Вы находитесь на странице: 1из 16

LATAR BELAKANG

Tujuan perusahaan pada umumnya untuk memperoleh laba yang optimal sesuai
dengan kemampuan perusahaan. Untuk mencapai laba optimal perlu disusun
perencanaan laba agar segala kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan
secara terkoordinasi. Akibatnya, perusahaan tersebut harus memiliki strategi yang efektif
dan inovatif dalam merencanakan biaya agar dapat meningkatkan volume penjualan
perusahaan serta memenuhi tujuan perusahaan secara keseluruhan, yaitu memperoleh laba.
Dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut, terdapat hubungan antara biaya , volume
penjualan, dan laba. Perusahaan harus berusaha untuk mengurangi biaya tanpa
mengurangi kegiatan penjualan perusahaan, sehingga diharapkan akan memperoleh laba
yang optimal.

Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghubungkan perubahan tiga
variabel tersebut dalam satu kesatuan disebut analisis cost-volume-profit (CVP). Cost
volume profit analysis merupakan alat analisis bagi manajemen mengenai hubungan antara
biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan melakukan Cost volume profit analysis dapat
diketahui hubungan antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual
dan jumlah biaya (biaya tetap dan variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan volume
penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan
dengan sumber daya yang dimiliki.

A. ANALISIS CVP

Hansen & Mowen menyatakan (2009:429) Analisis biaya-volume-laba (cost volume-


profit analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan, karena analisis biaya volume laba ( CVP) menekankan keterkaitan
antar biaya, kuantitas yang terjual dan harga, semua informasi keuangan perusahaan
terkandung di dalamnya.

Analisis cost volume profit adalah analisis yang digunakan untuk menentukan
bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional
(operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui,
jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki
hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba
perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau
lebih kecil. Untuk melihat hubungan antara ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba)
diperlukanlah analisis cost volume profit.

Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan dengan melihat


hubungan besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dengan besarnya volume
penjualan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Asumsi dasar analisis cost
volume profit disederhanakan menjadi

1. semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap


2. fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan
3. fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan dan harga jual
dianggap konstan
4. hanya terdapat satu pemicu biaya yaitu volume unit produk / rupiah penjualan
5. tidak ada persediaan.

Dengan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka hasil
analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbada dan dapat
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah
untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang
lainnya.

B. Konsep Contribution Margin

Dalam menggunakan analisisCVP, konsep yang digunakan sebagai dasar perhitungan


adalah laporan contribution margin (margin kontribusi). Margin kontribusi adalah selisih dari
pendapatan dikurangi beban variabel. Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup
beban tetap dan kemudian sisanya menjadi laba untuk periode tersebut. Jika margin
kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian
dan ketika margin laba sama dengan beban tetap maka perusahaan dalam posisi impas.
Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per
unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan
penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam
unit yang terjual dengan margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan
peningkatan laba yang diharapkan.

Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya variabel. Ini
dapat dihitung dengan menggunakan satuan mata uang atau basis per unit. Jika PT XYZ
miliki penjualan sebesar $ 750.000 dan biaya variabel sebesar $ 450.000, marjin
kontribusinya adalah $ 300.000. Dengan asumsi perusahaan menjual 250.000 unit selama
tahun, harga per unit penjualan adalah $ 3 dan biaya variabel total per unit adalah $ 1,80.
Margin kontribusi per unit adalah $ 1,20. Rasio margin kontribusi adalah 40%. Hal ini dapat
dihitung dengan menggunakan margin kontribusi dalam satuan mata uang atau marjin
kontribusi per unit. Untuk menghitung rasio margin kontribusi, margin kontribusi dibagi
dengan jumlah penjualan atau pendapatan.

Margin kontribusi merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi
penurunan penjualan, berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-
batas tersebut perusahaan tidak akan menderita rugi. Margin kontribusi juga dapat membantu
manajer untuk mengetahui besarnya resiko yang terkandung dalam suatu rencana penjualan.
Perusahaan yang mempunyai margin kontirbusi yang besar dikatakan lebih baik karena
rentang penurunan penjualan yang dapat ditolerir adalah lebih besar sehingga kemungkinan
menderita kerugian rendah. Namun sebaliknya jika margin kontribusi rendah, kemungkinan
perusahaan untuk menderita kerugian besar. Dalam hal ini, manajer dapat
mempertimbangkan untuk meningkatkan volume penjualan atau menurunkan biayanya.
Langkah ini akan membantu untuk menurunkan timbulnya resiko kerugian.
C. Titik Impas Dalam Unit

Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berprilaku ketika volume
berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik impas
perusahaan dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas (break-even point) adalah titik
dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol
(zero profit). Untuk menentukan titik impas dalam unit (pendapatan sama dengan total biaya),
maka perlu difokuskan pada laba operasi. Dalam hal ini, yang dilakukan pertama kali adalah
menentukan titik impas, kemudian melihat bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu
dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan
laba yang ditargetkan.

Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Cost Volume Profit

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya
perusahaan dalam kategori tetap dan variable. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.

Laba operasi = Pendapatan penjualan Beban variable Beban tetap

Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan penghasilan atau
laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating income) hanya mencakup
pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net
income) adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang
terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan
penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik,
pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual,
dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan
demikian, persamaan laba operasi menjadi

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) (Biaya Variabel per unit x jumlah unit
terjual ) Total biaya tetap

Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah
Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi
laporan laba rugi perusahaan Whittier Company

Penjualan (1000 unit@$400) $400.000

Beban variabel ( 325.000)


Margin kontribusi $ 75.000

Beban tetap ( 45.000)

Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Whittier Company mempunyai harga adalah $400 per unit
(400.000/1000unit0, dan biaya variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya
tetap adalah $45.000. Maka pada titik impas, persamaan laba operasi adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x Unit) ($325 x Unit) - $45.000

0 = ($75 x Unit) - $45.000

$75 x Unit = $45.000

Unit = 600

Dengan demikian, Whittier Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi
semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah
dengan memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.

Penjualan (600 unit@ $400) $240.000

beban variabel ( 195.000)

Margin kontribusi $ 45.000

Beban tetap ( 45.000 )

Laba operasi $ 0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.

Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu
dengan menggunakan margin kontribusi. Pada titik impas, margin kontribusi sama dengan
beban tetap. Jika margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variable per unit
telah diganti pada persamaan laba operasi dan pada akhinya memperoleh jumlah unit, maka
akan didapatkan persamaan dasar

Jumlah unit BEP = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh dari Whittier Company margin kontirbusi per unit dapat
dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi total
margin kontribusi dengan unit yang terjual ($75.000/1000) hasilnya $75. Cara kedua adalah
penjualan dikurangi biaya variabel ($400 - $325) hasilnya $75. Untuk menghitung jumlah
unit impas Whittier Company, dapat digunakan persamaan dasar sebagai berikut:

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

= $45.000/$75
= 600

Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan
ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis cost volume
profit menyediakan suatu cara menentukan jumlah unityang harus dijual untuk menghasilkan
target laba tertentu. Target laba di sini adalah laba operasi di atas nol (titik impasnya), yang
dapat dinyatakan dengan jumlah dolar atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan.
Untuk mencari target laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan laba
operasi atau pendekatan margin kontribusi.

Dalam pendekatan target laba sebagai sebuah jumlah dolar, anggaplah bahwa
Whittier Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $60.000. dalam hal ini, berapakah
mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil ini? Jika menggunakan
laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai berikut:

$60.000 = ($400 x Unit) ($325 x Unit) - $45.000

$105.000 = $75 Unit

Unit = 1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar
$60.000 pada biaya tetap dan langsung :

Jumlah unit BEP = Biaya tetap + Target laba/Margin kontribusi per unit

Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)

Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Artinya Whittier harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba
operasi sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini:

Penjualan (1400 unit@$400) $560.000

Bebabn Variabel ( 455.000)

Margin kontribusi $105.000

Beban tetap ( 45.000)

Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas.
Seperti yang baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput,
atau 800 lebih banyak dari volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000.
Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800
unit mesin pemotong rumput diatas impas akan menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x
800). Karena titik impas telah dihitung, maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan
dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat dihitung dengan membagi margin
kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya dengan volume
impas((60.000/75)+600)

Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap
laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan
mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh,
jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan 1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang
akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah suatu kenaikan sebanyak 100
mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan demikian, laba
akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).

Dalam pendekatan target laba sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan
(after taxes), anggaplah bahwa Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong
rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15 persen dari
pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas.
Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini),
maka diperoleh:

0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($400 x Unit) ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000

$15 x Unit = $45.000

Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilkan laba yang sama
dengan 15 persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total
pendapatan adalah $1,2 juta ($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun
laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa diatas impas margin kontribusi per unit adalah
laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong
rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 600) mesin pemotong rumput diatas titik impas yang
telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang merupakan 15
persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).

Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba
bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan
dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba
bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung
dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi pajak penghasilan

= laba operasi (tarif pajak x laba operasi)

= laba operasi (1 tarif pajak)

Atau

Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Misalkan Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48.750 dan tarif
pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba
sebelum pajak, selesaikanlah langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier Company harus
menghasilkan $75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak
penghasilan. Dengan pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:

Unit = ($45.000 + $75.000)/$75

Unit = $120.000/$75

Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400) $640.000

Beban Variabel (520.000)

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap ( 45.000)

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250

Laba bersih $ 48.750


D. Titik Impas Dalam Dolar Penjualan

Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang
terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan
penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai
contoh, titik impas Whittier Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena
harga jual per unit mesin pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam
pendapatan penjualan adalah $240.000 ($400 x 600).

Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi
menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut
bisa dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus
pendapatan penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan,
sehingga pendapatan maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit.
Karena pendapatan penjualan selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak
menjadi masalah. Selanjutnya akan dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel
dan melihat bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan.

Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefenisikan
sebagi suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual.
Dapat diilustrasikan mengenai pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan
margin kontribusi sebagai berikut:

Harga jual adalah $10 dan biaya variabel adalah $6. Tentu saja, sisanya adalah margin
kontribusi sebesar $4 ($10 - $6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka total biaya variabel
adalah $60 ($6 x 10 unit). Atau, karena setiap unit yang dijual menghasilkan pendapatan
sebesar $10 dan membutuhkan biaya variabel $6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60
persen dari setiap dolar pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel ($6/$10).
Jadi, dengan memfokuskan pada pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya
variabel sebesar $60 untuk pendapatan $100 (0,60 x $100).

Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini merupakan bagian
dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya
variable dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja,
persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari
setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

Berikut ini merupakan laporan Laba Rugi dari Whittier Dalam Dolar dan Persentase
Penjualan:

Dolar Persentase Penjualan

Penjualan $400.000 100,00%


Dikurangi: Biaya Variabel 325.000 81,25%

Margin Kontribusi 75.000 18,75%

Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba Operasi 30.000

Rasio Biaya Variabel adalah 81,25% ($325.000/$400.000). Rasio margin kontribusi adalah
18,75% ($75.000/$400.000 atau berasal dari 100%-81,25%). Biaya tetap adalah $45.000.
Berdasar informasi tersebut, berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier
ntuk mencapai titik impas?

Laba Operasi = Penjualan Biaya Variabel Biaya Tetap

0 = (Penjualan (Rasio Biaya Variabel x Penjualan)) Biaya tetap

0 = Penjualan (1 Rasio Biaya Variabel) Biaya Tetap

0 = Penjualan (1 0,8125) 45.000

(0,1875)Penjualan = 45.000

Penjualan = $240.000

Jadi Whittier harus menghasilan penjualan sejumlah 240.000 untuk mencapai impas.

Dalam Kasus Whittier, besarnya penjualan yang harus dihasilkan pada titik impas dapat
dihitung sebagai berikut:

Penjualan Impas = Biaya Tetap/Rasio Margin Kontribusi

Penjualan Impas = $45.000/0,1875

Penjualan Impas = $240.000

Target Laba dan Pendapatan Penjualan

Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus


dihasilkan Whittier untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini
mirip dengan yang ditanyakan sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang
adalah langsung dalam hal pendapatan penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
tambahkanlah target laba operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap $45.000 dan membagi
dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875


= $105.000/0,1875

= $560.000

Whittier harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar
$60.000. Karena impas adalah $240.000) diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan bahwa
perkalian antara rasio margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba
sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000). Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio
laba; karena itu, rasio tersebut menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat
diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas
impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.

Secara umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan.
Untuk memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan,
kalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika
pendapatan penjualan adalah $540.000, bukan $560.000, bagaimana pengaruhnya terhadap
laba yang diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar $20.000 akan
mengakibatkan penurunan laba sebesar $3750 (0,1875 x $20.000).

Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas dalam
pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit
yang terjual. Namun ada dua alasan yang membuat manajemen menggunakan kedua rumus
tersebut, yaitu:

1. Rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk mencari pendapatan secara


angsung jika hal tersebut dikehendaki
2. Pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan dalam
pengaturan multiproduk yang memiliki harga yang bervariasi.

E. Analisis Multiproduk

Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal.
Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa.
Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk,
pengoperasiannya tidak berbeda jauh.

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan
akan tetap muncul meskipun salah satu produk ditelusuri.

Contoh Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin
pemotong rumput, yaitu mesin manual dengan harga $400/unit dan mesin otomatis dengan
harga $800/unit. Departemen pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual
dan 800 mesin pemotong rumput otomatis dapat terjual tahun depan. Proyeksi Laporan Laba
Rugi terlihat sebagai berikut:

Mesin Manual Mesin Otomatis Total


Penjualan 480.000 640.000 1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 390.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi 90.000 160.000 250.000
Dikurangi: Beban tetap Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk 60.000 120.000 180.000
Dikurangi: Beban tetap Umum 26.250
Laba Operasi 153.750

1. Titik Impas Dalam Unit

Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas dapat
mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap umum
bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.

Dalam contoh Whittier di atas, jika dihiting unit impas individu dari mesin maual dan mesin
otomatis, diperoleh hasil:

Unit impas mesin manual = Biaya Tetap/(Harga-Biaya Variabel per unit)

= $30.000/$75

= 400 unit

Unit Impas mesin otomatis = $40.000/$200

= 200 unit

Jadi 400 unit mesin manual dan 200 unit mesin otomatis harus dijual untuk mencapai
margin produk impas, namun margin produk impas hanya menutup biaya tetap langsung,
biaya tetap umum masih belum tertutup. Padahal biaya tetap umum harus diperhatikan untuk
mencari titik impas bagi penjualan secara keseluruhan.

Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas
dapat mengatasi kesulitan ini, namun permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi
biaya tetap umum yang bersifat acak, jadi tidak ada volume impas yang tampak secara
langsung. Kemungkinan pemecahan lainnya adalah dengan mengkonversikan masalah
multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka seluruh
metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini
adalah dengan mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk-
produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relative dari
berbagai produk yang dijual perusahaan.

Penentuan bauran penjualan, bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau
bagian dari pendapatan.

Contohnya; Jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800
pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200 : 800, atau 3 : 2.

Bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan yang
dikontribusikan oleh setiap produk. Pada kasus Whittier, pendapatan mesin pemotong rumput
manual adalah $480.000 ($400 x 1.200). dan pendapatan mesin pemotong rumput otomatis
adalah $640.000 ($800 x 800).

Pendapatan Mesin pemotong rumput manual = 480.000/(480.000+640.000)

= 42,86% dari penjualan

Pendapatan mesin pemotong rumut otomatis = 640.000/(480.000+640.000)

= 57,14% dari penjualan.

Jadi bauran penjualan dalam unit adalah sebesar 3 : 2 atau 60% : 40% yang berarti bahwa
Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2
mesin pemotong rumput otomatis. Sedangkan bauran penjualan dalam pendapatan adalah
sebesar 42,86% : 57,14% untuk mesin manual dan mesin otomatis. Perbedaan perbandingan
iini diakibatkan karena bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan
dalam unit dan memberikan bobot menurut harganya masing-masing. Untuk analisis CVP,
kita harus menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.

Bauran penjualan dan analisis CVP, penentuan bauran penjualan terutama memungkinkan
kita untuk mengonversi masalah multiprodduk kedalam format CVP produk tunggal. Karena
Whittier berharap dapat menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas setiap penjualan 2
mesin pemotong rumput otomatis, Whittier bisa mengidentifikasikan produk tunggal yang
dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin
pemotong rumput otomatis.

Dengan menetapkan produk tersebut dalam suatu paket, maslah multiproduk dikonversi
menjadi masalah produk tunggal. Untuk lebih jelasnya lihat perhitungan berikut:

Biaya Bauran
Harga Variabel Kontribusi Per Margin Kontribusi per Margin (
Produk (a) Per Unit (b) Unit (c) Penjualan (d) unit paket (e) =d x e
Manual 400 325 75 3 225
Otomatis 800 600 200 2 400

Total Paket 625

Berdasar margin kontribusi per paket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah paket yang harus dijual Whittier pada titik impas.

Paket Impas = Total Biaya Tetap/Margin Kontribusi Per Paket

= (70.000+26.250)/625

= 154 paket

Jadi Whittier harus menjual

Unit mesin manual = 154 x 3

= 462 unit

Unit mesin otomatis = 154 x 2

= 308 unit

Kelemahan metode ini yaitu sulit digunakan untuk perusahaan dengan banyak jenis produk.
Cara mengatasinya antara lain dengan:

1. Melakukan penyederhanaan yaitu dengan menganalisis kelompok produk, bukan


individu produk
2. Menggunakan pendekatan pendapatan penjualan.

2. Pendekatan Dolar Penjualan

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran
penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak
ada pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya
mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya
masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban
atas pertanyaan CVP yang menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran
ikhtisar tunggal. Namun pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang
berkaitan dengan kinerja tiap tiap produk. Contoh kasus pada Whittier.

Total
Penjualan 1.120.000
Dikurangi: beban Variabel 870.000
Margin Kontribusi 250.000
Dikurangi: Total Beban tetap 96.250
Laba Operasi 153.750

Dari data di atas diperoleh rasio margin kontribusi adalah sebesar 250.000/1.120.000 =
0,2232. Maka besar penjualan impas yaitu:

Penjualan impas = Biaya tetap/rasio margin kontribusi

= $96.250/0,2232

= $431.228

Hasil perhitungan ini akan sama dengan hasil perhitungan titik impas dalam unit. Jumlah
paket yang harus dijual pada saat impas adalah 154 sedangkan harga jual per paket adalah
2.800 (3 x 400 + 2 x 800), sehingga total penjualannya yaitu sebesar 154 x 2800 = 431.200,
terdapat sedikit perbedaan karena pembulatan dalam menghitung rasio margin kontribusi.

F. Representasi Grafis Dari Hubungan CVP

Perseroan wajib menjelaskan antara lain kebijakan akuntansi untuk:

Untuk memahami hubungan CVP lebih mendalam, dapat dilakukan melalui penggambaran
secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat perbedaan
antara biaya variable dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka memahami
dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas dengan cepat. Dua grafik
dasar yang penting, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba, yang akan dijelaskan
sebagai berikut :

Grafik Laba Volume

Grafik laba volume (profit volume grafh) menggambarkan hubungan antara laba dan volume
penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi
[laba operasi = (harga x unit) (biaya variable per unit x unit) biaya tetap]. Dalam grafik
ini, laba operasi merupakan variable terikat dan unit merupakan variable bebas. Nilai variable
bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variable terikat pada sumbu vertical.

(Contoh Grafik Laba Volume)

Grafik Biaya Volume Laba

Grafik biaya volume laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,
volume dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah : garis total pendapatan dan garis total biaya. Tiap tiap garis ini
mempunyai dua persamaan berikut :

Pendapatan = harga x unit

Total biaya = (biaya variable per unit x unit) + Biaya tetap

Asumsi asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba

Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru diilustrasikan mengandalkan beberapa
asumsi penting. Berikut beberapa dari asumsi tersebut :

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear

2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variable per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang tentang yang relevan

3. Analisis mengasumsikan apa yang diprosuksi dapat dijual

4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui

5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

G. Perubahan Dalam Variabel CVP

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus memperhatikan
perubahan perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya tetap. Perusahaan
juga harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian. Kita akan membahas
pengaruh dari perubahan harga, margin kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik
impas. Kita juga akan membahas cara cara yang dapat ditempuh para manajer untuk
menangani risiko dan ketidakpastian dalam kerangka CVP

Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun, hal
tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan
bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan
ketidak pastian. Distribusi probabilitas variable pada risiko dapat diketahui, sedangkan
distribusi probabilitas variable pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan
pembahasan kita, kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.

Margin pengaman ( margin of safety ) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas.
Sebagai contoh jika volume impas perusahaan adalah 200 unit dan perusahaan saat ini
menjual 500 unit, maka margin pengamannya adalah 300 unit (500-200). Margin pengaman
juga dapat dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika penjualan impas adalah $200.000
dan pendapatan saat ini adalah $350.000, maka margin pengamannya adalah $150.000.

Rasio margin pengaman dapat dinyatakan dalam (pendapatan penjualan yang dianggarkan-
pendapatan penjualan impas)/pendapatan penjualan x 100%. Dalam contoh di atas, rasio
margin pengamannya yaitu sebesar (350.000-200.000)/200.000= 75%.

Margin pengamandapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Pada kenyataannya
peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat
menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman
perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan tahun depan, maka
risikomenderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada margin pengamannya
kecil. Manager yang menghadapi margin pengaman yang rendah mungkin ingin
mempertimbangkan berbagai tindakan untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya.
Langkah-langkah

Pengungkit Operasi, dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang
digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya, pengungkit tersebut
melipatgandakan kekuatan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak
pekerjaan. Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga, semakin
besar keunggulan mekanis dari alat tersebut. Dalam bidang keuangan pengungkit operasi
berkaitan dengan bauran relative dari biaya tetap dan biaya variable dalam suatu organisasi.
Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya variable adalah suatu hal yang mungkin
dilakukan.

Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage DOL) untuk tingkat penjualan
tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.

Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba

Analisis Sensitivitas dan CVP

Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para manajer


melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity
analysis) adalah teknik bagaimana-jika yang menguji dampak dari perubahan asumsi
asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.

Вам также может понравиться