Вы находитесь на странице: 1из 53

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan resume tentang MANAJEMEN
OPERASI DAN PRODUKSI I berguna ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima
kasih kepada Bapak Agus Sobar, S.E., M.M. selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah Manajemen Operasi dan Produksi I di
STIE PGRI Sukabumi, yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Resume ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi nilai pada Mata Kuliah Manajemen Operasi dan
Produksi I Semester V, S1 Program Studi Manajemen STIE PGRI
Sukabumi.
Kami sangat berharap resume ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang
Manajemen Operasi dan Produksi. Menyadari bahwa di dalam
resume ini masih terdapat banyak kekurangan atau bahkan jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan data-
data yang masih kurang lengkap. Demi kemajuan untuk kita
semua, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
obyektif dan membangun demi perbaikan resume kami
selanjutnya.
Demikian resume ini kami buat semoga bermanfaat dan
berguna khususnya bagi kami sendiri maupun orang yang lain
yang telah membacanya. Sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan banyak terima kasih.

Sukabumi, 24 Maret 2017


Penulis

1
2

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................2
BAB II MATERI PEMBAHASAN.........................................................3
2.1 Pengertian dan Pemahaman Filosofi Produk.................3
2.2 Jenis Jenis Produk.........................................................6
2.3 Produk Massa dan Produk Atas Dasar Pesanan............8
2.4 Macam-macam Kegiatan Industri...............................10
2.5 Tata Cara Penempatan Mesin di Pabrik.......................12
2.6 Manajemen Persediaan Bahan Baku..........................16
2.7 Perencanaan Jumlah Produk.......................................27
2.8 Perkiraan Jumlah Produk.............................................32
2.9 Produktivitas...............................................................35
2.10Produktivitas Total dan Produktivitas Parsial..............36
2.11Efisiensi......................................................................37
2.12Efektivitas...................................................................37
2.13Total Quality Management (TQM)...............................38
BAB III PENUTUP..........................................................................39
3.1 Kesimpulan.....................................................................
3.2 Saran..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi perusahaan jenis apapun, baik yang bergerak dalam
manufaktur maupun jasa tentulah menyadari bahwa
kelangsungan hidup perusahaan lebih penting daripada sekedar
laba yang besar. Sekalipun untuk dapat terus bertahan (going
concern), perusahaan memerlukan keuntungan yang cukup.
Selanjutnya untuk mendapatkan keuntungan tersebut, produk
yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta
kepuasan konsumen (harga, kualitas, pelayanan, dsb). Salah satu
ujung dari masalah ini adalah proses produksi yang harus baik
dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan baik berupa
barang atau jasa, dapat mendukung kelangsungan hidup
perusahaan.
Penggunaan fungsi-fungsi manajemen (Planing,
Organizing, Actuating, and Controling) sedemikian rupa dalam
proses transformasi berbagai sumber daya perusahaan, guna
menambah dan menghasilkan output yang lebih baik dan
optimal. Istilah manajemen operasi muncul untuk memperluas
pemahaman yang lebih luas tentang proses produksi, di mana
proses produksi yang dibahas tidak hanya yang menghasilkan
barang dan menimbulkan keuntungan saja, namun juga
membahas proses produksi yang menghasilkan jasa dan atau
tidak menghasilkan keuntungan.
Untuk menciptakan barang dan jasa (produk), semua
organisasi bisnis (perusahaan) paling tidak menjalankan tiga
fungsi utama yaitu, pertama fungsi pemasaran (Marketing
Function) yang berhubungan dengan pasar untuk dapat
menciptakan permintaan dan pada akhirnya menyampaikan
produk yang dihasilkan ke pasar, kedua fungsi keuangan
(Finance Function) yang mengelola berbagai urusan keuangan
dalam perusahaan, dan yang ketiga fungsi produksi atau operasi
(Operation Function) berkaitan dengan penciptaan barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan. Mengacu pada tiga fungsi
tersebut. Dengan demikian, manajemen operasional dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau aktivitas yang
menciptakan nilai produk baik berupa barang maupun jasa
melalui proses transformasi input menjadi output. Aktivitas
tersebut berlaku untuk berbagai macam produsen baik barang
atau pun jasa.
Mengapa manajemen operasi penting?. Hal tersebut antara
lain karena, sebagian besar aktiva perusahaan umumnya
tertanam dalam aktivitas operasi/produksi, khususnya
persediaan, sebagian besar sumber daya manusia, berada dalam
departemen operasi/produksi dan kegiatan operasional
perusahaan merupakan kegiatan utama perusahaan. Setelah
proses produksi dan kehidupan perusahaan berjalan dengan
baik, perusahaan perlu menjaganya dengan baik. Mengingat
menjaga lebih sulit dari pada saat mendirikannya, dengan
demikian proses dan kegiatan produksi sebagai dapurnya
perusahaan perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh sehingga
sebuah perusahaan memiliki devisi produksi yang solid dan
dapat dipercaya sebagai tulang punggung kelangsungan hidup
perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis
merumuskan batasan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan produk?
2. Sebutkan jenis-jenis produk?
3. Apa yang dimaksud produk massa dan produk atas dasar
pesanan?
4. Ada berapa macam kegiatan industri?
5. Bagaimana cara penempatan mesin di pabrik ?
6. Apa yang dimaksud manajemen persediaan?
7. Apa saja yang harus dipertimbangkan perencanaan jumlah
produk?
8. Apa yang harus dipertimbangkan dalam peramalan produk?
9. Apa yang dimaksud produktivitas, efisiensi, dan efektivitas?
10. Apa yang dimaksud Total Quality Management?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan resume ini
adalah sebagai berikut :
1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasi dan
Produksi.
2 Untuk mempelajari dan memahami dari apa yang ada dalam
materi Manajemen Operasi dan Produksi.
3 Menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya
mahasiswa sebagai bekal setelah lulus untuk terjun di dunia
lapangan kerja dan masyarakat, dan memberikan manfaat
bagi pembaca pada umumnya.

BAB II
MATERI PEMBAHASAN

4
2.1. Pengertian dan Pemahaman Filosofi Produk
2.1.1. Pengertian Produk
Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996:274) adalah :
A product as anything that can be offered to a market for
attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy
a want or need. Artinya produk adalah segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan konsumen. Menurut Stanton, (1996:222), A product
is asset of tangible and intangible attributes, including
packaging, color, price quality and brand plus the services and
reputation of the seller.
Artinya suatu produk adalah kumpulan dari atribut-atribut
yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan,
warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan
reputasi penjualannya. Menurut Tjiptono (1999:95) secara
konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen
atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
organisasi serta daya beli.
2.1.2. Tingkatan Produk
Menurut Kotler (2003:408) ada lima tingkatan produk, yaitu
Core Benefit, Basic Product, Expected Product, Augmented
Product and Potential Product. Penjelasan tentang kelima
tingkatan produk adalah :
1 Core Benefit (namely the fundamental service of benefit that
costumer really buying) yaitu manfaat dasar dari suatu
produk yag ditawarkan kepada konsumen.
2 Basic Product (namely a basic version of the product) yaitu
bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh
panca indra.
3 Expected Product (namely a set of attributes and conditions
that the buyers normally expect and agree to when they
purchase this product) yaitu serangkaian atribut-atribut
produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli
pada saat membeli suatu produk.
4 Augmented Product (namely that one includes additional
service and benefit that distinguish the companys offer from
competitors offer) yaitu sesuatu yang membedakan antara
produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk
yang ditawarkan oleh pesaing.
5 Potential Product (namely all of the argumentations and
transformations that this product that ultimately undergo in
the future) yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk
yang dialami oleh suatu produk dimasa datang.
Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli
pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler.
Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1 Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok utama, yaitu :
a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga
bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang,
disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
b. Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti
halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan
sebagainya. Kotler (2002, p.486) juga mendefinisikan jasa
sebagai berikut : Jasa adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat
dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
11. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang
biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam
kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan
sebagainya.
c. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang
biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian
(umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu
tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan
lain-lain.

6
12. Berdasarkan tujuan konsumsi Berdasarkan tujuan konsumsi
yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa
produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
a Barang konsumsi (consumers goods)
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung
dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut
untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
d. Barang industri (industrials goods)
Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih
memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan
suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari
barang industri diperjual-belikan kembali.
Menurut Kotler (2002, p.451), barang konsumen adalah
barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir
sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis.
Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat
jenis :
1 Convenience Goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi
pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu
segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat
kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya
antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan
sebagainya.
13. Shopping Goods
Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara
berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah
tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan lainnya.
14. Specialty Goods
Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau
identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen
bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang
terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.
15. Unsought Goods
Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen
atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum
terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa,
ensiklopedia, tanah kuburan dan sebagainya.
2.1.3. Kualitas Produk
Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu
diperhatikan adalah kualitas produk. Menurut American Society
for Quality Control, kualitas adalah the totality of features and
characteristics of a product or service that bears on its ability to
satisfy given needs, artinya keseluruhan ciri dan karakter-
karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada
konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual
telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual
telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk
yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang
tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan
berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan
membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan
penampilan terbaik atau bahkan dengan tampilan lebih baik
bukanlah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika
tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
pasar.
Menurut Kotler and Armstrong (2004, p.283) arti dari
kualitas produk adalah the ability of a product to perform its
functions, it includes the products overall durability, reliability,
precision, ease of operation and repair, and other valued
attributes yang artinya kemampuan sebuah produk dalam
memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan
durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian
dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
Dimensi Kualitas Produk Menurut Mullins, Orville, Larreche,
dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar,
perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang
digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang
dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi
kualitas produk tersebut terdiri dari :
1 Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik
operasi dasar dari sebuah produk.
16. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur
produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut

8
harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen
terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan
produk.
17. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan
spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar
dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari
konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
18. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang
untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah
ketertarikan konsumen terhadap produk.
19. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk
akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode
waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
20. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana
penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan
bentuk dari produk.
21. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan
hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara
tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas
produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap
produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
negara asal.
Terlepas dari panjangnya siklus hidup produk, tugas
manajer operasi tetap sama yaitu mendesain sebuah sistem
yang membantu mengenalkan produk baru dengan sukses. Jika
fungsi operasi tidak berjalan secara efektif maka perusahaan
mungkin dibebani dengan produk yang tidak bisa diproduksi
secara efisien atau bahkan tidak dapat diproduksi lagi.

2.2. Jenis Jenis Produk


Menurut Philip Kotler ada sepuluh jenis produk yang
entitasnya berbeda dan pada umumnya digunakan dalam
pengelolaan manajemen pemasaran modern diantaranya :
1 Barang
Barang-barang fisik merupakan bagian yang terbesar dari
produksi dan usaha pemasaran dari kebanyakan negara.
Perusahaan-perusahaan di dunia kebanyakan memasarkan
barang yang mereka produksi dari mulai makanan, alat
transportasi, pakaian, perlengkapan rumah tangga dan masih
banyak lagi barang lainnya. Pemasaran tidak hanya dilakukan
oleh perusahaan yang memproduksi barang saja,bahkan kini
dengan perkembangan informasi dan teknologi, individu
mulai memasarkan barang-barang melalui berbagai media
terutama internet yang merupakan media termurah dan
sarana pemasaran yang cukup efektif dewasa ini.
2 Jasa
Dewasa ini ketika pertumbuhan ekonomi semakin maju,
terjadi peningkatan proporsi produksi jasa dalam kegiatan
ekonomi. Jasa mencakup hasil kerja perusahaan-perusahaan
penerbangan, hotel, sewa mobil, transportasi, pendidikan,
bahkan sampai jasa-jasa tenaga profesional seperti akuntan,
konsultan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kesemua
produk jasa ini membutuhkan pemasaran yang efektif guna
mendapatkan klien mereka sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Pemasaran dilakukan di
antaranya untuk mendapat kepercayaan dari para pelanggan
selaku pengguna jasa dari perusahaan.
3 Acara Khusus (Event)
Pemasaran juga digunakan untuk memasarkan acara-acara
khusus guna menyebarkan kepada khalayak ramai bahwa
sedang terjadi acara khusus tersebut. Sebagai contoh, pada
acara olah raga seperti liga sepak bola. Pemasaran berperan
penting untuk membantu penyelenggara liga dalam hal ini
perusahaan penyelenggara agar diketahui oleh khalayak
ramai dan banyak orang yang menonton acar liga tersebut.
Dengan rating penonton yang tinggi,memungkinkan
penyelenggara untuk mendapatkan lebih banyak sponsor
yang mau membiayai mereka untuk menyelenggarakan acara
liga tersebut.
4 Pengalaman
Dengan merangkai beberapa jasa dan barang, seseorang
dapat menciptakan, menggelar, dan memasarkan
pengalaman. Sebagai contoh adalah Taman Impian Jaya
Ancol, di sini ditawarkan kepada konsumen berbagai
pengalaman rekreasi dari mulai bermain di dunia
fantasi,melihat ikan di Sea World Indonesia, menikmati
indahnya pantai Ancol, dan masih banyak lagi pengalaman
yang ditawarkan. Pada intinya pemasaran juga dapat
digunakan untuk memasarkan pengalaman-pengalaman
tersebut kepada masyarakat baik itu untuk tujuan komersial
maupun tujuan non komersial.
5 Orang
Dewasa ini peran publik figur sudah amat penting di
masyarakat kita. Dari mulai tokoh politik, artis, penyanyi,

10
grup musik, olahragawan, seniman, bahkan sampai dokter
dan pengacara. Kesemua orang-orang ini membutuhkan
pemasaran yang mengelola mereka sehingga mereka tetap
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga karier mereka pun
akan terus berlanjut.
6 Tempat
Kota, negara, wilayah, provinsi, dan bangsa-bangsa
berlomba-lomba untuk menarik turis, wisatawan, investor,
pabrik, kantor, dan tempat tinggal baru. Pemasaran berperan
sangat penting untuk menarik kesemua orang-orang itu.
Sebagai contoh, Uni Emirat Arab berusaha mengembangkan
industri properti di negara mereka sebagai salah satu upaya
pemasaran untuk menarik wisatawan dan investor asing yang
mau menanamkan modal di negara mereka.
7 Properti
Properti adalah hak kepemilikan tak berwujud, baik itu berupa
benda nyata (real estate) atau finansial (saham dan obligasi).
Properti itu diperjualbelikan dan itu menuntut adanya
pemasaran. Agen real estate bekerja atas nama pemilik atau
pencari properti guna menjual atau membeli real estate
untuk keperluan komersial atau tempat tinggal. Perusahaan
investasi dan Bank memasarkan sekuritas, baik itu kepada
investor yang bersifat kelembagaan ataupun perseorangan.
8 Organisasi
Organisasi secara aktif bekerja untuk membangun citra yang
baik, kuat dan menyenangkan dalam pikiran masyarakat
publik mereka. Organisasi-organisasi baik itu komersial
ataupun non komersial ini menggunakan pemasaran untuk
mendorong citra publik mereka dan bersaing untuk
mendapatkan khalayak dan dana.
9 Informasi
Informasi dapat diproduksi dan dipasarkan sebagai sebuah
produk. Dari mulai berita, pendidikan, pelatihan, dan
informasi lainnya menggunakan pemasaran untuk
mendapatkan perhatian publik agar mereka mau
menggunakan informasi yang mereka produksi.
10 Gagasan
Setiap penawaran pasar mencakup suatu gagasan dasar.
Charley Revson dari Revlon mengamati, di pabrik,kami
membuat kosmetik,di toko kami menjual harapan.Produk
dan jasa adalah platform untuk menyerahkan beberapa
gagasan atau manfaat. Pelaku pemasaran sosial sibuk
mempromosikan gagasan-gagasan, seperti katakan tidak
pada narkoba, Selamatkan Hutan Kita.

2.3. Produk Massa dan Produk Atas Dasar Pesanan


Metode pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat
pengolahan produk. Pengolahan produk dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu pengolahan produk berdasarkan pesanan (job
order) dan pengolahan produk yang merupakan produksi massa
(mass production).
2.3.1. Produksi Atas Dasar Pesanan (Job Order)
Jika perusahaan menggunakan proses produksi atas dasar
pesanan, maka baik spesifikasi (jenis) maupun jumlah (kuantitas)
produk didasarkan atas pesanan yang masuk sesuai dengan
permintaan pihak pemesan. Produksi atas dasar pesanan
memiliki ciri utama:
1 Produk tidak dijual secara bebas di pasar (given market)
produk hanya diproduksi dalam jumlah terbatas atau
sejumlah pesanan, sehingga tidak dijual secara bebas di
pasar-pasar.
2 Perusahaan tidak perlu mengadakan persediaan (zero
inventory) karena memproduksi sebanyak yang dipesan,
maka jumlah produksi selalu habis terjual. oleh karena itu,
perusahaan tidak perlu memiliki persediaan, perusahaan baru
akan memproduksi bila ada pesanan dari pelanggan/
konsumen.
2.3.2. Produksi Massa (Mass Production)
Jika perusahaan menggunakan proses produksi massal,
maka baik jenis maupun jumlah produksi tidak didasarkan atas
pesanan, melainkan atas apa yang diputuskan perusahaan.
Biasanya didasarkan atas pertimbangan volume produksi dan
volume penjualan sebelumnya atau atas dasar pertimbangan
pihak-pihak tertentu (misalnya tenaga penjual, manajemen
perusahaan, expert atau pihak lainnya). Produksi massal memiliki
ciri utama:
1 Produk dihasilkan dalam jumlah besar (produksi besar-
besaran);
2 Tujuan produksi adalah untuk menguasai pasar;
3 Produk dijual di pasar bebas (free market);
4 Variasi produk kecil; dan
5 Harus ada persediaan untuk memenuhi permintaan pada
masa tunggu (lead time).

12
Keputusan untuk memilih apakah perusahaan akan
melakukan proses produksi pesanan atau produksi massa, sangat
tergantung pada kemungkinan keuntungan yang akan diraih
perusahaan, khususnya dilihat dari penguasaan pasar. Untuk
memilih proses produksi massa, maka perusahaan terlebih
dahulu perlu melakukan analisis pasar tentang situasi dan
kondisi pasar khususnya untuk melihat pesaing. Hal ini
diperlukan untuk menyusun peramalan penjualan, yaitu
perkiraan tentang penjualan barang hasil produksi pada masa
yang akan datang.
Perusahaan dapat memilih salah satu atau kombinasi dari
kedua proses produksi tersebut, yaitu di samping menjalankan
proses produksi massa pada suatu lini produk tertentu
perusahaan juga menerima pesanan khusus (job order) untuk lini
produk lainnya, khususnya bagi perusahaan yang telah lama
berkiprah atau telah memiliki pengalaman produksi dan
penjualan. Sedangkan, bagi perusahaan yang baru atau
wirausaha baru melakukan produksi atas dasar pesanan masih
sulit dilakukan karena belum dikenal. Contohnya perusahaan
memproduksi secara massal kemeja pria dewasa dengan ukuran
umum S, M, dan L. Namun, perusahaan juga memproduksi
kemeja atas dasar pesanan, misalnya kemeja dengan desain
khusus sesuai permintaan konsumen, kemeja dengan ukuran
ekstra, dan sebagainya.

2.4. Macam-macam Kegiatan Industri


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi
barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa
barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri juga bisa
dikatakan semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang
sifatnya produktif dan komersial. Kata industri biasanya identik
dengan semua aktivitas ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi.
2.4.1. Sistem Manufaktur
Analisis sistem manufaktur telah mengidentifikasi dua
kategori dasar bagi suatu perusahaan industri, yaitu continuous
process industries dan intermittent process industries (Wild,
1983).
1 Continuous Process Industries
Continuous process industries adalah industri yang
memproduksi barang dengan proses kontinyu. Kontinyu di
sini ikan berarti berproduksi secara 24 jam tanpa henti,
melainkan sebagai proses yang dilakukan secara tumpukan,
bukan per unit produk. Industri jenis ini sering kali
menggunakan proses kimia dari pada fisik atau mekanik,
seperti industri pupuk, gula, semen, atau tepung terigu.
22. Intermittent Process Industries
Intermittent process industries atau sering juga disebut
discrete parts manufacturing adalah industri yang
memproduksi barang secara proses individu, unit per unit.
Misalnya, industri alat-alat elektronika, kendaraan bermotor,
peralatan kantor, dan alat-alat rumah tangga. Ada tiga
kelompok intermittent process industries dengan masing-
masing karakteristik utamanya yaitu jobbing shop production,
batch production, dan mass production (repetitive
manufacturing).
a Jobbing Shop Production
Jobbing shop production memproduksi berbagai jenis
barang yang berbeda dengan volume produksi yang
rendah, (beberapa unit saja) untuk masing-masing jenis
barang. Memerlukan peralatan yang sangat fleksibel
(mampu mengerjakan berbagai jenis pekerjaan) Aan
tenaga kerja yang ahli/berkemampuan tinggi. Biasanya
berproduksi berdasarkan pesanan. Contohnya bengkel-
bengkel mesin, perusahaan mebel, dan butik pakaian.
e. Batch Production
Batch production memproduksi barang dalam bath atau lot
yang kecil dengan berbagai tahap pengerjaan, setiap tahap
pengerjaan dilakukan untuk seluruh bath sebelum menuju
tahap pengerjaan berikutnya. Sistem produksi harus cukup
fleksibel dan menggunakan peralatan Multi guna agar
mampu memenuhi berbagai persyaratan dan fluktuasi
permintaan. Batch production dapat dilihat sebagai suatu
situasi antara Jobbing shop production dan Mass
Production. Contohnya pabrik perakitan mesin dan
peralatan pabrik.
f. Mass Production (repetitive manufacturing)
Mass Production barang yang diproduksinya relatif sedikit
tetapi dengan volume produksi yang besar (massal),
karena itu seluruh produk biasanya distandarisaikan.
Fasilitas produksinya terdiri atas mesin-mesin yang khusus.

14
Contohnya industri pembuatan dan perakitan kendaraan
bermotor niaga roda empat, lampu pijar, televisi dan disket
komputer.
Karakteristik Intermittent Process Industries
Mass Jobbing
Batch
Producti Shop
Production
on Production
Volume
Tinggi Sedang Rendah
produk
Variasi jenis
Rendah Sedang Tinggi
produk
Keterampila
n tenaga Rendah Sedang Tinggi
kerja
Standarisasi
Tinggi Sedang Rendah
produk
Spesialisasi
peralatan/m Tinggi Sedang Rendah
esin
2.4.2. Industri Berdasarkan Proses Produksi
Berikut adalah macam-macam industri berdasarkan proses
produksinya yaitu:
1 Industri Hulu
Industri hulu yaitu industri yang hanya mengolah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya
hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang
lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja. Adapun ciri-ciri industri
hulu adalah sebagai berikut :
a tidak padat karya; dan
b industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk
kegiatan industri yang lain.
Dan berikut ini merupakan contoh dari industri yang masuk
dalam kategori industri hulu :
a industri mesin/alat pertanian (traktor, mesin perontok
padi);
g. industri listrik (motor listrik, panel listrik);
h. industri pesawat terbang (PT Dirgantara Indonesia di
Bandung);
i. industri besi dan baja (PT Krakatau Steel Cilegon Banten);
dan
j. industri mesin dan peralatan pabrik (pabrik tekstil, pabrik
almunium, pabrik farmasi, pabrik kertas).
23. Industri Hilir
Industri hilir yaitu industri yang mengolah barang setengah
jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan
dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Industri hilir memiliki beberapa definisi lain yakni :
k. industri yang mengolah hasil pertanian;
l. industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi
barang jadi;
m. industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku;
n. industri yang didirikan di bagian hilir aliran sungai;
o. industri yang mengolah bahan pakan ternak; dan
p. industri yang mencukupi kebutuhan pokok rakyat dan
padat karya sehingga bisa mengurangi pengangguran.
Adapun contoh dari industri hilir ini seperti berikut :
a industri pangan (susu, minyak goreng, margarin,
terigu,dsb);
b industri tekstil (benang, tenun, zat pewarna);
c industri alat listrik dan logam (mesin jahit, lemari es,
lampu; telepon, hand phone, mesin obras, mesin bordir,
kamera).
d industri alat tulis (pensil, pen, bollpoint, penghapus);
e industri alat-alat musik (gitar, piano, biola, organ, dan lain-
lain).
2.4.3. Industri Berdasarkan Tingkatan Teknologi
Selain industri hulu-hilir industri juga digolongkan
berdasarkan tingkatan dan teknologi yang digunakan seperti :
1 Industri Dasar
Industri dasar atau industri yang mengolah bahan mentah
untuk dijadikan bahan baku untuk dijadikan barang siap
pakai.
24. Industri Menengah
Industri menengah ialah industri yang mengolah bahan baku
yang dihasilkan oleh industri dasar untuk dijadikan barang
Sim pakai, dengan menggunakan teknologi tepat guna.
25. Industri Berat

16
Industri berat merupakan industri yang mengolah bahan baku
dari hasil produksi industri dasar untuk dijadikan barang siap
pakai dengan menggunakan teknologi tinggi.
26. Industri Super Berat
Industri super berat adalah industri yang mengolah bahan
baku dari hasil produksi industri dasar untuk dijadikan barang
siap pakai dengan menggunakan teknologi super canggih.

2.5. Tata Cara Penempatan Mesin di Pabrik


Tata letak mencakup desain dari bagian-bagian, pusat kerja
dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan
mentah menjadi bahan jadi. Perencanaan tata letak merupakan
satu tahap dalam perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif
sehingga dapat tercapainya suatu proses produksi dengan biaya
yang paling ekonomis.
2.5.1. Tujuan Perencanaan Tata Letak
Adapun yang menjadi tujuan dari perencanaan lay out/tata
letak yang baik adalah sebagai berikut :
1 Memaksimumkan pemanfaatan peralatan pabrik
2 Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja
3 Mengusahakan agar aliran bahan dan produk lancar
4 Meminimumkan hambatan pada kesehatan
5 Meminimumkan usaha membawa bahan
2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak
Efektivitas dari pengaturan tata letak suatu kegiatan
produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut :
1 Penanganan Material
Perencanaan tata letak harus memperhatikan gerakan dari
material atau manusia yang bekerja. Gerakan material akan
berdampak pada biaya penanganan material, biasanya
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan bagi biaya
produksi.
27. Utilisasi Ruang
Utilisasi ruang dan energi merupakan salah satu faktor yang
diperhatikan dalam perencanaan tata letak. Perkembangan
teknologi memungkinkan penataan mesin-mesin tidak dalam
arah horizontal, berada dalam satu lantai, melainkan dapat ke
arah vertikal.
28. Mempermudah Pemeliharaan
Perawatan mesin selain berpengaruh terhadap mutu produk
juga berpengaruh terhadap usia mesin. Tata letak mesin
harus menyediakan ruang gerak yang cukup bagi
pemeliharaan mesin.
29. Kelonggaran Gerak
Perencanaan tata letak tidak saja untuk memperoleh efisiensi
ruang tetapi juga harus memperhatikan kelonggaran gerak
bagi operator/karyawan. Selain meningkatkan kepuasan
karyawan atas kondisi kerja, kelonggaran gerak dapat
mengurangi kecelakaan kerja.
30. Orientasi Produk
Jenis produk yang dibuat sangat berpengaruh dalam
perencanaan tata letak. Misalnya, produk ukuran besar dan
berat, atau memerlukan perhatian khusus dalam
penangannya, umumnya menghendaki suatu tata letak yang
tidak membuat produk dipindah-pindah. Sebaliknya, produk
yang berukuran kecil dan ringan yang dengan mudah dapat
diangkut akan menjadi lebih ekonomis apabila diproduksi
dengan suatu tata letak yang berdasarkan proses.
31. Perubahan Produk atau Desain Produk
Perencanaan tata letak juga memperhatikan perubahan jenis
produk atau disain produk. Bagi perusahaan yang jenis
produk atau disainnya sering berubah, tata letak mesin harus
se-fleksibel mungkin dalam mengadaptasi perubahan.
2.5.3. Jenis-jenis Tata Letak
Beragam teknik telah dibuat untuk menyelesaikan
permasalahan tata letak. Perusahaan industri memusatkan
perhatian untuk mengurangi pergerakkan bahan dan
penyeimbangan lini perakitan. Perusahaan ritel memusatkan
perhatian akan usaha mempertontonkan produknya. Tata letak
gudang memusatkan perhatian akan nilai optimal antara biaya
penyimpanan dan biaya penanganan bahan. Sering kali variabel
dalam masalah tata letak sangat luas cakupannya dan juga
sangat banyak untuk menemukan solusi yang optimal. Karena
alasan inilah walaupun telah dilakukan usaha penelitian untuk
mencari solusi yang optimal keputusan tata letak tetap
merupakan suatu seni tersendiri.Berikut adalah jenis-jenis lay out
pabrik diantaranya;
1 Tata Letak Proses (process layout)

18
Tata letak proses (process layout) /tata letak fungsional
penyusunan tata letak di mana alat yang sejenis atau
mempunyai fungsi yang sama ditempatkan dalam bagian
yang sama. Misalnya mesin-mesin bubut dikumpulkan pada
daerah yang sama, sedemikian pula mesin-mesin potong
diletakkan pada bagian yang sama seperti dalam gambar di
bawah ini:

Mesin-mesin ini tidak dikhususkan untuk produk tertentu


melainkan dapat digunakan untuk berbagai jenis produk.
Model ini cocok untuk discrete production dan bila proses
produksi tidak baku, yaitu jika perusahaan membuat jenis
produk yang berbeda. Jenis tata letak proses dijumpai pada
bengkel-bengkel, rumah sakit, universitas atau perkantoran.
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan tata letak proses
terlihat dalam tabel berikut ini :
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Memungkinan utilitas 1. Meningkatkan kebutuhan
mesin yang tinggi material handling karena
2. Memungkinkan aliran proses yang beragam
penggunaan mesin- serta tidak dapat digunakan
mesin yang multi-guna ban berjalan
sehingga dapat dengan 2. Pengawasan produksi yang
cepat mengikuti lebih sulit
perubahan jenis 3. Meningkatnya persediaan
produksi barang dalam proses
3. Memperkecil 4. Total waktu produksi per
terhentinya produksi unit yang lebih lama
yang diakibatkan oleh 5. Memerlukan skill yang
kerusakan mesin lebih tinggi
4. Sangat fleksibel dalam 6. Pekerjaan routing,
mengalokasikan pejadwalan dan akunting
personel dan peralatan biaya yang lebih sulit,
5. Investasi yang rendah karena setiap ada order
karena dapat baru harus dilakukan
mengurangi duplikasi perencanaan/perhitungan
peralatan kembali
6. Memungkinkan
spesialisasi supervisi
32. Tata Letak Produk (product lay out)
Tata letak produk (product lay out) apabila proses
produksinya telah distandarisasikan dan berproduksi dalam
jumlah yang besar. Setiap produk akan melalui tahapan
operasi yang sama sejak dari awal sampai akhir. Ilustrasi dari
tata letak produk dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan tata letak proses


terlihat dalam tabel berikut ini :
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Aliran material yang 1. Kerusakan pada
simple dan langsung sebuah mesin dapat
2. Persediaan barang menghentikan
dalam proses yang produksi
rendah 2. Perubahan desain
3. Total waktu produk dapat
produksi per unit mengakibatkan tidak
yang rendah efektifnya tata letak
4. Tidak memerlukan yang bersangkutan
skill tenaga kerja 3. Biasanya
yang tinggi memerlukan investasi
5. Pengawasan mesin/peralatan yang
produksi yang lebih besar
mudah 4. Karena sifat
6. Dapat pekerjaaanya yang
menggunakan monoton dapat
mesin khusus atau mengakibatkan
otomatis kebosanan
7. Dapat
menggunakan ban
berjalan karena
aliran material
sudah tertentu

20
33. Tata Letak Posisi Tetap (fixed positon lay out)
Tata letak posisi tetap (fixed positon lay out) dipilih karena
ukuran, bentuk atau pun karakteristik lain menyebabkan
produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan. Tata
letak seperti ini terdapat pada pembuatan kapal laut,
pesawat terbang, lokomotif atau proyek-proyek konstruksi.
Tata letak posisi tetap terlihat dalam gambar berikut ini :

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan tata letak posisi


tetap terlihat dalam tabel berikut ini :
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Berkurangnya gerakan 1. Gerakan personal dan
material peralatan yang tinggi
2. Adanya kesempatan 2. Dapat terjadi
untuk melakukan duplikasi mesin dan
pengkayaan tugas peralatan
3. Sangat fleksibel, dapat 3. Memerlukan tenaga
mengakomodasi kerja yang
perubahan dalam desain berketrampilan tinggi
produk, bauran produk 4. Biasanya
maupun volume memerlukan ruang
produksi yang besar serta
4. Dapat memberikan persediaan barang
kebanggaan pada dalam proses yang
pekerja karena dapat tinggi
menyelesaikan seluruh 5. Memerlukan
pekerjaan koordinasi dalam
penjadwalan produksi

2.6. Manajemen Persediaan Bahan Baku


Persediaan secara umum didefinisikan sebagai stock bahan
baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk
memuaskan permintaan konsumen. Menurut Shore (1973)
mendefinisikan persediaan sebagai sumber daya menganggur
yang memiliki nilai potensial, definisi tersebut memasukkan
perlengkapan dan tenaga kerja yang menganggur sebagai
persediaan. Adapun penjelasan-penjelasan mengenai persediaan
diantaranya sebagai berikut :
2.6.1. Fungsi dan Tujuan Persediaan
Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan
menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi
persediaan adalah:
1 Untuk men-decouple atau memisahkan beragam bagian
proses produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah
perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan
persediaan tambahan untuk men-decouple proses produksi
dari para pemasok.
2 Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan
dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini
umumnya terjadi pada perdagangan eceran.
3 Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab
pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya
produksi atau pengiriman barang.
4 Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
Menurut Freddy Rangkuti (2000:2), tujuan dari persediaan
adalah sebagai berikut :
1 Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang/bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2 Menghilangkan risiko dari materi yang dipesan berkualitas
tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3 Untuk mengantisipasi bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam
pasaran.
4 Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau
menjamin kelancaran arus produksi
5 Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6 Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-
baiknya, dengan memberikan jaminan tersedianya barang
jadi.
7 Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
2.6.2. Jenis-jenis Persediaan
Untuk mengakomodasi fungsi persediaan, perusahaan
memiliki empat jenis persediaan yaitu, persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi, persediaan
pemeliharaan/perbaikan/operasi, dan persediaan barang jadi.
1 Persediaan bahan baku (raw material inventory) dibeli tetapi
tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk men-
decouple ( yaitu, memisahkan ) para pemasok dari proses

22
produksi. Bagaimana pun, pendekatan yang lebih disukai
adalah menghapuskan keragaman mutu, kuantitas, atau
waktu pengiriman pemasok sehingga pemisahan tidak lagi
diperlukan.
2 Persediaan barang setengah jadi (working-in-proces-WIP
inventory) adalah bahan baku atau komponen yang sudah
mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya
WIP disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat
sebuah produk (disebut siklus waktu-cycle time). Mengurangi
siklus waktu berarti mengurangi persediaan. Sering kali tugas
ini mudah: Dalam sebagian besar waktu yang digunakan
sebuah produk ketika sedang dibuat, sebenarnya produk
tersebut tidak mengalami proses apa pun. Waktu pekerjaan
yang sebenarnya atau waktu run hanyalah sebagian kecil
dari waktu aliran material, mungkin hanya 5%.
34. MRO adalah persediaan yang diperuntukkan bagi pasokan
pemeliharaan/perbaikan/operasi
(maintenance/repair/operating MRO) yang diperlukan untuk
menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap
produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak
diketahui. Walaupun permintaan persediaan MRO sering
merupakan sebuah fungsi jadwal pemeliharaan, permintaan
MRO lain yang tidak dijadwalkan harus diantisipasi.
35. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) adalah
produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman.
Barang jadi biasa saja disimpan karena permintaan
pelanggan di masa depan tidak diketahui.
2.6.3. Biaya-biaya persediaan
Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1 Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan (ordering cost, procurement costs) adalah
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan
pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya
pemesanan ini meliputi semua biaya administrasi dan
penempatan order, biaya pemilihan vendor/pemasok, biaya
pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan
pemeriksaan barang
2 Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (carrying costs, holding costs) adalah
biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya
persediaan barang. Yang termasuk biaya ini, antara lain biaya
sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji
pelaksana pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang
tertanam dalam persediaan, biaya asuransi ataupun biaya
kerusakan, kehilangan atau penyusutan barang selama
penyimpanan.
3 Biaya Kekurangan Persediaan
Biaya kekurangan persediaan (shortage costs, stockout costs)
adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya
barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan
ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan berupa
biaya kehilangan kesempatan. Dalam perusahaan
manufaktur, biaya ini merupakan biaya kesempatan yang
timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai
akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain
meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan
karyawan. Biaya kekurangan persediaan sulit untuk diukur
dan sering hanya diperkirakan besarnya secara subyektif.
Namun, tidak berarti biaya kekurangan persediaan itu tidak
bisa dihitung.
2.6.4. Model Persediaan Economics Order Quantity
(EOQ)
Kuantitas pesanan ekonomis (economics order
quantity/EOQ) merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan
oleh FW Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dikenal
dalam teknik pengendalian persediaan. EOQ banyak
dipergunakan sampai saat ini karena mudah dalam
penggunaannya, meskipun dalam penerapannya harus
memperhatikan asumsi yang dipakai. Asumsi tersebut sebagai
berikut :
1 barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam;
2 kebutuhan / permintaan barang diketahui dan konstan;
3 biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan
konstan;
4 barang yang dipesan diterima dalam satu kelompok;
5 harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang
dibeli; dan
6 waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan.
Dalam metode ini digunakan beberapa notasi sebagai berikut :
D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)
biaya pemesanan atau biaya setup
S =
(rupiah/pesanan)

24
h = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)
C = harga barang (rupiah/unit)
h X C = biaya penyimpanan
H =
(rupiah/unit/tahun)
Q = jumlah pemesanan (unit/pesanan)
F = frekuensi pemesanan (kali/tahun)
C = jarak waktu antar pesanan (tahun, hari)
TC = biaya total persediaan (rupiah/tahun)
1 Biaya pemesanan per tahun :
D = frekuensi pesanan biaya pesanan
D
D = Q S

36. Biaya penyimpanan per tahun :


D = persediaan rata-rata biaya penyimpanan
Q
D = 2 H

37. Biaya total per tahun


D Q
= Q S + 2 H

38. EOQ terjadi bila biaya pemesanan = biaya penyimpanan,


maka :
D Q
S = H
Q 2
2DS = HQ 2
2 DS
Q2 = H

Q =
2DS
H

Q adalah EOQ, yaitu jumlah pemesanan yang memberikan


biaya total persediaan terendah. EOQ juga bisa diperoleh dari
fungsi biaya total (TC), yaitu dengan membuat turunan
pertama fungsi biaya total terhadap Q sama dengan 0, maka
Q yang diperoleh merupakan titik EOQ, sebagai berikut :
D Q
TC = S+ H
Q 2
dTC DS H
= + =0
dQ Q
2
2
2DS = HQ 2

Q =
2DS
H

Dengan menggunakan contoh kasus PT. Hayang Benghar, kita


memperoleh data sebagai berikut :
D = 12.000 unit
S = Rp. 50.000,-
h = 10%
C = Rp. 3.000,-
H = h X C = Rp. 300,-
Untuk itu, EOQ dapat dihitung sebagai berikut.

EOQ = Q =
(2)(12.000)(50.000)
300
= 2.000 unit

Frekuensi pesanan adalah permintaan per tahun dibagi dengan


jumlah pesanan dalam 1 tahun, sehingga frekuensi pesanan
ekonomis sebagai berikut.
D 12.000
F = = 6 kali/tahun
Q = 2.000

Jangka waktu antar tiap pesanan :


jumlah hari kerja per tahun 365
T = = = 61 hari
frekuensi pesanan 6

Kuantitas pesanan ekonomis (economics order


quantity/EOQ) metode klasik yang diperkenalkan oleh FW Harris
ini memiliki keunggulan dan kelemahan diantaranya sebagai
berikut :
Kartika Hendra (2009) mengemukakan bahwa keunggulan dan
kelemahan metode EOQ adalah:
1 Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak
persediaan yang harus dipesan, dalam hal ini bahan baku,
dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan.
2 Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya
persediaan pengaman (safety stock),
3 Mudah diaplikasikan pada proses produksi secara massal,
4 Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan
obat.
Dan Kelemahan Metode EOQ ini adalah :

26
1 Permintaan diasumsikan secara konstan, sedangkan dalam
banyak situasi yang nyata permintaan bervariasi secara
substansial. Dalam bagian berikutnya, permintaan acak akan
dipertimbangkan.
2 Biaya diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam prakteknya
sering kali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang
besar, kasus ini membutuhkan suatu modifikasi dari model
EOQ.
3 Bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima,
tetapi dalam beberapa kasus akan ditempatkan dalam
persediaan secara continue selama di produksi.
4 Diasumsikan produk tunggal, tetapi terkadang satuan-satuan
beragam dibeli dari satu pemasok tunggal dan semuanya
dikirim pada waktu yang sama.
5 Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada
kenyataannya biaya ini sering dapat dikurangi.
2.6.5. Just In Time (JIT)
Suatu sistem persediaan yang banyak mendapat perhatian
pada dua dekade terakhir adalah Just In Time (JIT). Metode JIT
dikembangkan oleh Taichi Ohno dan kawan-kawan di Toyota Motor
Company Jepang, dan mulai dikenalkan secara meluas pada tahun
1978. Metode ini menekankan, semua material harus menjadi bagi
aktif dalam sistem produksi dan tidak boleh menimbulkan masalah
yang akhirnya mengakibatkan timbulnya biaya persediaan.
JIT merupakan penerapan dengan cara dilihat dari para
pemasok tata letak persediaan, penjadwalan, kualitas dan
pemberdayaan karyawan. JIT dilihat sebagai penghapusan
pemborosan dan variabilitas dilihat dari sektor jasa maka kita
membagi beberapa sistem atau konsep penarikan material
dengan defenisi sebagai suatu berikut :
1 Pengurangan pemborosan ketika pemborosan pada produksi
barang dan jasa diperbincangkan hal ini berarti menguraikan
tentang apapun yang tidak memberi nilai tambah produk
yang sedang disimpan diperiksa atau ditunda, juga produk
yang sedang menunggu dalam antrian dan produk cacat
tidak memberikan nilai tambah. JIT mempercepat troughput
barang setengah jadi untuk membebaskan aset dalam
persediaan untuk digunakan pada tujuan lain yang lebih
produktif.
2 Pengurangan variabilitas (masalah) untuk mencapai
pergerakan bahan secara JIT para manajer mengurangi
variabilitas yang disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Variabilitas adalah segala penyimpangan yang
berasal dari proses optimal yang mengirimkan produk
sempurna secara tepat setiap saat. Kebanyakan variabilitas
disebabkan oleh manajemen yang lemah yang memberikan
kelonggaran pada pemborosan. Variabilitas terjadi karena:
a karyawan,mesin,dan pemasok yang menghasilkan unit
yang tidak sesuai dengan standar,keterlambatan, atau
dengan kualitas yang tidak sesuai;
b gambar atau spesifikasi teknik yang tidak akurat;
c karyawan produksi yang mencoba untuk memproduksi
sebelum gambaran atau spesifikasi lengkap; dan
d pemintaan pelanggan yang tidak diketahui.
39. Sistem tarik sebuah konsep JIT di mana material hanya
diproduksi pada saat diminta dan dipindahkan ke mana
diperlukan dan saat diperlukan .
40. Waktu siklus manufaktur di mana konsep ini dapat kita
gunakan dengan melihat waktu antara kedatangan bahan
baku dan pengiriman produk jadi.
41. Sistem dorong adalah sebuah sistem yang mendorong
material ke arah stasiun-hilir dengan mengabaikan ketepatan
waktu atau ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut.
Kemitraan JIT diantara pemasok dan pembeli yang
menghilangkan pemborosan dan menurunkan biaya yang
bermanfaat secara timbal balik. Sistem ini banyak digunakan
pada perusahaan jasa yang berupa perusahaan restoran di mana
mengharapkan antara pembeli dan pemasok menghasilkan
produk yang segar, kualitas tinggi yang dikirim tanpa cacat
ketika produk itu di perlukan. Ada empat sasaran kemitraan JIT
adalah :
1 Penghilangan aktivitas yang diperlukan. Sebagai contoh
dengan adanya pemasok yang baik, aktivitas penerimaan dan
inspeksi berikutnya tidak diperlukan dalam JIT.
2 Penghapusan persediaan di pabrik. JIT mengirimkan material
ke tempat dan saat diperlukan. Persediaan bahan baku
diperlukan hanya jika terdapat alasan untuk meyakini bahwa
para pemasok tidak dapat di andalkan.
3 Penghapusan persediaan yang transit. Semakin pendek aliran
material pada saluran sumber daya, semakin sedikit jumlah
persediaan. Persediaan juga dapat dikurangi dengan sebuah
teknik yang dikenal sebagai kiriman. Persediaan kiriman
adalah sebuah variasi penjual yang mengelola persediaan
yang berarti bahwa para pemasok menjaga persediaan
hingga digunakan.

28
4 Penghilangan para pemasok yang lemah. Ketika sebuah
perusahaan mengurangi sejumlah pemasok, maka hal ini
berarti meningkatkan komitmen jangka panjang.
Perhatian kepada pemasok yang perlu diperhatikan meliputi :
1 Keinginan untuk diversifikasi, atau banyak pemasok tidak
ingin terikat dengan kontrak jangka panjang dengan hanya
satu pelanggan. Persepsi pemasok adalah bahwa mereka
akan dapat mengurangi risiko jika mempunyai beberapa
pelanggan.
2 Penjadwalan pelanggan yang lemah, banyak pemasok hanya
memiliki sedikit keyakinan pada kemampuan pembeli untuk
mengurangi pesanan menjadi jadwal yang lancar dan
terkoordinasi.
3 Perubahan teknik yang sering, dengan lead-time yang tidak
cukup bagi para pemasok untuk menyelesaikan perubahan
perkakas dan proses, merupakan malapetaka bagi JIT.
4 Jaminan mutu, produksi dengan tidak ada cacat, dianggap
tidak realistis oleh banyak pemasok.
5 Ukuran lot kecil, para pemasok sering memiliki proses yang
dirancang untuk ukuran lot besar dan melihat bahwa
penyerahan yang sering kepada pelanggan dalam lot kecil
sebagai cara untuk memindahkan biaya penyimpanan kepada
pemasok.
6 Kedekatan yang bergantung kepada lokasi pelanggan,
penyerahan yang sering dari pemasok dari lot kecil mungkin
terlihat menjadi penghalang secara ekonomis.
Yang perlu diperhatikan dalam metode JIT :
1 Tata letak JIT (JIT layout) mengurangi bentuk lain pemborosan
yaitu, pergerakan. Tata letak JIT memindahkan material
secara langsung ke lokasi yang diperlukan. Di saat tata letak
mengurangi jarak, perusahaan juga dapat menghemat ruang
dan menghapuskan area potensial untuk persediaan yang
tidak dikehendaki.
2 Pengurangan jarak, adalah suatu kontribusi utama dari sel
kerja, dan pabrik terfokus.
42. Peningkatan fleksibilitas yang dirancang untuk mengatur
kembali tentang rancangan kerja dalam menyesuaikan
perubahan volume, perbaikan produk, atau bahkan desain
baru.
43. Dampak pada karyawan, setiap pekerja harus memeriksa dan
mengetahui komponen saat komponen tersebut tiba dan
dalam keadaan kondisi baik.
44. Ruang dan persediaan yang berkurang, JIT juga mengurangi
persediaan dengan menghilangkan ruang untuk persediaan.
Ketika terdapat ruang yang kecil, persediaan harus
dipindahkan dengan jumlah lot yang sangat kecil atau bahkan
unit tunggal. Berikut taktik persediaan JIT
a gunakan suatu sistem tarik untuk memindahkan
persediaan;
b kurangi ukuran lot;
c buat sistem penyerahan JIT dengan para pemasok;
d serahkan langsung ke titik penggunaan;
e laksanakan jadwal;
f kurangi waktu setup; dan
g gunakan teknologi kelompok.
45. Persediaan JIT merupakan persediaan minimum yang di
perlukan agar berjalan secara sempurna. Dengan persediaan
JIT, barang tiba pada saat diperlukan , tidak satu menit
sebelum atau setelahnya, dengan jumlah yang tepat.
46. Mengurangi variabilitas atau menghapuskan persediaan yang
menyembunyikan variabilitas pada sistem produksi. Di dalam
sistem terdapat dua sudut persediaan yang menggambarkan
dua biaya, yaitu biaya penyimpangan persediaan dan biaya
untuk permasalahan yang tersembunyi, misalnya air dalam
danau yang menyembunyikan batu karang dalam artian air
dalam danau yang mewakili arus persediaan dan batu karang
mewakili permasalahan seperti penyerahan yang terlambat,
gangguan mesin dan kinerja personal yang buruk. Permukaan
air danau menyembunyikan permasalahan dan variabilitas,
karena persediaan menyembunyikan permasalahan, maka
permasalahan tersebut sulit untuk ditemukan.
47. Mengurangi persediaan, menghilangkan persediaan dengan
cara mengurangi persediaan yang disebabkan oleh
persediaan yang dapat mengakibatkan biaya yang begitu
besar.
48. Mengurangi ukuran lot yang berarti penghapusan
pemborosan dan mengurangi investasi persediaan. Kunci
menuju JIT adalah menghasilkan produk yang baik dalam
ukuran lot kecil. Mengurangi ukuran batch bisa menjadi
bantuan utama dalam mengurangi persediaan dan biaya
persediaan.
49. Mengurangi biaya setup, bagaimana pun, persediaan
memerlukan biaya pemesanan atau setup diberlakukan
terhadap unit yang diproduksi. Dengan pesanan dalam
jumlah besar, setiap unit yang dibeli atau dipesan hanya
menyerap sebagian kecil dari biaya setup, yang pada
gilirannya menurunkan ukuran pesanan optimal.
50. Jadwal yang efektif, yang dikomunikasikan dalam organisasi
dan para pemasok di luar pendukung JIT. Penjadwalan yang

30
lebih baik juga meningkatkan kemampuan untuk memenuhi
pesanan pelanggan, menurunkan persediaan dengan
menjadikan ukuran lot yang lebih kecil, dan mengurangi
barang setengah jadi.
51. Kanban adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti kartu.
Dalam usaha mereka untuk mengurangi persediaan, mereka
menggunakan sistem yang menarik persediaan di seluruh
pusat kerja. Sistem kanban di pabrik sering menggunakan
kontainer standar dan bisa digunakan kembali untuk
melindungi sejumlah produk tertentu yang akan dipindahkan.
Kontainer yang distandarisasi mengurangi beban dan biaya
penjualan, menghasilkan lebih sedikit ruang yang terbuang
dalam kereta gandeng, dan memerlukan lebih sedikit tenaga
kerja untuk mengemas, membongkar, dan menyiapkan Item.
52. Kualitas, hubungan JIT dan kualitas keterkaitannya dapat
ditempuh tiga cara :
a JIT memotong biaya perolehan kualitas yang baik.
Penghematan terjadi karena sisa, pengerjaan ulang,
investasi persediaan, dan biaya kerusakan terkubur dalam
persediaan. JIT menekan turunnya persediaan, oleh karena
itu, lebih sedikit unit yang tidak baik diproduksi dan lebih
sedikit unit yang harus dikerjakan ulang. Singkatnya,
karena persediaan menyembunyikan kualitas yang tidak
baik, JIT secara seketika menyingkap hal tersebut.
b JIT meningkatkan kualitas. Karena JIT menyusutkan antrian
dan lead time, maka JIT mempertahankan bukti kesalahan
tetap segar dan membatasi banyaknya sumber kesalahan
yang potensial. Hasilnya JIT menciptakan sistem peringatan
dini untuk permasalahan kualitas sedemikian rupa
sehingga lebih sedikit unit yang tidak baik diproduksi dan
umpan balik secara langsung. Keuntungan ini keduanya
diperoleh dalam perusahaan dan dengan barang yang
diterima dari penjual luar.
c JIT memungkinkan perusahaan untuk mengurangi semua
biaya yang berhubungan dengan persediaan.
53. Pemberdayaan Karyawan yang dapat membawa keterlibatan
mereka untuk menghadapi permasalahan operasional harian
yang merupakan filosofi just-in-time. Pemberdayaan
karyawan mengikuti pepatah manajemen bahwa tidak
seorang pun mengetahui pekerjaan lebih baik daripada
mereka yang melakukannya. Dibantu oleh pelatihan silang
yang agresif dan sedikitnya klasifikasi pekerjaan, perusahaan
dapat melibatkan kapasitas mental seperti halnya fisik
karyawan dalam tugas yang menantang untuk memperbaiki
situasi kerja tersebut.
2.6.6. Metode Nilai Persediaan
Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai
persediaan yang dipakai/dijual atau persediaan yang tersisa
dalam suatu periode. Terdapat tiga metode yang digunakan
dalam penilaian persediaan, yaitu :
1 Metode First In First Out (FIFO)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang
persediaan yang sudah terjual atau dipakai dinilai menurut
harga pembelian barang yang terdahulu masuk, persediaan
akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir
masuk.
Contoh :
Data persediaan bahan baku yang dipakai dalam suatu
proses peoduksi selama satu bulan terlihat dalam tabel di
bawah ini :
Jumla Harga
Tangg Total
Keterangan h satuan
al (rupiah)
(unit) (rupiah)
300.00
1 Juni
0
10 Persediaan
300 1.000 440.00
Juni awal
400 1.100 0
15 Pembelian
200 1.200 240.00
Juni Pembelian
100 1.200 0
25 Pembelian
120.00
Juni
0
Jumla 1.100.0
1.000
h 00
Misalnya pada tanggal 30 Juni jumlah persediaan akhir
sebanyak 250 unit, maka jumlah bahan baku yang terpakai
sebesar 750 unit. Harga pokok bahan baku yang terpakai
dapat dihitung sbb :
300 unit @ Rp. = Rp. 300.000,-
1.000,-
400 unit @ Rp. = Rp. 440.000,-
1.100,-
50 unit @ Rp. = Rp. 60.000,-
1.200,-
750 unit = Rp. 800.000,-
Nilai persediaan akhir :
100 unit @ Rp. = Rp. 120.000,-

32
1.200,-
150 unit @ Rp. = Rp. 180.000,-
1.200,-
250 unit = Rp. 300.000,-
Nilai persediaan akhir juga dapat dihitung dari nilai total
persediaan dikurangi nilai persediaan terpakai (1.100.000 -
800.000 = 300.000).
54. Metode Last In First Out (LIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang
terjual/terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian
barang yang terakhir masuk, dan nilai persediaan akhir
dihitung berdasarkan harga pembelian yang terdahulu
masuk.
Dengan menggunakan contoh yang sama, harga pokok
barang bahan baku yang dipakai :
100 unit @ Rp. = Rp. 120.000,-
1.200,-
200 unit @ Rp. = Rp. 240.000,-
1.200,-
400 unit @ Rp. = Rp. 440.000,-
1.100,-
50 unit @ Rp. = Rp. 50.000,-
1.000,-
750 unit = Rp. 850.000,-
Dengan demikian nilai persediaan akhir, sama dengan nilai
total persediaan dikurangi nilai persediaan terpakai
(1.100.000 850.000 = 250.000).
55. Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Method)
Nilai persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-
rata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu.
Nilai rata-rata persediaan :
Rp. 1.100.000,-
1.000 unit = Rp. 1.100 per unit

Nilai persediaan yang terpakai :


750 x Rp. 1.100,- = Rp. 825.000,-
Nilai persediaan akhir :
250 x Rp. 1.100,- = Rp. 275.000,-
Perbandingan atas hasil penilaian :
Apabila harga barang stabil, ketiga cara itu akan memberikan
hasil yang sama. Namun, apabila harga barang berubah-
ubah, baik memiliki kecenderungan meningkat maupun
menurun, nilainya menjadi berbeda. Misalnya, harga jual
barang pada contoh di atas sebesar Rp. 2000,- per unit, maka
perbandingan dari ketiga metode itu dapat ditunjukkan pada
tabel berikut ini :
METODE
FIFO RATA-RATA LIFO
Penjualan (Rp)
1.500.000 1.500.000 1.500.000
Harga pokok (Rp
800.000 825.000 850.000
Keuntungan (Rp)
700.000 675.000 650.000
Persediaan akhir
300.000 275.000 250.000
(unit)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa apabila harga
pembelian barang persediaan memiliki kecenderungan
meningkat, cara FIFO akan menunjukkan:
a nilai barang terpakai yang rendah;
b keuntungan yang lebih besar; dan
c nilai persediaan akhir yang tinggi.
Sebaliknya, cara LIFO menunjukkan:
a nilai barang terpakai yang tinggi;
b keuntungan yang rendah; dan
c nilai persediaan akhir yang rendah.
Cara mana yang dipilih, tidak menjadi persoalan asal
digunakan secara konsisten sepanjang tahun. Penggunaan
metode yang berganti-ganti akan mengakibatkan data
persediaan menjadi tidak akurat.

2.7. Perencanaan Jumlah Produk


Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk
dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar.
Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila
produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya
ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan
promosi. Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur
tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan
produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya
yang rendah, hal ini merupakan tanggung jawab yang
melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode
pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau

34
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah
metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan
customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh
customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang investor pada
perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan
produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual
dengan menghasilkan laba. Namun laba sering kali sulit untuk
dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan
laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha
pengembangan produk, yaitu:
1 Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya
pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan
mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang
ingin dibayar oleh pelanggan.
2 Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya
produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk.
Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan
oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan
tertentu.
3 Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan
perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya tanggap
perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya
akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima
pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembangan.
4 Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu
komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk
mencapai profit.
5 Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk
dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.
2.7.1. Langkah Pengembangan Produk
Dari penelitian yang dilakukan baik terhadap proses
produksi maupun terhadap produk yang dihasilkan, langkah
selanjutnya adalah tindak-lanjut penelitian dan pengembangan
dengan tahapan :
1 Mencari gagasan, yaitu tahapan dalam mencari gagasan-
gagasan baru dalam rangka pengembangan produk. Gagasan
ini dapat berasal dari pasar/konsumen, teknologi yang ada
atau digunakan dan dari pihak ketiga atau para ahli.
56. Seleksi produk, yaitu tahapan untuk memilih gagasan-
gagasan yang masuk atau yang terbaik berkaitan dengan
pengembangan produk, sehingga gagasan yang
dimanfaatkan adalah gagasan-gagasan yang tidak akan
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Ada tiga
alat yang digunakan untuk menguji pengembangan gagasan,
yaitu:
a Kelayakan Finansial
Melalui alat yang dinamakan Project Value Index, maka
dapat diketahui tentang tingkat kelayakan finansial dalam
mewujudkan gagasan. Project Value Index ini
menggunakan formulasi Return on Investment (ROI)
sebagai berikut:

Pt .Pc.AV.p.L PM
ROI = atau ROI = 100 %
TDC TC

Keterangan :
Pt : Technical Probability
atau kemungkinan keberhasilan teknik (0 Pt 1)
Pc : Commercial Probability
atau kemungkinan keberhasilan komersial (0 Pc 1)
AV : Annual Volume,
atau total penjualan produk dalam unit/tahun
p : Profit, yaitu laba yang diperoleh per unit
atau Hasil biaya (Revenue cost)
L Life
atau waktu kehidupan/tahun
TD : Total Development Cost
C
atau jumlah seluruh biaya pengembangan produk
PM : Profit Margin
laba yang diproyeksikan (tingkat laba yang diinginkan)
TC : Total Cost

36
atau total biaya pengembangan produk
Total cost, mempunyai kriteria sebagai berikut :
Bila ROI > Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan
memiliki kelayakan finansial; dan
Bila ROI < Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan tidak
memiliki kelayakan finansial.
Contoh:
CV. ABAH dalam setahun berharap memperoleh laba
sebesar Rp. 25.000.000, - dengan biaya operasional
sebesar Rp.10.000.000,- dan tingkat bunga umum (bank)
15%, maka dengan menggunakan rumus ROI sederhana,
diperoleh :
25.000.000,-
ROI = 100% = 16,67 %
150.000.000,-

ROI > r atau 16,67% > 15% berarti gagasan tersebut


memiliki kelayakan finansial.
b Kesesuaian Operasi
Khusus bagi perusahaan yang telah berproduksi, suatu
gagasan yang memiliki kelayakan finansial bukan berarti
dapat langsung dikembangkan. Apabila operasi dari produk
yang akan dikembangkan berbeda dengan produk yang
sudah ada, akan berdampak pada aspek lain, misalnya
akan mengubah layout, menambah biaya dan sebagainya.
Oleh karena, itu pengembangan suatu gagasan tidak hanya
ditentukan oleh kelayakan finansial melainkan pula oleh
kesesuaian operasi.
c Potensi Pasar
Pengembangan suatu gagasan mengenai produk harus
ditentukan pula oleh potensi pasar dari produk tersebut.
Untuk kepentingan pengembangan produk tersebut, maka
harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain,
persaingan, persediaan bahan, kualitas produksi yang
diinginkan, risiko teknik, volume penjualan yang
diharapkan, dan strategi perusahaan.
57. Desain produk pendahuluan, bahwa sebelum ditetapkan
desain produk/jasa yang akan dikembangkan ada beberapa
hal yang harus dilakukan perusahaan/wirausaha yaitu:
a penentuan bentuk serta fungsi produk baru yang akan
diproduksi
b pemilihan bahan yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan yaitu, kebutuhan jenis (spesifikasi)
produk atau bagian dari produk, harga dari bahan yang
akan digunakan, dan biaya pemrosesan bahan atau biaya
proses produksi.
q. kesempatan diversifikasi, yaitu peluang untuk menambah
atau memperbanyak jenis produk yang akan dihasilkan.
Misalnya, dari hanya menghasilkan produk jasa angkutan,
ditambah dengan produk jasa cuci mobil/motor.
Bila telah diputuskan produk mana yang akan
dikembangkan atau dihasilkan, maka tahap berikutnya
adalah membuat desain produk pendahuluan, yaitu desain
dari produk-produk yang terpilih untuk dikembangkan atau
diproduksi.
Desain produk pendahuluan yang kemudian dikembangkan
ke dalam prototype-nya diperlukan agar sebelum produk
tersebut diproduksi, selain benar-benar sudah memenuhi
standar yang ditetapkan (baik standar bahan maupun
standar kualitas), juga harus sesuai dengan permintaan
pasar/konsumen. Ada tiga faktor yang harus dicantumkan
dalam desain produk pendahuluan ini yaitu, frekuensi
kerusakan komponen (reability), kemudahan pemeliharaan
dan perbaikan (maintainability) dan umur produk.
r. Pengujian, yaitu dimaksudkan untuk menguji apakah
produk layak dikembangkan atau tidak, baik dilihat dari
potensi pasar atau konsumen maupun secara teknik dari
produk tersebut.
s. Desain akhir, bahwa apabila hasil pengujian produk
tersebut layak untuk dikembangkan, maka dibuatlah disain
akhir. Bila dari pengujian ada perbaikan-perbaikan, maka
sebelum diproduksi, perlu dibuat prototype baru untuk diuji
kembali sampai produk tersebut lolos uji secara teknik
maupun potensi pasar.
2.7.2. Pendekatan analisis Break-Event
Analisis Break-Even adalah suatu analisis yang bertujuan
untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang
menunjukkan biaya yang sama dengan pendapatan, dimana titik
tersebut dinamakan titik Break Even Point (BEP). Dalam
melakukan Analisis Break-Even diperlukan estimasi mengenai
biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan.
1 Biaya tetap (Fixed Cost)

38
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan dengan besar yang tetap, tidak tergantung dari
volume penjualan, sekalipun perusahaan tidak melakukan
penjualan. Misalnya biaya depresiasi, pajak bumi dan
bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan.
58. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang besarnya
bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang dijual. Komponen
utama biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung dan
material. Namun, biaya-biaya lain (seperti gas, listrik atau air)
yang pemakaiannya dipengaruhi oleh volume produksi juga
merupakan komponen biaya variabel.
59. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan merupakan elemen lain dari analisis break-even,
yang diasumsikan berbentuk linier, besarnya bertambah
sesuai dengan pertambahan volume penjualan.
Model dasar analisis break-even, dimana garis pendapatan
berpotongan dengan garis biaya pada titik break-even (BEP).
Seperti pada gambar berikut ini :

Notasi yang digunakan dalam analisis break-even, sebagai


berikut :
BEP (Rp) = titik break-even (dalam rupiah)
BEP (x ) = titik break-even (dalam unit)
x = jumlah unit yang dijual
F = total biaya tetap
V = biaya variabel per unit
P = harga jual netto per unit
TR = total pendapatan
TC = total biaya
= laba atau keuntungan
t = pajak keuntungan
Dengan menggunakan pendekatan pendapatan sama
dengan biaya rumus BEP dapat diperoleh, sebagai berikut :
TR = TC
P.x = F+V.x
Dapat diperoleh :
F
BEP (x) = P-V
F
BEP (Rp) = BEP (x) .P= P
P-V
F
BEP (Rp) = 1- P/ V

Apabila keuntungan dinyatakan dengan , volume yang


diperlukan untuk menghasilkan keuntungan tertentu dapat dicari
dari persamaan berikut ini :
= TR-TC = P.x-(F+V.x)
= (P-V).x-F
F+
x = atau x = BEP +
P-V P-V

Apabila unsur pajak terhadap keuntungan (t) dimasukkan dalam


analisis, rumus di atas berubah menjadi, sebagai berikut :
F+/(1-t)
x = atau x = BEP +
P-V (1-t)(P-V)

PT. Sukabumi mempunyai biaya tetap sebesar Rp. 1.000.000,-


pada periode ini biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 1.500,-
per unit dan biaya material sebesar Rp. 500,- per unit. Harga jual
produk Rp. 4.000,- per unit. Tentukan :
a Titik break-even
b Apabila keuntungan ditargetkan sebesar Rp. 560.000,-
berapa unit produk yang harus dijual?
c Apabila dari hasil keuntungan dikenakan pajak sebesar
30%, berapa unit yang harus dijual agar keuntungan tetap
sebesar Rp. 560.000,-?
Penyelesaian :
a. Biaya variabel per = 1.500,- + 500,- = 2.000,-
unit (V)

40
F 1.000.000
BEP (rp) = = = 2.000.000,-
1-P/V 1-2.000/4.000
F 1.000.000
BEP (unit) = = = 500 unit
P-V 2.000-4.000
b. F+ 1.000.000 + 560.000
x= = =780 unit
P-V 4.000 - 2.000
c. F+/(1-t) 1.000.000 + 560.000 / (1-0,3)
x= = =980 unit
P-V 4.000 - 2.000

2.8. Perkiraan Jumlah Produk


Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang
optimal diperlukan adanya suatu cara yang tepat, sistematis dan
dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu alat yang diperlukan
oleh manajemen dan merupakan bagian dari proses pengambilan
keputusan adalah metode peramalan (forcasting). Metode
peramalan (forcasting) digunakan untuk mengukur atau
menaksir keadaan di masa datang.
Peramalan bisa dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Peramalan kuantitatif menggunakan metode statistik, sedangkan
pengukuran kualitatif berdasarkan pendapat (judgement) dari
yang melakukan peramalan. Berkaitan dengan hal tersebut
dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi.
Prakiraan didefinisikan sebagai suatu variabel kejadian di
masa datang berdasarkan data variabel yang bersangkutan pada
masa sebelumnya. Dan prediksi adalah proses pejalan suatu
variabel di mas datang dengan lebih mendasarkan pada
pertimbangan subjektif/ intuisi dari pada data kejadian pada
masa lampau.
Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu peramalan jangka
panjang, peramalan jangka menengah, dan peramalan jangka
pendek :
1 Peramalan jangka panjang, yaitu mencakup waktu lebih besar
dari 18 bulan. Misalnya, peramalan yang diperlukan dalam
kaitannya dengan penanaman modal, peramalan fasilitas,
dan perencanaan untuk kegiatan litbang.
2 Peramalan jangka menengah, mencakup waktu antara 3
sampai 18 bulan. Misalnya, peramalan untuk perencanaan
penjualan, perencanaan produksi, dan perencanaan tenaga
kerja tidak tetap.
3 Perencanaan jangka pendek, yaitu untuk jangka waktu kurang
dari 3 bulan. Misalnya, peramalan dalam hubungannya
dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja,
dan penugasan karyawan.
Peramalan jangka panjang banyak menggunakan
pendekatan kualitatif sedangkan peramalan jangka menengah
dan jangka pendek biasanya menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pada dasarnya metode kuantitatif dapat
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode serial waktu dan
metode kausal.
Analisis time series, yaitu peramalan permintaan
berdasarkan data historis. Metode time series membuat
peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa depan
adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya untuk menentukan pola
dalam deret data historis dan menerjemahkan pola tersebut ke
masa depan. Model ini memiliki 6 metode yaitu:
1 Rata-rata bergerak, metode ini digunakan dan bermanfaat
apabila kita menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar
lebih stabil sepanjang waktu. Secara matematis ditunjukkan
sebagai berikut:

(permintaan n dalam periode terdahulu)


Rata-rata n periode bergerak =
n

60. Exponential smoothing, merupakan metode yang mudah dan


efisiensi penggunaannya bila dilakukan dengan komputer.
Secara matematis ditunjukkan sebagai berikut:

F t = Ft-1 +( A t-1 - Ft-1 )

Dimana :
Ft = ramalan baru
F t-1= ramalan sebelumnya
A t-1
= permintaan aktual periode sebelumnya
= konstanta penghalusan
61. Trend projection, digunakan dengan cara mencocokan garis
trend ke rangkaian titik data historis dan kemudian
memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka panjang
menengah hingga jangka panjang. Secara matematis
ditunjukkan sebagai berikut :

y = a + bX

42
Dimana:
= nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi
(variabel tidak bebas)
= Potong sumbu Y
= kelandaian garis regresi
= variabel bebas / waktu
62. Analisis Simple Moving Average, yaitu peramalan di mana
setiap data mempunyai bobot yang sama. Peramalan rata-
rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu
untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna
jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan
stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara
matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan
prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai
berikut :

(permintaan pada periode n sebelumnya )


Ft =
n

Dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

63. Analisis Weighted Moving Average, yaitu peramalan di mana


setiap data mempunyai bobot yang sama. Saat terdapat tren
atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini.
Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap
perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan
bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang
tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan
membutuhkan pengalaman. Rata-rata bergerak tertimbang
dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut :

(bobot periode n)(permintaan dalam periode n)


Ft =
n

64. Analisis Exponential Smoothing, yaitu analisis peramalan


yang hanya memerlukan tiga (3) data, yaitu
a perkiraan yang paling akhir;
b permintaan aktual yang terjadi; dan
c alfa konstan.
Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan
rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih tetapi
masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan
pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus
penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai
berikut:

F t = Ft-1 + ( At-1 - F t-1 )


Dimana :
Ft = peramalan baru
F t-1= peramalan sebelumnya
A t-1
= permintaan aktual periode sebelumnya
= konstanta penghalusan (pembobotan)( 0
1)

2.9. Produktivitas
Pembuatan barang atau jasa merupakan suatu proses
transformasi dari sumber daya menjadi barang atau jasa.
Semakin efisien transformasi itu dilakukan semakin produktif
pelaksanaan manajemen operasinya. Produktivitas menjadi
ukuran utama yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari
suatu kegiatan operasinya. Produktivitas merupakan ukuran
bagaimana sebaiknya suatu sumber diatur dan dimanfaatkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Secara umum, produktivitas dinyatakan sebagai rasio
antara keluaran terhadap masukan, atau rasio hasil yang
diperoleh terhadap sumber daya yang dipakai. Dalam bentuk
persamaan dituliskan sebagai berikut :
keluaran hasil yang diperoleh
Produktivitas = =
masukan sumber daya yang digunakan

Karena produktivitas dapat diukur dalam berbagai cara,


sering digunakan indeks produktivitas untuk memudahkan
perbandingan. Apabila indeks digunakan maka produktivitas
pada periode dasar diberi nilai 100, sehingga mudah diketahui
peningkatan atau penurunan produktivitas dari satu periode
tertentu dibandingkan dengan periode lain. Rumus untuk indeks
produktivitas adalah sebagai berikut :
produktivitas periode tertentu
Indeks Produktivitas = 100
produktivitas periode dasar

Contoh Ukuran Produktivitas


Organisasi Ukuran Produktivitas
Industri Unit produksi/karyawan, total

44
produksi/total biaya
Konstruksi Proyek/teknisi, pendapatan/biaya
konstruksi
Bisnis Penjualan/karyawan, pangsa
pasar/karyawan
Pendidikan Mahasiswa/fakultas, uang kuliah/biaya
administrasi
Kesehatan Pasien/dokter, pasien/tingkat hunian
Angkutan Penerbangan/pesawat, jam-terbang/pilot
udara
Hotel Tingkat hunian/kamar, tingkat
hunian/karyawan
Bank Nasabah/kasir, jumlah rekening/biaya
administrasi
Contoh perhitungan produktivitas dan indeks produktivitas
Rata-
rata Tenaga Produktivitas Indeks
Tahu
Produksi Kerja (unit/orang/h Produktivit
n
(unit/har (orang) ari) as
i)
1 2 3 4 5
1990 640 80 8,00 100
1991 701 85 8,25 103
1992 714 91 7,85 98
1993 730 95 7,68 96
1994 760 100 7,60 95

2.10. Produktivitas Total dan Produktivitas Parsial


2.10.1. Produktivitas total
Produktivitas total (Total Factor productivity, TFP). Jika rasio
itu masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung
seluruhnya. Dalam bentuk persamaan dituliskan sebagai berikut :

keluaran
Produktivitas Total =
(tenaga kerja + mesin + material, dsb.)

Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan


efisiensi dari kegiatan operasi. Untuk mengukur produktivitas
total dalam satu periode waktu, semua faktor, yang berkaitan
dengan kuantitas keluaran dan masukan yang digunakan selama
periode tadi diperhitungkan. Faktor-faktor tersebut meliputi
manusia, mesin, modal, material, dan energi. Lihat contoh
berikut :
Pada tahun 1995 dan 1996, PT. Benang Merah menghasilkan
produksi sebesar 28.000 Kg, dan 35.000 Kg roti kering. Sumber
daya yang digunakan perusahaan dalam dua tahun itu sebagai
berikut :
Masukan 1995 1996
Tepung terigu (Kg) 40.000 50.000
Tenaga kerja (jam/orang) 10.000 12.000
Listrik (KVA) 8.000 9.000
Untuk mengetahui nilai produktivitas masing-masing tahun :
28.000
Tahun 1995 = =200 Kg/juta rupiah
40(1)+10(6)+8(5)

35.000
Tahun 1996 = =209,6 Kg/juta rupiah
50(1)+12(6)+9(5)

Produktivitas total tahun 1996 dihitung berdasarkan harga


konstan tahun 1995. Selama periode 1995-1996 terjadi kenaikan
produktivitas sebesar 4,8% yaitu dari 200 menjadi 209,6 Kg/juta
rupiah.
2.10.2. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial adalah jika yang dihitung hanya
sebagian komponen tertentu. Produktivitas parsial yang paling
banyak diamati adalah produktivitas tenaga kerja, sedangkan
salah satu faktor yang paling mempengaruhi tenaga kerja adalah
perubahan teknologi. Perubahan teknologi yang tinggi, apabila
faktor lain tetap akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja
yang tinggi pula. Misalkan produktivitas parsial tenaga kerja :
keluaran keluaran
Produktivitas Parsial = atau =
biaya tenaga kerja jam kerja-orang

Contoh :
Bagian produksi dari PT. Biru Laut, suatu perusahaan pembuat
pesawat telepon, rata-rata berhasil merakit 800 set pesawat
telepon per hari pada tahun 1990. Apabila jumlah tega kerja
pada bagian itu sebanyak 80 orang, maka :
800 unit/hari
Indeks Produktivitas = = 10 unit/hari/oran g
80 orang

46
2.11. Efisiensi
Efisiensi adalah rasio masukan (input) terhadap keluaran
proses (output) atau input : output dan bertujuan untuk menilai
kinerja proses produksi dilihat dari sisi masukan. Ukuran
produktivitas tidak sama dengan efisiensi. Efisiensi merupakan
ukuran dalam membandingkan penggunaan input yang
direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan. Jika
masukan yang sebenarnya digunakan makin besar
penghematannya maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Namun,
semakin kecil masukan yang dapat dihemat, semakin rendah
tingkat efisiensi. Pengertian efisiensi lebih berorientasi pada
masukan sedangkan masalah output kurang menjadi perhatian
utama.

2.12. Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran kinerja yang menunjukkan
hubungan antara tujuan (target) dengan keluaran yang direalisir
(realization) dan kinerja operasi yang menyatakan derajat
keberhasilan merealisasikan target yang telah ditetapkan.
Efektivitas berfokus pada keluaran, dan efektivitas adalah
seberapa baik (besar) dihasilkan keluaran dari masukan sumber
daya yang ada. Atau dapat dikatakan, seberapa efektif sumber
daya yang ada digunakan untuk menghasilkan keluaran yang
optimal, atau efektif mendekati pengertian seberapa jauh kita
mendayagunakan masukan sumber daya yang ada. Sedangkan
efisiensi berfokus pada masukan, dan efisiensi adalah seberapa
hemat masukan sumber daya digunakan untuk menghasilkan
keluaran yang ditentukan.

2.13. Total Quality Management (TQM)


Total Quality Management atau disingkat dengan TQM
adalah suatu sistem manajemen kualitas yang berfokus pada
Pelanggan (Customer focused) dengan melibatkan semua level
karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang
berkesinambungan (secara terus-menerus). TQM menggunakan
strategi, data dan komunikasi yang efektif untuk meng-
integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-
kegiatan perusahaan. Singkatnya, TQM adalah pendekatan
manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction). Dalam TQM, semua
anggota organisasi atau karyawan perusahaan harus
berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses,
produk, layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga
menghasilkan kualitas terbaik dalam produk dan layanan yang
pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.
Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen Total
Quality Management. Kedelapan elemen pokok tersebut
diantaranya adalah :
1 Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)
Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah
kualitas produk maupun jasa yang dihasilkan perusahaan
tersebut memenuhi kebutuhan atau tingkatan kualitas yang
diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah
organisasi/perusahaan seperti pelatihan karyawan, perbaikan
proses, penggunaan mesin canggih ataupun adopsi teknologi
terbaru yang pada akhirnya Pelangganlah yang menentukan
apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut bermanfaat
atau tidak.
2 Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee
Involvement)
Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting
dalam mencapai tujuan yang direncanakannya. Oleh karena
itu, keterlibatan karyawan secara keseluruhan dapat
mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan
proses dan kualitas yang berkesinambungan yang kemudian
menghasilkan produk dan layanan yang terbaik untuk
pelanggannya. Dalam pemberdayaan karyawan, diperlukan
pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan karyawan
dalam mengerjakan tugasnya.
3 Pemusatan perhatian pada Proses (Process Centered)
Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar
dalam Sistem Manajemen TQM. Proses merupakan
serangkaian langkah-langkah yang dimulai dari penerimaan
input dari supplier (internal maupun eksternal) dan
mentransformasi-nya menjadi output yang akan dikirimkan ke
pelanggan (internal maupun Eksternal).
4 Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)
Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja
dalam suatu perusahaan yang membentuk
departementalisasi secara vertikal maupun horizontal.
Semuanya memerlukan suatu sistem yang terintegrasi
dengan baik agar visi, misi, strategi, kebijakan, tujuan dan
sasaran perusahaan dapat dikomunikasikan dengan baik dan
jelas kepada semua karyawan.

48
5 Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic
Approach)
Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas
adalah pendekatan Strategi dan Sistematik dalam mencapai
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. Proses tersebut biasanya
disebut dengan Perencanaan Strategi ataupun Manajemen
Strategi yang melakukan perumusan dan perencanaan
strategi dalam mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam
Strategi Perusahaan secara keseluruhan.
6 Peningkatan yang berkesinambungan (Continual
Improvement)
Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan
untuk melakukan analisis dan menciptakan cara-cara yang
lebih bersaing dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan
dan memenuhi harapan semua pihak yang berkepentingan.
7 Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-Based Decision Making)
Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan,
diperlukan data untuk mengukurnya. TQM mewajibkan
perusahaan tersebut untuk mengumpulkan dan melakukan
analisis data secara berkesinambungan agar keputusan
ataupun kebijakan yang diambil benar-benar akurat dan tepat
sasaran. Dengan adanya data, kita dapat menarik kesimpulan
berdasarkan kejadian ataupun hasil sebelumnya.
8 Komunikasi (Communications)
Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan
mengalami perubahan baik perubahan dalam strategi,
kebijakan, jadwal maupun metode pelaksanaan. Perubahan
tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada semua
karyawan yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga
akan menimbulkan motivasi dan semangat kerja dalam
mencapai tujuan perusahaannya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil setelah mengerjakan
dan mempelajari resume Manajemen Operasi dan Produksi I ini,
adalah sebagai berikut :
1 Desain barang dan jasa.
Keputusan ini menyangkut sebagian besar proses
transformasi yang akan dilakukan, dengan kata lain
keputusan operasional berikutnya tergantung pada keputusan
desain barang dan jasa.
2 Manajemen Kualitas.
Kualitas yang diinginkan konsumen harus ditetapkan,
sehingga aturan maupun prosedur untuk mengenali dan
memenuhi kualitas tersebut dapat dibakukan.
3 Desain proses dan kapasitas.
Menentukan proses yang akan digunakan dalam kegiatan
operasional dan kapasitas yang akan digunakan merupakan
hal penting dalam manajemen operasional karena berkaitan
dengan berbagai hal.
4 Strategi lokasi.
Lokasi yang dipilih untuk melakukan kegiatan operasional
perusahaan baik yang bergerak di sektor barang maupun jasa
akan sangat menentukan prestasi perusahaan.
5 Strategi layout.
Layout atau tata letak akan berdampak pada efisiensi dan
efektivitas kegiatan operasional.
6 Sumber daya manusia dan desain pekerjaan.
Karena tenaga kerja merupakan bagian integral dari seluruh
input yang digunakan dalam perusahaan maka keputusan
yang berkaitan dengan hal ini adalah sesuatu yang paling
penting dalam mencapai produktivitas.
7 Manajemen Rantai Pasokan. (Supply Chain Management).
Keputusan ini menjelaskan apa yang akan pentingnya
integrasi antara perusahaan itu sendiri dengan pihak supplier
maupun distributor karena adanya interdependensi.
8 Manajemen Persediaan.
Keputusan ini penting untuk dipahami karena persediaan
yang tepat akan menentukan efisiensi dan efektivitas
perusahaan.
9 Penjadwalan.
Keputusan tentang jadwal operasional merupakan hal kritis
yang harus benar-benar dimengerti karena sangat
menentukan sekali bagi perusahaan.

50
10 Pemeliharaan.
Keputusan yang dibuat harus dengan sistem yang handal dan
stabil.

3.2. Saran
Proses manajemen operasional harus dilaksanakan secara
konsisten dengan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan serta pengawasan kegiatan operasional, sesuai
dengan perumusan tujuan SMART STRATEGIC. Tidak seorang pun
mengetahui pekerjaan lebih baik daripada mereka yang
melakukannya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan resume ini masih
banyak kekeliruan untuk itu kami menerima saran dan kritik dari
semuanya, guna penyusunan resume selanjutnya yang lebih
baik. Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengerjaan
resume ini kami ucapkan banyak Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi, Edisi Kedua, PT. Grasindo


Jakarta. 1999.
Render,Barry and jay heizer, Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi
Edisi 9 Buku 2, PT. Salemba Emban Patria, Jakarta, 2011
http://kuliah-manajemen.blogspot.co.id/2009/12/manajemen-
persediaan.html
http://lestachi.blogspot.com/2013/04/perencanaan-dan-
perancangan-produk.html
RESUME
MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI I

Resume Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI I

Dosen Pembimbing :
Agus Sobar, S.E., M.M.

Disusun Oleh :
Dian Hardiansyah
NIM. 0214378

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

52
SUKABUMI
2017

Вам также может понравиться

  • Dov
    Dov
    Документ2 страницы
    Dov
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • 1 Sewaactioncam - Sukabumi
    1 Sewaactioncam - Sukabumi
    Документ2 страницы
    1 Sewaactioncam - Sukabumi
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Kelompok Referensi
    Kelompok Referensi
    Документ1 страница
    Kelompok Referensi
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Kepuasan
    Kepuasan
    Документ21 страница
    Kepuasan
    Decko Verdiansyah
    100% (1)
  • Faktor
    Faktor
    Документ2 страницы
    Faktor
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Faktor
    Faktor
    Документ2 страницы
    Faktor
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Definisi Operasional Variabel
    Definisi Operasional Variabel
    Документ1 страница
    Definisi Operasional Variabel
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Narasi Bab I
    Narasi Bab I
    Документ5 страниц
    Narasi Bab I
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Definisi Operasional Variabel
    Definisi Operasional Variabel
    Документ1 страница
    Definisi Operasional Variabel
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Budaya Perusahaan BRI
    Budaya Perusahaan BRI
    Документ3 страницы
    Budaya Perusahaan BRI
    Decko Verdiansyah
    50% (2)
  • Pengharagaan Bri
    Pengharagaan Bri
    Документ2 страницы
    Pengharagaan Bri
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • KONSEP
    KONSEP
    Документ1 страница
    KONSEP
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Alasan Penelitin Kepuasan Pelanggan
    Alasan Penelitin Kepuasan Pelanggan
    Документ1 страница
    Alasan Penelitin Kepuasan Pelanggan
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Sekitar 15 Tahun Terakhir
    Sekitar 15 Tahun Terakhir
    Документ1 страница
    Sekitar 15 Tahun Terakhir
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • 15102017
    15102017
    Документ2 страницы
    15102017
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Samsung
    Samsung
    Документ3 страницы
    Samsung
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Faktor
    Faktor
    Документ2 страницы
    Faktor
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Kore L Asional
    Kore L Asional
    Документ1 страница
    Kore L Asional
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Rangkuman Perilaku Konsumen Deck
    Rangkuman Perilaku Konsumen Deck
    Документ2 страницы
    Rangkuman Perilaku Konsumen Deck
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Adart Pokmaswas
    Adart Pokmaswas
    Документ9 страниц
    Adart Pokmaswas
    Hayatul Fadella
    100% (2)
  • Dimensikualitas Produk
    Dimensikualitas Produk
    Документ6 страниц
    Dimensikualitas Produk
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Transport As I
    Transport As I
    Документ2 страницы
    Transport As I
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Contoh Isi
    Contoh Isi
    Документ1 страница
    Contoh Isi
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Kore L Asional
    Kore L Asional
    Документ1 страница
    Kore L Asional
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Ramzi
    Ramzi
    Документ11 страниц
    Ramzi
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Executif Summary
    Executif Summary
    Документ2 страницы
    Executif Summary
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Ak 021217
    Ak 021217
    Документ38 страниц
    Ak 021217
    Ali Wafa
    Оценок пока нет
  • Analisa Ekonominya
    Analisa Ekonominya
    Документ5 страниц
    Analisa Ekonominya
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • Assalamu
    Assalamu
    Документ11 страниц
    Assalamu
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет
  • BUM Desa Karya Muda Mandiri Desa Mandrajaya Mempunyai Rencana Usaha Untuk Membuka Pangkalan Gas Elpiji 3 KG Dengan Mengambil Paket Atau Kuota 3750 Tabung
    BUM Desa Karya Muda Mandiri Desa Mandrajaya Mempunyai Rencana Usaha Untuk Membuka Pangkalan Gas Elpiji 3 KG Dengan Mengambil Paket Atau Kuota 3750 Tabung
    Документ2 страницы
    BUM Desa Karya Muda Mandiri Desa Mandrajaya Mempunyai Rencana Usaha Untuk Membuka Pangkalan Gas Elpiji 3 KG Dengan Mengambil Paket Atau Kuota 3750 Tabung
    Decko Verdiansyah
    Оценок пока нет