rerata
tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000
populasi).5 Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah
12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.6
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista
tersebut. Jadi tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata
kista tersebut dapat resolusi spontan. Tindakan operatif selain sangat
invasif, dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang. Sehingga
2

untuk menentukan apakah kista tersebut harus diangkat atau tidak,


diagnosisnya harus benar-benar jelas. (Medlinux, 2007)
Berdasarkan data dari RSUD Mamuju dimana pada tahun 2007
sebanyak 498 orang dengan kista ovarium sebanyak 3 orang, pada
tahun 2008 jumlah klien yang dirawat di perawatan maternitas
sebanyak 570 orang dengan kista ovarium sebanyak 3 orang, pada
tahun 2009 jumlah klien yang dirawat di perawatan maternitas
sebanyak 625 orang dengan kista ovarium sebanyak 7 orang.
Sedangkan pada bulan januari sampai juni 2010 jumlah klien yang
diawat di perawatan maternitas sebanyak 383 orang dengan kista
ovarium sebanyak 9 orang. Dari data di perawatan interna mulai tahun
2008 sampai bulan Juni 2010 sebanyak 4037 dengan kista ovarium 2
orang.
Mengacu dari data di atas penulis,menjadi satu hal yang
mendesak bagi tenaga kesehatan diruang perawatan interna untuk
mengetahui lebih dalam mengenai kista ovarium, apalagi insiden
kejadian ini mengalami peningkatan, maka perlu dilakukan tindakan
medic dan proses keperawatan yang betul-betul akurat dan tepat guna
mengurangi resiko kematian dan kecacatan pada penderita. Maka dari
itu penulis mengambil kasus tentang kista ovarium di ruang perawatan
interna RSUD Mamuju.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan
masalah masalah sistem reproduksi kista ovarium di Perawatan
interna RSUD Mamuju
2. Tujuan Khusus
3

a. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam


melaksanakan pengkajian pada Ny. M dengan masalah sistem
reproduksi kista ovarium di Perawatan interna RSUD Mamuju.
b. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
merumuskan diagnose keperawatan pada Ny. M dengan
masalah sistem reproduksi kista ovarium di Perawatan interna
RSUD Mamuju.
c. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
menentukan intervensi keperawatan pada Ny. M dengan
masalah sistem reproduksi kista ovarium di Perawatan interna
RSUD Mamuju.
d. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
melaksanakan Implementasi pada Ny. M dengan masalah
sistem reproduksi kista ovarium di Perawatan interna RSUD
Mamuju.
e. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
melakukan evaluasi pada Ny. M dengan masalah sistem
reproduksi kista ovarium di Perawatan interna RSUD Mamuju.
f. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan hasil pada
Ny. M dengan masalah sistem reproduksi kista ovarium di
Perawatan interna RSUD Mamuju
g. Memperoleh gambaran umum serta pengalaman nyata dalam
membandingkan antara teori dan praktek dari asuhan
keperawatan pada Ny. M dengan masalah sistem reproduksi
kista ovarium di Perawatan interna RSUD Mamuju.

B. Manfaat
1. Institusi
Sebagai bahan referensi yang akan dipersembahkan pada
Akademi Keperawatan Fatimah
4

2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, khususnya bagi klien yang mengalami gangguan
sistem reproduksi
3. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian pendidikan pada
Akademi Keperawatan Fatimah dan memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan yang
diperoleh selama proses kuliah.

C. Metodologi
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu praktek dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 5 juni
2010 s/d 6 juni 2010, adapun tempat pelaksanaanya adalah di
RSUD Mamuju.
2. Teknik Pengumpulan data
a) Studi Kepustakaan
Dalam hal ini penulis mempelajari buku-buku kepustakaan dan
bacaan lain yang menunjang dalam pembahasan karya tulis.
b) Studi Kasus
Studi kasus melalui :
1) Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan klien dan keluarga klien
dengan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan.
2) Observasi
Mengamati secara langsung pemeriksaan klien yang
berkaitan dengan perkembangan klien.
3) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada klien yang meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Anatomi dan fisiologi
a. Fisiologi ovarium
Ovarium terdiri dari dua buah yaitu kanan dan kiri. Ovarium ke
arah uterus tergantung pada ligamentung infudibulopelvikum
dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu
1) Korteks Ovarii.
a). Mengand
ung polikel primordial.
b). Berbagi
fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff.
c). Terdapat
korvus luteum dan albikanted.
2) Medula ovarii
a). Terdapat
pembuluh darah.
b). Terdapat
serat saraf. (manuaba, 2005)
Ovarium adalah sel-sel gonad bagi wanita yang yang
mengandung sel-sel sex wanita. Atau ovum. Pada saat lahir
wanita meemiliki sekitar satu juta ovum yang mengalami
pembelahan pembelahan secara miosis bukan meiosis. Ovum
tetap laten sampai seorang gadis memasuki masa puberitas
pada usia 11 sampai dengan 16 tahun. (Corwin, 2001).
Di ovarium setiap ovum dikelilingi oleh sel-sel granulosa.
Sebuah ovum ditambah sel-sel granulosa disebut folikel. Pada
6

masa kanak-kanak, folikel-folikel imatur terdiri dari ovum dan


dikelililngi oleh selapis sel granulosa yang disebut yang disebut
sel promordial. Sewaktu seorang gadis memasuki masa
puberitas ovarium dan banyak sel primordial membesar. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan lapisan sel granulosa dan
peningkatan ukuran setiap ovum. Folikel yang membesar
disebut folikel primer. Setiap bulan selama masa subur satu
folikel berespon terhadap ransangan dengan mengadakan
ovulasi. Pelepasan sebuah ovum matang dari ovarium. (Corwin,
2001).
Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah
hormone dan kegagalan pembentukan salah satu hormone
tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan
dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita.
(Irwanshari, 2008)
7

Sumber: Sabotta, 2004

b. Pengertian Kista Ovarium


Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air,
dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam.
Jadi kista ovarium adalah kantung penuh cairan yang tumbuh
dalam indung telur (ovarium), salah satu bagian dari organ
reproduksi wanita. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari
ovarium. (Bambang Widjanarko, 2008).
c. Jenis-Jenis kista Ovarium
Kista ovarium dapat dikategorikan kedalam pertumbuhan
cancerous atau non-cancerous . Jenis kista ovarium terdiri
dari :
1) Kista Ovari simpleks.

Kista ovarium yang permukaannya rata dan halus biasanya


bertangkai seringkali bilateral dan dapat menjadi besar .
dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan
berwarna kuning. (mansjoer arif, 2000).

2) Kista folikular.

Jenis simple cyst ini terbentuk bila tidak terjadi ovulasi atau
bila folikel yang matang mengalami involusi (mengempis
sendiri). Umumnya terbentuk saat ovulasi dan dapat tumbuh
terus sampai mencapai ukuran 5 6 cm. Bila kista ini pecah
saat ovulasi, penderita akan mengeluh sakit perut
(mittelschmerz) pada sisi dimana kista tersebut terbentuk .
8

25% wanita ini yang memiliki kista jenis ini akan menderita
mittelschmerz. Sebagian besar tidak memperlihatkan adanya
gejala dan dalam waktu beberapa bulan kista akan
menghilang dengan sendirinya.

3) Kista korpus luteum.

Jenis kista fungsional ini terbentuk setelah ovulasi (folikel


yang telah mengalami ovulasi disebut sebagai corpus
luteum). Bila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum
umumnya akan berubah bentuk menjadi corpus albican.
Namun kadang-kadang corpus luteum tersebut akan berisi
cairan atau darah dan tetap berada didalam ovarium
,menjadi kista korpus luteum. Kista ini biasanya berada pada
satu ovarium dan tidak menimbulkan gejala.

4) Kista hemoragikum.

Terbentuk bila dalam kista fungsional terjadi perdarahan.


Kista ini akan dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri
abdomen.

5) Kista Dermoid

Kista yang tidak normal ini umumnya mengenai wanita muda


dan dapat mencapai ukuran sampai 15 cm. Ini adalah salah
satu tumor jinak yang kadang-kadang disebut sebagai
mature cystic teratoma. Kista dapat berisi berbagai
komponen jaringan kulit, lemak, rambut, tulang rawan, gigi.
Gambaran ultrasonografi kista dermoid sangat bervariasi,
namun dengan pemeriksaan CT scan atau MRI terlihat
adanya lemak dan kalsifikasi. Kista ini dapat mengalami
peradangan atau terpuntir sehingga menyebabkan satu
keadaan yang bersifat akut.
9

6) Endometrioma

kista endometrioid Adalah merupakan bagian dari penyakit


yang disebut endometriosis. Kista ini terbentuk bila jaringan
endometrium (selaput lendir dalam terus) tumbuh di dalam
ovarium. Kejadian ini mengenai wanita pada masa
reproduksi dan menyebabkan nyeri menahun yang berkaitan
dengan haid. Endometriosis adalah adanya kelenjar dan
stroma endometrium diluar uterus. Penderita endometriosis
umumnya menderita gangguan kesuburan. Kista
endometrium umumnya berukuran 2 20 cm , berisi cairan
kental berwarna coklat sehingga seringpula dinamakan
chocolate cyste

7) Kista ovarium polikistik.

Ovarium membesar sampai duakali ukuran biasa dan pada


permukaan terlihat adanya kista-kista kecil. Kejadian
berawal dari tidak terjadinya ovulasi meskipun telur dalam
folikel sudah matang. Siklus seperti ini berulang terus
sehingga pada akhirnya akan terbentuk sejumlah kista kecil
didalam ovarium. Keadaan ini dapat ditemukan pada wanita
normal atau dengan gangguan endokrin. Harus dibedakan
dengan sindroma ovari polikistik (PCOS) yang meliputi
gejala dan kelainan patologis disamping gambaran polikistik
ovarium yang ada. PCOS meliputi resiko gangguan
metabolisme dan kardiovaskular terkait dengan resistensi
insulin. Resiko-resiko tersebut antara lain, gangguan
toleransi glukosa, Diabetes tipe 2 dan hipertensi. PCOS
terkait dengan gangguan kesuburan, perdarahan abnormal,
abortus serta komplikasi kehamilan. PCOS adalah kelainan
yang relatif sering terjadi ( 4 7%) pada masa reproduksi
dan seringkali dikaitkan dengan karsinoma endometrium.
10

Untuk menegakkan diagnosa PCOS tidak cukup hanya


dengan pemeriksaan ultrasonografi saja.

8) Kistadenoma.

Kista adenoma adalah tumor jinak jaringan ovarium. Kista


berisi cairan lendir yang kental. Diameter kista dapat
mencapai 25 cm

d. manipestasi klinik kista Ovarium.


1) Nyeri abdomen bagian bawah atau nyeri
panggul
2) Haid tidak teratur
3) Rasa penuh dibagian abdomen
4) Nyeri panggul / punggung berkepanjangan
yang berhubungan dengan haid
5) Nyeri panggul saat aktivitas fisik yang berat
atau sanggama
6) Nyeri yang berhubungan dengan buang air
kecil (miksi) atau buang air besar (defekasi)
7) Mual dan muntah
8) Nyeri vagina atau bercak perdarahan
9) Gangguan kesuburan. (Bambang
Widjanarko,2008).
e. insiden kejadian Fisiologi ovarium
f. Etiologi Fisiologi ovarium.
Pemakaian pil kontrasepsi dapat menurunkan resiko terjadinya
kista ovarium oleh karena terjadi pencegahan proses ovulasi.
Faktor resiko terbentuknya kista ovarium :
1) Riwayat kista ovarium sebelumnya

2) Siklus haid yang tidak teratur


11

3) Peningkatan distribusi lemak tubuh bagian atas

4) Usia menarche yang dini ( kurang dari 11 tahun)

5) Ganguan kesuburan

6) Hipotiroid atau gangguan hormonal lain

7) Terapi tamoxifen untuk karsinoma mammae.

8) Gaya hidup tidak sehat. diantaranya;

a). Konsumsi makanan


yang tinggi lemak dan kurang serat.
b). Zat tambahan pada
makanan
c). Kurang olah raga
d). Merokok dan konsumsi
alcohol
e). Terpapar denga polusi
dan agen infeksius
f). Sering stress
9) Faktor genetic. Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang
berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau
terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker. (Bambang, 2008).

g. Patofisiologi Fisiologi Kista ovarium

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa


kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
12

korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2


cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan. (Lalu W.J. Hardi,
2009).

Indung telur memiliki sel yang yang mampu bertumbuh


dan berkembang menjadi jaringan abnormal yang besar dalam
bentuk jinak dengan konsistensi padat atau kistik. Oleh karena
tempatnya di dalam abdomen maka gejalanya baru akan
muncul setelah kista membesar. Atau terjadi gejala lainnya.
(manuaba, 2002).

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal


disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa
folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. (Lalu W.J. Hardi, 2009).

Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan


menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista
neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
13

tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau


jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel
dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering
berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar
lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. (Lalu
W.J. Hardi, 2009).

Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,
termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel
dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal
dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal
embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.15
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri
folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram. (Lalu W.J. Hardi, 2009).
h. Komplikasi Kista Ovarium.
Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak, tetapi kista
dapat membesar yang menyebabkan nyeri di bagian perut.
Pada beberapa kasus penyakit ini dapat menggangu produksi
hormon-hormon dari ovarium dan menghasilkan perdarahan
iregular dari vagina dan peningkatan rambut tubuh. Jika kista
atau tumor membesar dan menekan kandung kemih, Anda akan
berkemih lebih sering karena kapasitas kandung kemih
berkurang. Kista ovarium dapat berbahaya bilamana kista
berubah menjadi ganas. (yulieantique, 2010).
Ketika kista ovarium terus berlanjut dapat berubah menjadi
keganasan. Akan terjadi asites dan terdapat anak sebar dengan
gejala sendiri. Dapat terjadi robekan dinding kista. Kista ovarium
14

dapat berubah menjadi keganasan mulut rahim. (manuaba,


2002).
i. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium.
Dokter akan melakukan pemeriksaan berikut untuk menentukan
apakah penderita menderita kista ovarium atau untuk
membantu identifikasi kista ovarium yang ada. Pendeteksian ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemeriksaan ultrasonografi
transvagina.
2) CT scan atau MRI (magnetic
resonance imaging)
3) Laparoskopik diagnostik
4) Pemeriksaan CA 125
5) Pemeriksaan hormonal (LH, FSH,
Estradiol, Testosterone)
6) Tes kehamilan : tindakan terhadap
penderita kista ovarium yang hamil tidak sama dengan tidak
hamil. Kemungkinan kehamilan ektrauterin harus
diseingkirkan oleh karena gejala yang mirip dengan kista
ovarium
7) Kuldosintesis : pengambilan cairan
dalam cavum douglassi trans vaginal. (Murah manoe,
2000).
j. Penatalaksanaan Kista ovarium
Hal-hal yang dapat dilaksanakan pada penderita kista ovarium
adalah sebagia berikut:
1) Observasi pembesaran ukuran kista
ovarium dengan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
secara berkala
15

2) Jenis kista ovarium paling banyak


adalah kista fungsional yang dapat menghilang sendiri dalam
beberapa minggu. Jenis kista ovarium yang besar
memerlukan tindakan pembedahan untuk mengetahui
secara pasti jenis kista ovarium dan mencegah terjadinya
komplikasi
3) Bila ditemukan pada awal kehamilan
maka sedapat mungkin diangkat setelah usia kehamilan
mencapai 16 minggu.
4) Medikasi :
a). Kontrasepsi oral berguna untuk mengatur siklus haid,
mencegah pembentukan kista yang dapat berubah
menjadi kista dan mungkin dapat menurunkan ukuran
kista.

b). Pereda rasa sakit : NSAID atau narkotik (harus dengan


resep dokter)

5) Pembedahan :

a). Laparoskopi. Rongga abdomen diisi


dengan gas kemudian dibuat insisi kecil untuk
memasukkan instrumen kedalam abdomen. Dengan
instrumen ini ahli bedah dapat melihat dan mengangkat
kista ovarium.

b). Laparotomi. Pembedahan yang lebih


invasif dimana ahli bedah akan membuka perut dengan
16

sayatan melintang atau vertikal untuk dapat mengangkat


kista ovarium yang besar.

c). Pembedahan pada kista ovarium


yang terpuntir. Tangka kista ovarium dapat terpuntir dan
menyebabkan rasa nyeri hebat. Penderita dapat
mengalami mual atau muntah. Ini adalah keadaan gawat
darurat dimana diperlukan tindakan pembedahan yang
sifatnya segera untuk memperbaiki keadaan yang
terjadi.

k. Tindak lanjut yang dilakukan


tergantung pada besar kista ovarium. Kista yang terjadi
pada wanita pre menopause yang tidak memper lihatkan
tanda-tanda keganasan, diamater tidak lebih dari 6 cm di
observasi selama 2 4 minggu. (Bambang, 2008)

l. Kurang pengetahuan
Jika terjadi pembesaran yangtentang Kurang
persalinan
pengetahuan
dan
merawat diri
berlebih dan terjsdi komplikasi maka dapat dilakukan Feses keras

salfingo oferoktomi. (Murah manoe, 2000).


Konstipasi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata klien dan biodata penanggung
jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, agama, pekerjaan, suku/bangsa,
status perkawinan, alamat
b. Keluhan utama,serta riwayat keluhan
utama meliputi:
P (Provokatif/paliatif) : Apakah yang menyebabkan gejala?
Q (Kualitas/kuantitas) : Bagaimana gejala dirasakan,sejauh
mana gejala di rasakan?
17

R (Regional/area radiasi) : Dimana gejala terasa?apakah


menyebar?
S (Skala keparahan) : Seberapakah keparahan dirasakan?
dengan skala 1 sampai dengan 10
T (Timing) : Waktu,kapan gejala mulai timbul?
c. Pola Reproduksi Meliputi :
Kapan klien mendapat haid pertama, apakah lancar atau tidak,
jika mendapat haid sakit atau tidak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi :
Apakah ada anggota keluarga mengalami penyakit yang sama
dengan yang diderita oleh klien, hal ini dikaji berdasarkan oleh
tiga generasi, biasanya ada riwayat dalam keluarga.
e. Aktivitas sehari-hari sebelum dan saat sakit meliputi :
1) Kebutuhan nutrisi
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
3) Eliminasi (BAK/BAB)
4) Istirahat dan tidur
5) Personal hygiene (mandi, sikat gigi)
f. Pemeriksaan Fisik meliputi :
1) Keadaan umum/kesadaran, TTV, rambut, mata, mulut, serta
leher).
2) Abdomen
Observasi daerah sekitar abdomen, lokasi nyeri, adanya
massa.
3) Genital
Observasi fungsi genitalia seperti gangguan haid, nyeri
dirasakan diarea genitalia. Adanya massa yang teraba.
4) Fungsi pencernaan.
Perhatikan ada tidaknya gangguan BAB.
5) Ekstremitas bawah
18

apakah terdapat nyeri tekan.


2. Diagnosa Keperawatan.
a. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan
putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor.
b. Gangguan kecemasan ( cemas ) berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
c. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan
perawatan luka operasi yg kurang adequat.
d. Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan
penekanan daerah sekitar tumor. (Doengus, 2002).
3. INTERVENSI

a. Nyeri berhubungan dengan putaran tungkai tumor.


Tujuan : Klien menunjukkan nyeri berkurang ditandai
dengan ekspresi wajah tidak meringis, klien tidak
mengeluh nyeri, postur tubuh rileks, mampu istirahat
/ tidur dengan tepat.
1) Kaji tingkat nyeri termasuk lokasi,lamanya,intensitasnya
(skala 0-10).
R/ nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya
dimana dapat membantu dalam mendiagnosa terjadinya
suatu komplikasi.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.
R/ membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan
terapi.
3) Bantu latihan gerak aktif / pasif.
R/ menurunkan kekakuan sendi dan meminimalkan
nyeri.
19

4) Berikan perawatan oral sering dan tindakan


kenyamanan mis: perubahan posisi.
R/ napas bau karena tertahannya sekret mulut,
menimbulkan nafsu makan menurun dan dapat
meningkatkan mual.
5) Berikan obat analgetik sesuai indikasi.

R/ analgetik untuk menghilangkan nyeri akut/hebat dan


menurunkan aktivitas peristaltik

b. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

Tujuan : Kilen menunjukkan penurunan ansietas ditandai


dengan klien mengikuti prosedur pengobatan
dengan baik dan mengerti tentang proses penyakit.

1) Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan


pertahankan komunikasi terbuka
Rasional : Pengetahuan untuk realist aktivitas ini dapat
menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan
2) Anjurkan pengguanaan tekhnik relaxsasi.
Rasional : Memungkinkan klien mendapatkan
keuntungan maximal dari priode isterahat, mencegah
kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
3) Anjurkan pengungkapan rasa takut
Rasional : Dapat membantu menurunkan ansietas dan
merangsang identifikasi perilaku koping.
4) Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah
Rasional : Pelaksanaan operasi mungkin dipandang
sebagai suatu kegagalan dalam hidup klien.
20

5) Bantu klien atau pasangan mengindentifikasi


mekanisme koping yang lasim dan perkembangan
strategi koping baru jika dibutuhkan.
Rasional : Membantu memfasilitasi adaptasi yang
positip serta mengurangi perasaan ansietas.
6) Berikan imformasi yang akurat tentang keadaan klien
Rasional : Hayalan yang disebabkan oleh kurangnya
imformasi atau kesalah pahaman dapat meningkatkan
tingkat ansietas.
c. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan
perawatan luka operasi yg kurang adequat.

Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi


Intervensi
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : Untuk mengetahui apakah ada tanda-
tanda infeksi
2) Berikan tehnik perawata secara steril
Rasional: Dapat mencegah kontaminasi silang dan
kemungkinan infeksi
3) Tutup luka dengan kain kasa steril.
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang.
4) Kolaborasi pemberian obat antibiotik
Rasional: Untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan
penekanan daerah sekitar kista.

Kriteria hasil : Dapat mengosongkan kandung kemih pada


setiap berkemih serta pola defikasi yang optimal
21

1) Kaji fungsi urinarius, perhatikan frekuensi dan jumlah


berkemih per hari dan perasaan kandung kemih penuh.
Rasional : Berkemih harus dalam jumlah sedang untuk
dapat dikatakan cukup.
2) Diskusikan kebutuhan dan penggantian cairan normal.
Rasional : 6-8 gelas cairan per hari membantu
mencegah statis.
3) Perhatikan riwayat trauma kandung kemih.
Rasional : Faktor-faktor ini memperberat infeksi akibat
perubahan pada pola eliminasi.
4) Anjurkan klien untuk rendam duduk (dalam air hangat)
atau menggunakan mandi pancuran hangat bila ia sulit
berkemih.
Rasional : Air hangat yang dialirkan di atas tubuh atau
relaksasi perineum dan uretra memudahkan berkemih.
5) Evaluasi sifat dan beratnya masalah yang berkenaan
dengan defekasi.
Rasional : Membantu menetukan kebutuhan-
kebutuhan individu dan memilih intervensi yang tepat.
6) Tentukan metode-metode yang digunakan untuk
memperbaiki konstipasi.
Rasional : Setiap upaya harus di buat untuk
menggunakan diet dan latihan untuk meningkatkan
fungsi usus.
7) Tinjau ulang masukan diet dan cairan, anjurkan
peningkatan masukan cairan, buah-buahan dan sayur-
sayuran.
Rasional : Merangsang peristaltic, menurunkan
absorbsi air berlebihan dari bahan fecal, sehingga
meningkatkan feses yang lebih lunak.
22

8) Catat adanya hemoroid/perdarahan.


Rasional : Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa klien akan menunda
defekasi yang akan memperberat konstipasi dan feses
kering dan cairan lebih banyak di absorbsi dari feses.
(Doengus, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Widjanarko. SpOG, 2008, kista ovarium,


http://pratamagriya.multiply.com/journal/item/2/Kista_Ovariu
m. diakses 04 juli 2010.
23

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC. 2000.

Elizabeth, J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.

irwanashari , 2008, http://www.irwanashari.com/2008/06/kista-


ovarium.html, diakses 4 juli 2010.

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:


Media Aesculapius. 2000.

Manuaba gde bagus ida, 2002, memahami kesehatan reproduksi wanita,


Arcan, Jakarta.

Manuaba gde bagus ida, 2002, Ilmu penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan, Arcan, Jakarta.

Murah manoe, 2000, pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan


ginekologi, smf ginekologi FK Unhas, Makassar.

Medlinux, 2007, http://medlinux.blogspot.com/2007/09/kistoma-ovarii.html',


diakses 4 juli 2010.

Lalu W.J. Hardi, 2009, http://obsgin-


fkunram.blogspot.com/2009/02/kista-ovarium.html

Teuku Zulkifli Jacoeb, 2007, http://www.majalah-


farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews, \

Yuliantique, 2010, http://fordearest.wetpaint.com/page/Kista+Ovarium


, Diakses 4 Juli 2010.
24

Вам также может понравиться