Вы находитесь на странице: 1из 17

I.

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum meteorologi dan klimatologi ini adalah
1. Mahasiswa dapat menganalisis data iklim
2. Mahasiswa dapat menganalisis berbagai hubungan antar unsurunsur cuaca atau
iklim
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Iklim


Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu
lokasi di bumi atau planet lain. Iklim juga disebut sebagai keadaan cuaca rata-rata dalam
waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30
tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Harahap, 2015).
Menurut Admiranto (2009 )Iklim didefinisikan sebagai "cuaca rata-rata", atau sebagai
ungkapan statistik tentang rata-rata dan variabilitas berbagai besaran dalam waktu tertentu
yang berkisar dari kurun waktu bulanan sampai ribuan atau jutaan tahun.Periode yang
umum adalah 30 tahun, sebagaimana didefinisikan oleh World Meteorological Organization
(WMO). Besaran yang dimaksud adalan berbagai variabel permukaan seperti temperatur,
presipitasi, dan angin.
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca di satu daerah yang cukup luas dan dalam
kurun waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap (Tjasyono, 2004).
Namun akibat adanya aktivitas manusia seperti urbanisasi, deforestasi, serta industrialisasi,
mempercepat adanya perubahan iklim dalam kurun waktu yang relatif cepat, sedangkan
perubahan iklim tersebut berdampak dalam berbagai sektor kehidupan, salah satunya
pertanian. Kondisi tersebut yang kemudian menjadikan klasifikasi iklim sebagai dasar
dalam melakukan mitigasi terhadap adanya dampak negatif dari perubahan iklim.

II.2 Macam-Macam Iklim


Menurut Nurshabilla et al. (2015), macam-macam atau klasifikasi iklim disluruh dunia
adalah sebagai berikut.
II.2.1 Iklim Dingin
II.2.2 Iklim Pegunungan
II.2.3 Iklim Artik Kutub
II.2.4 Iklim Sedang Dingin
II.2.5 Iklim Gurun
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu
iklim matahari dan iklim fisik (Nurshabilla et al., 2015),.
Sedangkan klasifikasi iklim menurut Harahap (2015) adalah sebagai berikut :
1. Iklim Matahari

Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan
bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar
matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar
matahari (Harahap, 2015), berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi :

a. Daerah Iklim Panas (tropis)


b. Daerah Iklim Sub tropis Utara
c. Daerah Iklim Sub tropis Selatan
d. Daerah Iklim Sedang Utara
e. Daerah Iklim Sedang Selatan
f. Daerah Iklim Dingin Utara
g. Daerah Iklim Dingin Selatan
(Harahap, 2015)
Daerah-daerah yang terletak antara lintang 300 - 400 baik sebelah utara maupun
sebelah selatan Khatulistiwa disebut daerah subtropik. Berdasarkan pembagian iklim
tersebut Indonesia termasuk daerah iklim tropika. Adapun sifat-sifat dan iklim tropika
diantaranya suhunya tinggi sepanjang tahun dan tidak ada pembagian musim seperti di
daerah sedang atau di daerah subtropik (Harahap, 2015) .
Menurut Harahap (2015) Matahari selama enam bulan sekali berpindah dari belahan
bumi utara ke belahan bumi selatan. Pergerakan matahari selama satu tahun adalah sebagai
berikut :
a. Tanggal 21 Maret Matahari beredar di sekitar garis khatulistiwa.
b. Tanggal 21 Juni Matahari beredar di garis balik utara atau 23,50 Lintang utara.
c. Tanggal 23 September Matahari kembali beredar di garis Equator.
d. Tanggal 22 Desember Matahari berada tepat di garis balik selatan atau 23,50 Lintang
Selatan.
(Harahap, 2015)
2. Iklim Koppen
Dasar klasifikasi Koppen adalah rerata curah hujan dan temperatur bulanan maupun
tahunan. Tanaman asli dilihat sebagai kenampakan yang terbaik dari keadaan iklim
sesungguhnya, sehingga batas iklim ditentukan dengan batas hidup tanaman. Koppen
mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman
tidak tergantung pada hanya jumlah hujan tapi juga tergantung pada intensitas evaporasi
yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah maupun dari tanaman
(Harahap, 2015).
Hubungan intensitas evaporasi dan daya guna hujan ditunjukkan dengan hubungan
antara hujan dan temperatur. Misalnya: jumlah hujan yang sama yang terjadi di daerah
iklim panas atau terpusat pada musim panas yang berarti evaporasi besar, adalah kurang
bagi tanaman daripada yang jatuh di daerah beriklim sejuk. Walaupun demikian metode
untuk mengukur daya guna hujan ini tidak begitu memuaskan (Harahap, 2015).
Koppen menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mencirikan tipe iklim. Tiap tipe
iklim terdiri dari kombinasi dan masing-masing huruf mempunyai arti sendiri-sendiri
(Harahap, 2015). Koppen membagi bumi dalam 5 kelompok iklim, yaitu :
A. Iklim Hujan Tropika (Tropical Rainy Climates)
Iklim ini diberi simbol A. Daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih
besar daripada 18C (64F) termasuk iklim ini yang dibagi menjadi beberapa tipe iklim,
yaitu:
1) Tropika Basah (Af)
Di daerah ini dikenal dengan Hutan Hujan Tropis. Mengalami kelembaban
60 mm (2.4 in) ke atas sepanjang 12 bulan. Iklim ini terjadi pada garis lintang 5-10
dari khatulistiwa. Di beberapa wilayah pantai timur, dapat pula mencapai 25 dari
khatulistiwa. Iklim ini didominasi oleh Sistem Tekanan
Rendah Doldrums sepanjang tahun. Oleh sebab itu tidak mengalami perubahan
musim.
2) Tropika Basah (Am)
Hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada
bulan kering. Tipe ini memiliki bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering. Bulan-
bulan kering dapat diimbangi oleh bulan basah, sehingga pada daerah-daerah yang
demikian basah terdapat hutan yang cukup lebat. Disini dikenal dengan Hutan
Hujan Musim.
3) Tropika Basah Kering (Aw)
Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan
kering sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang
jarang. Disini dikenal dengan Sabana.

B. Iklim Kering (dry climate)


1) Iklim stepa (Bs)
Daerah setengah kering yang terletak antara daerah sabana dan daerah padang pasir
pada lintang rendah.
2) Iklim padang pasir (Bw)

C. Iklim sedang (humid mesothermal climate)


1) Iklim mediterania (Csa, Csb)
Iklim Mediterania adalah iklim pada kebanyakan wilayah cekungan
Mediterania sebagai bagian dari iklim subtropis. Di luar Mediterania, iklim jenis ini
terdapat di wilayah California, sebagian Australia barat dan selatan, Afrika Selatan
bagian barat daya dan sebagian dari Chili tengah.
2) Iklim subtropis (Cfa, Cwa)
Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan gangguan dan rintangan dari alam
seperti badai, hujan salju, atau tornado. Daerah beriklim subtropis memiliki 4
musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
3) Iklim sedang maritim atau iklim laut (Cfb, Cwb)
Iklim yang biasanya ditemukan di sepanjang pantai barat di area garis
lintang tengah di beberapa benua di dunia, dan juga di area tenggara Australia.
Iklim dekat lautan mengalami musim panas yang sederhana dingin dan musim
dingin yang agak hangat dibandingkan musim dingin dalam iklim lain.
4) Iklim subarktik maritim atau iklim laut subkutub (Cfc)
Kawasan beriklim Samudera Subkutub bercirikan iklim lautan, cuma
terletak lebih dekat dengan area Kutub. Oleh karena itu, area ini lebih dingin
dibandingkan iklim lautan yang lain. Iklim Samudera Subkutub mengalami selebih-
lebihnya tiga bulan suhu rata-rata bulanan melebihi 10 C (50 F). Seperti iklim
lautan, tidak suhu rata-rata bulanan yang kurang dari -3 C (26.6 F).

5) Kelompok D yaitu iklim benua/mirkotermal, dibagi 4 yaitu:


1. Iklim benua musim panas (Dfa, Dwa, Dsa)
2. Iklim benua musim panas hangat atau hemiboreal (Dfb, Dwb, Dsb)
3. Iklim subarktik kontinental atau boreal (taiga) (Dfc, Dwc, Dsc)
4. Iklim subarktik kontinental dengan musim dingin ekstrem (Dfd, Dwd)

E. Iklim kutub (polar)


1) Iklim tundra (ET)
Tundra adalah suatu area dimana pertubuhan pohon terhambat dengan
rendahnya suhu lingkungan sekitar karena itu disebut daerah tanpa pohon. Pada area
ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut, rerumputan,.Tundra
biasanya hidup di daerah dingin.
2) Iklim kutub es (EF)
Iklim kutub adalah iklim dingin yang terdapat di daerah kutub. Di daerah
itu musim dingin berlangsung lama, musim panas yang sejuk berlangsung singkat,
udaranya kering, tanahnya selalu membeku sepanjang tahun, saat musim dingin
seluruh tanah ditutupi es, memiliki jenis vegetasi berupa lumut-lumutan dan semak-
semak.

3. Iklim Schmidt Ferguson

SchmidtFerguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering


dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan
terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah
hujannya lebih dari 100 mm (Harahap, 2015).
Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai
Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata
bulan basah (Harahap, 2015). Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.

4. Iklim Oldeman
Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan
iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering
dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya
disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan
palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain
itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah
selama satu musim (Harahap, 2015).
Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering
sebagai berikut.
a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.
Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah
agroklimat utama seperti tabel berikut ini.
(Harahap, 2015)

5. Iklim Junghunh
Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan
iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya
(Harahap, 2015). Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat seperti yang
ditunjukkan gambar berikut ini.

Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.


a. Daerah Panas/Tropis
Tinggi tempat : 0600 m di atas permukaan laut.
Suhu : 22 C26,3 C.
Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.
b. Daerah Sedang
Tinggi tempat : 600 m1500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 17,1 C22 C
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah Sejuk
Tinggi tempat : 15002500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 11,1 C17,1 C
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
e. Daerah Dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.
Suhu : 6,2 C11,1 C
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
(Harahap, 2015)

II.3 Unsur-Unsur Iklim


Menurut Singh (2008), unsur-unsur iklim adalah sebagai berikut,
a. Suhu Udara atau temperature
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer.
Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut
Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam skala
Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F) (Singh,2008).
Menurut Singh (2008), Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang
diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1) Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan
arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin
sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus
2) Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak
panas yang diterima bumi.
3) Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
4) Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi.
Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.
b. Tekanan Udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah
tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari
lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah.
Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini
disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara
diukur dengan barometer dan dinyatakan dengan milibar (mb) (Singh,2008).
c. Kelembapan Udara
Merupakan suatu gaya yang timbul dikarenakan adanya berat dari lapisan udara. Udara
sendiri merupakan kumpulan gas yang mana masing2 memiliki massa & menempati ruang.
Karena massa yang dimilikinya, udarapun memiliki tekanan. Suhu dikawasan sangat
berpengaruh terhadap tekanan udara dikawasan tsb. Jika suhu semakin tinggi, maka
tekanan udara akan semakin rendah. Hal ini disebabkan udara yang hangat bersifat
renggang. Dan sebaliknya jika suhu semakin rendah, maka tekanan udara akan semakin
tinggi dikarenakan udara yang dingin jauh lebih padat daripada uaadara yang panas. Jadi
suhu sangat menentukan perbedaan tekanan udara pada tiap kawasan yang berbeda di muka
bumi (Singh,2008).
d. Curah Hujan
Dalam pengertiannya, Hujan merupakan proses dimana jatuhnya ari (H2O) dari udara
ke permuakaan bumi. Air yang jatuh tersebut dapat berbentuk cair maupun padat (salju atau
es). Hujan terjadi karena adanya penguapan air yang disebabkan oleh pemanasan sinah
matahari. Uap-uap air akan naik ke atmosfer & mengalami kondensasi yang membentuk
awan, yang lama kelamaan awan akan memberat, dikarenakan kandungan airnya makin
banyak. Jika uap di awan telah mencapai jumlah tertentu. Maka titik-titik air pada awan
tersebut akan jatuh sebgai hujan (Singh,2008).
e. Angin
Dapat diketahui bahwa kawasan di bumi ini tidaklah sama. Dikarenakan adanya
perbedaan pada tekanan udara pada kawasan yang berbeda, maka udara yang berada pada
salah satu kawasan tersebut akan bergerak kekawasan lainnya. Udara akan bergerak dan
pindah dari satu daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah untuk mengisi ruang.
Maka udara bergerak pindah dari daerah yang dingin ke daerah yang jauh lebih panas. Dan
udara yang bergerak dan pindah tersebut disebut Angin (Singh,2008).

II.4 Sifat Iklim


Menurut Aldrian (2001), iklim memiliki sifat sebagai berikut
1. Mempunyai kurun waktu yang lama
2. Mempunyai sifat yang Meliputi daerah yang luas.
3. Sifat iklim yang dihasilkan oleh rata-rata cuaca, bukan merupakan sebuah pencatatan
baru.
Menurut Tjasyono (2004), pemahaman lebih baru tentang klasifikasi iklim adalah
dengan melihat hubungan sistematik antara unsur iklim tersebut terhadap pola tanaman
serta untuk menentukan sifat dari iklim itu sendiri. Telah banyak ditemukan korelasi antara
tanaman dan unsur panas atau air. Pemakaian batas sederhana curah hujan dan suhu akan
menunjukkan hubungan antara unsur panas dan air itu sendiri. Misalnya tanaman
tertentu seperti jati dalam kondisi suhu yang tinggi tanaman memerlukan banyak air
untuk memenuhi keperluan evapotranspirasi.

II.5 Grafik Iklim


Grafik menggambarkan hubungan satu dua atau lebih data atau grafik dengan data
yang sama menggambarkan hubungan penting dari suatu data. Iklim suatu daerah sering
digambarkan dengan menggunakan grafik iklim (climate graph) yang menunjukkan suhu
udara sebagai grafik garis (line graph) dan curah hujan (precipitation) sebagai kolom
sepanjang tahun, iklim bisa juga digambarkan dengan peta ukuran musim panas dan musim
dingin (Singh, 2008).
Menurut Nicolson (2001) grafik dapat diartikan sebagai media yang
memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka. Grafik adalah gambaran tentang suatu
situasi atau suatu suatu proses perkembangan dengan menggunakan deretan angka, garis-
garis dan kata-kata yang berisikan suatu pengertian.Grafik juga merupakan media
penyajian data dalam bentuk angka, sehingga grafik termasuk media visual. Media grafik
adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, gris atau gambar dan untuk
melengkapinya seringkali digunakan symbol-simbol verbal.
Grafik merupakan sebuah gambar diagram atua bagan yang menjelaskan data dalam
bentuk angka yang terdapat dalam suatu lembar kerja. Dengan visualisasi yang
memudahkan pembacaan data. Setiap perubahan angka pada sumber grafik secara otomatis
akan merubah tampilan grafik pada lembar kerja (Arifin, 2010).

Grafik iklim menunjukkan suhu dan curah hujan lokasi tertentu sepanjang tahun.
Grafik Iklim adalah kombinasi dari grafik batang (untuk curah hujan) dan grafik garis
(untuk suhu) (King and Lambert,1999).
II.6 Hytergrafik
Hythergraph ( Hyterografik ) merupakan salah satu grafik iklim. Dalam hyterografik
rata-rata suhu bulanan dibandingkan dengan curah hujan bulanan. Temperatur ditunjukkan
dalam grafik axis y dan curah hujan sepanjang garis axis x. Data ditampilkan dalam jangka
bulanan. Oleh karenanya dalam setahun akan terdapat 12 titik. Pada tiap titik diberi huruf
sesuai bulan. Titik-titik ini dihubungkan akan membentuk garis lurus. Hyterografik
dikemukakan oleh G. Taylor untuk mempelajari relasi iklim pada suatu wilayah (Nicolson,
2001).
Menurut Campbell, et all (2004) hytergrafik atau klimograf merupakan suatu grafik
yang menggambarkan plot suhu bulanan rata rata (dalam derajat Celius) dan curah hujan
bulanan rata rata (dalam milimeter) atau unsur meteorologi lainnya dalam suatu wilayah
tertentu yang memiliki iklim berbeda - beda, dan sering diberikan dalam bentuk rata rata
setiap tahunnya. Cara penggambaran hytergrafik yaitu dengan menuangkan (plotting) dua
unsur iklim pada suatu sistem salib sumbu. Faktor yang dimasukan dalam hytergrafik ini
yakni curah hujan dan suhu pada suatu wilayah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Klimograf adalah istilah geografi dan
geologi sajian grafis mengenai perbedaan berbagai jenis iklim. Iklim suatu tempat biasanya
ditentukan oleh suhu dan curah hujan di tempat tersebut. Ahli klimatologi, yang
mempelajari iklim, sering merngkum iklim suatu daerah atau kota dlambentuk klimograf.
Klimograf menggabungkan curah hujan bulanan rata - rata (ditunjukkan oleh grafik batang)
dan suhu bulanan rata -rata (ditunjukkan oleh grafik baris) di suatu tempat (Nicolson,
2001).

II.7 Manfaat Pembuatan Grafik Iklim dan Hytergrafik


Iklim suatu daerah sering digambarkan dengan menggunakan grafik iklim (climate
graph) yang menunjukkan suhu udara sebagai grafik garis (line graph) dan curah hujan
(precipitation) sebagai kolom sepanjang tahun, iklim bisa juga digambarkan dengan peta
ukuran musim panas dan musim dingin (Singh, 2008). Sehingga dengan pembuatan grafik
ikim akan lebih mudah dianalisa hubungan antara tinggi rendahnya suhu dengan besar
kecilnya curah hujan di suatu wilayah.
Menurut Singh (2008) hytergrafik mempermudah dalam membandingkan curah hujan
dan suhu satu musim dengan yang lain serta menentukan batas batas probabilitas untuk
distribusi spesies organism tertentu. Hytergrafik dapat dijadikan sebagai sebuah
perbandingan untuk populasi jumlah spesies pada suatu tahun dan dibandingkan dengan
tahun yang lain akibat perbedaan suhu dan cuaca sehingga indeks yang diperoleh sangat
berguna untuk menganalisis pengaruh variasi iklim pada ukuran populasi spesies tersebut.

III MATERI DAN METODE

3.1.1. Alat dan Bahan


3.1.2.1 Alat Praktikum
Tabel 3. Alat praktikum
Nama Gambar Fungsi

Sebagai petunjuk
Modul Praktikum
praktikum

Sebagai alat
Penggaris dan
pembantu pembuatan
alat tulis
grafik

Kertas milimeter Sebagai media dalam


blok membuat grafik

3.1.2.2 Bahan Praktikum


Tabel 4. Bahan Praktikum
Nama Gambar Fungsi
Sebagai data acuan
Data pengukuran
dalam menganalisis
keadaan cuaca
data dan membuat
dari stasiun
grafik iklim dan
Meteorologi
hytergrafik

3.2.Metode
3.2.1 Metode Grafik Iklim
1. Data suhu udara bulanan rata rata dan curah hujan bulanan rata rata selama
periode satu tahun, yaitu pada periode tahun 2010 disiapkan.
2. Kertas mm blok utnuk membut grafik iklim disiapkan, arah vertikal di sebelah kiri
untuk garis skala suhu udara (dalam satuan derajat Celcius) dan arah vertikal di
sebelah kanan untuk garis skala curah hujna (dalam satuan mm). Garis mendatar
digunakan untuk fungsi waktu (bulan)
3. Simbol titik dibuat untuk data suhu udara (T) rata rata dan masing masing
dihubungkan dengan garis. Sedangkan untuk data curah hujan bulanan rata rata
(P) dibuat ke dalam bentuk histogram

3.2.2 Membuat Hytergrafik


1. Berdasarkan data data curah hujan dan suhu udara seperti yang telah digunakan
dalam membuat grafik iklim diats, maka data yang telah ada dibuat ke dalam
hytergrafik.
2. Sumbu vertikal diwakilkan oleh suhu udara bulanan rata rata (dalam derajat
Celcius)
3. Sumbu horizontal digambarkan untuk curah hujan bulanan rata rata (dalam mm)
4. Titik pertemuan (koordinat) data suhu udara dan curah hujan pada bulan tertentu
ditandai dengan simbol huruf bear bulan yang bersangkutan
5. Masingmasing koordinat dihubungkan bulan tersebut sesuai urutan bulan yang
bersangkutan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 5. Data untuk Curah Hujan dan Suhu Udara di Semarang

JUMLAH
NO. BULAN CURAH HUJAN SUHU UDARA
RATA-RATA (C)
(mm)
1. Januari 412,9 mm 27,5
2. Februari 229,3 mm 28,1
3. Maret 429,5 mm 28,2
4. April 214,6 mm 28,5
5. Mei 246,9 mm 28,7
6. Juni 272,9 mm 28,3
7. Juli 246,9 mm 28,7
8. Agustus 134,6 mm 28,3
9. September 169,5 mm 27,9
10. Oktober 237,1 mm 28,3
11. November 148,8 mm 28,2
12. Desember 348,5 mm 27,4

Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang, 2010


4.2 Pembahasan
4.2.1. Analisa Grafik Iklim
4.2.2. Analisa Hytergrafik
4.2.3. Perbedaan Grafik Ikim dan Hytergrafik
4.2.4. Klasifikasi Iklim Sebagai Parameter Oseanografi
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

1. Salah satu cara agar dapat menganalisis data dari iklim adalah dengan membuat
bantuan untuk memudahkan pembacaan data yaitu dengan menggunakan grafik iklim
dan hytergrafik. Grafik iklim dan hytergrafik menyajikan hubungan antara tinggi
rendahnya suhu dengan besar kecilnya curah hujan di suatu wilayah.
2. Penyajian data iklim adalah menggunakan grafiik iklim dan hytergrafik memberikan
suatu gambaran hubungan antara unsur-unsur iklim yaitu hubungan antara suhu udara
dengan presipitasi atau curah hujan yang terjadi di suatu wilayah. Dimana didapatkan
bahwa kedua unsur tersebut berbanding terbalik, dimana apabila suhu udara tinggi
maka curah hujan rendah, sedangkan apabila suhu udara rendah maka curah hujan
tinggi.

5.2. Saran

1. Praktikan diharapkan lebih banyak membaca modul sehingga dalam pembuatan


grafik iklim maupun hytergrafik tidak terdapat kesalahan.
2. Praktikan diharapkan tidak terlambat
3. Praktikan diharapkan mematuhi setiap perintah dalam rangka mencapai hasil
pratikum secara maksimal

Daftar Pustaka

Admiranto, A. Gunawan. 2009. Menjelajah Tata Surya. Yogyakarta : Kanisius.

Aldrian, E. 2001. Pembagian Iklim Indonesia Berdasarkan Pola Curah Hujan Dengan
Metoda Double Correlation. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. Vol
(2), Nomor 1, 2001: 11-18.
Arifin, Johar. 2010. Kitab Excel 2010. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Campbell, et all. 2004. Biologi 3. Erlangga. Jakarta.

Harahap, Yudani Alamsyah. 2015. Pengertian, Unsur, dan Klasifikasi Iklim. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

King, Sheila dan Lambert, David. 1999. Geography to 14. New York, Oxford University
Press.

Nicolson, Sue. 2001. Intisari Ilmu Cuaca. Jakarta, Erlangga.

Nurshabilla et al.. 2015. Iklim di Indonesia. Universitas Negeri Jakarta.

Singh, Gopal. 2008. Map Work and Pratical Geography. Vikas Production House. New
Delhi.
Tjasjono, B. 2004. Klimatologi Umum. Bandung: ITB.

Вам также может понравиться