Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang (Tandra, 2009).
Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan
cacat pada kaum lanjut usia. Bila tidak ditangani, osteoporosis dapat
mengakibatkan patah tulang, cacat tubuh, bahkan timbul komplikasi hingga
terjadi kematian. Risiko patah tulang bertambah dengan meningkatnya usia.
Pada usia 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria berisiko
mengalami patah tulang panggul atau tulang belakang. Sementara, mulai usia
50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang bagi wanita adalah 40%,
sedangkan pada pria 13% (Tandra, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Medis Dari Osteoporosis?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Dari Osteoporosis?
C. Tujuan
2 Mengetahui Konsep Medis Dari Osteoporosis?
3 Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Dari Osteoporosis?

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi

1
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya massa tulang dan gangguan
struktur tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang) sehingga
menyebabkan tulang menjadi muah patah. (Duque and Troen, 2006 dan
Hughes, 2006).
Osteoporosis sering disebut juga dengan silent disease, karena
penyakit ini datang secra tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak
terdeteksi hingga orang tersebut mengalami patah tulang. (Nuhonni,2009).
Akan tetapi, menurut Yatim (2003), biasanya seseorang yang mengalami
osteoporosis akan merasa sakit/ pegal-pegal di bagian punggung atau daerah
tulang tersebut. Dalam beberapa hari/minggu, rasa sakit tersebut dapat hilang
dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit dan menyebar jika mendapat
beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita osteoporosis akan melihat
membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang mengalami kelainan tersebut
(ruas tulang belakang). (Yatim, 2003).
B. Etiologi
Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen dan
perubahan yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab
sekundernya terdapat beberapa predisposisi, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur.
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat
ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu
dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa
tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu
yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
b. Faktor mekanis

2
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan
lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
penting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada
umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang
tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang
sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang
mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik,
menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas,
bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara
masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada
wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui
urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan / kehilangan estrogen pada
masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif,
sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein
akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat
melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi
bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.

3
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui
tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negatif
e. Estrogen
Berkurangnya/ hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti

C. Klasifikasi
Klasifikasi osteoporosis : (chairuddin Rasjad, 2007)
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer terbagi menjadi 2 tipe,yaitu :
- tipe 1 : tipe yang timbul pada wanita pasca menopause
- tipe 2 : terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria maupun wanita.

2. Osteoporosis sekunder

4
Disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosive (misalnya myeloma
multiple, hipertiroidisme, hiperparatioridisme) adan akibat obat-obatan
yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid)
3. Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan di temukan pada :
-usia kanak-kanak (juvenii)
-usia remaja (adolesen)
-wanita pra-menopause
-pria usia pertengahan.
D. Manifestasi Klinik

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2. Nyeri timbul mendadak.

3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.

6. Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

E. Patofisiologi

Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang


dimana resopsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa
tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan
dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun
pertumbuhanterhenti, remodeling tulang tetap berlanjut. Proses dinamik ini
meliputi resopsi pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan
tulang pada tempat yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat

5
badan dan gravitasi, sama halnya dengan masalah penyakit sistemik. Proses
selular dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon
lokal dan sistemik, serta peptida. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga
kekuatan tulang.

Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks


menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat
dalam interaksi ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan tulang
yang lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan yang baru. Kondisi ini
memberikan manifestasi penurunan massa total. Kondisi osteoporosis yang
tidak mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi penting,
dimana tulang menjadi rapuh dan terjadi kolaps tulang.

6
F. Pathway

Hasil interaksi kompleks yg


menahun antara factor generic
dan lingkungan

Melemahnya daya serap sel terhadap


Faktor usia, jenis kalsium dari darah ke tulang. Merokok, alcohol,
kelamin, ras, keluarga, Peningkatan pengeluaran kalsium kopi, defisiensi
bentuk tubuh dan bersama urine. Tidak tercapainya vitamin dan gizi, gaya
tidak pernah massa tulang yang maksilmal. hidup (imobilitas),
melahirkan Resopsi tulang menjadi lebih cepat anoreksia nervosa
dan penggunaan
Penyerapan tulang lebih obat-obatan
banyak dari pada
pembentukan baru

Penurunan massa
tulang total

Osteoporosis

Tulang menjadi Kolaps


rapuh dan mudah bertahap
patah tulang

Fraktur Fraktur Fraktur Fraktur Kifosis progresif


colles femur kompresi kompresi
vertebra vertebra

Penurunan tinggi
Perubahan
badan
postural

Hambatan Deformit Perubahan


mobilitas fisik as skelet postural

Perubahan Status
Kesehatan Resiko
cedera
Nyeri
ANSIETA
S

7
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah, (Nurarif, A.H &
Kusuma, H.2015):
1. Foto Rontgen polos
2. CT-Scan :dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostic dan terapi follow up
3. Pemeriksaan DEXA :digunakan untuk mengukur densitas tulang dan
menghitung derajat ostopenia (kehilangan tulang ringan-sedang) atau
osteoporosis (kehilangan tulang berat).
4. Pemeriksaan laboratorium
- Kadar Ca, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
- Kadar HPT (pada pasca menopause kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukan Ct)
- Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
- Ekskresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40 % dari
perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama
hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah
terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal
dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
normal.

8
b. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau
pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk
manajemen selanjutnya.
c. Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan.
Orang yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis.
Olahraga yang direkomendasikan termasuk di antaranya adalah jalan
kaki, bersepeda, dan jogging.
2. Medikamentosa
Selain dari tatalaksana diatas, obat-obat juga dapat diberikan,
sebagai berikut:
a. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian
estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis.
Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan
tulang. Apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause,
maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.
Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada
kulit.
b. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan
kepadatan tulang. Konsumsi kalsium perhari sebanyak 1.200-1.500 mg
(melalui makanan dansuplemen). Dan konsumsi vitamin D sebanyak
600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang.
c. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,
risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan
jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang.
Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2
tahun. Sebelum mengkonsumsi obat, tenaga medis akan memeriksa
kadar kalsium dan fungsi ginjal.
d. Hormone lain: hormone-hormon ini akan membantu meregulasi
kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan
tulang.
e. Calcitonin

9
f. Teriparatide
3. Intervensi bedah
Intervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis
dengan fraktur melalui immobilisasi ketat dan pengembalian fungsi dan
aktivitas.
I. Komplikasi
Komplikasi utama osteoporosis adalah:
Deformitas skelet
Nyeri tulang
Fraktur

BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas Klien
Seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, bahasa,
pendidikan, pekerjaan, status, dan tempat tinggal.

10
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh ngilu di bagian esktremitas.
c. Riwayat kesehatan
Faktor lain yang diperhatikan antara lain umur, jenis kelamin, ras,
status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan
tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan cahaya matahari, asupan
kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur dan bersifat bantalan berat.
Obat-obatan yang dikonsumsi pasien dalam jangka waktu lama
harus diperhatikan, seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan,
antasida yang mengandung aluminium, sodium florida, dan bifosfonat
etidronat, alkohol dan kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko
terjadinya osteoporosis.
Riwayat menarche dan menopause, penggunaan alat kontrasepsi
juga harus diperhatikan. Selain itu danya beberapa penyakit tulang
metabolik yang bersifat menurun dalam riwayat keluarga dengan
osteoporosis juga harus diperhatikan.
d. Pengkajian psikososial
Klien mungkin membatasi interaksi sosial sebab adanya perubahan
yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi dan lain-
lain. Perubahan seksual bisa saja terjadi karena harga diri rendah atau
ketidaknyamanan selama posisi intercoitus.
Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang, maka perlu
dikaji perasaan cemas dan takut pada pasien.

Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Pada penderita kifosis berat terjadi perubahan pernafasan, karena
adanya penekanan pada fungsional paru.
b. Sistem kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardiovaskuler tidak memberikan bukti langsung
atau mayakinkan mengenai perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya
sedikit petunjuk diagnosa yang dapat diandalkan pada pembentukan
trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis antara lain eritmia, edema, nyeri
tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik bisa menunjukkan

11
suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat,
kesulitan dalam mengikuti perintah dan sinkop.
c. Sistem persyarafan
Nyeri punggung yang disertai dengan pembatasan pergerakan spinal
yang disadari dan halus merupakan indikasi adnya fraktur satu atau lebih
fraktur kompresi vertebral.
d. Sistem perkemihan
Bukti adanya perubahan-perubahan fungsi perkemihan termasuk
tanda-tanda fisik berupa urin sedikit dengan frekuensi sering, distensi
abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih dapat diraba. Gejala-
gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk
berekskresi dan tekanan atau nyeri pada abdomen di bagian bawah.
e. Sistem pencernaan
Gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan adalah konstipasi
termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh,
tekanan. Pengosongan rektum yang tidak sempurna, anoreksia, mual,
gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, da sakit kepala.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya fraktur, kifosis
vertebrata torakal atau penurunan tinggi menurun. Masalah mobilitas dan
pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot.
Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
f. Sistem muskoloskeletal
Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebratalis, psien
dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dan penurunan tinggi
badan. Adanya perubahan dalam gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri
spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrata thorakal
8 dan lumbal 3. Indikator utama dari parahnya imobilitas pada sistem
muskoloskeletal adlahpenurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan
otot, rentang gerak sendi, dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara
periodikdapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan
intervensi.
B. Diagnosa Keperawatan

12
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal
dan ketidakseimbangan tubuh.
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus
(obstruksi usus)
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi dan perubahan
dalam status kesehatan.
C. Intervensi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang.
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
Pantau tingkat nyeri pada punggung, tulang dalam peningkatan jumlah
nyeri terlokalisasi atau menyebar trabekular, pembatasan gerak
pada abdomen atau pinggang. spinal.
Ajarkan pada klien tentang alternative Alternatif lain untuk mengatasi
lain untuk mengatasi dan nyeri, pengaturan posisi,
mengurangi rasa nyerinya. kompres hangat dan sebagainya.
Kaji obat-obatan untuk mengatasi Keyakinan klien tidak dapat
nyeri. menoleransi obat yang adekuat
atau tidak adekuat untuk
mengatasi nyerinya.
Rencanakan pada klien tentang Kelelahan dan keletihan dapat
periode istirahat adekuat dengan menurunkan minat untuk
berbaring dalam posisi telentang aktivitas sehari-hari.
selama kurang lebih 15 menit

Dx 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder


akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

13
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
Kaji tingkat kemampuan klien yang Dasar untuk memberikan
masih ada. alternative dan latihan gerak
yang sesuai dengan
kemapuannya.
Rencanakan tentang pemberian
Latihan akan meningkatkan
program latihan:
pergerakan otot dan stimulasi
- Bantu klien jika diperlukan
sirkulasi darah
latihan
- Ajarkan klien tentang aktivitas
hidup sehari hari yang dapat
dikerjakan
- Ajarkan pentingnya latihan. Aktifitas hidup sehari-hari secara
Bantu kebutuhan untuk beradaptasi mandiri
dan melakukan aktivitas hidup
sehari hari, rencana okupasi . Dengan latihan fisik:
Peningkatan latihan fisik secara
adekuat: - Masa otot lebih besar sehingga
- dorong latihan dan hindari tekanan memberikan perlindungan
pada tulang seperti berjalan. pada osteoporosis
- Program latihan merangsang
- instruksikan klien untuk latihan pembentukan tulang
selama kurang lebih 30menit dan
selingi dengan istirahat dengan
berbaring selama 15 menit - Gerakan menimbulkan
- hindari latihan fleksi, membungkuk kompresi vertical dan fraktur
tiba tiba,dan penangkatan beban vertebra.
berat

Dx 3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal


dan ketidakseimbangan tubuh.

14
Intervensi Rasional
Identifikasi defisit kognitif atau Mengetahui kekurangan
fisik pasien yang dapat pengetahuan atau fisik pasien
meningkatkan potensi jatuh yang dapat meningkatkan potensi
dalam lingkungan tertentu jatuh dalam lingkungan tertentu
Identifikasi perilaku dan faktor Dengan mengetahui perilaku dan
yang mempengaruhi resiko jatuh faktor yang mempengaruhi
resiko jatuh, kita dapat
memberikan informasi kepada
pasien sehingga kemungkinan
kejadian munculnya gangguan
Ajarkan pasien bagaimana jatuh dapat dicegah
untuk meminimalkan cedera Pasien mengetahui bagaimana
Memberikan pengetahuan cara meminimalkan cedera ketika
kepada anggota keluarga tentang jatuh
faktor resiko yang berkontribusi Agar anggota keluarga lebih
terhadap jatuh dan bagaimana waspada dan mencegah
mereka dapat menurunkan resiko terjadinya jatuh
tersebut
Berkolaborasi dengan anggota Meminimalkan efek samping
tim kesehatan lain untuk dari obat yang berkontribusi
meminimalkan efek samping terhadap jatuh
dari obat yang berkontribusi
terhadap jatuh

.
DX 4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi dan perubahan
dalam status kesehatan.
Intervensi Rasional
Gunakan pendekatan yang menenangkan Mengurangi kecemasan pasien

15
Jelaskan semua prosedur dan apa yang Pasien mengetahui tujuan prosedur yang
dirasakan selama prosedur dilakukan pasien
Intruksikan pada pasien untuk menggunakan Teknik relaksasi dapat mengurangi
teknik relaksasi kecemasan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
Identifikasi tingkat kecemasan perawat

Bantu pasien mengenal situasi yang Mengetahui tingkat kecemasan pasien

menimbulkan kecemasan Membantu pasien dalam mengenal situasi


yang menimbulkan kecemasan

D. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil
perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.

16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang
progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari
mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan
padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka
tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.
Diagnosa yang muncul akibat osteoporosis diantaranya:
- Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot,
deformitas tulang
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru
- Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi dan perubahan dalam
status kesehatan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini perawat diharapkan mampu memberikan
perawatan dan edukasi kepada pasien atau masyarakat sedini mungkin akan
terjadinya osteoporosis, sehingga dengan memberikan edukasi pada masyarakat,
masyarakat mampu mencegah dengan memulai hidup sehat, olah raga yang tertur
guna melatih kekuatan otot dan tulang sehingga dapat menimalisir terjadinya
osteooporosis.

17
Makalah

LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOPOROSIS

Oleh :

FRISKA WAHYUNI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST
BUTON
BAUBAU
2016

18
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul LP OSTEOPOROSIS" ini tepat pada
waktunya
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan dengan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga amal baik yang telah diberikan
mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Baubau 22 Februari 2017

Penyusun

19
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANATAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................1
BAB II KONSEP MEDIS..............................................................................2
A. DEFINISI......................................................................................2
B. ETIOLOGI.....................................................................................2
C. KLASIFIKASI...............................................................................4
D. MANIFESTASI.............................................................................5
E. PATOFISIOLOGI...........................................................................5
F. PATHWAY......................................................................................7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................8
H. PENATALAKSANAAN................................................................8
I. KOMPLIKASI..............................................................................10

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.........................................11


A. PENGKAJIAN............................................................................11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................13
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..........................................17
E. EVALUASI KEPERAWATAN.....................................................17

BAB IV PENUTUP......................................................................................18
A. KESIMPULAN...........................................................................18
B. SARAN............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Bordul.F,Steven,P.J.M&VanDerWeyde,J.A.G.1997.ilmukeperawatan(judul2).
Jakarta:EGC
Compston,Juliet.2002.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.
Junaidi,Iskandar.2007.Osteoporosis.Jakarta:Gramedia.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan:
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.edisi revisi jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction.

20
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan:
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.edisi revisi jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan:
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.edisi revisi jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction.
Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Edisi ketiga, Yarsif
Watampore, Jakarta, 2007; 355-357
Sain,iwan.2009.osteoporosis.[serial online].
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis
Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126.
Sudoyo, Aru W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Yatim, Faisal. 2003. Osteoporosis Penyakit Kerapuhan Tulang Pada Manula.
Jakarta: Pustaka Obor.

21

Вам также может понравиться