Вы находитесь на странице: 1из 81

Usulan Teknik CV.

ALAM LEMBAYUNG

A. PENDEKATAN TEKNIS
1. Umum
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka uraian tentang
Metodologi pelaksanaan Perencanaan Teknis dari setiap sub
bagian pekerjaan akan dijelaskan tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan serta pendekatan dan metodologi pelaksanaan yang
digunakan, masa penugasan personil berikut jenis keahlian yang
diperlukan.
Disini ditegaskan bahwa penanganan kerja ini disajikan
sedemikian rupa sehingga jelas akan menampilkan keselarasannya
dengan gagasan dari terciptanya pelaksanaan terhadap tingkat
optimum serta pentahapan pelaksanaan dalam batas-batas
kemampuan anggaran dan pendapatan seperti tercantum pada
tujuan pokok kegiatan ini.

Atas dasar pola kerja tersebut dibuat strategi kerja sesuai


dengan pemahaman akan kerangka acuan kerja serta penjelasan
yang diberikan pada saat rapat penjelasan pekerjaan dari
pemberi tugas. Secara ringkas strategi kerja konsultan yang
meliputi tinjauan aspeknya dan tahapan kegiatan serta
keterkaitan disusun dalam bentuk diagram alir pada gambar 1
berikut ini :

Data Teknis_E 1
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Kerangka Acuan

Rapat
Penjelasan

Pendekatan
Data Awal Yang Pekerjaan
Mendukung
Metodologi

Rencana Kerja

Gambar. 1 Diagram Alur Strategi Kerja Konsultan

2. Pemahaman Terhadap Permasalahan


Pemahaman konsultan terhadap permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk struktur yang dapat dipertanggung jawabkan dapat di
pahami sebagai struktur yang paling stabil, kuat,
fungsional, ekonomis dan estetis.
2. Penempatan bentuk-bentuk Arsitektur khas Lampung yang
ditransformasikan pada bangunan dan tepat peletakannya,
disamping itu tidak latah sehingga akan tidak pas dengan
kaidah-kaidah arsitektur Lampung.
3. Mewujudkan karakter bangunan dengan mempertegas fungsi
kantor melalui simbol-simbol pada bangunan yang
menggambarkan semangat, kekuatan dan sportifitas.
4. Menentukan bentuk dan konfigurasi bangunan sebagai
pembentuk ekspresi melalui pemilihan sistem struktur yang
kuat dan memenuhi unsur-unsur estetika dan sejalan dengan
fungsi kantor.

3. Pemahaman terhadap lingkup kegiatan


Lingkup kegiatan pekerjaan Perencanaan Gedung Kelas Baru SMKN
9 Bandar Lampung adalah :
a. Pengukuran lokasi perencanaan
b. Menyusun Kebutuhan Ruang, Tata Ruang dan Hubungan Ruang

Data Teknis_E 2

Data Awal Metodologi


Yang Rencana Kerja
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

c. Perhitungan beban rencana (berat sendiri, angin, gempa,


beban berjalan, dll)
d. Perencanaan struktur atap (dimensi, material, dll)
e. Perencanaan kolom struktur yang telah memenuhi syarat
kelangsingan, geser, puntir, dan lain lain
f. Perencanaan balok struktur (termasuk balok anak) yang aman
terhadap pengaruh momen, geser, dan beban lain yang bekerja
pada balok.
g. Perencanaan pelat yang memenuhi persyaratan tebal minimum,
lendutan, dan lain lain.
h. Perencanaan beton mengacu SNI tentang beton yang telah
memperhitungkan mix design, penulangan, susut, rangkap, dan
kelecakan.
i. Perencanaan pondasi bangunan (tipe, dimensi, material)
sesuai beban rencana dan kondisi geoteknik lokasi rencana
pondasi utama.
j. Menyusun nota desain yang menjelaskan perhitungan
perencanaan.
k. Penyusunan gambar rencana meliputi :
Denah Rencana
Penampang melintang / memanjang pekerjaan tanah
Rencana, potongan, dan Detail Pondasi
Rencana, potongan, dan Detail Kolom, Balok, dan Pelat
yang menjelaskan dimensi, penulangan, dan sebagainya
Rencana, potongan, dan Detail pekerjaan penutup atap
Gambar rencana mampu menjelaskan hubungan antara
pondasi, kolom, balok, pelat, dan struktur penutup atap
Rencana, potongan, dan Detail pekerjaan air bersih dan
air buangan.
l. Dokumen Pelelangan, meliputi spesifikasi teknis, metode
pelaksanaan, BOQ, RAB, jadual, dan dokumen pendukung
pelaksanaan konstruksi.

Data Teknis_E 3
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Setelah mempelajari uraian kegiatan diatas konsultan


berpendapat Lingkup pekerjaan sudah memadahi untuk mencapai
maksud dan tujuan pekerjaan dan menyatakan sanggup melaksanakan
lingkup kegitan tersebut.

4. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan


Berdasarkan pemahaman konsultan mengenai isi dan uraian dari
Kerangka Acuan Kerja serta penjelasan yang diberikan pemberi
tugas, serta pengalaman profesional konsultan, disusun
pendekatan yang akan diterapkan didalam penanganan pekerjaan
ini. Pendekatan yang dilakukan adalah sebagai berikut,

4.1. Pendekatan Teknis


a. Pendekatan melalui pemahaman atas harapan dan
keinginan pemberi tugas sehingga hasil pekerjaan dapat
diterima sesuai dengan maksud dan tujuan.

b. Pendekatan melalui studi-studi yang pernah dilakukan


sehingga dapat diketahui lebih awal gambaran daerah
perencanaan, baik secara umum maupun langsung dengan
objek perencanaan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

c. Pendekatan melalui survey lapangan yang akan mencakup


aspek-aspek teknik, ataupun analisa lingkungan dan
sosial ekonomi, sehingga diperoleh gambaran
sesungguhnya dari permasalahan dan peluang pemecahan
masalah serta teknologi yang diinginkan sebagai produk
yang dapat direalisasikan dengan lapangan.

4.2. Pendekatan Non Teknis,


yaitu pendekatan struktural yang mengacu pada hubungan
kerja dan acuan-acuan kerja dari masing-masing komponen
struktur sebagai pengarahan kerja didalam mencapai hasil
yang diinginkan, serta pertanggung jawaban didalam
pelaksanaan pekerjaan dan produk-produk yang diusulkan.

Data Teknis_E 4
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

5. Strategi Perencanaan dan Perancangan Bangunan


Perencanaan dan perancangan meliputi proses dan produk, dalam
menjalani proses banyak tekanan, tarikan dan dorongan dari
berbagai elemen ruang untuk menghasilkan suatu ruang yang
bermutu. Ada beberapa konsep usulan strategi perencanaan dan
perancangan yang dapat menunjang kegiatan ini anatara lain;

1. Perencanaan Eko-Arsitektur
Kondisi iklim tropis dapat diuraikan sebagian berikut
daerah selebar 15 LU dan LS disenjang garis equator
Indonesia mencakup wilayah 6 08 LU dan 11 15 LS.
Ditandai dengan 2 musim, panas dan hujan. Suhu rata-rata
27 (pantai) 25 daratan dan perbukitan, 22 pegunungan.
Kelembaban udara berkisar 75% - 85%, minimum 50% dan
maksimum 100%. Curah hujan rata-rata 150 mm/bulan.

Dengan kondisi demikian maka perlu suatu strategi khusus


untuk mengantisipasinya. Dalam perencanaan eko-arsitektur
diperhatikan hubungan timbal balik antara unsur-unsur alam
da, lingkungan alam dan buatan dengan kehidupan manusia.
Objektifitas dari desain ekologis bukan menghindarkan
biosfir dan ekosistem dari pengaruh manusia tetapi
bagaimana merealisasikan aktifitas manusia terhadap
ekosistem dengan cara meminimalkan pengrusakan terhadap
alam.
Prinsip-prinsip perencanaan eko-arsitektur adalah;
a) Efisiensi energi
b) Adaptasi terhadap iklim
c) Material ramah lingkungan
d) Partisipasi pengguna.
Unsur-unsur alam yang berpengaruhi terhadap perencanaan
bangunan berdasarkan eko-arsitektur adalah;
a) Air
b) Angin
c) Tata vegetasi
d) Energi matahari.
Data Teknis_E 5
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Fasade dengan menghindari bukaan karena radiasi


dan angin yang kurang menguntungkan

Fasade dengan
Fasade dengan bukaan
sedikit bukaan
cukup lebar untuk
agar tetap
memasukkan udara
mendapatkan U
sinar matahari
S dingin tapi sedikit
cahaya
pagi namun
sedikit untuk
memasukan
angin karena
panas dan
kering)

T
Fasade yang memiliki bukaan cukup lebar untuk
memasukkan sinar matahari pagi yang sehat

Gambar. 2 Orientasi Massa Bangunan

2. Penggunaan Perangkat Lunak untuk Media Perancangan


Perancangan desain arsitektur dalam menggagas ruang pada
mulanya mengunakan media dua dimensi. Media ini berupa
sketsa, gambar dan panil. Untuk mempercepat proses
perencanaan dan perancangan yang cepat dan tepat. Untuk itu
konsultan menawarkan suatu langkah mudah untuk melakukan
evaluasi terhadap penyajian gambar dua dimensi, tiga
dimensi, dan perhitungan struktur. Untuk mewujudkan semua
itu dapat ditawarkan perngkat lunak seperti Auto CAD,
SKETCHUP, SAFE V 7.30, SAP 2000 V8.08 dan ETAB V 8.08.

2.1. Perangkat Lunak AUTO CAD


Media yang sudah dalam dekade ini digunakan dalam
membantu dalam hal mewujudkan media dua dimensi adalah
Auto CAD. Dalam media ini akan mempercepat dalam

Data Teknis_E 6
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

penyajian gambar dua dimensi dibandingkan dengan media


manual. Komponen-komponen dalam sistem ini sangat
membantu dalam mempercepat penyajian gambar.

Gambar. 3 Tampilan Denah dengan program Auto CAD

2.2. Perangkat Lunak SKETCHUP


Dalam penyajian gambar dua dimensi kenyataan di
lapangan mengalami kekurangan rasa dalam meruang. Hal
ini disebabkan oleh media dua dimensi itu sendiri yang
hanya dapat dinikmati oleh "angle" yang terbatas. Hal
ini melahirkan konsep perancangan tiga dimensi yang
pada awalnya masih menggunkan boks-boks atau maket
ruang. Hal ini dirasa banyak membantu dalam proses
mentransfer desain dalam bentuk nyata.

Perancangan bukan lagi sebagai media untuk di lihat


dan di raba, tetapi juga dirasakan, dialami dalam
menghadirkan sebuah pengalaman ruang. Perancangan
bukan lagi mencipta sebuah bentuk sebagai wadah suatu
fungsi kegiatan (form follows function) atau bentuk
aliran sebuah fungsi. Perancangan diberikan peran
sebagai media penampung daya kayal perancangnya (form
follows friction) dengan sarana digital komputasi.

Data Teknis_E 7
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Pemanfaatan digital space dalam arsitektur sebagai


digital architecture, didasari oleh kebutuhan kita
akan skala ruang, personal space, jarak, orientasi,
warna dan dimensi yang menyerupai keadaan sebenarnya.

Gambar. 4 Tampilan Perspektif dengan program SKETCHUP

Salah satu kemampuan digital architecture adalah


sebagai media transfer ide, dari sesuatu yang sudah
ada ke dalam bentuk baru (meniru-mime) atau dari
sesuatu abstrak menuju bentuk nyata (alih rupa-
metafor). Hasilnya sebuah obyek yang mengalir,
senantiasa siap berubah dan dinamis. Sebuah obyek
dapat ditampilkan dalam berbagai latar belakang, atau
dalam variasi obyek itu sendiri dengan vista yang
beragam. Membongkar pasang sebuah obyek adalah
kemampuan lain darinya, sehingga sebuah obyek dapat
dilihat dan dirasakan dari tiada menjadi ada dan
kembali menjadi tiada lagi.

"It is architecture that dances or pulsates, becomes


tranquil or agitated. Liquid architecture makes liquid
cities, cities that change at that shift of a value.
Where visitors with different backgrounds see
different landmarks, where neighbourhoods vary with
ideas held in common and evolve as the ideas mature or
dissolve"

Data Teknis_E 8
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Dalam merancang menggunakan digital architecture


diperlukan persepsi yang benar tentang sebuah alat
bantu merancang, ekspresi total dari fantasi atau
impian yang di cita-citakan. Fantasi atau impian
sebagai generator yang akan mendorong sebuah persepsi
menciptakan ekspresi dari hasil rancangan.

Kemampuan digital architecture dalam merangkai susun


data dan informasi memungkinkan proses perancangan
dapat dilakukan menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan.
Overlaping data dan miscommunication informasi dapat
dihindari Hal ini menjadikan hasil rancangan efisien
pada pengadaan bahan habis pakai dan efektif pada saat
pelaksanaan, terutama terhadap pemakaian sumber daya,
tenaga, waktu dan biaya. Kemampuannya tadi ditambah
dengan kesanggupan menyusuri ruang dan waktu pada saat
bersamaan, memberikan kesempatan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada di sepanjang proses
perancangan.

6. Strategi Design Struktur


Perencanaan struktur harus memenuhi syarat umum sebagai :
1) Stability (stabil).
Suatu sistem struktur bangunan harus memenuhi kaidah-
kaidah stabilitas. Bahwa setiap bagian struktur harus
saling memikul dan mendukung dalam suatu kesatuan
struktur.
2) Strength (kekuatan).
Struktur bangunan harus tersusun atas komponen-komponen
yang memiliki kekuatan dalam memikul beban-beban dan gaya-
gaya yang terjadi pada sistem struktur itu sendiri.

Data Teknis_E 9
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

3) Safety (keamanan).
Structure safety.
Antisipasi beban struktur terhadap beban bangunan
maupun beban-beban hidup eksternal (angin,gempa, dll).
Functional safety.
Keamanan terhadap pemakai dan aktifitas yang terjadi
pada suatu bagunan. Misalnya perencanaan lantai 2 yang
harus memenuhi standar keamanan dan kenyamanan.
4) Durability (daya tahan).
Suatu struktur bangunan harus memperhitungkan keawetan dan
daya tahannya, karenanya harus menggunakan bahan-bahan
yang berkualitas tinggi guna menjamin daya tahan dari
suatu sistem struktur.
5) Serviceability (nilai pelayanan).
Suatu sistem struktur sebisa mungkin mempertimbangkan
bagian-bagian struktural yang bisa dimanfaatkan sebagai
ruang-ruang pelayanan selain ruang-ruang utama penunjang
aktifitas dalam suatu bangunan

7. Penggunaan Perangkat Lunak Untuk Perencanaan Struktur


Untuk menghasilkan suatu desain struktur yang baik dan tepat
perlu dilakukan simulasi model. Untuk itu konsultan merasa
perlu untuk menggunakan suatu langkah mudah untuk melakukan
evaluasi terhadap perhitungan kesetimbangan momen yang timbul,
kontrol tegangan yang terjadi dan kontrol dimensi suatu
struktur dengan perangkat lunak SAP 2000 V 8.08, ETAB V8.08,
dan SAFE V7.30

8. Penggunaan Perangkat Lunak Untuk Perencanaan Struktur


Untuk menghasilkan suatu desain struktur yang baik dan tepat
perlu dilakukan simulasi model. Untuk itu konsultan merasa
perlu untuk menggunakan suatu langkah mudah untuk melakukan
evaluasi terhadap perhitungan kesetimbangan momen yang timbul,
kontrol tegangan yang terjadi dan kontrol dimensi suatu

Data Teknis_E 10
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

struktur dengan perangkat lunak SAP 2000 V 8.08, ETAB V8.08,


dan SAFE V7.30.

1. Perangkat Lunak SAP 2000 V8.08


Untuk menganalisa desain struktur pada baja beserta kontrol
teganngannya akan digunakan Perangkat Lunak (Software) SAP
2000 V8.08 (Structural Analysis Program), yang diproduksi
oleh Computers and Structures, InD. 1995 University Ave.
Berkeley, CA 94704, Calfornia. Sofware ini dapat mendesain
profil baja konstruksi dengan standard dan mutu terkontrol,
sehingga dapat direncanakan suatu konstruksi baja dengan
ekonomis namun tetap memperhitungakan faktor keamanan yang
diizinkan.

9. Pendekatan Struktur Bangunan


Pendekatan Struktur dapat dibedakan atas dua :
1. Sistem Struktur.
Super struktur, menggunakan konstruksi yang dapat
memberi kesan dari simbol-simbol kekuatan dan
sportifitas seperti konstruksi beton bertulang.
Sub struktur, menggunakan pondasi tiang pancang dan
pondasi menerus.
Roof struktur, memakai konstruksi baja yang ringan serta
konstruksi beton untuk memberi kesan ekspresional simbol
kekuatan dan semangat sportifitas.
2. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dipilih adalah bahan bangunan yang
tidak bertekstur untuk memberi kesan minimalis, serta
cenderung komposit agar ekspresi kekuatan bisa dicapai.
Bahan bangunan dapat berupa bahan fabrikasi :
Beton
Alumunium
Kaca
Baja
Keramik
Data Teknis_E 11
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Granit.
Atau juga dapat menggunakan bahan alami :
Batu alam
kayu

10. Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran.


Keselamatan jiwa telah menjadi persyaratan dalam setiap desain
untuk dipertimbangkan, hal ini telah menjadi tuntutan kebutuhan
dalam melindungi jiwa dan barang berharga dari bahaya
kebakaran. Aspek keselamatan dari segi sistem bangunan dapat
diselesaikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Material / bahan struktur.
Kemampuan bahan struktur untuk dapat stabil pada saat
terjadi kebakaran adalah elemen pokok dalam pengamanan
terhadap bahaya kebakaran.
2. Penyekatan (insulation).
Beberapa matrial digunakan sebagai penyekat baja seperti
beton, plaster, fiber, dan gypsum serta beberapa material
lainnya. Ketebalan material yang digunakan sangat
bervariasi tergantung tipe struktur dan fungsi struktur
yang harus dilindungi dalam bangunan.

B. METODOLOGI PERENCANAAN
Metodologi pelaksanaan pekerjaan, disusun berdasarkan pada
lingkup pekerjaan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja serta
pengalaman konsultan melaksanakan pekerjaan sejenis. Berdasarkan
hal tersebut, kegiatan dapat terbagi menjadi beberapa jenis sbb :
1.Pekerjaan Persiapan
2.Survey Lapangan
3.Pengolahan dan Analisa Data
4.Desain Rinci
Tinjauan kerangka kerja dalam Metodologi pelaksanaan pekerjaan
diperlihatkan pada diagram Kerangka Alur Kerja Konsultan.

Data Teknis_E 12
Diagram . Kerangka Alur Kerja
Konsultan
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENGUMPULAN TAHAP ANALISA DAN TAHAP PENYUSUNAN TAHAP FINALISASI DESAIN DAN
DATA & INFORMASI PENDEKATAN KONSEP DESAIN PRA RENCANA PEMBUATAN DOKUMEN
PERANCANGAN PELAKSANAAN

PERSIAPAN KOMPILASI & ANALISA:


PERSIAPAN KOMPILASI & ANALISA: PENGEMBANGAN DESAIN
PENGEMBANGAN DESAIN
Analisa Situasi dan Kondisi
Analisa Situasi dan Kondisi
setempat Desain Rencana Arsitektur
setempat Desain Rencana
Desain Rencana Arsitektur
Struktur
Analisis Kondisi Topograf
PELAKS Analisis Desain Rencana Struktur
dan Konstruksi
PENDATAAN AnalisaKondisi
KondisiTopograf
tanah
PELAKS
INVENTARISASI DAN Analisa Kondisi DESAIN PRA RENCANA dan Konstruksi
Desain Rencana Mekanikal
SEKUNDER:
PENDATAAN Analisis Aspektanah
Arsitektur
INVENTARISASI DESAIN PRA RENCANA Desain Rencana Mekanikal
SEKUNDER:
Peraturan-Peraturan PEMERIKSAAN:DAN Analisis Aspek Arsitektur dan Elektrikal
Analisis Kondisi Jaringan
Peraturan-Peraturan
Standar Kebutuhan PEMERIKSAAN: Analisis Jaringan Desain Pra Rencana dan Elektrikal
Desain Rencana Tapak dan
utilitasKondisi
Bangunan Desain Pra Rencana
Standar
KebutuhKebutuhan
Fungsional Perekaman Kondisi utilitas Bangunan Arsitektur Desain Rencana Tapak dan
Lansekap
Kebutuh Fungsional Perekaman Kondisi Arsitektur
Desain Pra Rencana Lansekap
Batas Tapak Eksisting (dok foto) Tampilan 3-D Desain Pra
Batas PERSIAPAN Eksisting foto) Desain
Struktur Rencana
Pradan Konstruksi Tampilan
Foto-Foto
TapakKondisi Wawancara(dokdan Rencana3-D Desain Pra
Foto-Foto PERSIAPAN
INVENTARISIR: Wawancara Struktur
Desain dan Konstruksi
Pra Rencana Rencana
EksistingKondisi diskusi dengan
dan calon Rencana Anggaran Biaya
Eksisting INVENTARISIR:
Questionaire diskusi dengan calon Desain Pra Rencana
Mekanikal dan Elektrikal Rencana Anggaran
pengguna bangunan Rencana Kerja danBiaya
Syarat
Questionaire
Checklist Data pengguna bangunan Mekanikal dan
Desain Pra Elektrikal
Rencana Tapak Rencana Kerja dan Syarat
Pengukuran Topograf Desain Pra Rencana Tapak
Checklist
Metode Data Pengukuran Topograf dan Lansekap
Pemeriksaan tanah dan Lansekap
Metode
Perekaman Pemeriksaan Tampilan 3-D Desain Pra
(Soil Test) tanah Tampilan
Perekaman
Metode (Soil Test)
Sondir PENDEKATAN KONSEP Rencana3-D Desain Pra
Metode
Pengukuran Sondir
Boring PENDEKATAN
PERANCANGAN: KONSEP Rencana
Estimasi Biaya Fisik
PENDALAMAN
SUBSTANSIAL :
PENDALAMAN Pengukuran Boring
Studi Banding PERANCANGAN: Estimasi Biaya Fisik
Pelaksanaan
SUBSTANSIAL
Metode : Studi Banding
Arsitektur Konsep Langgam Arsitektur Pelaksanaan
Metode
Renc Kerja Arsitektur
Pemeriksaan Jaringan Konsep
KonsepLanggam Arsitektur
Fungsional
Renc Kerja
Kebijakan Pemeriksaan Jaringan
Utilitas Kawasan Konsep Fungsional PENYIAPAN DOKUMEN DETAIL
Konsep Struktur dan PENYIAPAN DOKUMEN DETAIL
Kebijakan Utilitas Kawasan Konsep Struktur dan ENGINEERING DESIGN (DED)
Karakteristik & Konstruksi ENGINEERING (DED)
Karakteristik & SEBAGAIDESIGN
DOKUMEN
Fungsi bangunan Konstruksi
Konsep Mekanikal & SEBAGAI DOKUMEN
PELAKSANAAN FISIK
Fungsi bangunan
Langgam Ars Konsep Mekanikal &
Elektrikal PELAKSANAAN FISIK
Langgam
Tradisional
Ars& Tropis Elektrikal
Konsep Penataan Lansekap
Tradisional & Tropis Konsep Penataan Lansekap

LAPORAN LAPORAN INTERM LAPORAN


PENDAHULUAN
LAPORAN LAPORAN INTERM AKHIR
LAPORAN
PENDAHULUAN AKHIR

Pembahasan Pembahasan Kolokium

Data Teknis_E
dgn Tim Teknis dgn Tim Teknis dgn Tim
Teknis
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

13
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

1. Pekerjaan Persiapan
Kegiatan persiapan merupakan tahapan awal dalam pekerjaan,
dimulai setelah diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Dalam tahapan ini dilakukan persiapan pekerjaan baik yang
menyangkut persiapan administratif dan persiapan teknis.

1.1. Persiapan Administrasi


Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk
memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan
pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan. Kegiatan ini
meliputi pengurusan surat pengantar untuk survey dan
mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pekerjaan
ini pada instansi terkait.

1.2. Persiapan Teknis


Dalam persiapan teknis tercakup kegiatan penyusunan Usulan
Teknis, laporan pendahuluan, pembentukan organisasi
pelaksanaan dan mobilisasasi tenaga ahli yang akan
dilibatkan dalam keseluruhan pekerjaan serta persiapan
survey lapangan.

1.3. Pengumpulan Data Sekunder


Sebagai bahan untuk penyusunan Laporan Pendahuluan perlu
dilakukan pengumpulan data sekunder yang terkait dengan
Perencanaan Gedung Kelas Baru SMKN 9 Bandar Lampung. Data
sekunder yang dikumpulkan meliputi data sosial, tataguna
lahan serta data-data dan informasi yang diberikan oleh
direksi pekerjaan.

1.4. Peninjauan Lapangan dan Diskusi


Konsultan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan melakukan
peninjauan lapangan untuk melihat kondisi dan permasalahan
yang ada dilapangan. Secara umum kegiatan ini dapat
menggambarkan tentang lokasi pekerjaan, yang kemudian
dapat disusun suatu rencana awal dalam pelaksanaan

Data Teknis_E 14
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

pekerjaan dan rencana survey lapangan serta penanganan


yang akan dilakukan.

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan dan kajian data-data


pendahuluan ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam
penyusunan Laporan Pendahuluan. Laporan pendahuluan
merupakan bentuk laporan tahap awal, yang akan menjelaskan
kesiapan pihak konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan
secara keseluruhan yang dituangkan dalam bentuk metodologi
dan rencana kerja.

Setelah Laporan Pendahuluan selesai disusun, dilakukan


Diskusi Laporan Pendahuluan dengan melibatkan instansi
yang terkait untuk memperoleh masukan serta menyamakan
persepsi tentang maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan dan
untuk melengkapi Laporan Pendahuluan dan Rencana Kerja
yang disusun.

2. Survey Lapangan
Sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu diadakan survey
lapangan yang berguna untuk menggali informasi- informasi
serta data-data yang berguna sebagai bahan dalam kegiatan
perencanaan. Konsultan juga melakukan koordinasi dengan
instansi pemberi tugas untuk menyamakan presepsi tentang
pekerjaan.

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja survey lapangan yang akan


dilaksanakan meliputi:
a) survey pengukuran Topografi dan Pemetaan
b) survey Lingkungan
c) survey Geoteknik /Mekanika Tanah

2.1. Survey Lapangan Topografi Lingkungan


Kondisi topografi adalah salah satu hal yang harus
diperhatikan dan menjadi pertimbangan secara cermat.

Data Teknis_E 15
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Untuk itu perlu dilakukan pengukuran areal lokasi


pekerjaan, kondisi tanah dan batas-batas tanah bangunan
yang direncanakan. Dari hasil pengukuran topografi akan
didapat gambaran tentang kondisi tanah lokasi sehingga
dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep desain
serta perbaikan tanah akan areal galian dan timbunan
sekaligus dapat diperhitungkan volume pekerjaan tersebut.

2.2. Survey Lingkungan


Kegiatan survey lingkungan meliputi pengumpulan data dan
informasi lingkungan untuk memberikan gambaran kondisi
lingkungan yang ada dalam wilayah kegiatan. Survey yang
dilakukan antara lain :
a) Kondisi lokasi pekerjaan tentang gambaran akan tata
guna lahan dan pemanfaatannya.
b) Lokasi-lokasi bangunan atau material terpendam yang
ada didalam tanah seperti, kabel-kabel bawah tanah,
pipa-pipa, gorong-gorong dll.
c) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-
kerusakan bangunan yang terjadi disekitar lokasi
pekerjaan.
d) Informasi kondisi sekitar lokasi muka air tanah dan
kedalaman batuan dari informasi sekitar.
e) Adanya kemungkinan keadaan iklim seperti erosi tanah
serta gempa yang terjadi pada daerah tersebut.
f) Tersedianya material alam dan kualitasnya yang dapat
berguna seperti material timbunan dan lain-lain.
g) Photo-photo kondisi lapangan dan bangunan-bangunan
didekatnya.

2.3. Survey Geoteknik / Mekanika Tanah


Survey geoteknik dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kondisi geoteknik lokasi kegiatan. Survey
dilakukan dengan mengadakan penyelidikan tanah pada
lokasi dimana akan didirikan bangunan. Kokoh tidaknya

Data Teknis_E 16
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

suatu bangunan ditentukan oleh daya dukung tanah


dimana bangunan tersebut berdiri. Tujuan diadakannya
survey mekanika tanah adalah untuk mengetahui daya
dukung tanah terhadap bangunan yang akan dibangun
serta akibat-akibat dari pengaruh sifat-sifat tanah
yang timbul. Hal-hal dapat diketahui dalam survey
geoteknik dalam desain suatau bangunan adalah :
a) Dapat menentukan kapasitas daya dukung tanah
dengan tipe pondasi yang diinginkan.
b) Menentukan tipe dan kedalaman pondasi
c) Untuk mengetahui posisi muka air tanah
d) Untuk memprediksi adanya penurunan

3. Pengolahan Dan Analisa Data


3.1. Analisa Topografi dan Pembuatan Peta Situasi
Kondisi topografi pada lokasi adalah salah satu faktor
utama yang harus dipertimbangkan secara cermat dalam
pekerjaan perencanaan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai kondisi
topografi serta keadaan areal lokasi pekerjaan yang akan
didirikan bangunan. Pekerjaan dilakukan dengan
menggunakan alat-alat survey yang dibutuhkan dalam
pengukuran lokasi.

Dalam survey topografi dapat diketahui ketinggian lokasi


terhadap titik acuan, bentuk permukaan tanah (contur),
sehingga menjadi pertimbangan konsep desain yang akan
dilaksanakan diantaranya bentuk bangunan, apakah
bangunan akan dibuat dengan adanya ruang bawah tanah
(basement) serta keperluan akan timbunan dan galian
tanah yang ada. Peta situasi juga memberi informasi
tentang batas-batas lahan, saluran-saluran pembuangan,
jalan keluar masuk serta instalasi dan bangunan-bangunan
yang ada. Pengukuran topografi dan peta situasi ini

Data Teknis_E 17
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

dilakukan menggunakan alat ukur Theodolite (T-0) dengan


metode pengukuran dengan system Polygon.

3.2. Analisa Geoteknik


Pada setiap lokasi atau tempat terdapat banyak jenis
tanah, variasi mengenai susunan, sifat-sifat fisis dan
mekanis dari tanah. Untuk mengetahui sifat-sifat fisis
dan mekanis tanah tanah dasar serta susunan lapisan-
lapisan tanah dilakukan penelitian lapangan serta
penelitian laboratorium (jika memang diperlukan).
Penelitian tanah adalah sebagai berikut :
1. Penetration Test ( tes sondir )
Tes sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman tanah
keras serta jumlah hambatan lekat tanah. Penyelidikan
dilakukan pada titik-titik pengeboran yang mewakili
untuk keseluruhan kondisi tanah pada lokasi proyek.
Penyelidikan tanah ini dilakukan dengan menggunakan
alat Penetrometer tipe sedang dengan kapasitas tekanan
ujung sampai batas maksimum dapat mencapai P = 150
kg/cm2 pada pembacaan tekanan ujung tanah dan terhadap
tahanan geser tanah dilakukan setiap interval
kedalaman 20 cm.Contoh alat dan hasil tes sondir dapat
dilihat pada Gambar 5

Gambar. 5 a) alat ukur Pemetration Tes (tes sondir)


Data Teknis_E 18
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

b) data hasil penyelidikan tes sondir

2. Jika diperlukan Peyelidikan lebih detail maka dapat


dilakukan penyelidikan :
a. Pemboran (Boring )
Pemboran dilakukan bertujuan untuk mengetahui letak
muka air tanah, melihat secara visual tentang
lapisan tanah dan jenis tanah melalui hasil contoh
tanah.
b. Penelitian laboratorium
Dari hasil contoh tanah dilakukan penyelidikan
untuk mengetahui sifat-sifat dan perilaku tanah
akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh pembebanan.
Penelitian laboratorium dilakukan untuk mengetahui:
- Berat jenis tanah
- Analisa butiran tanah
- Kadar air tanah
- Kekuatan desak tanah
- Sudut geser tanah
- Batas plastis tanah
- Kohesi tanah
- dan indek kompresi tanah

Dengan hasil penelitian lapangan dan penelitian


laboratorium akan didapat sifat-sifat tanah dan
kekuatan dukung tanah dasar sehingga dapat dipilih
pemakaian jenis pondasi yang sesuai.
Dalam perencanaan konstruksi bangunan sipil, daya
dukung tanah mempunyai perenanan yang sangat penting
dimana daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah
untuk menahan beban pondasi tanpa mengalami keruntuhan
sehingga dalam proses perencanaan ini sangatlah
dibutuhkan adanya Soil Test dengan Uji Sondir dan
Boring Test.

Data Teknis_E 19
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Soil Test dengan Uji Sondir


Pengujian soil test dengan sondir merupakan salah satu
pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui
daya dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui
kedalaman lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras.
Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi yang
akan digunakan sebagai penyokong kolom bangunannya
diatasnya tetap kuat dan tidak mengalami penurunan
atau sattlement yang dapat membahayakan dari sisi
keselamatan akan bangunan dari penghuni didalamnya.
Banyak terjadi kegagalan struktur akibat tidak
diperhatikan pentingnya Pengujian Soil Test ini, hal
ini sangatlah disarankan untuk diadakan pengujian Soil
Test sehingga dapat didesain jenis pondasi yang aman
dan efektif sesuai dengan karakteristik tanah dari
bangunan yang akan dibangun.

Dalam pelaksanaan Soil test dengan Uji Sondir mengaju


pada prosedur ASTM.D.3411
Teori Sondir :

Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk


mengetahui karakteristik tanah yang dilakukan di
lapangan atau pada lokasi yang akan dilakukan
pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam,
yang pertama adalah sondir ringan dengan
kapasitas 0-250 kg/cm dan yang kedua adalah
sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm. Jenis
tanah yang cocok disondir dengan alat ini adalah
tanah yang tidak banyak mengandung batu.

PERHITUNGAN:

Hambatan Lekat (HL)


Data Teknis_E 20
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

HL = (JP-PK) x A/B

Dimana :

JP = Jumlah Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat


(px2)

PK = Perlawanan Penetrasi Konus (px1)

A = Interval Pembacaan 20 cm

B = Faktor Alat = L Konus/L torak= 10 cm

Jumlah Hambatan Lekat

JHLi = Z HL

Dimana :

i = Kedalaman Lapisan Yang Ditinjau

Z= Zigma

Contoh : Tabel hasil perhitungan sondir.


(5)
(2) (3) (4) (7)
(1) (6)
Hambatan
Perlawanan Jumlah Perlawanan Hambatan
Kedalaman JHP
Konus Perlawanan Gesek Setempat
Pelekat
(cm) (kg/cm)
(kg/cm) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm)
(kg/cm)
(3)-(2) (4)x2 S(5) (4)/10
0 0 0 0 0 0 0
0,2 10 20 10 20 20 1
0,4 14 28 14 28 48 1,4
0,6 14 28 14 28 76 1,4
0,8 18 32 14 28 104 1,4
1,0 20 30 10 20 124 1
1,2 30 40 10 20 144 1
1,4 20 30 10 20 164 1
1,6 20 30 10 20 184 1
1,8 60 70 10 20 204 1
2,0 100 140 40 80 284 4

Data Teknis_E 21
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Boring Test.
Boring Test adalah pengambilan sampel tanah asli untuk
mengetahui kondisi tanah perlayer dan jika
dimungkinkan sampai ketanah keras. Dalam Borong Test
dilakaukan dengan SPT (Standard Penetration Test)
disetiap interval 2,0m sesuai dengan prosedur
ASTM.D.1586 dengan berat hammer adalah 63,5 kg dan
tinggi jatuh hammer 76 cm.

Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah


dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran
jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam
300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini
digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan
secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.
Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing
tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan,
sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua
dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan
N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3
m).
Nilai N rata-rata akan menentukan jenis tanah, sbb:

Nilai N rata-rata ditentukan dengan rumus:

Contoh Perhitungan SPT, dimana data uji SPT berupa


Kedalaman (m) dan Ni (nilai SPT per lapisan) adalah
sbb:

Data Teknis_E 22
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Berikut ini contoh BORE LOG hasil CPT :

3.3. Analisa Struktur


Dari konsep serta kebutuhan akan tata ruang yang
diinginkan perlu dilakukan analisa struktur dalam suatu
desain. Analisa struktur bertujuan untuk mengetahui
dimensi, kekuatan serta kemampuan struktur bangunan

Data Teknis_E 23
DIAGRAM BERPIKIR KONSULTAN

Kajian Standar-
standar &
Peraturan
Bangunan/KepMen
332 ttg Petunjuk
DESK STUDY Teknis
(STUDI PUSTAKA) Pembangunan
Gedung Negara
Kajian KDB, KLB,
GSB

struktur
terhadap

Tipologi Bangunan IDEA


mencakup :
Teori Bangunan

mendapatkan
Tropis DESAIN

yang
PERMASALAHAN

pelat dll
POKOK
Pemenuhan Kaidah

hasil
Arsitektur (Fungsi,
Kapasitas,

efisien dan ekonomis.


Analisis Awal PRA PEMBUATAN
Kenyamanan,Keinda
Pemahaman KONSEP RENCANA PENGEMBANGANDOKUMEN
memenuhi
han) Identifkasi LELANG
Kerangka masalah RENCANA RENCANA
Arahan Pembangunan dari
Acuan Kerja Pendekatan
pengaruh-pengaruh

Pemberi Tugas (Tim


(Terms of Pemecahan pekerjaan
Teknis) Masalah
Reference) Citra Arsitektur sesuai
dengan Arah
yang

Pengembangan Konsep Rencana Pengembangan Pengembangan - Rencana


Kesesuaian Siteplan Tapak sketsa ide Denah, Tampak Tapak
dengan Batasan Tapak Konsep dalam bentuk & Potongan
Rencana Tapak,
Denah, Tampak
Bentuk/Langgam Pembuatan
struktur

yang diberikan & Potongan


struktur beserta pertimbangan biayanya.

Tradisional Lampung Denah, Tampak,


Arsitektur Gambar Kerja &
Planologidan Kronologis Potongan Gambar Kerja
Program Ruang, Detail
Langgam Arsitektur
merusak

Organisasi Ruang Perhit Struktur Susun RKS Spesifikasi


lingkungan (tropis, banten) Pemilihan Sistem Perhit ME Susun RAB Teknis
yang
ketentuan-ketentuan

Penyelidikan tanah dasar Survey Bahan &


(

Struktur dan Bahan Susun Daftar Rencana


(Soundir dan Borring) Bangunan Susun Draft Volume Pekerj
RKS Anggaran
Penelitian Hidrologi dan Sistim Utilitas Susun Laporan
Analisa Harga Biaya
Analisa Pondasi yaitu sebagai bangunan bawah

Klimatologi Lingkungan dan Perancangan


aman

Pengukuran Tanah/Topografi Bangunan Satuan


FIELD STUDY

Data Teknis_E
Arah angin & Matahari Perhitungan perkiraan Pra RAB
teknis

(STUDI LAPANGAN)
Rekaman kondisi/ Harga Bangunan /
Analisa Struktur atap yaitu kontruksi rangka atap
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

kehandalan bangunan Harga per m2


bangunan
Analisa Struktur rangka bangunan yaitu kolom, balok,

serta
tipe serta jenis yang akan dipakai pada tiap-tiap bagian
Dalam analisa struktur juga dipertimbangkan bahan-bahan,
penurunan,

Analisa terhadap struktur dimaksudkan untuk terciptanya


Analisa struktur

24
dan
gempa dll ) yang dapat menimbulkan kegagalan bangunan.

Sketsa Idea
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

C. DESAIN RINCI
1. Tinjauan Peraturan Standar Bangunan
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara
lengkap dan jelas pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)
dalam Dokumen Perencanaan Secara garis besar, persyaratan
teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut:
1) Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

Data Teknis_E 25
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung


negara meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata
bangunannya dan tata lingkungannya, yaitu:
a. Jarak antar Blok dan Massa Bangunan
Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung, maka jarak antar
blok/masa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal
seperti:
1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran
2) Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan
3) Kenyamanan
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan

b. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang
ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum
adalah 8 lantai

c. Ketinggian Langit-langit/Plafon
Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum
adalah 2,80 meter dihitung dari permukaan lantai. Untuk
bangunan gedung olahraga, ruang pertemuan dan bangunan
lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-
langit khusus, agar mengikuti SNI (Standar Nasional
Indonesia) yang berlaku

d. Koefisien Dasar Bangunan(KDB)


Ketentuan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang
bersangkutan

e. Koefisien Lantai Bangunan


Data Teknis_E 26
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan(KLB)


mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang
bersangkutan

f. Koefisien Daerah Hijau


Perbandingan antar luas seluruh daerah hijau dengan luas
persil bangunan gedung negara, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah Setempat tentang
bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan:
1) Daerah resapan air
2) Ruang Terbuka Hijau(RTH)
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari
40% harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%

g. Garis Sempadan Bangunan


Ketentuan besarnya Garis Sempadan, baik garis sempadan
pagar maupun Garis Sempadan Bangunan harus mengikuti
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah setempat
tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan

h. Wujud Arsitektur
Wujud Arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara
2) Seimbang,serasi, dan selaras dengan lingkungannya
3) Indah namun tidak berlebihan
4) Effisien dalam penggunaan sumber daya dalam
pemanfaatan dan pemeliharaannya
5) Memenuhi tuntutan sosial budaya setempat
6) Pelestarian bangunan sejarah

i. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan


Bangunan gedung negara harus di lengkapi dengan
prasarana dan saran bangunan yang memadai pekerjaan non-

Data Teknis_E 27
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada


pada bangunan gedung seperti :
1) Sarana parkir kendaraan
2) Sarana untuk penyandang CACAT
3) Sarana penyediaan air bersih
4) Sarana drainase, limbah, dan sampah
5) Sarana ruang terbuka hijau
6) Sarana Hidran kebakaran halaman
7) Sarana penerangan halaman
8) Sarana jalan masuk dan keluar

j. Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) dan Asuransi


1) Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus
mempengaruhi persyaratan K3, sesuai yang ditetapkan
dalam surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja
dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep.174/MEN/1986 dan
104/KPTS/1986 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pada tempat kegiatan konstruksi, dan atau peraturan
penggantinya

2. Persyaratan Bahan Bangunan


Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara diupayakan
menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri.
Termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari sistem fabrikasi
komponen bangunan. Spesifikasi teknis bahan bangunan gedung
negara meliputi ketentuan-ketentuan:

a. Bahan Penutup Lantai


1) Bahan penutup lantai menggunakan bahan ubin PC,
teraso, keramik, papan kayu, vinyl, marmer, granit,
granito, maupun karpet yang disesuaikan dengan fungsi
ruang dan klasifikasi bangunannya
2) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan
penutup yang digunakan
Data Teknis_E 28
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

b. Bahan Dinding
Bahan dinding terdiri dari bahan untuk dinding pengisi
atau partisi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Bahan dinding pengisi: batubata, batako, papan kayu,
kaca dengan rangka kayu/alumunium, panil grc. Dan/atau
alumunium
2) Bahan dinding partisi: kayu lapis, kaca, particle
board dan/atau bangunannya.
3) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan bahan jenis
dinding yang digunakan
4) Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat
lanjutan/menengah, rumah negara, dan bangunan gedung
lainnya yang telah ada komponen fabrikasinya, bahan
dindingnya dapat menggunakan bahan prefavrikasi yang
telah ada

c. Bahan Langit-langit
Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan
penutup langit-langit:
1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang
memenuhi standard teknis. Untuk penutup langit-langit
kayu lapis atau yang setara, digunakan rangka kayu
kelas kuat II dengan ukuran minimum:
5/7cm untuk
balok pembagi
6/12cm untuk
balok penggantung; dan
5/10cm untuk
balok tepi
Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan
kerangka alumunium yang bentuk dan ukurannya
disesuaikan dengan kebutuhan

Data Teknis_E 29
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, alumunium,


akustik, gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan
fungsi dan klasifikasi bangunannya
3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan
penutup yang digunakan.

d. Bahan penutup Atap


1) Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus
memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI/SKSNI/SKBI
yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik berupa
genteng, sirap, seng, alumunium , maupun asbes
bergelombang. Untuk penutup atap dari bahan beton harus
diberikan lapisan kedap air. Penggunaan bahan penutup
atap disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan
serta kondisi daerahnya
2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap
genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan
ukuran:
2/3 cm untuk
reng
5/7 cm untuk
kaso

e. Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela


Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) Digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum
5.5cm x 11cm dan di cat kayu atau di pelitur sesuai
dengan persyaratan standar yang berlaku
2) Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu
lapis/teakwood digunakan kayu kelas kuat II dengan
ukuran min. 3.5cm x 10cm, khusus untuk ambang bawah

Data Teknis_E 30
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

min. 3.5cm x 20cm. Daun pintu dilapis dengan kayu lapis


yang dicat kayu atau di pelitur
3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat II,
dengan ukuran rangka min. 3,5cm x 8cm. Di cat kayu atau
dipelitur
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat II
dengan iukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm yang dicat
kayu atau dipelitur Penggunaan kaca untuk daun pintu
maupun jendela disesuaikan dengan fungsi ruang dan
klasifikasi bangunannya

5) Bahan Struktur
Bahan Struktur bangunan baik untuk struktur beton
bertulang, struktur kayu maupun struktur baja harus
mengikuti Standar Nasional Indonesia tentang bahan
bangunan yang berlaku.

Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan


gedung negara tersebut diatas, dimungkinkan disesuaikan
dengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya
disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan
tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya
sesuai dengan peruntukkan yang telah ditetapkan.
Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang
diatur dalam SNI(Standar Nasional Indonesia) yang
berlaku.

3. Persyaratan Struktur Bangunan


Struktur bangunan gedung negara harus`memenuhi persyaratan
keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) dan standar
konstruksi bangunan yang berlaku. Spesifikasi teknis struktur
bangunan gedung negara secara umum meliputi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:

a. Struktur Pondasi
Data Teknis_E 31
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

b. Struktur Lantai
c. Struktur Kolom
d. Rangka Atap dan Kemiringan Atap

4. Persyaratan Utilitas Bangunan


Utilitas yang berada didalam dan diluar bangunan gedung negara
harus memenuhi persyaratan standar utilitas bangunan (SNI) yang
berlaku. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara
meliputu ketentuan-ketentuan:
a. Air Bersih
1) Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara harus
dilengkapi dan disediakan dari saluran air minum kota
(PDAM), atau sumur
2) Setiap bangunan negara, selain rumah negara (yang bukan
dalam bentuk Rusun), harus menyediakan air bersih untuk
keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan
dalam SNI yang berlaku
3) Bahan pipa yang digunakan harus mengikuti ketentuan
teknis yang ditetapkan

b. Saluran Air Hujan


1) Pada dasarnya semua air hujan harus di alirkan ke jaringan
umum kota. Apabila belum tersedia jaringan umum kota, maka
harus dialirkan memalui proses peresapan atau cara lain
dengan persetujuan instansi teknis terkait
2) Ketentuan lebih lanjut mengikuti ketentuan ketentuan dalam
SNI yang berlaku

c. Pembuangan Air Kotor


1) Semua air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi,
dan tempat cuci, pembuangannya harus melalui pipa tertutup
dan/atau terbuka sesuai dengan persyaratan yang berlaku
2) Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari
dapur, kamar mandi, dan tempat cuci, harus dibuang atau
dialirkan ke saluran umum kota

Data Teknis_E 32
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

3) Tetapi apabila ketentuan pada butir 2) tersebut tidak


mungkin dilaksanakan, karena belum terjangkau oleh saluran
umum kota atau sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh
instansi teknis yang berwenang, maka pembuangan air kotor
harus melalui proses pengolahan atau peresapan.

d. Pembuangan Limbah
1) Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya
mengeluarkan limbah cair atau padat harus dilengkapi
dengan tempat penampungan dan pengolahan limbah, sesuai
dengan ketentuan dari peraturan yang berlaku.
2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari
bahan kedap air, dan memenuhi persyaratan teknis yang
berlaku sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.

e. Pembuangan Sampah
1) Setiap bangunan negara harus dilengkapi dengan tempat
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan
dengan volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya,
sesuai dengan ketentuan dari peraturan yang berlaku
2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari
bahan kedap air, mempunyai tutup, dan dapat dijangkau
secara mudah oleh petugas pembuangan sampah dari Dinas
Kebersihan Setempat

f. Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya


Kebakaran
Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai fasilitas
pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam:
Keputusan Menteri Negara Peekrjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, dan

Data Teknis_E 33
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum


No.11/KPTS/2000 tetntang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Perkotaan
Peraturan Daerah setempat tentang penanggulangan dan
Pencegahan Bahaya Kebakaran beserta standar-standar teknis
yang berlaku

g. Instalasi Listrik
1) Pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dan aman
sesuai dengan peraturan umum instalasi listrik yang
berlaku
2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk
kepentingan umum, bangunan khusus, dan gedung kantor
tingkat Departemen/Kementrian/Lembaga Tinggi/Tertinggi
negara, harus memiliki pembangkit listrik darurat sebagai
cadangan, yang besar dayanya dapat memenuhi kesinambuangn
pelayanan
3) Penggunaan pembangkit tenaga Listrik harus memenuhi syarat
keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan

h. Penerangan Alam/Pencahayaan
1) Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai penerangan
alam/pencahayaan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang
dalam bangunan tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan
pengguna bangunan dapat terjamin
2) Ketentuan besarnya pencahayaan dan sarana/prasarananya
mengikuti ketentuan standar yang berlaku

i. Tata Udara

Data Teknis_E 34
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

1) Setiap bangunan harus mempunyai tata udara yang sehat gara


terjadi sirkulasi udara segar didalam bangunan untuk
menjaga kesehatan dan kenyamanan penghuni /penggunanya
2) Pengggunaan tata udara mekanik (air-conditioning) harus
mengikuti ketentuan standar yang berlaku
3) Pemilihan jenis tata udara mekanik harus sesuai dengan
fungsi bangunan dan perletakan instalasinya tidak
mengganggu wujud bangunan

j. Sarana Transportasi Dalam Bangunan


1) Setiap bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan
sarana transportasi vertikal yang memadai, baik berupa
tangga, eskalator, dan atau elevator(lift)
2) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat di atas 5
lantai harus di lengkapi oleh lift
3) Penggunaan lift harus memperhitungkan berdasarkan fungsi
bangunan, jumlah pengguna, waktu tunggu, dan jumlah lantai
bangunan
4) Pemilihan jenis lift harus mempertimbangkan jaminan
pelayanan purna jualnya
5) Ruang lift harus merupakan dinding tahan api
6) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari
standar sarana komunikasi yang berlaku.

k. Sarana Komunikasi
1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus
dilengkapi dengan sarana komunikasi intern dan ekstern
2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus
berdasarkan pada fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari
standar penangkal petir yang berlaku

l. Penangkal Petir

Data Teknis_E 35
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

1) Penentuan jenis dan Jumlah sarana penangkal petir untuk


bangunan gedung negara harus berdasarkan pada lokasi
bangunan, fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan
2) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan daripada
standar penangkal petir yang berlaku

m. Instalasi Gas
1) Instalasi Gas yang dimaksud meliputi instalasi gas
pembakaran seperti gas kota/LPG dan instalasi medis
seperti gas oksigen, gas Nitrogen Dioksida (N2O), udara
tekan, dsb
2) Rancangan sitem instalasi dan ukuran pipa gas mengikuti
ketentuan standar teknis yang berlaku

n. Kebisingan dan Getaran


1) Bangunan gedung negara harus memperhitungkan baku tingkat
kebisingan dan atau getaran sesuai dengan fungsinya,
dengan mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan sesuai
dengan standar teknis yang berlaku
2) Untuk bangunan gedung negara yang karena fungsinya
mensyaratkan baku tingkat kebisingan dan/atau getaran
tertentu, agar mengacu pada hasil analisis mengenai dampak
lingkungan yang telah dilakukan atau ditetapkan oleh ahli

o. Aksesibilitas bagi penyandang cacat


1) Bangunan gedung negara yang berfungsi untuk pelayanan umum
dan sosial harus dilengkapi dengan fasilitas yang
memberikan kemudahan bagi penyandang cacat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi penyandang


cacat mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.468/KPTS/1999 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada
bangunan Umum dan Lingkungan.

5. Persyaratan Sarana Penyelamatan

Data Teknis_E 36
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Setiap bangunan gedung negara haruslah dilengkapi dengan sarana


penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat, serta harus
memenuhi ersyaratan standar sarana penyelamatan bangunan (SNI)
yang berlaku. Spesifikasi teknis sarana penyelamatan bangunan
gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan:
1. Tangga Penyelamatan
a. Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari
atau sama dengan 3 lantai harus mempunyai tangga
penyelamatan
b. Tangga Penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan
api, miimum 2 jam, dengan arah bukaan ke tangga dan dapat
menutup secara otomatis. Pintu harus di lengkapi dengan
lampu dan petunjuk KELUAR atau EXIT
c. Tangga penyelamatan yang terletak didalam bangunan harus
dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api
dan bebas asap, serta jarak capai max. 25 m
d. Lebar tangga penyelamatan minimum adalah 1.20 m
e. Tangga penyelamatan tidak boleh berbentuk tangga puntir
f. Ketentuan lebih lanjut tentang tangga penyelamatan
mengikuti ketentuan-ketantuan yang diatur dalam standar
yang berlaku.

2. Penerangan Darurat dan Tanda Penunjuk Arah Keluar


1) Setiap bangunan gedung negara untuk pelayanan
dan kepentingan umum seperti: kantor, pasar, rumah sakit,
rumah, negara bertingkat(rumah susun), asrama, sekolah,
dan tempat ibadah harus dilengkapi dengan penerangan
darurat dan tanda penunjuk arah KELUAR/EXIT
2) Tanda KELUAR/EXIT atau panah penunjuk arah
harus ditempatkan pada persimpangan koridor, jalan keluar
menuju ruang tangga, balkon atau teras, dan pintu menuju
tangga
3) Ketentuan lebih lanjut tentang penerangan
darurat dan tanda penunjuk arah keluar mengikuti

Data Teknis_E 37
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar yang


berlaku.
3. Pintu Darurat
1) Setiap bangunan gedung negara yangb
bertingkat lebih dari atau sama dengan 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat
2) Lebar pintu darurat min. 100 cm, membuka
ke arah tangga penyelamatan, kecuali pada lantai dasar
membuka kearah keluar(halaman)
3) Jarak antara pintu darurat dalam satu blok
bangunan maksimum 25 m dari segala arah
4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu
darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
standar yang berlaku.

4. Koridor/Selasar
1) Lebar koridor minimum 1,80 m
2) Jarak setiap titik dalam koridor ke
pintu kebakaran atau arah keluar yang terdekat tidak boleh
lebih dari 25 m
3) Koridor harus dilengkapi dengan
tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu
kebakaran atau arah keluar.

5. Sistem Peringatan Bahaya


1) Setiap bangunan gedung negara
untuk pelayanan dan kepentingan umum seperti: kantor,
pasar, rumah sakit, rumah negara bertingkat(rumah susun),
asrama, sekolah, dan tempat ibadah harus di lengkapi
dengan sistem komunikasi internal dan sistem peringatan
bahaya
2) Sistem peringatan bahaya dan
komunikasi internal tersebut mengacu pada
ketentuan/standar teknis yang berlaku.

Data Teknis_E 38
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

D. PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG NEGARA


Peraturan yang berkaitan dengan persyaratan bangunan gedung diatur
dalam Keputusan Menteri No. 441 Tahun 1998, pengaturan
persyaratan teknis bangunan gedung dimaksudkan untuk mewujudkan
bangunan gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya.
Pengaturan persyaratan teknis bangunan gedung bertujuan
terselenggaranya fungsi bangunan gedung yang aman, sehat, nyaman,
efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai :

a. Peruntukan dan Intensitas Bangunan


Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan
tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah
yang bersangkutan
Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya
Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan

b. Arsitektur dan Lingkungan


Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan
berdasarkan karakteristik lingkungan, ketentuan wujud
bangunan, dan budaya daerah, sehingga seimbang, serasi dan
selaras dengan lingkungannya
Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat
memberikan keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap
lingkungannya
Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

c. Struktur Bangunan Gedung


Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan
atau luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur
bangunan.

Data Teknis_E 39
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau


kerusakan benda yang disebabkan oleh perilaku struktur
Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan
fisik yang disebabkan oleh kegagalan struktur.

d. Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran


Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia pada
saat terjadi kebakaran.
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun
sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural satbil
selama kebakaran, sehingga :
- cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara
aman
- cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api
- dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya

e. Sarana Jalan Masuk dan Keluar


Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
mempunyai yang layak, aman dan nyaman kedalam bangunan dan
fasilitas serta layanan di dalamnya
Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni
dari cedera atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat
Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang
khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial

f. Transportasi dalam Gedung


Menjamin tersedianya alat transportasi yang layak aman,
dan nyaman didalam bangunan gedung
Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat
khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial

Data Teknis_E 40
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

g. Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem


Peringatan Bahaya
Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif
didalam bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.
Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman
apabila terjadi keadaan darurat.
h. Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi dalam
Gedung
Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya
Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan
penghuninya dari bahaya akibat petir
Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.

i. Instalasi Gas
Menjamin terpasangnya instalasi gas secara aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya
Menjamin terpenuhinya pemakaian gas yang aman dan cukup
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
secara baik

j. Sanitasi dalam Gedung


Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya
Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
sanitasi secara baik

Data Teknis_E 41
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

k. Ventilasi dan Pengkondisian Udara


Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik
alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
tata udara secara baik
l. Pencahayaan
Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup,
baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
pencahayaan secara baik

m. Kebisingan dan Getaran


Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan
suara dan getaran yang tidak diinginkan

Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang


menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan
lingkungan.

1. Tinjauan Arsitektur Bangunan


Bangunan gedung adalah sebuah konstruksi yang memungkinkan
manusia melakukan kegiatan di dalamnya dengan aman, nyaman dan
leluasa. Sebaliknya, sebuah karya arsitektur adalah bangunan
gedung yang dirancang dengan berpedoman pada suatu keterarahan
estetik yang menghasilkan kualitas spatial di dalamnya.

Kualitas tersebut ditampilkan dalam bentuk penataan sistem


struktur, konstruksi dan ruangan yang terorganisasi berdasarkan
pola-pola tertentu seperti pola linier, pola grid, pola memusat
dan sebagainya. Dari pola-pola itulah kita mengenali berbagai
jenis bangunan gedung karena tiap pola akan merujuk ke fungsi
atau penggunaan bangunan gedung yang berbeda satu sama lain.

Data Teknis_E 42
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Di lain pihak, sebuah bangunan pendidikan juga merepresentasikan


status melalui penampilan visualnya. Ada yang menampilkan
kewibawaan, ada pula yang menampilkan kewenangan, kemewahan dan
kemegahan sementara di pihak lain ada yang menampilkan
kesederhanaan dan kebersahajaan.

Arsitektur bangunan kantor dapat memberikan tampilan gedung tidak


sederhana, tidak mewah namun tetap memberikan kesan Kewibawaan,
yang didukung oleh rancangan bangunan dengan tampilan Simetris.

Kategori adalah penggolongan atas dasar satu kriteria utama.


Sebuah bangunan gedung pada dasarnya didirikan untuk mewadahi
kegiatan manusia sehingga kriteria utamanya adalah fungsi.
Apabila bangunan gedung tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan
manusia secara optimal maka dikatakan bahwa bangunan gedung itu
tidak berfungsi dengan baik dan benar sedangkan sebaliknya,
apabila manusia dapat berkegiatan di dalam bangunan gedung
tersebut dengan nyaman aman dan leluasa maka dikatakan bahwa
bangunan gedung itu telah berfungsi dengan baik dan benar Sesuai
dengan sebutannya, gedung bukan hunian adalah tempat manusia
melakukan kegiatan selain bertempat tinggal, misalnya bekerja,
berkreasi, berkumpul, berekreasi dan sebagainya.

2. Konsep program Massa Bangunan


2.1. Konsep Orientasi Masa Bangunan
Merespon terhadap kondisi cuaca (alam), mempertimbangkan
orientasi lintasan matahari dan arah angin untuk
meminimalisir efek radiasi matahari.
Orientasi lintasan matahari sangat berpengaruh terhadap
peletakan bukaan-bukaan untuk mendapatkan penghawaan sesuai
urgenisitas masing-masing ruang. Orientasi yang ideal dalam
peletakan suatu massa bangunan adalah 20-70, untuk
Indonesia.

Data Teknis_E 43
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Fasade dengan menghindari bukaan karena radiasi


dan angin yang kurang menguntungkan

Fasade dengan
Fasade dengan bukaan
sedikit bukaan
cukup lebar untuk
agar tetap
U memasukkan udara dingin
mendapatkan
S tapi sedikit cahaya
sinar matahari
pagi namun
sedikit untuk
memasukan angin
karena panas dan
kering)

T
Fasade yang memiliki bukaan cukup lebar untuk
memasukkan sinar matahari pagi yang sehat

Gambar. 6 Orientasi Massa Bangunan

2.2. Konsep Penghawaan


Bukaan dalam ruang akan memaksimalkan pergantian udara dalam
ruangan sekaligus efisiensi dalam pemakaian energi listrik.

2.2.1. Penghawaan Alami


Penghawaan alami direncanakan untuk menghindari
kelembaban pada ruang, hal ini dilakukan dengan
menggunakan sistem ventilasi silang (cross
ventilation). Pergerakan / aliran dalam bangunan
dipegaruhi oleh open space, proporsi dan jarak antar

Data Teknis_E 44
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

bangunan, orientasi bangunan, dimensi dan ratio


bukaan, serta type bukaan.

2.2.2. Penghawaan Buatan


Disamping penghawaan alami perlu juga dipersiapkan
penghawaan buatan (AC). Adapun sistem yang akan
dipakai adalah sistem AC split. Kelemahan dari sistem
penghawaan buatan adalah tidak efisiennya pemakai daya
listrik.

2.2.3. Konsep Pencahayaan.


Sistem pencahayaan pada bangunan ini menggunakan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan
buatan diperuntukan untuk menciptakan suasana visual
bangunan pada sosok wujud bangunan pada malam hari.
Pengoptimalan cahaya alami melalui bukaan-bukaan yang
direncanakan, sehingga efisiensi terhadap pemakaian
energi listrik dapat tercapai.

a. Pencahayaan Alami
Dengan memperhatikan orientasi matahari memasukan
cahaya alami sebesar-besarnya dengan mengeliminir
efek matahari. Sinar ultra violet, panas, silau
yang ditimbulkan oleh penyinaran langsung dapat
merusak perabotan di dalamnya. Untuk mendapatkan
pencahaan alami yang terang dan tanpa silau dan
tanpa sinar yang panas sangat dibutuhkan untuk
kesehatan manusia. Salah satu upaya untuk
mereduksi intensitas cahaya tersebut adalah dengan
mengunakan shading. Efektifitas shading dalam
mereduksi panas yang berasal dari matahari dan
benda-benda lain ditentukan oleh type shading dan
peletakannya, kemampuan memantulkan kembali panas
radiasi matahari yang jatuh pada permukaannya.

Data Teknis_E 45
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Pencahayaan alami dapat diperoleh secara cuma-cuma


dari alam.

Pencahayaan alami dapat digunakan dalam orientasi


apapun, namun banyaknya cahaya yang masuk akan
berbeda pada setiap arahnya. Arah utara dan
selatan rnenerima cahaya lebih lembut, karena
tidak menerima sinar matahari secara langsung.
Sehingga bukaan dapat lebih lebar pada arah ini,
namun kontrol terhadap cahaya matahari tetap
diperhatikan. Arah barat dan timur memerlukan
penanganan khusus dalam perancangan pencahayaan
alami. Penggunaan shading sangat diperlukan pada
bagian ini.

b. Pencahayaan Buatan
Untuk pencahayaan buatan, dibuat agar cahaya tidak
menyilaukan atau membuat bayangan yang menyebabkan
kelelahan pada mata. Disamping itu untuk menunjang
interior diperlukan tata atur pencahayaan yang
tepat sehingga didapat ruang-ruang yang "cozy".
Keperluan cahaya buatan dipengaruhi oleh: kekuatan
cahaya, penempatan sumber cahaya, pertimbangan
ekonomi pemasangan lampu, sistem penyinaran dan
pengaruh armaturnya.

Dalam merencanakan instalasi pencahayaan, terdapat


lima kriteria yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan pencahayaan yang baik, yaitu yang
memenuhi fungsi supaya mata kita dapat melihat
dengan jelas dan nyaman. Kelima kriteria ini
saling mempengaruhi dan tidak dapat berdiri
sendiri secara terpisah karena masing-masing
bergantung satu sama lain dalam menghasilkan
kualitas pencahayaan yang optimal, kriteria-
kriteria tersebut adalah :

Data Teknis_E 46
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

1. Kuantitas atau jumlah cahaya pada


permukaan tertentu (lighting level) atau
tingkat kuat penerangan.
2. Distribusi kepadatan cahaya (lumi
nance distribution).
3. Pembatasan cahaya agar tidak
menyilaukan mata (fight directionality and
shadows).
4. Arah pencahayaan dan pembentukan
bayangannya (light colour and colour
rendering).
5. Kondisi dan iklim ruangan.

2.3. Konsep Pemintakatan Tapak (Zoning) dan Tata Guna Lahan


Tata atur massa bangunan terpola dari penggabungan garis
tegak lurus jalan dengan memperhatikan orientasi cahaya
matahari. Pembagian yang jelas terhadap tata guna lahan
antara area Publik, dan Privat. Pemanfaatan kontur kawasan
sebagai area bestmen yang bisa difungsikan sebagai area
parkir, gudang dan kantor. Pemanfaatan space yang terbentuk
antara massa sebagai daerah hijau (green area).

2.4. Pendekatan Konsep Bentuk Fisik Bangunan


Komposisi bentuk dasar dibagi atas 3 bagian besar, yakni :
1. Lingkaran (sesuatu yang terpusat dan berarah ke dalam).
2. Segitiga (merupakan bentuk yang sangat stabil, dapat
diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya bila kedua
sisinya pada posisi keseimbangan yang tepat).
3. Bujur sangkar (sesuatu yang murni dan rasional bentuk
yang statis dan netral serta tidak memiliki arah
tertentu).
Bentuk dasar ini kemudian dapat dikembangkan atau diputar
untuk menghasilkan bentuk padat yang berbeda. Lingkaran
membentuk bola dan silinder, segitiga membentuk kerucut dan
piramida, bujur sangkar membentuk kubus. Semua bentuk yang

Data Teknis_E 47
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

ada dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda padat


utama melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi
dimensinya baik melalui penambahan maupun pengurangan.

1. Bentuk yang dikurangi


Pada dasarnya bentuk-bentuk ini didapat dari bentuk-
bentuk sempurna yang dikurangi volumenya. Kita dapat
melihat bentuk utama dari benda tersebut jika volume
yang dihilangkan tidak merusak profil keseluruhan.
2. Bentuk yang dikurangi dan ditambah
Bentuk ini merupakan perpaduan antara pengurangan dan
penambahan yang akan menghasilkan bentu-bentuk baru.

3. Bentuk yang ditambah


Dihasilkan dengan menghubungkan satu atau beberapa
bentuk lain terhadap volume yang sudah ada.

Kemungkinan dasar penggabungan terbagi atas :


a. Gaya Tarik Ruang
Terjadi karena kedua bentuk relatif berdekatan satu
dengan yang lainnya, atau saling membagi melalui
sifat-sifat visual.

Gambar 7 : Gaya tarik ruang, Sumber : D.K. Ching,2000

b. Hubungan antar sisi


Pada hubungan ini terjadi pertemuan antar sisi
sehingga bentuk yang terkait memiliki satu sisi
bersama dan berporos pada sisi tersebut.

Data Teknis_E 48
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Gambar 8 : Hubungan antar sisi, Sumber : D.K. Ching,2000

c. Hubungan antar permukaan bidang


Kedua bentuk memiliki bidang-bidang datar yang
berhubungan dan terletak sejajar satu sama lain.

Gambar 9 : Hubungan antar bidang, Sumber : D.K. Ching,2000

d. Ruang ruang saling terkait


Bentuk-bentuk ruang yang terkait saling menembus dan
tidak memerlukan kesamaan visual.

Gambar 10 : Ruang yang saling terkait, Sumber : D.K. Ching,2000

2.5. Penataan Bentuk


Penataan bentuk tidak hanya berupa aturan geometrik
tetapi iebih pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari
seluruh komposisi saling berhubungan untuk menghasilkan
bentuk yang dinamis. Tatanan bentuk-bentuk ini akan
menyatakan hirarki yang melekat di dalam fungsi-fungsi
yang dimiliki, para pemakai yang dilayani, tujuan yang
disampaikan, lingkup atau konteks yang dipaparkan.

Data Teknis_E 49
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Penataan tanpa variasi akan menimbulkan sifat monotan


kekacauan dan membosankan. Menurut D.K. Ching (2000),
prinsip-prinsip penataan bentuk ini dapat dibagi
menjadi :
1. Sumbu
Sebuah garis yang terbentuk oleh 2 buah titik di
dalam suatu ruang, dimana bentuk-bentuk dapat
disusun secara simetri dan seirnbang.

2. Simetri
Penyebaran dan susunan yang seimbang dari bentuk-
bentuk yang sama pada sisi yang berlawanan terhadap
suatu titik, garis. sumbu, atau bidang pembagi.
Pada dasarnya ada 2 simetri :
a. Simetri bilateral
Susunan yang seimbang dari unsur-unsur yang
sama atau hampir sama dan terletak pada sisi
yang berlawanan dari suatu sumbu tengar
sehingga hanya terdapat satu bidang yang dapat
membagi seluruhnya menjadi dua bagian yang
identik.
b. Simetri radial
Susunan yang seimbang dari unsur-unsur radial
yang sama, sehingga komposisi dapat dibagi atas
bagian yang sama dengan memotong bidang dari
tiap sudut di sekeliling pusat atau sepanjang
sumbu pusat.

3. Hirarki
Penekanan suatu bentuk menurut ukuran, wujud atau
penempatannya, relatif terhadap bentuk-bentuk atau
ruang-ruang lain dari suatu organisasi. Penegasan
bentuk atau wujud ini dapat dicapai dengan ukuran
yang luar biasa, bentuk yang unik dan lokasi yang
strategis.

Data Teknis_E 50
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

4. Irama
Pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau
motif berulang yang terpola dengan interval yang
teratur maupun tidak teratur.

5. Datum
Sebuah garis, bidang atau volume yang oleh karena
kesinambungan dan keteraturannya berguna untuk
mengorganisir pola suatu bentuk dan ruang.
6. Transformasi
Serangkaian manipulasi dan permutasi bentuk dalam
merespon suatu lingkup atau kondisi yang spesifik
tanpa kehilangan konsep atau identitasnya.

2.6. Hubungan Ruang


Hubungan di dalam ruang ataupun antar ruang merupakan
integral dari adanya hubungan kegiatan yang ada antar
ruang-ruang tersebut. Tingkat hubungan dapat dilihat
berdasarkan kuntinuitas, frekuensi dan keterkaitan antar
ruang yang dibedakan dalam 3 katagori, yaitu :
a) Hubungan erat
b) Hubungan kurang erat
c) Tidak ada hubungan

prinsip-prinsip hubungan ruang berdasarkan pengertian


ruang Frank D.K. Ching, yaitu :
a) Ruang didalam ruang
b) Ruang-ruang yang saling berkaitan
c) Ruang-ruang yang bersebelahan
d) Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

Data Teknis_E 51
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Gambar 11 : Hubungan Ruangan

2.7. Organisasi Ruang


Beberapa faktor yang mempengaruhi pengorganisasian ruang,
yaitu :
Kegiatan siswa
Kegiatan pengelola
Hirarki kegunaan ruang-ruang.
Hubungan kaitan kedekatan ruang.

Untuk melihat kedekatan kaitan ruang dapat dilihat dengan


menggunakan matrik pola hubungan ruang.

Gambar 12 : Organisasi Ruangan

2.8. Tata Ruang Luar


Pencapaian bangunan merupakan tahap pertama dari suatu
sistem sirkulasi sebelum kita memasuki bangunan.
Pencapaian ke sebuah bangunan mungkin berbeda-beda dalam
waktu tempuhnya, dari beberapa langkah menuju ke entrance
Data Teknis_E 52
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

bangunan hingga harus melalui suatu jalur panjang yang


berliku-liku. Sifat pencapaian ini mungkin berlawanan
dengan apa yang terlihat pada akhirnya, atau mungkin
menerus sampai kedalam rangkaian interior bangunan.
Sirkulasi pada ruang luar meliputi :
Sirkulasi/pencapaian ke bangunan.
Jalan masuk dan jalan keluar bangunan.
Sirkulasi antar ruang terbuka/ruang luar.
Pencapaian ke bangunan meliputi ; langsung, tersamar,
berputar.

Gambar 13 : Konsep Pencapaian Bangunan

2.9. Konsep Pendekatan Perancangan


Barrier-Free Environment ini harus mendekati Universal
Design. berarti bahwa segala produk dan bangunan dapat
digunakan oleh semua orang. Dengan kata lain, segala
produk dan bangunan memberikan kesempatan yang sama bagi
semua peserta didik untuk mengaksesnya. Berdasarkan data
di lapangan dapat ditentukan beberapa hal dalam
perancangan berkaitan dengan lingkungan :
a. Degree of Functionality

Data Teknis_E 53
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Dengan lokasi yang luas memberikan keleluasaan dalam


tata atur komponen - komponen design dalam memenuhi
tuntutan fungsionalitas lingkungan.

b. Degree of Safety
Site yang aman hendaknya berada di antara lahan bebas
dari kesibukan lalu lintas dan kebisingan sehingga
lingkungan in door dan out door menjamin keamanan dan
kenyamanan lingkungan, barrier alami dan buatan dapat
melindungi area ini.

c. Degree of Quality
Di samping kualitas pendidikan, kualitas lingkungan
belajar juga perlu mendapat perhatian khusus sehingga
akan menunjang tingkat keberhasilan belajar. Kualitas
lingkungan belajar dalam Site kawasan antara lain :
1. Path With Goals yaitu menciptakan sepanjang alur
sirkulasi memiliki Focal Point.
2. Living View yaitu memberikan kesempatan refleksi
pada mata dan pikiran pada ruang dalam maupun
luar.

2.10. Konsep Utilitas Bangunan


1) Konsep Sistem Pemadam Kebakaran
Sirkulasi yang baik mempengaruhi sistem sirkulasi darurat
ketika terjadi kebakaran.Perlindungan terhadap penggunaan
gedung terdiri dari barier (pembatas) antara ruangan
berisiko tinggi terhadap kebakaran. Beberapa langkah
penanggulangan kebakaran dapat dipergunakan antara lain:
1. Penempatan fire detector yang dapat dikontrol secara
elektris sehingga dapat diketahui daerah yang terjadi
kebakaran.
2. Penempatan fire hydrant dan fire extinguisher di tempat
tempat yang mudah terlihat dan terjangkau.
3. Tangga darurat yang dibuat tertutup bila terjadi
kebakaran supaya asap tidak masuk.
Data Teknis_E 54
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

4. Pemasangan jaringan hidran lingkungan.

2) Konsep Sanitasi dan Pemipaan


a. Jaringan air bersih
Digunakan penggabungan up-feed system. Air bersih
dipompa dari sumber air ke ground tank, kemudian di
pompa ke upper tank di bagian atas gedung lalu
didistribusikan ke ruang-ruang.
b. Jaringan air kotor
Meliputi air kotor dari wastafel, urinoir dan km/wc diolah
didalam sewage treatment lalu diresapkan kedalam sumur
resapan.

c. Jaringan air hujan


Sistem jaringan air hujan dialirkan melalui pipa-pipa
vertikal kesaluran air hujan pada Tapak lalu dialirkan ke
roil kota.

3) Konsep Jaringan Listrik


Sistem penerangan dan pemakaian peralatan kantor yang
memerlukan daya listrik di distribusi oleh listrik PLN,
tetapi untuk menjaga bila terjadi pemadaman listrik PLN
maka digunakan Genset.

E. SISTEM KONSTRUKSI
1.Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Las
Pada konsep ini, sendi plastis direncanakan terjadi pada ujung
balok dekat kolom

Data Teknis_E 55
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Gambar 14 : Sambungan Daktail dengan menggunakan Las

E.2 Sambungan Daktail Dengan Mekanik

F.
G.

Gambar 15 : Sambungan Daktail dengan menggunakan mekanik

E.3. Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Baut

Gambar 16 : Sambungan Daktail dengan menggunakan mekanik

Data Teknis_E 56
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

F. METODOLOGI
Tahapan yang akan digunakan
a. Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan
perancangan. Mengumpulkan data lapangan yang akan digunakan
sebagai data dalam obyek.
b. Penentuan kriteria desain
c. Preliminary design

d. Analisa struktur sekunder


e. Analisa pembebanan
f. Analisa gaya-gaya akibat pembebanan menggunakan software ETABS
9.07
g. Analisa struktur utama

F.1 Penggunaan Perangkat Lunak Untuk Perencanaan Struktur


Untuk menghasilkan suatu desain struktur yang baik dan tepat
perlu dilakukan simulasi model. Untuk itu konsultan merasa
perlu untuk menggunakan suatu langkah mudah untuk melakukan
evaluasi terhadap perhitungan kesetimbangan momen yang
timbul, kontrol tegangan yang terjadi dan kontrol dimensi
suatu struktur dengan perangkat lunak SAP 2000 V 8.08, ETAB
V8.08, dan SAFE V7.30.

F.1.1 Perangkat Lunak SAP 2000 V8.08


Untuk menganalisa desain struktur pada baja beserta kontrol
teganngannya akan digunakan Perangakat Lunak (Software) SAP
2000 V8.08 (Structural Analysis Program), yang diproduksi
oleh Computers and Structures, InD. 1995 University Ave.
Berkeley, CA 94704, Calfornia. Sofware ini dapat mendesain
profil baja konstruksi dengan standard dan mutu terkontrol,
sehingga dapat direncanakan suatu konstruksi baja dengan
ekonomis namun tetap memperhitungakan faktor keamanan yang
diizinkan.

F.2 Penyelidikan dan Perhitungan Daya Dukung Tanah

Data Teknis_E 57
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Perhitungan tanah didasarkan kepada kapasitas tanah dalam


mendukung beban bangunan diatasnya serta kemungkinan adanya
penurunan terhadap pengaruh lingkungan maupun akibat beban
itu sendiri. Pengujian Penetration Test ( tes sondir )
berguna untuk mengetahui nilai tahanan konus (qc) yang dapat
dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung tanah
dan penurunan pada pondasi dangkal ataupun pondasi dalam.
Kekuatan dukung tanah dalam memikul beban bangunan ditentukan
oleh factor-faktor :
Jenis material butiran tanah
Susunan atau tekstur
Struktur ( lapisan dan kebatuannya )
Tanda-tanda pelapukan (desintegrasi)
Hasil menurut penyelidikan tanah
Analisis dukung tanah dilakukan dengan pendekatan untuk
memudahkan perhitungan, persamaan-persamaan yang dibuat
dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser
yang terjadi saat keruntuhan. Analisis dilakukan dengan
menganggap bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan yang
bersifat plastis.

Persamaanpersamaan kapasitas dukung tanah umumnya didasarkan


atas persamaan Mohr-Coulomb :
= c + tg
dengan :
= tahanan geser tanah
c = kohesi tanah
= sudut gesek dalam tanah
= tegangan normal
Serta menurut analisis Terzaghi, kapasitas dukung ultimit
(qu)didefinisikan sebagai beban maksimum persatuan luas
dimana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan.
Persamaan Terzaghi:

Data Teknis_E 58
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Pu
qu =
A
dengan :
qu = kapasitas dukung ultimit
Pu = beban ultimit
A = luas pondasi.

Lebih lanjut persamaan dijabarkan menurut kondisi tanah


qds = 1,3 cNc + DfNq + 0,4 B N

Dimana:
qds = Daya dukung tanah
c = kohesi tanah
Df = kedalaman pondasi
= berat volume tanah
Nc,Nq dan N adalah factor kapasitas dukung Terzaghi.

Nilai-nilai Nc, Nq dan N adalah factor-faktor kapasitas


dukung tanah yang merupakan fungsi dari sudut gesek dalam ()
tanah dari Terzaghi.

Daya dukung ijin tanah,


qu
qa = dimana, qa = daya dukung ijin
sf
qu = daya dukung ultimit
sf = factor keamanan (sf=3)

F.3 Perhitungan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa


Untuk keperluan perencanaan dirasakan lebih praktis untuk
menggunakan satu peta wilayah dan kepulaan Sumatra khususnya
propinsi Lampung terletak pada wilayah 3 seperti terlihat
pada Gambar 4.1, untuk struktur-struktur yang berada pada
wilayah 3, biasanya diperlukan perencanaan keliatan yang
khusus. Perencanaan rangka-rangka yang liat telah ditetapkan
petunjuk umum berikut ini :

Data Teknis_E 59
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

1. Apabila mungkin, tulangan gelagar harus dipasang melewati


sambungan balok-kolom tanpa terputus.
2. Pada kesuluruhan panjang dari semua gelagar, sedikitnya
harus dipakai sejumlah tulangan lentur minimum atas dan
bawah, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perpindahan
pada titik-titik balik .
3. Harga perbandingan tulangan tarik pada batang-batang
lentur, harus berada jauh lebih rendah dari harga
perbandingan seimbang.

4. Penggunaan baja berkuatan tinggi, yang mempunyai keliatan


yang sangat terbatas, harus dihindari.
5. Pada keseluruhan panjang dari semua gelagar, sedikitnya
harus dipakai sejumlah tulangan badan minimum, dan pada
daerah-daerah dimana akan terbentuk sendi-sendi platis,
untuk memperbesar kapasitas rotasinya harus dilengkapi
dengan tulangan melingkar yang tertutup.
6. Tulangan lateral pada kolol-kolom harus berfungsi tidak
saja sebagai sengkang atau spiral-spiral kolom tetapi juga
sebagai tulangan geser supaya dapat memberikan daya pikul
yang diperlukan terhadap gaya-gaya horizontal.

Falasafah dalam perencanaan struktur bangunan/gedung yang


Tahan gempa :
Bangunan harus tahan terhadap gempa bumi kecil tanpa
kerusakan sama sekali
Bangunan harus menahan gempa bumi moderat tanpa kerusakan
yang berarti, walaupun ada kerusakan non struktur.
Gedung atau bangunan harus dapat menahan gempa bumi besar
tanpa keruntuhan struktur atau kehancuran/keruntuhan
struktur, walaupun struktur mengalami kerusakan.

Daktilitas struktur adalah perbandingan antara simpangan


rancang maksimum dan simpangan leleh awal struktur yang
ditinjau. SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa struktur beton

Data Teknis_E 60
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

bertulang dapat direncanakan dengan tingkat daktilitas 1, 2


dan 3.
Tingkat Daktilitas 1 (elastis)
Struktur dengan tingakt daktilitas 1 harus direncanakan
agar tetap berprilaku elastis saat terjadi gempa kuat.
Untuk ini beban gempa rencana harus dihitung berdasarkan
faktor jenis struktur K = 4
Tingkat Daktilitas 2 (Daktilitas Terbatas)
Struktur dengan tingkat daktilitas 2 atau daktilitas
terbatas (=2) harus direncanakan sedemikian rupa dengan
pendetailan khusus sehingga mampu berprilaku inelastic
terhadap beban siklis gempa tanpa mengalami keruntuhan
getas, dengan faktor K minimum sebesar 2.
Tingkat Daktilitas 3 (Daktilitas Penuh)
Struktur dengan tingkat daktilitas 3 atau daktilitas penuh
(=4) harus direncanakan terhadap beban siklis gempa kuat
sedemikian rupa dengan pendetailan khusus sehingga mampu
menjamin terbentuknya sendi-sendi plastis dengan kapasitas
pemencaran energi yang diperlukan, dengan faktor jenis
struktur K minimum = 1.

F.3.1 Konsep Desain Kapasitas untuk Gaya Gempa


Pada saat terjadi gempa, suatu struktur mengalami getaran
gempa dari lapisan tanah di bawah dasar bangunannya
secara acak dalam berbagai arah. Apabila struktur
tersebut sangat kaku atau dengan kata lain mempunyai
waktu getar alami T, yang mendekati nol detik, maka
besarnya gaya inersia F, yang timbul akibat gempa dan
yang bekerja pada titik pusat masaa, adalah

F m ag
Dengan
m = massa bangunan
ag = percepatan getaran gempa

Data Teknis_E 61
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Dalam hal ini struktur memberikan respon percepatan yang


sama besar dengan percepatan getaran gempa pada tanah di
dasar bangunan. Namun umumnya struktur-struktur bangunan
mempunyai nilai kekauan lateral yang beraneka ragam dan
dengan demikian memiliki waktu getar alami, T yang
berbeda-beda pula. Oleh karenanya respon percepatan
maksimum struktur tidak selalu sama besar dengan
percepatan getaran gempa.

F.3.2 Perangkat Lunak ETAB V8.08


Perencanaan struktur tahan gempa dapat dilakukan dengan
Pogram ETAB V8.08 ini dengan mempertimbangkan peraturan
di Indonesia atau mengadopsi ACI yang sesuai dengan
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
1983. Dimana wilayah kepulaan Sumatra terletak pada
wilayah 3 gempa, sangat perlu diperhitungakan.

Dengan program ini kita dapat melihat prediksi prilaku


struktur terhadap beban kombinasi termasuk beban gempa
yang dirancanakan. Pihak konsultan dapat melihat perilaku
struktur seperti goyangan dan puntiran yang terjadi di
dalam struktur dan mengontrol defleksi yang terjadi di
balok dan kontrol simpangan (story drift) suatu kolom
dengan kesimpulan suatu struktur bangunan sesuai dengan
syarat-syarat peraturan banguan gedung di Indonesia.

F.3.3 Peraturan Yang Digunakan


Analisis yang dilakukan akan berpedoman pada peraturan-
peraturan berikut:

1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971


Beton struktur yang digunakan dalam konstruksi ini
didesain berdasarkan peraturan ini. Untuk itu akan
Data Teknis_E 62
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

dilihat nilai konversi kuat tekan benda uji kubus ke


kuat tekan benda uji silinder (akibat faktor bentuk),
yang kemudian akan berpengaruh pada perhitungan nilai
modulus elastisitas (E) beton bersangkutan.

2.Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983


Sebagian besar berat satuan empiris atas bahan dan
komponen gedung akan berpedoman dari peraturan ini
(sementara untuk bahan-bahan lain seperti bondeks,
accoustic ceiling, eskalator dan compressor AC akan
ditinjau dari spesifikasi yang dikeluarkan produsen).
Peraturan ini juga menetapkan beban hidup minimum
pada lantai untuk divisi fungsional yang berbeda,
serta koefisien reduksi beban hidup yang disyaratkan
untuk perhitungan beban gempa.

3.Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan


Gedung 1987
Peraturan ini menetapkan batasan dapat digunakannya
metode analisis Beban Statis Ekivalen, pemilihan cara
analisis, rekomendasi pemilihan hasil pencatatan
gempa (accelerogram) untuk Analisis Riwayat Waktu,
arah peninjauan gempa dan persentase beban gempa pada
masing-masing arah, peninjauan momen puntir tingkat
serta perbandingan maksimum simpangan antar-tingkat
(interstory-drift ratio).

4. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk


Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03)
Peraturan ini akan menjadi acuan untuk kombinasi
pembebanan atas analisis yang dilakukan. Kombinasi
pembebanan yang dipakai adalah:
U= 1,2 Beban Mati + 1,6 Beban Hidup
[5.1]

Data Teknis_E 63
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

U = 0,9 (beban mati beban gempa)


[5.2]
U = 1,05 (beban mati + beban hidup tereduksi beban
gempa)
[5.3]
Kedua kombinasi ini dijabarkan sebagai berikut:

F.4 Perencanaan Struktur Beton Di Daerah Gempa


Dalam perencanaan struktur beban di daerah gempa perencanaan
limit states desainnya disebut Capacity design yang berarti
bahwa ragam keruntuhan struktur akibta beban gempa yang besar
ditentukan lebih dahulu dengan elemen-elemen krtitisnya
dipilih sedemikian rupa agar mekanisme keruntuhannya dapat
memancarkan energi yang sebesar-besarnya.

Beban gempa merupakan beban yang sangat tidak dapat


diperkirakan baik besarnya, maupun arahnya. Besarnya gaya
gempa sangat ditentukan oleh prilaku struktur tersebut. Gaya
horizontal, gaya vertical dan momen torsi yang terjadi sangat
bergantung pada waktu getar struktur dan eksentrisitas antara
pusat kekakuan struktur dengan pusat massa struktur.

Agar gaya-gaya gempa yang diperhitungkan tidak terlalu besar,


arahnya cukup dapat diperkirakan, dan distribusinya gaya-
gayanya dapat dilakukan secara sederhana, ketentuan-ketentuan
di bawah ini sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan
struktur beton di daerah gempa.

a. Tata letak struktur


b. Deain kapasitas
c. Pendetailan

F.4.1 Tinjauan Gaya Gempa


Dalam filosofi perencanaan struktur beton di daerah gempa
dikenal suatu konsep pembebanan 2 tingkat yakni struktur
beton selama masa layannya akan dibebani berkali-kali oleh
Data Teknis_E 64
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

gempa-gempa yang kecil sampai sedang yang mempunyai waktu


ulang 20-50 tahun. Struktur beton selama masa layanya
mungkin harus dapa menahan beban gempa yang besar yang
waktu ulangnya dapat terjadi sekali dalam 200 tahun.

Beban gempa kecil atau sedang adalah beban gempa yang


tercantum dalam SK SNI T15-1991-03, di mana Indonesia
dibagi dalam 6 zone. Besarnya beban gempa ini tergantung
dari waktu getar struktur beban tersebut.

Besarnya gaya gempa ini dinyatakan dalam


V C.I .K .Wt
V = Beban geser dasar akibat gempa
C = Koefisien gempa dasar
I = Faktor keutamaan
K = Faktor jenis sruktur
Wt = Kombinasi dari beban mati seluruhnya dan beban hidup vertikal
T = Waktu getar alami struktur

Dimana T (waktu getar alami struktur) adalah:


Untuk struktur gedung berupa portal-portal tanpa unsur-
unsur pengaku yang membatasi simpangan:
3
Portal Baja ------------------- T= 0,085.H 4

3
Portal Beton ----------------- T = 0,06. H 4

Untuk struktur lainnya seperti : shear wall, braced frame:


0,09.H
T =
B
Dimana:
H (m) adalah ketinggian sampai puncak dari bagian utama
struktur gedung
B (m) adalah panjang seluruh denah dari struktur pada arah
yang ditinjau.
Data Teknis_E 65
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Pada akhir perencanaan, perencana harus mengontrol dengan T rumus

2
Wi di
T 6,3
gFi.di

Dimana :
g = gravitasi (mm/det2)
wi = Berat bagian wt pada lantai (kg)
Fi = (kg)
di = mm

F.5 Tinjauan Tata Letak Struktur


Agar perencanaan struktur beton dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana tanpa melakukan analisa yang rumit dan prilaku
struktur diharapkan sangat baik bila dilanda gempa, maka tata
letak struktur sangat penting diatur.

Tidak ada suatu bentuk struktur yang sangat ideal memenuhi


semua syarat-syarat yang diizinkan tetapi beberapa pedoman
dasar ini dapat dipakai sebagai acauan dalam merencanakan
Tata Letak Struktur.
Bangunan harus mempunyai bentuk yang sederhana
Bentuk yang simetris
Tidak terlalu langsing baik pada denahnya maupun
potongannya
Distribusi kekuatan sepanjang tinggi bangunan seragam dan
menerus
Kekauan yang cukup
Terbentuknya sendi plastis harus terjadi pada elemen-
elemen horizontal lebih dahulu dibandingkan dengan elemen
vertikal.

F.5.1 Bentuk Strutur Tidak Boleh Terlalu Langsing

Data Teknis_E 66
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Makin panjang suatu struktur pada denahnya, kemungkinan


terjadinya gerakan gempa yang berlawanan pada kedua
ujung-ujungnya makin besar bila hal ini terjadi kerusakan
yang besar dapat terjadi. Bila denah dari bangunan
tersebut tidak berbentuk bujur sangkar maka sebaiknya
struktur bagnunan-bangunan tersebtu dipisahkan. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan celah yang dapat
bergeser diantaranya.

Bangunan berbentuk T dan bentuk L harus dihindari,


bagnuan berbentuk H meskipun simetris juga perlu
dihindari bila sayap-sayapnya terlalu lebar. Ke arah
tinggi bangunan sebaiknya kelangsingan bangunan dibatasi
perbandingan tinggi/lebar > 3 atau 4 (lihat Gambar 5.8).
Makin langsing bangunannya makin besar tegangan yang
terjadi akibat beban guling gempa terutama pada kolom-
kolom luar yang tertekan.

Baik Tidak Baik

h<4b h> 4b

Gambar 17 : Model kelangsingan struktur

F.5.2 Perencanaan Susunan Rangka Daktilitas Terbatas


a. Perencanaan Balok Portal Terhadap Beban Lentur
Kuat lentur perlu balok portal yang dinyatakan dengan

M u ,b dihitung dengan cara yang smaa seperti untuk


balok portal dengan daktilitas penuh. Redistribusi
momen dapat pula dilakukan dengan ketentuan dan cara
Data Teknis_E 67
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

yang sama. Tetapi kapasitas lentur balok, M kap,b tidak


perlu dicari.

b. Perencanaan Balok Portal Terhadap Beban Geser


Gaya geser rencana balok portal terhadap beban geser
dengan daktilitas terbatas harus dihitung dengan
persamaan berikut:
4,0
V u ,b 1,05 V D ,b V I ,b V E ,b
K

Dengan
V D , b = gaya geser balok akibat beban mati
taktefaktor
V I , b = gaya geser balok akibat beban hidup
tektefaktor
V E ,b = gaya geser balok akibat beban gempa
taktefaktor
K = factor jenis struktur (K > 2.0)

F.5.3 Perencanaan Kolom Terhadap Beban Lentur dan Aksial


Kuat lentur kolom portal dengan daktilitas terbatas
harus memenuhi :

M u , k 1,05 M D , k M I , K d M I , k

Dengan
M D , k momen kolom akibat beban mati takterfaktor

M I ,k momen kolom akibat beban hidup takterfaktor

M E , k momen kolom akibat beban gempa taktefaktor


d factor pembesar dinamis = 1,3
Gaya akibat rencana N u , k yang bekerja pada kolom portal
dengan daktilitas terbatas dihitung dari
Data Teknis_E 68
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

N u , k 1,05 N D , k N I , k d N E , k

Dengan
N D , k = gaya aksial kolom akibat beban mati taktefaktor

N I , k = gaya aksial kolom akibat beban hidup taktefaktor

N E , k = gaya aksial kolom akibat beban gempa taktefaktor


d factor pembesar dinamis = 1,3

Dalam segala hal, kuat lentur dan aksial rancang kolom


portal harus memeperhitungkan kombinasi beban gaya
gravitasi dan beban gempa dalam dua arah peninjauan
yang saling tegak lurus.

F.5.4 Perencanaan Kolom Terhadap Beban Geser


Kuat geser rencana kolom portal dengan daktilitas

terbatas, V u ,k harus dihitung dari :

V u , k 1,05V D , k V I , k d V E , k
Dengan
V D , k gaya geser kolom akibat beban mati taktefaktor

V I , k gaya geser kolom akibat beban hidup taktefaktor

V E , k gaya geser kolom akibat beban gempa taktefaktor


d factor pembesar dinamis = 1,3

F.5.4 Persyaratan Perencanaan Seismik untuk Komponen Struktur


dengan Daktilitas Terbatas.

a. Komponen Struktur Rangka yang Menahan Beban Lentur


(balok)
(1) gaya tekan aksial terfaktor yang bekerja pada

komponen struktur tersebut tidak melebihi Ag f c' 10

Data Teknis_E 69
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

(2) bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang


dari empat kali tinggi efektifnya, kecuali untuk
balok perangkai dinding geser
(3) rasio lebar balok terhadap tinggi balok tidak boleh
kurang dari 0,25
(4) lebar balok tidak boleh
a) kurang dari 200 mm
b) lebih dari lebar komponen penumpu (diukur dari
bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal
dari komponen lentur) ditambah jarak yang tidak
melebihi tiga perempat dari tinggi komponen
lentur pada tiap sisi dari komponen penutup
(5) Pada sembarang penampang suatu komponen struktur
lentur, jumlah tulangan atas maupun tulangan

bawahnya tidak boleh kurang dari (1,4 bw d f y ) dan

rasio tulangan tidak boleh melampaui (7 bw d f y )


paling tidak harus disediakan dua batang tulangan
menerus pada kedua tulangan atas dan bawah.
(6) Kuat momen positif pada sisi muka dari join tidak
boleh kurang dari kuat momen negative yang
disediakan pada sisi muka join tersebut. Pada
sembarang penampang komponen struktur tersebut,
kuat momen positif maupun kuat momen negativnya
tidak boleh kurang dari seperempat kuat momen
maksimum yang terdapat pada kedua ujung join.
(7) Sambungan lewatan tulangan lentur hanya
diperbolehkan bila sepanjang daerah sambungan
lewatan tadi dipasang tulangan sengkang penutup
atau tulangan spiral. Jarak maksimum tulangan
transversal yang meliliti batang tulangan
disambungan lewatan tidak boleh melebihi d/2 atau
200 mm. sambungan lewatan tidak boleh digunakan
dalam daerah join dan dalam jarak setinggi komponen
struktur dari muka join

Data Teknis_E 70
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

(8) Sengkang tertutup harus dipasang dalam daerah


sepanjang tinggi komponen struktur pendukung kearah
tengah bentang pada kedua ujung dari komponen
struktur lentur
(9) Sengkang tertutup yang pertama harus dipasang tidak
lebih dari 50 mm diukur dari sisi muka komponen
struktur pendukung. Spasi maksimum sengkang
tersebut tidak boleh melebihi d/4, sepuluh kali
diameter tulangan longitudinal terkecil, 24 kali

diameter batang sengkang, 300 mm, dan 3 f y As , I Ibw

dengan
A s ,i luas satu kaki tulangan transversal, mm 2

b w lebar badan balok


f y kuat leleh tulangan longitudinal, MPa

(10) didaerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup,


sengkang harus dipasang dengan spasi tidak lebih
dari d/2 pada seluruh panjang komponen struktur
tersebut
(11) sengkang tertutup pada komponen struktur lentur
boleh dibentuk dari dua potong tulangan, yaitu
sebuah sengkang terbuka U yang mempunyai kait 135
derajat dengan perpanjangan sebesar 6 kali
diameter (tetapi tidak kurang dari 75 mm) yang
dijangkar didalam inti yang terkekang dan satu
kait silang penutup hingga keduanya membentuk
satu gabungan sengkang tertutup Kait silang
penutup yang berurutan yang mengait pada satu
tulangan longitudinal yang sama harus dipasang
sedemikian hingga kait 90 derajat terpasang
berselang pada sisi yang berlwanan dari komponen
struktur lentur. Bila batang tulangan
longitudinal yang terikat oleh sengakang kait
penutup hanya dibatasi oleh pelat pada satu sisi
dari komponen struktur rangka lentur, maka kait

Data Teknis_E 71
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

90-derajat kait silang penutup tersebut harus


dipasang disisi itu.

b. Komponen Struktur Rangka yang Menahan Beban Lentur


dan Aksial (kolom)
(1) dimensi penampang terpendek, diukur pada satu
garis lurus yang melalui titik berat penampang,
tidak boleh kurang dari 250 mm
(2) rasio dimensi penampang terpendek terhadap
dimensi yang tegak lurus padanya tidak boleh
kurang dari 0,4
(3) rasio tinggi antar kolom terhadap dimensi
penampang kolom yang terpendek tidak boleh besar
dari 25
(4) rasio tulangan , tidak boleh kurang dari 0,01
dan tidak boleh lebih dari 0,06 dan 0,08 pada
daerah sambungan
(5) sambungan lewatan hanya digunakan diluar daerah
ujung dan harus diproporsikan sebagai sambungan
tarik. Sambungan las dan sambungan mekanikal yang
memenuhi pasal 3.5.14 butir 3 boleh digunakan
untuk menyambung tulangan pada sebarang tempat
asal pengaturan pengaturan penyambungan batang
tulangan longitudinal pada satu penampang tidak
lebih dari pengaturan berselang dan jarak antara
sambaungan adalah 600 mm atau lebih sepanjang
sumbu longitudinal tulang.
(6) Pada seluruh tinggi kolom harus dipasang tulangan
transversal untuk memikul beban geser
(7) Tulangan transversal boleh terdiri dari sengakang
tertutup tungga atau majemuk atau menggunakan
kait silang penutup dengan diameter dan spasi
yang sama dengan diameter dan spasi yang
ditetapkan untuk sengkang tertutup. Setiap ujung
kait silang penutup yang berurutan harus diatur

Data Teknis_E 72
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

sehingga kait ujungnya terpasang berselang


sepanjang tulangan longitudinal yang ada.
Tulangan transversal harus dipasang dengan spasi
tidak melebihi a) setengah dimensi komponen
struktur yang tekecil, b) lebih kecil atau sama
dengan sepuluh kali diameter tulangan memanjang
dan c) lebih kecil atau sama dengan 200 mm
(8) Pada setiap join dan pada kedua sisi setipa
penampang rangka harus dipasang tulangan
transversal dengan jumlah seperti yang ditentukan

dalam butir 6 dan butir 7, sepanjang lo dari

muka yang ditinjau. Panjang lo tidak boleh


kurang dari :
a. tinggi komponen dimensi struktur untuk

N u , k 0,30 Ag . f c'
b. satu setengah kali tinggi komponen dimensi

struktur untuk N u , k 0,30 Ag . f c'


c. seperenam bentang bersih dari komponen
struktur 450 mm
(9) bila gaya tekan aksial terfaktor yang berhubungan
dengan pengaruh gempa yang bekerja pada komponen

struktur nilainya melampaui A g


f c' 10 , maka pada
seluruh tinggi kolom yang berada dibawah
ketinggian dimana terjadi penyelesaian komponen
struktur kaku dan yang memikul reaksi dari
komponen struktur kaku yang terputus tadi,
misalnya dinding, harus diberi tulangan
transversal menerus kedalam dinding paling tidak
sepanjang panjang penyaluran tulangan
longitudinal kolom yang terbesar pada titik
pemutusan. Bila kolomnya berakhir pada suatu
pondasi telapak atau pondasi rakit maka tulangan
transversal yang memenuhi butir 6 dan butir 7

Data Teknis_E 73
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

harus menerus paling kurang 300 mm ke dalam


pondasi tersebut.

F.6 Perhitungan Struktur Dengan Perangkat Lunak


Merancang menggunakan perangkat lunak dari segi efisiensi
kerja lebih baik dibandingakan dengan perancanaan
konvensional dapat mengindari human error perencanaan,
secara garis besar dalam perencanaan dengan perangkat lunak
melaui beberapa tahap.

H. PROGRAM KERJA
1. Umum
Konsultan mendasarkan pada pemahaman awal terhadap Kerangka
Acuan Kerja dari pekerjaan ini, yang dalam hal ini kami
tekankan bahwa program kerja yang akan dilaksanakan untuk
pelaksanaanya adalah pengawasan teknis pada Dinas Pendidikan
Provinsi Lampung

2. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Gedung Kelas
Baru SMKN 9 Bandar Lampung adalah 60 (enam puluh) Hari
kalender terhitung setelah penandatanganan kontrak/SPMK.

3. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan


Sesuai jangka waktu pelaksanaan Perencanaan Gedung Kelas Baru
SMKN 9 Bandar Lampung berlokasi di Bandar Lampung adalah 60
(enam puluh) hari kalender terhitung setelah penandatanganan
kontrak/SPMK, maka konsultan mengajukan jadual pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan tahapan kegiatan. Jadwal Pelaksanaan.

Data Teknis_E 74
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

4. Sistim Pelaporan
Tim Konsultan dalam waktu yang sudah ditentukan sebagaimana
yang termuat dalam Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan akan
menyerahkan laporan-laporan dan beberapa diantaranya akan
dipresentasikan dalam forum resmi dihadapan Pemberi Tugas.

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini


adalah :

a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)

1.Rencana Kerja penyedia jasa secara menyeluruh


2.Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
3.Jadwal kegiatan penyedia jasa
4.Survai pekerjaan dilapangan yang telah selesai
dikerjakan ataupun sebagian selesai menurut jadwal yang
telah ditetapkan sehingga dapat terlihat prestasi yang
telah diselesaikan. Laporan ini akan digunakan sebagai
dasar pembayaran prestasi pekerjaan
5.Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku
laporan 1 (satu) asli, 4 (empat) copy.

b. Laporan Akhir (Final Report)


1. Laporan akhir ini harus merangkum tanggapan dan
perubahan yang disepakati dan meliputi :
Kesimpulan dan saran (executive Summary)
Kesimpulan dan saran ini harus didahului dengan surat
penyerahan laporan yang menyatakan pokok- pokok
kesimpulan dan saran.
2. Bagian Pokok, yang memuat uraian dan hasil pelaksanaan
Jasa.
3. Gambar dan spesifikasi sebagimana yang diperlukan
(misalnya gambar pendahuluan, denah umum, gambar
lelang, gambar terbangun/terpasang)

Data Teknis_E 75
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

4. Analisa menyeluruh yang lebih rinci dan luas pada


masing-masing bidang dapat disajikan sebagai tambahan.
Tambahan ini harus dibatasi pada hal-hal yang perlu
untuk mendukung kebenaran laporan utama. Analisa
lainnya dan berikut kertas kerja harus disajikan dalam
jilid terpisah.
5. Laporan ini juga harus mencakup fakta dan dokumentasi
yang menggambarkan pendekatan dan metodologi yang
dipilih oleh konsultan dalam memberikan jasa.
6. Laporan akhir ini terdiri dari lima buku. Jumlah
Laporan ini sebanyak 5 (lima) buku laporan, 1 (satu)
asli, 4 (empat) copy.

c. Gambar Kerja (A3)


Laporan ini memuat gambar kerja yang sedianya akan
digunakan oleh kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan
dalam bentuk gambar yang detail sesuai rencana yang telah
disetujui oleh Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi
Lampung.

d.Estimate Engineer ( EE )
Laporan ini memuat biaya Pembangunan Fisik bangunan yang
telah direncanakan oleh konsultan.

e.Spesifikasi Teknis Dan BOQ


Laporan ini memuat prosedur pembuatan bangunan yang sesuai
standar pembangunan umum di Indonesia, spesifikasi bahan
bangunan yang digunakan dan syarat-syarat lain.

f.Soft Copy Laporan(Flasdisk)


Compact Disk berisi hasil laporan perencanan yangberupa
soft copy

Data Teknis_E 76
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

I. ORGANISASI DAN PERSONIL


1. Organisasi
Organisasi pelaksana Kegiatan dirancang oleh Konsultan
sedemikian rupa yang mencerminkan hal-hal sebagai berikut
(dalam pengaturannya, Konsultan menyediakan semua keperluan
logistik dan administrasi, termasuk transport,
perhubungan/komunikasi, termasuk fasilitas E-mail dan kantor)
:

Konsultan mempunyai tim inti dari perorangan dengan


kualifikasi yang tinggi dan kemampuan untuk melaksanakan
Kegiatan.

Tim Inti, diketuai oleh Team Leader, bekerja secara penuh.

Tim Inti akan dibantu oleh Supporting Staff yang akan


membantu dalam hal-hal yang bersifat administrasi dan non
teknis lainnya.

Keseluruhan tanggung jawab koordinasi, manajemen,


penganggaran dan monitoring akan berada di bawah koordinasi
Team Leader.

Untuk memudahkan dan memelihara hubungan kerja yang efektif


dan efisien maka perlu disusun suatu struktur organisasi
pelaksanaan pekerjaan yang menggambarkan hubungan kerja
secara external dan internal serta uraian tugas dan tanggung
jawab, baik secara teknis maupun administratif.

1.1 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Data Teknis_E 77
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Secara external instansi yang terlibat didalam Pekerjaan


Perencanaan Gedung Kelas Baru SMKN 9 Bandar Lampung di
Bandar Lampung terdiri dari :
Pemerintah Provinsi Lampung
Konsultan Perencana
Instansi / Lembaga Terkait lainnya.

Konsultan sebagai institusi yang diberi kepercayaan oleh


Dinas PEndidikan Provinsi Lampung bertanggung jawab dan
berkewajiban menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Untuk melakukan kontrol
terhadap kualitas hasil pekerjaan pemberi tugas (Dinas
PEndidikan Provinsi LAmpung) membentuk Tim Teknis yang
terdiri dari Pemimpin Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan
Perencana.

1.2 Struktur Organisasi Konsultan


Perangkat utama konsultan adalah personil yang terdiri
dari beberapa tenaga ahli yang berkualitas dan memiliki
latar belakang pengalaman profesional yang luas dalam
bidangnya masing-masing.

Didalam pelaksanaan kegiatan Perencanaan Gedung Kelas Baru


SMKN 9 Bandar Lampung, CV. ALAM LEMBAYUNG mengusulkan
sebuah Tim yang lengkap dan mampu menangani administrasi,
teknis dan keuangan. Tim tersebut secara keseluruhan
adalah merupakan Regu Pelaksanaan Tugas (RPT) yang
dipimpin oleh Ketua Regu Pelaksanaan Tugas (KRPT). Agar
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar, maka KRPT
adalah Ketua Tim (Team Leader).

Ketua Regu Pelaksanaan Tugas (KRPT) bertanggung jawab atas


kelancaran pelaksanaan pekerjaan kepada direktur proyek.

Data Teknis_E 78
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Direktur proyek melakukan hubungan kontraktual dan


bertanggung jawab kepada pemberi tugas atau pimpinan
proyek. Dalam pengendalian mutu Direktur Proyek dibantu
oleh Penasehat Senior Ahli, melakukan kontrol atas
kualitas produk yang dihasilkan.

KRPT atau Team Leader diberikan hak (wewenang) untuk


mengelola keuangan / biaya untuk melaksanakan Pekerjaan
Pekerjaan Perencanaan Gedung Kelas Baru SMKN 9 Bandar
Lampung di Bandar Lampung.

Untuk pelaksanaan tugas tersebut, KRPT menyusun Rencana


Operasional Pelaksanaan Tugas (ROPT) yang memuat rencana
kerja dan rencana biaya untuk pelaksanaan pekerjaan.
Mengacu dari ROPT tersebut perusahaan akan mengeluarkan
biaya operasional setiap bulan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

Struktur organisasi Tim Pekerjaan Perencanaan Gedung Kelas Baru


SMKN 9 Bandar Lampung yang terdiri dari ; tenaga ahli, Tenaga
Asisten Tenaga Ahli, Tenaga Technician dan tenaga pendukung yang
terlibat dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut :

Data Teknis_E 79
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

Data Teknis_E 80
Usulan Teknik CV. ALAM LEMBAYUNG

2. Personil
Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam Perencanaan Gedung Kelas
Baru SMKN 9 Bandar Lampung di Bandar Lampung minimal
terdiri dari :
1. Team Leader
2. Ahli Cost Estimate
3. Ahli Arsitektur
4. Ahli Struktur/Ahli Gedung
5. Ahli Mekanikal
6. Ahli Elektrikal
7. Ahli Geoteknik

Asisten Tenaga Ahli


1. Asisten Ahli Cost Estimate
2. Asisten Arsitektur
3. Asisten Ahli Gedung

Selain tenaga ahli seperti tersebut diatas, maka


dibutuhkan juga tenaga pendukung yang terdiri dari :
1. CAD Drafter
2. Surveyor
3. Administrasi

Data Teknis_E 81

Вам также может понравиться