Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum meteorologi dan klimatologi ini adalah
1. Mahasiswa dapat menganalisis data iklim
2. Mahasiswa dapat menganalisis berbagai hubungan antar unsurunsur cuaca atau
iklim
II. TINJAUAN PUSTAKA
Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan
bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar
matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar
matahari (Harahap, 2015), berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi :
4. Iklim Oldeman
Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan
iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering
dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya
disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan
palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain
itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah
selama satu musim (Harahap, 2015).
Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering
sebagai berikut.
a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.
Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah
agroklimat utama seperti tabel berikut ini.
(Harahap, 2015)
5. Iklim Junghunh
Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan
iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya
(Harahap, 2015). Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat seperti yang
ditunjukkan gambar berikut ini.
Grafik iklim menunjukkan suhu dan curah hujan lokasi tertentu sepanjang tahun.
Grafik Iklim adalah kombinasi dari grafik batang (untuk curah hujan) dan grafik garis
(untuk suhu) (King and Lambert,1999).
II.6 Hytergrafik
Hythergraph ( Hyterografik ) merupakan salah satu grafik iklim. Dalam hyterografik
rata-rata suhu bulanan dibandingkan dengan curah hujan bulanan. Temperatur ditunjukkan
dalam grafik axis y dan curah hujan sepanjang garis axis x. Data ditampilkan dalam jangka
bulanan. Oleh karenanya dalam setahun akan terdapat 12 titik. Pada tiap titik diberi huruf
sesuai bulan. Titik-titik ini dihubungkan akan membentuk garis lurus. Hyterografik
dikemukakan oleh G. Taylor untuk mempelajari relasi iklim pada suatu wilayah (Nicolson,
2001).
Menurut Campbell, et all (2004) hytergrafik atau klimograf merupakan suatu grafik
yang menggambarkan plot suhu bulanan rata rata (dalam derajat Celius) dan curah hujan
bulanan rata rata (dalam milimeter) atau unsur meteorologi lainnya dalam suatu wilayah
tertentu yang memiliki iklim berbeda - beda, dan sering diberikan dalam bentuk rata rata
setiap tahunnya. Cara penggambaran hytergrafik yaitu dengan menuangkan (plotting) dua
unsur iklim pada suatu sistem salib sumbu. Faktor yang dimasukan dalam hytergrafik ini
yakni curah hujan dan suhu pada suatu wilayah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Klimograf adalah istilah geografi dan
geologi sajian grafis mengenai perbedaan berbagai jenis iklim. Iklim suatu tempat biasanya
ditentukan oleh suhu dan curah hujan di tempat tersebut. Ahli klimatologi, yang
mempelajari iklim, sering merngkum iklim suatu daerah atau kota dlambentuk klimograf.
Klimograf menggabungkan curah hujan bulanan rata - rata (ditunjukkan oleh grafik batang)
dan suhu bulanan rata -rata (ditunjukkan oleh grafik baris) di suatu tempat (Nicolson,
2001).
Sebagai petunjuk
Modul Praktikum
praktikum
Sebagai alat
Penggaris dan
pembantu pembuatan
alat tulis
grafik
3.2.Metode
3.2.1 Metode Grafik Iklim
1. Data suhu udara bulanan rata rata dan curah hujan bulanan rata rata selama
periode satu tahun, yaitu pada periode tahun 2010 disiapkan.
2. Kertas mm blok utnuk membut grafik iklim disiapkan, arah vertikal di sebelah kiri
untuk garis skala suhu udara (dalam satuan derajat Celcius) dan arah vertikal di
sebelah kanan untuk garis skala curah hujna (dalam satuan mm). Garis mendatar
digunakan untuk fungsi waktu (bulan)
3. Simbol titik dibuat untuk data suhu udara (T) rata rata dan masing masing
dihubungkan dengan garis. Sedangkan untuk data curah hujan bulanan rata rata
(P) dibuat ke dalam bentuk histogram
4.1. Hasil
JUMLAH
NO. BULAN CURAH HUJAN SUHU UDARA
RATA-RATA (C)
(mm)
1. Januari 412,9 mm 27,5
2. Februari 229,3 mm 28,1
3. Maret 429,5 mm 28,2
4. April 214,6 mm 28,5
5. Mei 246,9 mm 28,7
6. Juni 272,9 mm 28,3
7. Juli 246,9 mm 28,7
8. Agustus 134,6 mm 28,3
9. September 169,5 mm 27,9
10. Oktober 237,1 mm 28,3
11. November 148,8 mm 28,2
12. Desember 348,5 mm 27,4
1. Salah satu cara agar dapat menganalisis data dari iklim adalah dengan membuat
bantuan untuk memudahkan pembacaan data yaitu dengan menggunakan grafik iklim
dan hytergrafik. Grafik iklim dan hytergrafik menyajikan hubungan antara tinggi
rendahnya suhu dengan besar kecilnya curah hujan di suatu wilayah.
2. Penyajian data iklim adalah menggunakan grafiik iklim dan hytergrafik memberikan
suatu gambaran hubungan antara unsur-unsur iklim yaitu hubungan antara suhu udara
dengan presipitasi atau curah hujan yang terjadi di suatu wilayah. Dimana didapatkan
bahwa kedua unsur tersebut berbanding terbalik, dimana apabila suhu udara tinggi
maka curah hujan rendah, sedangkan apabila suhu udara rendah maka curah hujan
tinggi.
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Aldrian, E. 2001. Pembagian Iklim Indonesia Berdasarkan Pola Curah Hujan Dengan
Metoda Double Correlation. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. Vol
(2), Nomor 1, 2001: 11-18.
Arifin, Johar. 2010. Kitab Excel 2010. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Harahap, Yudani Alamsyah. 2015. Pengertian, Unsur, dan Klasifikasi Iklim. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
King, Sheila dan Lambert, David. 1999. Geography to 14. New York, Oxford University
Press.
Singh, Gopal. 2008. Map Work and Pratical Geography. Vikas Production House. New
Delhi.
Tjasjono, B. 2004. Klimatologi Umum. Bandung: ITB.