Вы находитесь на странице: 1из 66

Akreditasi IDI

Artikel CME
Continuing Medical Education
Kulit Kering pada Usia Lanjut
732
Akreditasi IAI

Artikel CPD
Continuing Professional Development
Peran Imunoterapi Komplementer
Daun Sambiloto (Andrographolide
paniculata) sebagai Anti-Kanker
Melalui Penghambatan Nuclear Factor-
KappaB (NF-kB) pada Jalur Toll-Like
Receptor-4
ISSN: 0125-913X CDK-245/ vol. 43 no. 10 Oktober 2016 http://www.kalbemed.com/CDK.aspx 773

CDK-245/ vol. 43 no. 10 Oktober 2016

727 736 777

HASIL PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS


Perbandingan Akurasi Pemeriksaan Terapi Oksigen Hiperbarik
Diagnostik Kadar Imunohistokimia untuk
Procalcitonin dan C-Reactive Mengungkap Patogenesis sebagai Terapi Adjuvan Kaki
Protein Vitiligo Diabetik
DAFTAR ISI

p-ISSN: 0125-913X 725 Editorial


http://www.kalbemed.com/CDK.aspx
e-ISSN: 2503-2720 Artikel
http://cdkjournal.com
Alamat Redaksi 727 Perbandingan Akurasi Diagnostik Kadar Procalcitonin dan
Gedung KALBE C-Reactive Protein pada Pasien Appendisitis Anak di RSUP H. Adam
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan
Cempaka Putih, Jakarta 10510 Ery Suhaymi, Erjan Fikri, Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution
Tlp: 021-420 8171
Fax: 021-4287 3685 733 Proses Menua, Stres Oksidatif, dan Peran Antioksidan
E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id Marta Lisnawati Zalukhu, Agustinus Rudolf Phyma, Rizaldy Taslim Pinzon
http://twitter.com/CDKMagazine
737 CME - Kulit Kering pada Usia Lanjut
Nomor Ijin Marsha Bianti
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976
Penerbit 742 Pemeriksaan Imunohistokimia untuk Mengungkap Patogenesis
i3L (Indonesia International Institute for Life Sciences) Vitiligo
Willy Sandhika, Ryski Meilia Novarina, Trisniartami Setyaningrum
Pencetak 747 Anisometropia
PT. Adhitya Andrebina Agung Monica Djaja Saputera
752 Neovaskularisasi Koroid Miopia
Elvira, Victor Nugroho Wijaya
756 Manifestasi Klinis Sindrom Behcet
Sukmawati Tansil Tan, Listyani Gunawan, Gabriela Reginata
761 Tinea Imbrikata
Reyshiani Johan

Berita Terkini
765 Niacinamide Topikal Bermanfaat untuk Terapi Penuaan Kulit
766 Ekstrak Hop Menurunkan Lemak Tubuh
767 Metformin Tetap Menjadi Lini Pertama untuk DM tipe 2
769 Astaxanthin Bermanfaat pada Kegemukan
770 Cariprazine, Modalitas Baru untuk Gangguan Kejiwaan dan Mood
772 Guideline ASCO Mengenai Supresi Ovarium pada Kanker Payudara
Reseptor Estrogen Positif
773 Keuntungan One Shot Intra-articular Injection pada Pasien
Osteoartritis

Ketua Pengarah 775 UDCA sebagai Alternatif Vitamin E pada Pasien NAFLD Non-
diabetes dan Non-sirosis
dr. Boenjamin Setiawan, PhD
777 CPD - Peran Imunoterapi Komplementer Daun
Pemimpin Umum Sambiloto (Andrographolide paniculata) sebagai
dr. Kupiya Timbul Wahyudi Anti-Kanker Melalui Penghambatan Nuclear
Factor-KappaB (NF-kB) pada Jalur Toll-Like
Ketua Penyunting Receptor-4
Dr. dr. Budi Riyanto W., SpS Febyan, Johannes Hudyono

782 Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Terapi Adjuvan Kaki Diabetik


Dewan Redaksi Hendry Irawan, Kartika
dr. Artati
787 Goji Berry: Fakta, Manfaat, dan Efek Samping
Yuyus Kusnadi, Ph.D Dian Daniella, Yoana Arifin
Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D
792 Peran Tunas Brokoli pada Stres Oksidatif Penyandang Diabetes
Indra Bachtiar, Ph.D Wina Sinaga
Jimmy Susanto, Ph.D
dr. Esther Kristiningrum
796 Agenda
dr. Dedyanto Henky
dr. Dorotea Dita A. 797 Indeks
Prof. Hans Glise, MD, Ph.D
Victor DeVries, Ph.D
Richard Sutejo, Ph.D

Tata Usaha
Dodi Sumarna

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 723


PANDUAN UNTUK PENULIS
CDK (Cermin Dunia Kedokteran) menerima naskah yang membahas berbagai aspek BUKU
kesehatan, kedokteran, dan farmasi, bisa berupa tinjauan pustaka, opini, ataupun hasil
penelitian di bidang-bidang tersebut, termasuk laporan kasus. Naskah yang dikirim ke Penulis/Editor Tunggal
Redaksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh CDK (belum pernah diterbitkan di 1. Hoppert M. Microscopic techniques in biotechnology. Weinheim: Wiley-VCH; 2003.
jurnal lain); bila pernah dibahas atau dibacakan dalam pertemuan ilmiah, hendaknya diberi 2. Storey KB, editors. Functional metabolism: regulation and adaptation. Hoboken (NJ): J.
keterangan mengenai nama, tempat, dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Wiley & Sons; 2004.
Lebih dari Satu Penulis/Editor
PANDUAN UMUM 1. Lawhead JB, Baker MC. Introduction to veterinary science. Clifton Park (NY): Thomson
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Jika menggunakan bahasa Indonesia, Delmar Learning; 2005.
hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku (merujuk pada 2. Gilstrap LC, Cunningham FG, Van Dorsten JP, editors. Operative obstetrics. 2nd ed. New
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Umum York: McGraw-Hill; 2002.
PembentukanKamus Besar Bahasa Indonesia). Istilah medis sedapat mungkin menggunakan Edisi dengan Volume
istilah bahasa Indonesia yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN, editors. Wintrobes clinical hematology.
Panjang naskah berkisar antara 2000-3000 kata, ditulis dengan program MS Word, jenis huruf 9th ed. Vol 2. Philadelphia: Lea & Febiger; 1993.
Times New Roman ukuran 12.
Bab dalam Buku
ABSTRAK DAN KATA KUNCI Ford HL, Sclafani RA, Degregori J. Cell cycle regulatory cascades. In: Stein GS, Pardee
Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris, AB, editors. Cell cycle and growth control: biomolecular regulation and cancer. 2nd ed.
disertai dengan 3-5 kata kunci yang disusun berdasarkan abjad. Abstrak ditulis dalam 1 Hoboken (NJ): Wiley-Liss; 2004. p. 42-67.
(satu) paragraf dan, untuk artikel penelitian, bentuknya tidak terstruktur dengan format
introduction, methods, results, discussion (IMRAD). Panjang abstrak maksimal 200 kata. Jika PROSIDING KONFERENSI
tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak berbahasa Indonesia maupun Inggris Harnden P, Joffe JK, Jones WG, editors. Germ cell tumours V: Proceedings of the 5th Germ Cell
untuk naskah tersebut. Tumour conference; 2001 Sep 13-15; Leeds, UK. New York: Springer; 2002.
NAMA DAN INSTITUSI PENULIS MAKALAH KONFERENSI
Nama (para) penulis dicantumkan lengkap (tidak disingkat), disertai keterangan lembaga/ Christensen S, Oppacher F. An analysis of Kozas computational effort statistic for genetic
fakultas/institut tempat bekerjanya dan alamat e-mail. programming. In: Foster JA, Lutton E, Miller J, Ryan C, Tettamanzi AG, editors. Genetic
TABEL/GRAFIK/GAMBAR/BAGAN programming: EuroGP 2002: Proceedings of the 5th European Conference on Genetic
Programming; 2002 Apr 3-5; Kinsdale, Ireland. Berlin: Springer; 2002. p. 182-91.
Tabel/grafik/gambar/bagan yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dan dikirimkan
terpisah dalam format JPG (resolusi minimal 150 dpi dengan ukuran sebenarnya). Keterangan PENGIRIMAN NASKAH
pada tabel/grafik/gambar/bagan sedapat-dapatnya dituliskan dalam bahasa Indonesia. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy/CD atau melalui e-mail ke alamat:
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun menurut aturan Vancouver. Rujukan diberi nomor urut sesuai Redaksi CDK
pemunculannya di dalam naskah. Jika penulis enam orang atau kurang, cantumkan semua; Jl. Letjen Suprapto Kav. 4
bila tujuh atau lebih, tuliskan enam yang pertama dan tambahkan et al.
Cempaka Putih, Jakarta 10510
Kepustakaan maksimal berjumlah 20 buah, terbitan 10 tahun terakhir. Diupayakan lebih
banyak kepustakaan primer (dari jurnal, proporsi minimal 40%) dibanding kepustakaan E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id
sekunder. Tlp: (62-21) 4208171 Fax: (62-21) 42873685
Contoh format penulisan kepustakaan sesuai aturan Vancouver:
Seluruh pernyataan dalam naskah merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi berhak
JURNAL mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Naskah yang tidak diterbitkan
Standar dikembalikan ke pengarang jika ada permintaan.
1. Halpern SD, Ubel PA.Solid-organ transplantation in HIV-infected patients. N Engl J Med. Mengingat saat ini CDK sudah dapat diakses lewat internet (online), tentu naskah yang telah
2002;347:284-7. diterbitkan akan dapat lebih mudah diunduh dan dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih
2. Skalsky K, Yahav D, Bishara J, Pitlik S, Leibovici L, Paul M. Treatment of human brucellosis: luas.
systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials. BMJ. 2008; Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e-mail. Untuk keperluan administrasi,
36(7646):701-4. mohon disertakan juga curriculum vitae, no. Rek. Bank, dan (bila ada) no./alamat NPWP.
3. Rose ME, Huerbin MB, Melick J, Marion DW, Palmer AM, Schiding JK, et al. Regulation
of interstitial excitatory amino acid concentrations after cortical contusion injury. Brain
Res. 2002;935(1-2):40-6.
Organisasi sebagai Penulis
1. American Diabetes Association. Diabetes update. Nursing. 2003;Suppl:19-20, 24.
2. Parkinson Study Group. A randomized placebo-controlled trial of rasagiline in
levodopatreated patients with Parkinson disease and motor fluctuations: the PRESTO
study. Arch Neurol. 2005;62(2):241-8.
Tanpa Nama Penulis
Pelvic floor exercise can reduce stress incontinence. Health News. 2005;11(4):11.
Volume dengan Suplemen
Geraud G, Spierings EL, Keywood C. Tolerability and safety of frovatriptan with shortand
long-term use for treatment of migraine and in comparison with sumatriptan. Headache.
2002;42 Suppl 2:S93-9.
Edisi dengan Suplemen
Glauser TA. Integrating clinical trial data into clinical practice. Neurology. 2002;58(12 Suppl Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis
7):S6-12. dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si
Jurnal Elektronik penulis.
Sillick TJ, Schutte NS. Emotional intelligence and self-esteem mediate between perceived
early parental love and adult happiness. E-Jnl Appl Psych [serial on the Internet]. 2006 [cited
2010 Aug 6];2(2):38-48. Available from: http://ojs.lib.swin.edu.au/index.php/ejap/article/
view/71/100.

724 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


Akreditasi IDI

Artikel CME
Continuing Medical Education
Kulit Kering pada Usia Lanjut
732
Akreditasi IAI

Artikel CPD
Continuing Professional Development
Peran Imunoterapi Komplementer
Daun Sambiloto (Andrographolide
paniculata) sebagai Anti-Kanker
Melalui Penghambatan Nuclear Factor-
KappaB (NF-kB) pada Jalur Toll-Like
Receptor-4
ISSN: 0125-913X CDK-245/ vol. 43 no. 10 Oktober 2016 http://www.kalbemed.com/CDK.aspx 773
CDK-245/ vol. 43 no. 10 Oktober 2016

727 736 777

HASIL PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS


Perbandingan Akurasi Pemeriksaan Terapi Oksigen Hiperbarik
Diagnostik Kadar Imunohistokimia untuk
Procalcitonin dan C-Reactive Mengungkap Patogenesis sebagai Terapi Adjuvan Kaki
Protein Vitiligo Diabetik

Appendisitis adalah penyakit yang relatif sering dijumpai, dan appendektomi merupakan salah satu teknik pembedahan
yang paling sering dilakukan di rumah sakit; meskipun demikian, diagnosis pasti penyakit ini tidaklah selalu mudah, apalagi
pada kalangan anak yang keluhannya sulit dipastikan keakuratannya; sebuah laporan penelitian di Medan mengenai peranan
beberapa pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu sejawat agar dapat menatalaksanai appendisitis, khususnya
di kalangan anak-anak, secara lebih tepat guna.

Artikel-artikel berikutnya sebagian mengenai masalah penuaan dan beberapa ulasan atas peranan beberapa tanaman obat
untuk fungsi organ tubuh dan kesehatan; bahasan mengenai peranan oksigen hiperbarik dalam tatalaksana luka diabetik
juga menarik untuk dibaca, agar membuka wawasan baru dalam hal alternatif tatalaksana.

Selamat membaca,

Redaksi

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 725


REDAKSI KEHORMATAN

Prof. dr. Abdul Muthalib, SpPD-KHOM Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOM
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUP Kanker
Prof. Dr. Dra. Arini Setiawati, SpFK Dharmais, Jakarta
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Dr. dr. med. Abraham Simatupang, M.Kes
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Prof. dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH Indonesia, Jakarta
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP (K) FIHA
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), Jakarta
Prof. Dr. dr. Charles Surjadi, MPH
Puslitkes Unika Atma Jaya
dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Prof. dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI RS Dr. Soetomo, Surabaya
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta dr. Hendro Susilo, SpS (K)
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga/RS Dr. Soetomo, Surabaya
Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, SpP (K)
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/SMF Paru RS Dr. dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, KMN, M.Kes
Persahabatan, Jakarta Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung/RSUP Dr. Hasan Sadikin,
Bandung
Prof. Dr. dr. Ignatius Riwanto, SpB (K)
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS
Dr. Kariadi, Semarang dr. Jan Sudir Purba, PhD
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. Dr. dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Departemen Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung dr. Prijo Sidipratomo, SpRad (K)
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta dr. R.M. Nugroho Abikusno, M.Sc., DrPH
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta

Prof. Dr. dr. Rully M. A. Roesli, SpPD-KGH


Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas dr. Savitri Sayogo, SpGK
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Prof. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI


Sub Dept. Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam dr. Sudung O. Pardede, SpA (K)
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
CiptoMangunkusumo, Jakarta Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta

Prof. dr. Sarah S. Waraouw, SpA (K)


Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, dr. Tony Setiabudhi, SpKJ, PhD
Manado Universitas Trisakti/Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut
Usia, Jakarta

Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas
Jakarta Kedokteran Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, Jakarta

726 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


HASIL PENELITIAN

Perbandingan Akurasi Diagnostik Kadar Procalcitonin


dan C-Reactive Protein pada Pasien Appendisitis
Anak di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD
Dr. Pirngadi Medan
Ery Suhaymi,* Erjan Fikri,** Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution**
*Residen Bedah, **Konsultan Sub Divisi Bedah Anak,
Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Diagnosis dari appendisitis akut masih merupakan suatu tantangan, terutama pada kelompok usia anak. Oleh karena itu, mutlak
diperlukan suatu alat diagnostik yang sensitif dan spesifik. Tujuan: membandingkan nilai akurasi antara procalcitonin (PCT) dan C-reactive protein
(CRP) dalam mendiagnosis appendisitis anak. Metode: penelitian potong lintang dengan analisis deskriptif dan analitik terhadap 31 pasien usia
dibawah 18 tahun yang datang ke IGD RSUP H. Adam Malik Medan dengan gejala appendisitis dan telah menjalani appendektomi dari bulan
Desember 2014 hingga Juli 2015. Seluruh sampel darah diambil dan dikirim ke laboratorium untuk pengukuran nilai PCT dan CRP preoperatif.
Dilakukan appendektomi dan pemeriksaan histopatologi pasca-operasi. ROC nilai sensitivitas, spesifisitas, prediksi positif, dan prediksi negatif
dianalisis menggunakan kurva untuk masing-masing pemeriksaan laboratorium dan kombinasi keduanya. Hasil: Didapatkan 14 orang ( 45,2%)
laki-laki dan 17 orang (54,8%) perempuan, pada kelompok umur 12 18 tahun (58,1%) dan kelompok umur < 12 tahun (41,9%). Kadar CRP
meningkat pada 91,7% penderita appendisitis akut dan pada 84,2% penderita appendisitis komplikasi. Sensitivitas uji diagnostik 84,2% dan
spesifisitas 8,3% serta akurasi pengukuran kadar CRP 54,8%. Rentang kadar CRP untuk appendisitis akut 0,69 17,10 mg/L dengan rerata 10,11
4,74 mg/L dan untuk appendisitis komplikasi 3,70 19,70 mg/L dengan rerata 12,27 4,82 mg/L. Kadar PCT dijumpai meningkat pada
91,7% penderita appendisitis akut dan pada 100% penderita appendisitis komplikasi. Sensitivitas uji diagnostik 100% dan spesifisitas 8,3% serta
akurasi pengukuran kadar PCT 64,5%. Rentang kadar PCT sangat besar untuk appendisitis akut 0,04 55,50 ng/mL dengan rerata 10,60 15,95
ng/mL dan untuk appendisitis komplikasi 0,75 151,70 ng/mL dengan rerata 15,98 33,44 ng/mL. Simpulan: Pemeriksaan PCT pada pasien
appendisitis memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 8,3%, serta memiliki nilai akurasi lebih tinggi (64,5%) dibandingkan pemeriksaan CRP
(54,8%) dengan sensitivitas 84,2% dan spesifisitas 8,3%. PCT dan CRP memiliki peranan penting untuk mendukung diagnosis klinis appendisitis
akut pada anak.

Kata kunci: Anak, appendisitis, CRP, C-reactive protein, PCT, procalcitonin

ABSTRACT
Background: Diagnosis of acute appendicitis remains a challenge, especially among children. A sensitive and specific diagnostic tool is needed.
Objective: To compare the accuracy of procalcitonin (PCT) and C-reactive protein (CRP) in diagnosing pediatric appendicitis. Method: Cross-
sectional study with descriptive and analytical analysis on 31 patients under 18 years of age in the emergency department of RSUP H. Adam Malik
with symptoms of appendicitis and underwent appendectomy from December 2014 until July 2015. Blood samples were taken to determine
the value of preoperative PCT and CRP. Postoperative histopathological examination was done. ROC curve was used to analyze the sensitivity,
specificity, positive predictive, and negative predictive value of each and combination of laboratory tests. Results: Samples were 14 (45.2%)
male and 17 (54.8%) female; aged 12-18 years (58.1%) and <12 years (41.9%). The ranges of values of CRP levels for acute appendicitis were
0.69 to 17.10 mg/L (mean 10.11 4.74 mg/L) and for complicated appendicitis were 3.70 to 19.70 mg/L (mean 12.27 4.82 mg/L). A CRP level
was increased in 91.7% patients with acute appendicitis, and in 84.2% patients with complications. Sensitivity and specificity of the diagnostic
test was 84.2% and 8.3% respectively, the accuracy of measurement of CRP levels was 54.8%. A PCT level was increased in 91.7% patients with
acute appendicitis, and in 100% patients with complicated appendicitis. Sensitivity and specificity of the diagnostic test were 100% and 8.3%
respectively, and the accuracy of measurement of PCT levels is 64.5%. The range of values of PCT levels for acute appendicitis is 0.04 to 55.50 ng/
mL, mean 10.60 15.95 ng/mL, and for complicated appendicitis of 0.75 to 151.70 ng/mL, mean 15.98 33.44 ng/mL. Conclusion: Examination
of PCT in patients with appendicitis had a sensitivity of 100% and a specificity of 8.3%, and has a higher accuracy (64.5%) compared with CRP
examination (54.8%) with a sensitivity of 84.2% and a specificity of 8.3%.

Alamat Korespondensi email: suhaymiery@yahoo.co.id

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 727


HASIL PENELITIAN

Ery Suhaymi, Erjan Fikri, Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution. Comparison of Diagnostic Accuracy between Procalcitonin dan C-Reactive
Protein level for Child Appendicitis in RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan

Keywords: Appendicitis, CRP, C-reactive protein, diagnosis, PCT, pediatric patients, procalcitonin

PENDAHULUAN kadar CRP mempunyai sensitivitas 86% dan usia <12 tahun (52,6%), tetapi tidak berbeda
Appendisitis yaitu radang appendiks spesifisitas 35% untuk diagnosis appendisitis bermakna (uji Chi-square p>0,05 ) (Tabel 1).
vermiformis, merupakan penyebab akut komplikasi.5
abdomen paling sering. Appendisitis Tabel 2. Kadar CRP berdasarkan jenis appendisitis
dapat disebabkan karena infeksi atau Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Appendisitis Appendisitis
obstruksi appendiks.1 Jika diagnosis lambat nilai akurasi pemeriksaan procalcitonin dan Kadar CRP Jumlah
Sederhana Komplikasi
ditegakkan dapat terjadi perforasi appendiks C-reactive protein pada pasien appendisitis Normal 1 (8,3%) 3 (15,8%) 4 (12,9%)
mengakibatkan peritonitis atau terbentuk anak. Meningkat 11 ( 91,7%) 16 (84,2%) 27 (87,1%)
abses di sekitar appendiks. Angka kematian Jumlah 12 (100%) 19 (100%) 31 (100%)
penyakit ini 0,3%, dan meningkat menjadi METODE X (continuity correction) = 0,003; p= 0,958
2

6,5% pada kasus perforasi.1 Penelitian ini cross-sectional dengan analisis


deskriptif dan analitik, dilakukan di Bagian Kadar CRP meningkat pada 91,7% penderita
Insidens appendisitis akut pada anak yaitu Bedah Anak Rumah Sakit Umum Pusat H. appendisitis sederhana dan pada 84,2%
1-8%.4 Appendisitis akut banyak dijumpai Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi penderita appendisitis komplikasi (Tabel
pada usia muda, insidens appendisitis 25 kasus Medan pada Desember 2014 hingga Juli 2). Uji statistik dengan continuity correction
untuk setiap 10.000 anak usia 10 17 tahun, di 2015. Sampel penelitian adalah pasien anak (karena tidak memenuhi syarat Chi-square)
mana 40% penderita appendisitis akut berusia yang didiagnosis appendisitis di IGD ataupun mendapatkan nilai p>0,05 yang berarti
10 30 tahun. Rasio laki-laki : perempuan pada di poliklinik Bedah Anak dan menjalani kadar CRP tidak berbeda bermakna pada
usia remaja 3:2.5 appendektomi di Rumah Sakit Umum Pusat appendisitis sederhana dibandingkan pada
H. Adam Malik Medan atau RSUD Dr. Pirngadi appendisitis komplikasi.
Beberapa penyakit gejala klinisnya Medan, yang memenuhi kriteria inklusi. Data
menyerupai gejala appendisitis; angka diolah dan dianalisis untuk menilai sensitivitas, Tabel 3. Kadar PCT berdasarkan jenis appendisitis
appendektomi negatif dilaporkan antara 9 spesifisitas, dan akurasi pemeriksaan.
Appendisitis Appendisitis
- 44%. Hal ini mendorong pengembangan Kadar PCT Jumlah
Sederhana Komplikasi
metode diagnostik baru dengan sensitivitas Normal 1 (8,3%) 0 (0%) 1 (3,2%)
HASIL
dan spesifisitas tinggi dan biaya relatif lebih Meningkat 11 (91,7%) 19 (100%) 30 (96,8%)
Didapatkan 31 pasien anak dengan
murah.1 Jumlah 12 (100%) 19 (100%) 31 (100%)
appendisitis yang memenuhi kriteria
penelitian, 14 orang (45,2%) laki-laki dan 17 X (continuity correction) = 0,056; p= 0,814
2

Procalcitonin (PCT) merupakan salah satu


orang (54,8%) perempuan. Lebih banyak
indikator biokimia paling penting yang
pada kelompok umur 12 18 tahun (58,1%) Kadar PCT meningkat pada 91,7% penderita
berkorelasi erat dengan keparahan reaksi
dibandingkan dengan kelompok umur appendisitis sederhana dan pada seluruh
inflamasi host terhadap infeksi mikroba.11 Kadar
< 12 tahun (41,9%). Didapatkan 12 orang penderita appendisitis komplikasi (100%).
PCT meningkat selektif pada kasus infeksi
(38,7%) menderita appendisitis sederhana Uji statistik dengan continuity correction
bakteri, sedangkan pada kasus infeksi virus
dan 19 orang (61,3%) menderita appendisitis (karena tidak memenuhi syarat Chi-square)
konsentrasinya tetap normal. PCT merupakan
komplikasi. mendapatkan nilai p>0,05 yang berarti
penanda yang lebih baik daripada protein
kadar PCT pada appendisitis sederhana dan
C-reaktif yang meningkat dalam keadaan
Tabel 1. Frekuensi appendisitis berdasarkan usia appendisitis komplikasi tidak ada berbeda
inflamasi. Analisis pada kelompok pasien
Appendisitis Appendisitis bermakna.
yang berbeda menunjukkan tes procalcitonin Usia
Sederhana Komplikasi
Jumlah
serum mempunyai sensitivitas 95,65% <12 tahun 3 (25%) 10 (52,6%) 13 (41,9%) Analisis perbedaan kadar CRP pada
dan spesifisitas sekitar 100% dibandingkan 12 18
tahun
9 (75%) 9 (47,4%) 18 (58,1%) appendisitis sederhana dan appendisitis
diagnosis histopatologik appendiks sebagai
Total 12 (100%) 19 (100%) 31 (100%) komplikasi dengan t-test, karena data CRP
standar.1
berdistribusi normal, sedangkan analisis
X = 2,306; p= 0,129
2
perbedaan kadar PCT pada appendisitis
Creactive protein (CRP) adalah suatu mediator
sederhana dan appendisitis komplikasi
inflamasi non-spesifik, merupakan indikator Pasien appendisitis sederhana sebagian besar
dengan uji Mann-Whitney karena data PCT
yang sensitif untuk infeksi bakteri, peradangan, berusia 12 18 tahun (75%), sedangkan pasien
tidak berdistribusi normal.
dan kerusakan jaringan.11 Peningkatan appendisitis komplikasi lebih banyak pada

728 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


HASIL PENELITIAN

Tabel 4. Perbedaan kadar CRP dan PCT berdasarkan hasil histopatologi PCT untuk membedakan appendisitis
Pemeriksaan Hasil PA N Mean SD Min - Maks Nilai p komplikasi dengan penderita appendisitis
Appendisitis sederhana 12 10,11 4,74 0,69 17,10 sederhana sebesar 56%. Cut off point untuk
CRP 0,233*
Appendisitis komplikasi 19 12,27 4,82 3,70 19,70 appendisitis komplikasi berdasarkan kadar
Appendisitis sederhana 12 10,60 15,95 0,04 55,50 PCT menurut grafik ROC adalah 4,88.
PCT 0,584**
Appendisitis komplikasi 19 15,98 33,44 0,75 151,70 Penderita dengan kadar PCT 4,88 sebagian
*Uji t-test **Uji Mann-Whitney besar adalah appendisitis komplikasi dan lebih
kecil dari nilai tersebut adalah appendisitis
Grafik 1. ROC untuk kadar CRP terhadap kejadian sederhana.
Rerata kadar CRP penderita appendisitis
sederhana 10,11 4,74 mg/L lebih rendah appendisitis
DISKUSI
dari rerata kadar CRP penderita appendisitis
Penderita appendisitis anak pada penelitian
komplikasi 12,27 4,82 mg/L, namun tidak
ini didapatkan 14 orang (45,2%) laki-laki dan 17
berbeda bermakna.
orang (54,8%) perempuan, dan lebih banyak
pada kelompok umur 12 18 tahun (58,1%).
Pada penelitian ini dilakukan uji metode
diagnostik kadar PCT dan kadar CRP Data epidemiologi menunjukkan appendisitis
untuk penentuan appendisitis komplikasi akut banyak dijumpai pada usia muda, di
menggunakan standar baku pemeriksaaan mana 40% berumur 10 30 tahun. Rasio laki-
histopatologi. laki : perempuan pada usia remaja 3:2. Insidens
appendisitis pada anak usia kurang dari 4 tahun
Tabel 5. Distribusi subjek penelitian pada hingga 25 kasus untuk setiap 10.000 anak.9
pemeriksaan kadar PCT dibandingkan dengan hasil Appendisitis akut jarang dijumpai pada balita,
histopatologi
meningkat pada pubertas dan mencapai
Hasil PA puncaknya pada saat remaja dan usia awal 20-
Berdasarkan grafik ROC (Grafik 1) didapatkan
PCT Appendisitis Appendisitis Total an.9,10 Penelitian 129 kasus appendisitis akut
Komplikasi Sederhana Area Under Curve sebesar 0,65. Hal ini
pada anak di Rotterdam Hospital-Netherland
Meningkat 19(a) 11(b) 30 menggambarkan kemampuan kadar serum
mendapatkan 71% appendisitis perforasi dan
Normal 0(c) 1(d) 1 CRP untuk membedakan appendisitis
pada usia di bawah 5 tahun, angka appendisitis
Total 19 12 31 komplikasi dengan penderita appendisitis
komplikasi mencapai 82%.24 Pada penelitian
Hasil analisis: Sensitivitas 100%, spesifisitas 8,3%, sederhana sebesar 65%. Cut off point untuk
akurasi 64,5%, NPP 63,3%, dan NPN 100%.
ini, appendisitis komplikasi terbanyak pada
appendisitis komplikasi berdasarkan kadar
anak kurang dari 12 tahun (76,9%) (Tabel 1).
CRP menurut grafik ROC adalah 9,65. Penderita
dengan kadar CRP 9,65 sebagian besar
Akurasi adalah kemampuan alat uji untuk Perforasi merupakan komplikasi appendisitis
adalah appendisitis komplikasi dan yang lebih
mendeteksi secara benar seluruh subjek yang akut yang tidak tertangani dalam 24-36 jam.
kecil dari nilai tersebut adalah appendisitis
diuji. Nilai akurasi kadar PCT untuk mendeteksi Pada umumnya, makin lama penundaan
sederhana.
penyakit appendisitis komplikasi secara benar diagnosis dan tindakan bedah, risiko perforasi
pada penelitian ini sebesar 64,5%. Grafik 2. ROC untuk kadar PCT terhadap kejadian makin besar. Risiko perforasi terjadi setelah 36
appendisitis jam dan setelah timbulnya gejala sedikitnya
15%.11
Tabel 6. Distribusi subjek penelitian pada
pemeriksaan kadar CRP dibandingkan dengan hasil
histopatologi Anak memiliki kecenderungan perforasi lebih
tinggi, yaitu 50 85 %,21 karena anatomi
Hasil PA
CRP Appendisitis Appendisitis Total omentum lebih pendek, appendiks lebih
Komplikasi Akut panjang dan dinding appendiks lebih tipis,
Meningkat 16(a) 11(b) 27 serta daya tahan tubuh masih kurang.10,12,22
Normal 3(c) 1(d) 4 Intervensi bedah sangat penting untuk
Total 19 12 31 menghindari perforasi appendiks.21
Hasil analisis: Sensitivitas 84,2%, spesifisitas 8,3%,
akurasi 54,8%, NPP 59%, dan NPN 25%. Pemeriksaan CRP dan PCT
C reactive protein merupakan indikator yang
sensitif untuk infeksi bakteri, peradangan,
Akurasi pengukuran kadar CRP untuk
dan kerusakan jaringan, sensitivitasnya 86%
mendeteksi penyakit appendisitis komplikasi Berdasarkan grafik ROC (Grafik 2) didapatkan dan spesifisitasnya 35% untuk appendisitis
secara benar sebesar 54,8%. Area Under Curve sebesar 0,56. Hal ini komplikasi.5
menggambarkan kemampuan kadar serum

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 729


HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa kadar ng/mL. PCT memiliki sensitivitas tinggi pada sebagai salah satu indikator biokimia paling
CRP umumnya meningkat pada penderita penderita appendisitis komplikasi. penting yang berkorelasi erat dengan
appendisitis sederhana (91,7%) dan juga pada keparahan reaksi inflamasi host terhadap
penderita appendisitis komplikasi (84,2%); Kadar PCT naik cepat dalam 2 jam setelah infeksi mikroba.4,14,16 Procalcitonin mendapat
kadar CRP penderita appendisitis sederhana rangsangan, puncaknya setelah 12 - 48 jam perhatian besar sebagai penanda potensial
tidak berbeda bermakna dengan pada dan menurun perlahan dalam 48 sampai 72 yang lebih spesifik untuk infeksi bakteri.14
penderita appendisitis komplikasi (p>0,05). jam.4 Pada individu sehat, konsentrasi PCT
Hal ini karena rentang nilai kadar CRP sangat plasma normal <0,5 ng/mL. Pada kasus infeksi Pemeriksaan CRP untuk deteksi appendisitis
besar, yaitu untuk appendisitis sederhana mikroba, inflamasi sistemik berat atau sepsis, komplikasi dibandingkan hasil histopatologi
antara 0,69 17,10 mg/L dengan rerata 10,11 terjadi peningkatan ekspresi gen CALC-I sebagai gold standard mempunyai sensitivitas
4,74 mg/L dan untuk appendisitis komplikasi dengan peningkatan bersamaan konsentrasi 84,2%, spesifisitas 8,3%, dan akurasi 54,8%.
antara 3,70 19,70 mg/L dengan rerata 12,27 PCT di semua jaringan dan jenis sel tubuh Peneliti lain menyebutkan CRP adalah suatu
4,82 mg/L. manusia.12 Lipopolisakarida bakteri dan mediator inflamasi non-spesifik dengan
sitokin proinflamasi adalah pemicu paling sensitivitas 43% - 92% dan spesifisitas 33% -
Kadar CRP dipengaruhi oleh respons fase kuat pelepasan PCT. Selama infeksi virus, 95% untuk appendisitis akut.11
akut, biasanya meningkat 6 8 jam setelah konsentrasi PCT serum sedikit meningkat
demam dan mencapai puncak dalam 24 48 menjadi 1,5 ng/mL, sementara itu konsentrasi Pada penelitian ini didapat nilai akurasi
jam.15 Selang waktu antara penderita dibawa PCT selama infeksi bakteri mencapai hingga pemeriksaan PCT lebih tinggi (64,5%)
ke rumah sakit dan mulai timbulnya gejala 1.000 ng/mL.12 Karena itu, peningkatan PCT dibandingkan pemeriksaan CRP (54,8%). PCT
appendisitis dapat mempengaruhi nilai kadar bisa diperkirakan pada appendisitis akut.12 serum merupakan tes diagnostik yang lebih
CRP. PCT berkorelasi dengan beban bakteri dan baik daripada CRP serum.12 PCT berkorelasi
keparahan infeksi.14 dengan beban bakteri dan keparahan infeksi.14
Pada orang normal, kadar CRP <5 mg/L dan PCT serum lebih sensitif daripada CRP serum,
dapat meningkat 30 kali nilai normal pada fase Uji Diagnostik bukan hanya untuk diagnosis tetapi juga bisa
respons.15 Pemeriksaan PCT untuk mendeteksi prediksi keparahan.12
appendisitis komplikasi dibandingkan hasil
Kadar PCT dijumpai meningkat pada histopatologi mempunyai sensitivitas 100% SIMPULAN
penderita appendisitis sederhana (91,7%) dan nilai spesifisitas 8,3%, serta nilai akurasi Pemeriksaan PCT pada pasien appendisitis
dan pada semua penderita appendisitis 64,5%. memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 8,3%,
komplikasi (100%) (p>0,05). Nilai rentang dan nilai akurasi lebih tinggi (64,5%) dibanding
kadar PCT sangat besar, yaitu untuk Pada penelitian lain, tes procalcitonin serum pemeriksaan CRP (54,8%) dengan sensitivitas
appendisitis sederhana antara 0,04 55,50 pada kelompok pasien berbeda menghasilkan 84,2% dan spesifisitas 8,3%. PCT dan CRP
ng/mL dengan rerata 10,60 15,95 ng/mL sensitivitas 95,65% dan spesifisitas sekitar mendukung diagnosis klinis appendisitis pada
dan untuk appendisitis komplikasi antara 0,75 100% berdasarkan standar diagnosis anak.
151,70 ng/mL dengan rerata 15,98 33,44 histopatologik.14 Procalcitonin berperan

DAFTAR PUSTAKA :
1. Jangjoo A, Varasteh AR, Bahar MM, Meibodi NT, Aliakbarian M, Hoseininejad M, et al. Is C-reactive protein helpful for early diagnosis of acute appendicitis? Acta Chir
Belg. 2011: 219-22
2. Aschraf KW. Pediatric surgery. 3rd ed. Philadelpia: WB Saunders Co; 2000. p. 406-21.
3. Aiken JJ. Oldham KT. Acute appendicitis. In: Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. p. 1628-35
4. Buchori, Prihatini. Diagnosis sepsis menggunakan procalcitonin (sepsis diagnosis by procalcitonin). Indon J Clin Pathol Med. 2006; 12: 131-7
5. Noh H, Chang S-J, Han A. The diagnostic value of preoperative laboratory markers in children with complicated appendicitis, J Korean Surg Soc. 2012;83:237-41.
6. Hermanto. Apendisitis pada anak. Emergency department diagnosis & management. Artikel Kesehatan; 2011.
7. Jangra B, Jangra MS, Rattan KN, Kadian YS. Seasonal and day of weak variations in acute appendicitis in north Indian children. J of Indian Association of pediatric surg
[Internet]. 2013 [cited 2013 Nov 28];18(1):42-3. Available from: http://search.proquest.com/docview/1317919106?accountid=50257.
8. James C. Appendicitis. Pediatric surgery. Philadelphia: Saunders-Elsevier; 2012.
9. Schwartz SI. Appendix. In: Principles of surgery. 8th ed. New York: Mc Graw Hill Inc; 2009. p. 1307-30
10. Rajgopal SK, Nileshwar A. Apendiks. In: Buku ajar ilmu bedah ilustrasi berwarna. 3rd ed. Jakarta: Karisma Publishing Group; 2014. p. 373-85
11. Sack U, Biereder B, Elouahidi T. Diagnostic value of blood inflammatory markers for detection ofacute appendicitis in children. BMC Surgery; 2006:6-15
12. Chandel V, Batt SH, Bhat MY, Kawoosa NU, Yousuf A, Zargar BR. Procalcitonin as the biomarker of Inflammation in diagnosis of appendicitis in pediatric patients and
prevention of unnecessary appendectomies, Indian J Surg, 2010:13641. doi: 10.1007/s12262-010-0214-1.
13. Pratignyo MA. Bedah saluran cerna anak. SAP Publish Indonesia; 2011. p. 104-5
14. Schuetz P, Albrich W, Mueller B. Procalcitonin for diagnosis of infection and guide to antibiotic decisions: Past, present and future. BMC Medicine 2011;9 :107. doi:
10.1186/1741-7015-9-107.
15. Xharra S, Gashi-Luci L, Xharra K, Veselaj F, Bicaj B, Sada F, et al. Correlation of serum c-reactive protein, white blood count and neutrophil percentage with

730 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


HASIL PENELITIAN

histopathology findings in acute appendicitis. World J Emerg Surg. 2012; 7(1):27. doi: 10.1186/1749-7922-7-27.
16. Xu RY, Liu HW, Liu JL, Dong JH. Procalcitonin and C-reactive protein in urinary tract infection diagnosis. BMC Urology 2014; 14:45. doi: 10.1186/1471-2490-14-45.
17. Rothrock SG, Pagane J. Acute appendicitis in children: Emergency department diagnosis & management [Internet]. 2000 [cited 2014 Aug 20]. Available from: http://
www.sygdoms.com/pdf/appendicitis/5.pdf.
18. Robbins C. Pathologic basic of disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders an imprint of Elsevier Inc; 2004
19. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta: EGC; 2004 .
20. Yokoyama S, Takifuji K, Hotta T, Matsuda K, Nasu T, Nakamori M, et al. C-reactive protein is an independent surgical indication marker for appendicitis: A retrospective
study. World J Emerg Surg. 2009;4: 36. doi: 10.1186/1749-7922-4-36
21. Santacrose R, Craig S. Appendicitis [Internet]. 2006 [cited 2014 Aug 20]. Available from: http://www.emedicine.com/topic41.Accessed August 20, 2014
22. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Apendiks vermiformis. In: Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005. p. 639 35
23. Sabiston. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Bina rupa aksara; 2008
24. Sakti Kapri Jaya. Perbandingan keakuratan antara C-reactive protein dan hitung leukosit dalam mendiagnosis radang apendiks akut pada anak di Rumah Sakit
Pendidikan FK USU. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2013
25. Rothrock SG, Pagane J. Acute appendicitis in children: Emergency departement diagnosis and management. Ann Emerg Med. 2000;36(1):39-51.
26. Vienna. Procalcitonin-a new marker of the systemic inflammatory response to infection. Klinik Fur Anasthesiaologie und Intensiv Therapie Jena, Germany. 2000.

LAMPIRAN :
Tabel 1. ROC untuk kadar CRP terhadap kejadian appendisitis.
Asymptotic 95% Confidence Interval
Area Std. Errora Asymptotic Sig.b
Lower Bound Upper Bound
,649 ,102 ,168 ,450 ,849

a. Under the nonparametric assumption


b. Null hypothesis: true area = 0.5

Tabel 2. ROC untuk kadar PCT terhadap kejadian appendisitis


Asymptotic 95% Confidence Interval
Area Std. Errora Asymptotic Sig.b
Lower Bound Upper Bound
,559 ,109 ,584 ,346 ,773

The test result variable(s): PCT has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 731


TINJAUAN PUSTAKA

Proses Menua, Stres Oksidatif,


dan Peran Antioksidan
Marta Lisnawati Zalukhu, Agustinus Rudolf Phyma, Rizaldy Taslim Pinzon
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana/RS. Bethesda, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Penuaan ditandai dengan penurunan progresif integritas fisiologis yang memicu gangguan fungsi, yang disebabkan oleh radikal bebas sebagai
hasil stres oksidatif ditambah modifikasi genetik dan lingkungan. Intervensi yang membatasi atau menghambat reaksi radikal bebas akan
menurunkan laju perubahan akibat penuaan, sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat penuaan dan patogenesis penyakit. Antioksidan
merupakan molekul yang mampu menstabilkan atau menonaktifkan radikal bebas sebelum menyerang sel, juga dapat menghambat
ataupun menunda oksidasi suatu substrat. Antioksidan memiliki fungsi preventif dan protektif terhadap penyakit terkait usia seperti penyakit
kardiovaskuler, kanker, kelainan neurodegeneratif, dan berbagai kondisi kronik lainnya.

Kata kunci: Antioksidan, menua, stres oksidatif

ABSTRACT
Aging is characterized by progressive loss of physiological integrity caused by free radical as result of oxidative stress, leading to impaired
function, modifiable by genetic and enviromental factors. Interventions aimed at limiting or inhibiting the process should reduce the rate
of changes with consequent reduction of aging rate and pathogenesis of disease. Antioxidant refers to any molecule capable to stabilize or
deactivate free radicals before they attack cells, also inhibit or delay the oxidation of a substrate. Antioxidant prevents and protects against age-
related disease such as cardiovascular disease, cancer, neurodegenerative disorders, and other chronic condition. Marta Lisnawati Zalukhu,
Agustinus Rudolf Phyma, Rizaldy Taslim Pinzon. Ageing Process, Oxidative Stress, and the Role of Antioxidants

Keywords: Aging, antioxidants, oxidative stress

PENDAHULUAN bebas yang terus-menerus terhadap sel dan melalui kofaktor ataupun oleh antioksidan
Indonesia seperti negara-negara lainnya di jaringan. Dengan kata lain, kerusakan struktur eksogen dari asupan. Jika jumlah radikal
kawasan Asia Pasifik akan mengalami penuaan dan fungsi mencirikan penuaan. Kerusakan ini bebas melampaui efek protektif antioksidan
penduduk dengan cepat. Pada tahun 2010 menyebabkan kondisi patologis dan dapat dan kofaktor, akan terjadi kerusakan oksidatif
proporsi penduduk lanjut usia di Indonesia berakhir pada kematian.2,3 yang terakumulasi dan berpengaruh terhadap
telah mencapai sekitar 10%.1 Pada tahun proses penuaan serta penyakit terkait usia
2012 Indonesia termasuk negara Asia ketiga Penuaan ditandai dengan hilangnya seperti penyakit kardiovaskuler, kanker,
terbesar dalam hal jumlah absolut populasi di integritas fisiologis yang progresif, yang kelainan neurodegeneratif, dan berbagai
atas 60 tahun (25 juta) setelah Cina (200 juta) memicu gangguan fungsi dan meningkatkan kondisi kronis lain.5 Telaah pustaka ini
dan India (100 juta). Indonesia diperkirakan risiko kematian. Kemunduran fungsi ini bertujuan untuk mengkaji proses penuaan
akan mempunyai 100 juta orang lanjut menjadi faktor risiko utama patologi terkait radikal bebas, dan peranan antioksidan
usia (lansia) dalam tahun 2050. Penduduk pada manusia meliputi kanker, diabetes, dalam mencegah penuaan.
dianggap berstruktur tua apabila penduduk kelainan kardiovaskuler, dan penyakit
usia 60 tahun ke atas sudah mencapai 7% total neurodegeneratif. 4 PEMBAHASAN
penduduk. Radikal Bebas dan Penuaan
Interaksi antara radikal bebas, antioksidan, dan Penuaan secara umum dapat didefinisikan
Penuaan adalah akumulasi perubahan kofaktor penting dalam memelihara kesehatan, sebagai kemunduran progresif efisiensi
progresif seiring waktu yang berhubungan proses penuaan, dan penyakit yang berkaitan biokimia dan proses fisiologis setelah fase
dengan peningkatan kerentanan terhadap dengan usia. Radikal bebas menginduksi reproduksi kehidupan. Kontribusi radikal
penyakit dan kematian seiring pertambahan stres oksidatif yang akan diseimbangkan bebas terhadap proses penuaan terjadi sejak
usia dan jumlah kerusakan akibat reaksi radikal oleh sistem antioksidan endogen tubuh awal kehidupan yang makin meningkat seiring

Alamat Korespondensi email: medidoc2002@yahoo.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 733


TINJAUAN PUSTAKA

pertambahan usia. Pajanan pada tingkat sel elemen hidrogen dengan satu proton dan dalam pengaturan jaras interseluler. Stres
ataupun jaringan tubuh sejak awal kehidupan satu elektron. Radikal bebas dapat juga berupa oksidatif terjadi jika produksi ROS alamiah
ditambah dengan reaksi metabolik pada usia nitrogen atau karbon, tetapi O2 merupakan tidak dapat diseimbangkan oleh kapasitas
dewasa hingga lanjut usia berhubungan bentuk radikal bebas yang berperan penting antioksidan jaringan. ROS berlebihan dapat
dengan terjadinya penyakit-penyakit terkait pada organisme aerobik.7 Radikal bebas dapat menginduksi kerusakan komponen seluler
usia lanjut seperti penyakit kardiovaskuler, juga didefinisikan sebagai spesies kimia reaktif secara ireversibel dan menyebabkan kematian
kanker, penyakit neurodegeneratif, atau dengan elektron tidak berpasangan di orbital sel melalui jalur apoptosis intrinsik melalui
diabetes (Gambar 1). Radikal bebas diduga terluarnya. Konfigurasi yang tidak stabil ini mitokondria, sehingga memicu kerusakan
berperan pada proses patologi oklusi vaskuler menghasilkan energi yang dilepas melalui DNA mitokondria, disfungsi, dan peningkatan
yang menyebabkan penyakit kardiovaskuler. reaksi dengan molekul di sekitarnya, seperti apoptosis sel. Peningkatan apoptosis
ROS memicu oksidasi low density lipoprotein protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat. berhubungan dengan perombakan sel dan
(LDL) yang akan berakumulasi di dalam Radikal bebas yang mayoritas menyebabkan pemendekan telomer - ujung DNA yang
plak dan berkontribusi terhadap inflamasi kerusakan sistem biologi adalah oxygen- membatasi jumlah mitosis sel. Peningkatan
aterokslerosis dan patogenesisnya. LDL free radical atau yang lebih dikenal sebagai jumlah telomer yang hilang akibat
yang teroksidasi memicu disfungsi endotel reactive oxygen species (ROS). ROS dibentuk ketidakseimbangan produksi ROS menjadi
yang berakibat pada apoptosis sel dan oleh sel-sel organisme aerobik dan dapat salah satu faktor dalam proses penuaan.
menyebabkan vasokonstriksi.5,6 menginiasi reaksi autokatalitik, dan molekul Akumulasi mutasi DNA mitokondria, gangguan
yang bereaksi dengan ROS akan diubah fosforilasi oksidatif, dan ketidakseimbangan
Penyakit lain seperti stroke juga berhubungan menjadi radikal bebas, sehingga memperluas ekspresi enzim antioksidan berakhir pada
dengan radikal bebas dari beberapa sumber rantai kerusakan.5 produksi ROS yang berlebihan. Defek rantai
seperti oksidasi xantin, siklooksigenase, sel-sel respirasi mitokondria dapat menyebabkan
inflamasi, dan mitokondria. Radikal bebas juga Salah satu hipotesis konsep penuaan yang produksi ROS yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan perubahan transpor elektron diterima sampai saat ini adalah teori stres meningkatkan kerusakan oksidatif bukan saja
mitokondria selama iskemia dan reperfusi. oksidatif. Teori ini pertama kali dikemukakan di mitokondria tetapi juga pada kompartemen
Akumulasi sel-sel inflamasi seperti neutrofil oleh Denham Harman sebagai teori penuaan seluler lainnya.6,9
dan monosit/makrofag selama reperfusi radikal bebas dan melaporkan bahwa
memicu terjadinya stres oksidatif. Peningkatan oksigen radikal bebas terbentuk secara DNA mitokondria merupakan target kunci
kadar ROS di otak menyebabkan otak lebih endogen sebagai produk sampingan proses dari radikal bebas. Identifikasi reaksi radikal
rentan terhadap stres oksidatif. Selain itu, metabolisme yang menggunakan oksigen. bebas sebagai promotor proses penuaan
radikal bebas juga diduga turut berperan Teori ini kemudian dimodifikasi dengan menyiratkan bahwa intervensi yang bertujuan
terhadap inisiasi cedera seluler pada penyakit melaporkan peran mitokondria dalam proses untuk membatasi atau menghambat reaksi
neurodegeneratif seperti pada penyakit penuaan karena organela ini merupakan radikal bebas diharapkan turut menurunkan
Alzheimer, penyakit Huntington, ataupun sumber utama produksi reactive oxygen tingkat penuaan dan patogenesis penyakit.7
Parkinson.5 species (ROS).8 Penurunan stres oksidatif dapat dicapai melalui
3 tahap, yaitu dengan menurunkan pajanan
Pada penyakit kanker, ROS dapat berperan Radikal bebas bertanggung jawab terhadap ke polutan lingkungan yang mengandung
pada semua tahap karsinogenesis, baik pada kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. oksidan, meningkatkan jumlah antioksidan
tahap inisiasi, promosi, maupun progresi. Pada kondisi normal, terjadi keseimbangan endogen dan eksogen, dan menurunkan stres
Radikal bebas diketahui bereaksi dengan antara oksidan, antioksidan, dan biomolekul. oksidatif dengan menstabilkan produksi dan
komponen DNA yang menyebabkan mutasi Radikal bebas yang berlebih menyebabkan efisiensi energi mitokondria. Stres oksidatif
gen dan memicu terjadinya kanker. Di lain antioksidan seluler natural kewalahan, endogen dapat dipengaruhi dengan dua
hal, radikal bebas juga menginduksi resistensi memicu oksidasi, dan berkontribusi terhadap cara, yaitu dengan mencegah formasi ROS
insulin, disfungsi sel , gangguan toleransi kerusakan fungsional seluler. Radikal bebas atau menghilangkan efek ROS dengan
glukosa, dan DM tipe 2.5 merupakan penyebab utama terkait proses antioksidan.10
penuaan, dianggap sebagai satu-satunya
Penuaan dan Stres Oksidatif proses utama, dimodifikasi oleh genetik dan Oleh karena itu, setiap individu penting
Penuaan merupakan proses multifaktorial. faktor lingkungan; oksigen radikal bebas membiasakan gaya hidup sehat termasuk di
Sebagian besar hipotesis mengenai bertanggungjawab (karena reaktivitasnya antaranya diet tinggi antioksidan.5
mekanisme dasar proses penuaan adalah tinggi) terhadap kerusakan tingkat sel dan
perubahan homeostasis metabolik, inflamasi, jaringan terkait usia. Akumulasi radikal oksigen Antioksidan
dan/ atau proses redoks pada sel dan jaringan. pada sel dan modifikasi oksidatif molekul Antioksidan dapat diartikan sebagai
Teori stres oksidatif atau radikal bebas merujuk biologi (lipid, protein, dan asam nukleat) molekul yang mampu menstabilkan atau
peningkatan ROS sebagai proses utama berperan pada penuaan dan kematian sel.7 menonaktifkan radikal bebas sebelum
penuaan sel.6 menyerang sel. Antioksidan dapat
Pada kondisi normal, reactive oxygen species menghambat atau menunda oksidasi sebuah
Radikal bebas merupakan sebuah atom (ROS) berperan sebagai redox messenger substrat.

734 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan endogen dapat dibedakan makan, seperti pembatasan kalori dan Defisiensi mineral dan vitamin cukup penting
menjadi antioksidan endogen non-enzimatik olahraga, terbukti lebih baik memelihara diperhatikan terkait perubahan diet yang
(contoh: asam urat, glutathione, bilirubin, kesehatan tubuh dibandingkan manipulasi cenderung mengandung kadar rendah
tiol, albumin, dan faktor nutrisi termasuk di genetik pada percobaan hewan.9 Suplemen mikronutrien akibat teknik agrikultural. Salah
antaranya vitamin dan fenol), dan antioksidan vitamin antioksidan, khususnya vitamin C satu cara untuk mengatasi defisiensi ini adalah
endogen enzimatik (contoh: superoxide dan E, dan beberapa komponen sintetik dengan menambahkan nutrisi suplemental
dismutase, glutathione peroxidase, dan dapat memperpanjang masa hidup pada tertentu atau fortifikasi makanan. Beberapa
catalase). Pada orang normal, antioksidan model hewan. Vitamin C (asam askorbat) penelitian menunjukkan bahwa suplementasi
endogen akan menyeimbangkan produksi adalah antioksidan hidrofilik utama dan antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, beta
ROS. Sumber terbanyak antioksidan berasal inhibitor peroksidasi lemak. Pada membran, karoten, dan resveratrol (pada anggur merah)
dari nutrisi terutama golongan fenol.5 molekul ini secara cepat menurunkan radikal dapat menurunkan risiko aterosklerosis.
-tocopheroxyl dan LDL untuk regenerasi Polifenol dan likopen juga dapat menunda
Beberapa mekanisme kerja antioksidan -tocopherol dan menghambat propagasi progresivitas aterosklerosis ataupun penyakit
nutrisional antara lain: radikal bebas. Vitamin E (-tocopherol) kardiovaskuler pada umumnya. Akan tetapi,
1. Menetralisir radikal bebas merupakan antioksidan hidrofobik utama pada potensi langsung antioksidan (terutama
2. Mengurangi konsentrasi peroksida dan membran sel dan lipoprotein sirkulasi. Fungsi vitamin E) terhadap penyakit Alzheimer masih
memperbaiki oksidasi membran antioksidannya sangat kuat dibantu oleh sulit dinilai. Meski demikian, individu yang
3. Mendorong besi untuk menurunkan regenerasi yang dipromosikan oleh vitamin mengonsumsi banyak buah dan sayuran
produksi ROS C. Vitamin E dapat mencegah aterosklerosis serta suplemen vitamin memiliki risiko
4. Menetralisir ROS melalui metabolisme melalui inhibisi modifikasi oksidatif. Alzheimer yang lebih rendah.6 Penelitian
lipid, asam lemak bebas rantai pendek, terbaru mengenai manfaat vitamin E
dan kolesterol ester Coenzim Q (ubiquinol, CoQ) dan asam lipoik untuk pencegahan kanker menunjukkan
dalam bentuk tereduksi dan melatonin nilai proteksi, tetapi tidak menurunkan
Manusia memiliki sistem antioksidan kompleks merupakan antioksidan yang efisien. risiko terjadinya kanker secara signifikan.12
baik enzimatik maupun non-enzimatik yang Resveratrol (RSV) dan curcumin juga Suplementasi nutrisional, khususnya
bekerja sinergis untuk melindungi sel dan mempunyai efek anti-penuaan.11 antioksidan, terbukti meningkatkan status
sistem organ dari kerusakan akibat radikal kesehatan dan meningkatkan usia harapan
bebas. Antioksidan endogen berperan Diet Mediteranean, suatu tipe diet sehat hidup.7
penting menjaga fungsi seluler yang optimal yang terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran,
dan kesehatan sistemik secara umum. gandum murni, kacang panjang, kacang Keterbatasan literatur menyebabkan
tanah, lemak sehat, dan anggur merah keterbatasan pengetahuan mekanisme
Pada kondisi tertentu yang dipicu oleh stres kaya antioksidan, seperti RSV, diketahui oksidatif dan kurangnya penanda biokimia
oksidatif, antioksidan endogen menjadi mempunyai efek protektif terhadap kerusakan yang akurat untuk menilai kandungan
insufisiensi dan memerlukan antioksidan oksidatif.11 Saat ini, beberapa makanan antioksidan. Namun demikian, terapi
eksogen untuk mempertahankan fungsi diketahui mempunyai efek antipenuaan, antioksidan lebih dini dinilai bermanfaat
seluler yang optimal. Antioksidan enzimatik berdasarkan kandungan anti-inflamasi dan dan lebih efektif. Kombinasi antioksidan dan
antara lain: glutathione peroxidase, catalase, anti-oksidannya: berry; coklat hitam; kacang lamanya suplementasi juga menjadi salah
dan superoxide dismutase. Antioksidan non- panjang (karena konsentrasinya yang tinggi satu faktor penentu efek antioksidan. Dosis
enzimatik antara lain vitamin E, vitamin C, pada protein rendah lemak, inhibitor protease, terapi dianjurkan dalam kadar yang cukup
antioksidan tiol (glutathione, thioredoxin, dan fibrin, genistein, dan mineral); ikan; sayur- karena pemberian berlebih antioksidan
asam lipoik), melatonin, karotenoid, flavonoid sayuran; kacang; gandum murni; bawang tertentu (contoh: suplemen zinc >50 mg/
alami, dan lain sebagainya.5 (karena kandungan polisulfida yang berasal hari) justru dapat menurunkan respons imun.
dari bawang yang menjalani katabolisme Penelitian terbaru tidak merekomendasikan
Dasar ide FRTA (free radical theory of aging) menjadi hydrogen sulfide yang berefek suplementasi antioksidan untuk memodifikasi
adalah bahwa radikal bebas dan ROS lainnya vasodilatasi) dan avokad (sumber utama patofisiologi terkait usia dan kondisi klinis.
terbentuk tanpa bisa dihentikan karena dari lemak monounsaturated, vitamin dan Masih perlu diteliti mengenai efikasi dan
metabolisme, dan muncul karena aksi antioksidan). Beberapa tempat di dunia tingkat keamanannya. Faktor-faktor lain
beberapa faktor eksogen, biomolekul yang mempunyai prevalensi oktogenarian (orang seperti mekanisme yang mendasari proses
rusak dan akumulasi kerusakan ini adalah yang berusia antara 80-89 tahun) yang tinggi, penuaan, hubungan molekul antioksidan
penyebab penuaan dan penyakit yang di antaranya Okinawa (Jepang), Sardinia (Italia), yang berbeda, hubungan faktor molekul
berhubungan dengan usia. Jika FRTA benar Loma Linda (California), Ikaria (Yunani), dan prooksidan dan antioksidan, patogenesis
maka antioksidan dapat memperlambat Nicoya (Costa Rica). Gaya hidup pada populasi penyakit terkait oksidatif, dan penanda kadar
penuaan dan memperpanjang masa tersebut adalah aktivitas harian yang tinggi, oksidan serta antioksidan yang akurat masih
kehidupan.11 kelakuan yang positif, dan konsumsi diet perlu diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan
tinggi buah-buahan, sayuran, dan konsumsi hasil yang maksimal.7
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan rendah daging.11

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 735


TINJAUAN PUSTAKA

SIMPULAN akibat penuaan. Antioksidan merupakan ataupun menunda oksidasi. Antioksidan


Radikal bebas terbukti memiliki peran besar molekul yang mampu menstabilkan atau memiliki fungsi preventif dan proteksi
dalam proses penuaan. Antioksidan dapat menonaktifkan radikal bebas sebelum terhadap penyakit terkait usia.
berperan untuk menurunkan laju perubahan menyerang sel, juga dapat menghambat

DAFTAR PUSTAKA :
1. Kementerian Kesehatan RI. Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi. 2013;1:9-28
2. Liochev SI. Which is the most significant cause of aging. 2015;4:793-810
3. Magalhaes JP. What is aging [Internet]. 2013 [cited 2016 Apr 7]. Available from http://www.senescence.info/aging_definition.html
4. Lopez-Otin C, Blasco MA, Partridge L, Manuel S, Guido K. The hallmarks of aging. Cell. 2013;153(6):1194-217
5. Rahman K. Studies on free radicals, antioxidants, and co-factors. Clinical Interventions in Aging. 2007;2(2):219-36
6. Schttker B, Brenner H, Jansen E, Gardiner J, Peasey A, Kubinova R, et al. Evidence for the free radical/oxidative stress theory of ageing from the CHANCES consortium:
A meta-analysis of individual participant data. BMC Medicine. 2015;13:300
7. Fusco D, Colloca G, Monaco MR, Cesari M. Effects of antioxidant supplementation on the aging process. Clinical Interventions in Aging. 2007;2(3):377-87
8. Salmon AB, Richardson A, Perez V. Update on the oxidative stress theory of aging: Does oxidative stress play a role in aging or healthy aging. Free Radic Biol Med.
2010;48(5):642
9. Wang CH, Wu SB, Wu YT, Wei YH. Oxidative stress response elicited by mitochondrial dysfunction: Implication in the pathophysiology of aging. Experimental Biology
and Medicine. 2013;238:450-60
10. Poljsak B. Strategies for reducing or preventing the generation of oxidative stress. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2011.
11. Bartosz IS, Bartosz G. Effect of antioxidants supplementation on aging and longevity. Biomed Research International. 2014;1-17
12. Rizvi S, Raza S, Ahmed F, Ahmad A, Abbas S, Mahdi F. The role of vitamin E in human health and some diseases. Sultan Qaboos Univ Med. 2014;14(2):157-65

736 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI2 SKP

Kulit Kering pada Usia Lanjut


Marsha Bianti
Alumna Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit kulit sangat jarang mengancam nyawa, namun dapat menimbulkan hendaya bagi penderitanya. Proses penuaan dapat menyebabkan
perubahan fisiologis, di mana pada kulit usia lanjut terjadi penipisan epidermis, penurunan suplai darah, cairan, dan nutrisi ke kulit, melambatnya
penyembuhan luka dan respons imun, serta terganggunya termoregulasi dan atrofi jumlah kelenjar minyak dan keringat yang menyebabkan
kulit kering. Di tingkat seluler, terjadi penurunan produksi lipid dan natural moisturizing factor di stratum korneum. Selain itu, pada usia lanjut
sering terdapat penyakit-penyakit komorbid yang mempengaruhi penurunan fungsi kulit. Kulit kering atau xerosis cutis dapat menyebabkan
pruritus dan terganggunya kualitas hidup penderita, khususnya usia lanjut. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dan tatalaksana holistik
untuk mengatasi kulit kering pada usia lanjut.

Kata kunci: Kulit kering, pruritus, tatalaksana, usia lanjut, xerosis cutis

ABSTRACT
Skin disorders are rarely considered as life-threatening condition, however it may cause disabilities. Aging may cause physiological changes
in skin; there will be decreased skin thickness, reduced blood, fluid, and nutrition supplies, delayed wound healing and immune response,
impaired thermoregulation, and atrophy of sebaceous and sweat glands. In cellular level, lipid and natural moisturizing factor production in
stratum corneum will be reduced, resulting in dry skin. The comorbidities may further impaired skin function. Dry skin or xerosis cutis may cause
pruritus and impairment in patients quality of life, especially in elderly. Holistic approach and treatment are needed to manage dry skin in
elderly. Marsha Bianti. Dry Skin in the Elderly

Keywords: Dry skin, elderly, pruritus, treatment, xerosis cutis

PENDAHULUAN tetapi juga dapat ditemukan di batang tubuh protein, pengaturan panas tubuh, persepsi
Proses penuaan menyebabkan penurunan dan wajah. Gambaran klinisnya adalah kulit sensorik, serta perlindungan imunologi.9
fungsi organ, termasuk kulit, dan tampak kasar dengan tekstur kulit lebih jelas
menyebabkan berbagai masalah kesehatan serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal. Kulit manusia adalah indikator penuaan yang
pada usia lanjut. Pruritus adalah keluhan Jika memberat, dapat pula tampak kemerahan paling mudah diamati.8 Pada kulit usia lanjut
yang sering ditemukan pada usia lanjut. Pada dan terjadi fisura.6 Sebagai respons terhadap terjadi penipisan epidermis, penurunan
suatu studi terhadap 4099 pasien geriatri di gatal, pasien melakukan garukan yang dapat suplai darah, cairan, dan nutrisi ke kulit,
Turki, pruritus termasuk dalam lima penyakit menyebabkan komplikasi berupa infeksi melambatnya penyembuhan luka dan
kulit terbanyak dan sering dihubungkan sekunder, ulserasi, dan luka kronik.7 Pruritus respons imun, terganggunya termoregulasi
dengan kulit kering.4 Di Divisi Geriatri Poliklinik kronik juga menyebabkan gangguan tidur dan berkurangnya jumlah kelenjar minyak dan
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto yang dapat menyebabkan depresi dan keringat.9 Di tingkat seluler, terjadi penurunan
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tahun 2008- penurunan kualitas hidup. produksi lipid dan natural moisturizing factor di
2013, xerosis cutis dan pruritus termasuk dalam stratum korneum. Selain perubahan tersebut,
sepuluh penyakit terbanyak.5 Skin Aging dan Kulit Kering pada Usia Lanjut pada usia lanjut sering terdapat penyakit-
Kulit berperan sebagai sawar antara penyakit komorbid yang mempengaruhi
Insidens dan keparahan kulit kering lingkungan internal dan eksternal. Fungsi fungsi kulit.10
meningkat dengan bertambahnya usia. lain kulit antara lain menjaga homeostasis,
Predileksi tersering adalah di ekstremitas, menjaga keseimbangan air, elektrolit, dan Kulit kering merupakan keadaan stratum

Alamat Korespondensi email: marsha.bianti@gmail.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 737


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

gatal juga menurunkan kualitas hidup karena


mengganggu tidur dan dapat menimbulkan
depresi.7,12

TATALAKSANA
Keterbatasan fisik dan kognitif pasien usia
lanjut merupakan tantangan. Pasien usia lanjut
sering tidak mampu mengaplikasikan terapi
topikal. Penyakit komorbid dan polifarmasi
dapat meningkatkan risiko efek samping obat,
khususnya terapi sistemik. Hal-hal tersebut
harus diperhatikan sehingga pengobatan
bersifat tailor-made untuk setiap pasien.

Gambar. Perbandingan kulit pada dewasa muda dan usia lanjut (Sumber: http://www.rejuvenateyurskin.co.uk)
Edukasi pasien memegang peranan penting
korneum yang kurang lembap akibat dan lipid, sehingga akan menyebabkan kulit - cara identifikasi dan menghindari faktor
penurunan kandungan air. Kulit tampak kasar, kering.11 pencetus harus dijelaskan, serta memutus
pecah-pecah, bersisik, dan gatal. Penyebab siklus gatal-garuk dengan sederhana, seperti
kulit kering tidak dipahami dengan paripurna, Di lapisan kulit dermis pada usia lanjut, menjaga kuku tetap pendek.11
sedangkan perubahan fisiologis kulit dan baik jumlah maupun kemampuan fibroblas
pengaruh lingkungan diyakini menyebabkan untuk menghasilkan kolagen berkurang. Berikut tatalaksana pada pasien dengan kulit
kulit kering pada usia lanjut.6 Dermis menipis 20% dan kulit kehilangan kering:
Perubahan penting di epidermis terjadi kemampuannya untuk meregang. Ukuran
pada lapisan paling superfisial, yaitu stratum dan produksi kelenjar keringat dan kelenjar 1. Modifikasi Gaya Hidup
korneum. Stratum korneum terdiri atas minyak menurun, jumlah pembuluh darah
a. Asupan cairan. Pada usia lanjut risiko
korneosit dan substansi interseluler yang juga berkurang, sehingga perpindahan air dari
dehidrasi meningkat karena perubahan
tersusun seperti batu bata dan semen. Lipid dermis ke epidermis pun berkurang.6
sistem kontrol fisiologis rasa haus dan
interseluler yang berperan pada pembentukan
kenyang. Jumlah cairan minimal yang
intercellular lamellar bilayer antara lain Faktor internal lain adalah penyakit komorbid
direkomendasikan adalah 8-9 gelas
sfingolipid, sterol bebas, dan fosfolipid. seperti diabetes melitus, gagal ginjal kronik,
atau 1,5 liter per hari; mereka yang
Lipid ini penting untuk memerangkap air penyakit hati kronik, hipotiroidisme, keganasan,
mengonsumsi 1 liter lebih banyak dari
dan mencegah kehilangan air berlebih. dan infeksi human immunodeficiency virus
jumlah yang dianjurkan, hidrasi kulitnya
Pada usia lanjut, lipid interseluler berkurang, (HIV). Riwayat konsumsi obat juga perlu
akan meningkat.13
mengakibatkan fungsi sawar terganggu diperhatikan; obat-obatan seperti agen
b. Kelembapan udara memegang peranan
sehingga meningkatkan kerentanan usia antihipertensi, diuretik, obat hiperkolesterol,
penting. Tingkat kelembapan udara kurang
lanjut terhadap bahan-bahan seperti pelarut antiandrogen, antiepilepsi, bleomisin, dan
dari 10% menyebabkan stratum korneum
dan deterjen.6 simetidin dapat berkontribusi pada kulit
kehilangan kelembapannya dan tingkat
kering.7,11
kelembapan di atas 70% mengembalikan
Perubahan lain pada stratum korneum
kelembapan ke dalam stratum korneum.
antara lain bertambahnya ukuran dan Selain faktor internal, faktor lingkungan dan
Akan tetapi, bukan berarti pasien harus
akumulasi korneosit, berkurangnya kadar gaya hidup juga mempengaruhi kerusakan
tinggal di lingkungan dengan kadar
natural moisturizing factor (NMF) yang cukup kulit; antara lain paparan sinar matahari,
kelembapan 70%. Menggunakan air
signifikan,6 serta terganggunya proses penggunaan air conditioner, perubahan
humidifier dengan pengaturan luaran
deskuamasi akibat melambatnya turnover musim, kebiasaan mandi atau berendam
kelembapan udara sebesar 45-60% cukup
sel. NMF terbentuk dari asam amino, turunan air hangat, penggunaan sabun yang iritatif,
untuk mencegah kelembapan udara turun
asam amino, dan berbagai garam yang dan asupan makanan dan minuman yang
kurang dari 10%.7 Selain kelembapan,
memungkinkan stratum korneum mengikat kurang.7,11
suhu rendah juga memperberat kondisi
dan mempertahankan kadar air yang cukup.
kulit kering. Penggunaan air conditioner
Pada deskuamasi terjadi korneodesmolisis, Kulit kering dapat menimbulkan hendaya.
harus memperhatikan keamanan dan
yaitu lepas atau rusaknya korneodesmosom; Kulit kering cenderung mudah meradang,
kenyamanan.
proses ini memerlukan air bebas, sedangkan pecah-pecah (fisura), dan dermatitis. Lebih
c. Kebiasaan mandi terlalu lama atau
lipid interseluler berfungsi menahan air. Bila lanjut, rasa gatal membuat penderitanya
berendam di air panas menyebabkan kulit
hidrasi kulit dan lipid interseluler tidak cukup, menggaruk. Akibat garukan, terjadi
kering. Lebih disarankan mandi dengan
proses deskuamasi akan terhambat karena kerusakan kulit yang lebih berat berupa erosi,
pancuran air hangat selama 10 menit.
komponen yang berperan pada proses ekskoriasi, serta inflamasi yang berpotensi
d. Sabun menghilangkan emolien alami
deskuamasi adalah korneodesmosom mencetuskan infeksi bakteri sekunder. Rasa

738 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

kulit, memperberat kondisi kulit kering, Tabel. Klasifikasi pelembap6


dan dapat mengiritasi. Disarankan
menggunakan sabun yang mengandung Moisturising Agents

pelembap dan tidak mengandung Occlusive Agents Humectants Emollients


pewangi. Sabun dengan pH alkali Petrolatum (Vaseline) Urea Alcohols
akan merusak lapisan lipid protektif Mineral Oil Glycerin Octyl Dodecanol
kulit melalui pemutusan ikatan antar Lanolin Sorbitol Hexyl Decanol
komponen lipid menjadi komponen Silicones Hyaluronic Acid Oleyl Alcohol

larut air. Akibatnya, terjadi peningkatan Crisco Propylene Glycol Esters


Paraffin Alpha-Hydroxy Acids Octyl Stearate
transepidermal water loss (TEWL) dan kulit
Beeswax Honey Myristyl Myristate
kering.13 Jika kekeringan kulit sangat berat,
Cocoa Butter Some Vitamins Isopropyl Myristate
penggunaan sabun dibatasi hanya di
bagian-bagian yang kotor seperti leher, yang diperankan oleh zat yang dapat karena itu, mayoritas pelembap yang baik
ketiak, dan daerah genital.6 Penggunaan mengikat air (humektan) dan/ atau dengan mengandung humektan dan oklusif untuk
bath oil tidak disarankan karena risiko membentuk sawar lipid hidrofobik.14 menghambat TEWL.
terpeleset dan cedera serius.7
e. Efek photoaging juga dapat menyebabkan Alkohol dan ester termasuk dalam bahan
Jumlah pelembap yang dioleskan disarankan
kulit kering. Paparan sinar matahari yang bersifat emolien. Cara kerja emolien
tidak terlalu sedikit. Setidaknya 50 gram
berintensitas radiasi ultraviolet tinggi, adalah dengan mengisi celah antar korneosit
pelembap dioleskan ke seluruh tubuh, kecuali
terutama pukul 10.00-16.00, harus yang berdeskuamasi, sehingga tekstur kulit
wajah dan lipatan kulit. Pengolesan sebaiknya
dihindari. Sel-sel kulit menyerap radiasi lebih halus. Contoh alkohol dan ester yang
diulang dua hingga tiga kali sehari untuk
dan memproduksi reactive oxygen species bersifat emolien di antaranya octyl dodecanol,
mencukupi hidrasi stratum korneum.11,13
(ROS), yang dapat merusak DNA dan hexyl decanol, oleyl alcohol, octyl stearate
Pengolesan setelah mandi, saat kulit masih
dinding sel. Proses photoaging ini juga cocoate, myristyl, isopropylmyristate, dan stearyl
lembap, akan membantu penyerapan
menyebabkan rusaknya kolagen oleh isononanoat.6
sehingga hidrasi jaringan lebih baik.13
enzim matrix metalloproteinase (MMP)
dan akumulasi struktur elastin yang tidak
Pada tabel menunjukkan klasifikasi pelembap. Pelembap terapeutik adalah pelembap untuk
teratur. Interaksi ini menghasilkan kulit
Bahan pelembap yang bersifat oklusif terapi kulit kering. Secara umum pelembap
kering, memucat, kasar, dan keriput.
mengandung minyak, bekerja mencegah tersebut mengandung kombinasi berbagai
Disarankan menggunakan tabir surya
penguapan dengan membentuk lapisan jenis pelembap, seperti bahan oklusif
yang mengandung sun protection factor
lipid yang mencegah TEWL. Petrolatum untuk perbaikan sawar kulit, emolien untuk
(SPF) 30 jika terpapar sinar matahari.
adalah pelembap oklusif yang paling efektif; melembutkan dan menghaluskan kulit, serta
Pakaian yang menutupi kulit dan topi
tidak hanya menurunkan TEWL sebesar humektan untuk mempertahankan air di
juga dapat mengurangi paparan sinar
99%, petrolatum juga terserap ke dalam stratum korneum.14 Bila terdapat inflamasi
matahari.13
substansi interseluler stratum korneum, atau peradangan pada kulit kering, dapat
f. Jika ada penyakit sistemik penyerta,
memungkinkan perbaikan stratum korneum, diberikan steroid topikal potensi ringan,
tatalaksana yang tepat dapat memperbaiki
di luar kemampuan oklusifnya. Contoh lain contohnya hidrokortison 1%.
kulit kering.
pelembap oklusif adalah minyak mineral,
silikon (seperti dimethicone), serta lemak SIMPULAN
2. Pelembap
nabati dan hewani seperti cocoa butter, Crisco,
Pelembap adalah bahan topikal yang dan lanolin.6 Kulit kering merupakan masalah yang
mengandung beberapa komponen dan sering dijumpai pada usia lanjut dan dapat
berfungsi mencegah atau memperbaiki menimbulkan hendaya bagi penderitanya.
Humektan merupakan bahan lipofilik yang
kulit kering. Beberapa sediaan pelembap mampu menarik air dari lapisan kulit dalam ke Penatalaksanaan kulit kering secara holistik,
berdasarkan kandungan airnya, antara stratum korneum. Tertariknya air ke dalam kulit baik dengan obat-obatan, maupun modifikasi
lain losion, krim, salep, dan pasta. Selain menyebabkan pembengkakan ringan pada gaya hidup penting dilakukan untuk
merehidrasi korneosit di stratum korneum, stratum korneum, sehingga kulit terkesan memperbaiki kulit kering pada usia lanjut.
pelembap memiliki fungsi mengembalikan lebih halus dan kerutan berkurang. Beberapa
contoh humektan yang sering digunakan
struktur dan fungsi sawar kulit. Ucapan terimakasih
adalah gliserin, sorbitol, natrium hialuronat,
Terimakasih kepada dr. Shannaz Nadia
urea, propilen glikol, asam hidroksi-, dan
Penggunaan pelembap dapat meningkatkan gula.6,12 Pelembap yang hanya mengandung Yusharyahya, SpKK, MHA atas dukungan dan
skin capacitance (SC), yaitu kemampuan kulit humektan akan meningkatkan TEWL jika bimbingan yang diberikan kepada penulis.
menyimpan air, dan menurunkan TEWL, yaitu diaplikasikan pada stratum korneum yang
kehilangan air melalui epidermis. Hal ini terjadi rusak atau dehidrasi, karena humektan tidak
melalui peningkatan absorpsi air perkutan mencegah hilangnya air ke atmosfer. Oleh

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 739


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

DAFTAR PUSTAKA :
1. Chen S. Health-related quality of life in dermatology: Introduction and overview. Dermatol Clin. 2012;30:205-8.
2. Basra M, Fenech R, Gatt R, Salek M, Finlay A. The dermatology life quality index 19942007: A comprehensive review of validation data and clinical results. Br J
Dermatol. 2008;159:997-1035.
3. Finlay A, Khan G. Dermatology life quality index (DLQI)a simple practical measure for routine clinical use. Clin Exp Dermatol. 1994;19:210-6.
4. Yalcin B, Tamer E, Toy GG, Oztas P, Hayran M, Alli N. The prevalence of skin diseases in the elderly: Analysis of 4099 geriatric patients. Int J Dermatol. 2006; 45:6726.
5. Legiawati L, Yusharyahya SN, Margaretha S. The incidence of dermatology disease at geriatric dermatology clinic, Department of Dermatovenereology, Universitas
Indonesia, Ciptomangunkusumo Hospital in 2008-2013. Presentasi poster. Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDOSKI di Balikpapan, 2015.
6. Haroun MT. Dry skin in the elderly. Geriatrics & Aging 2003;6:41-4.
7. White-Cu EF, Reddy M. Dry skin in the elderly: Complexities of a common problem. Clin Dermatol. 2011;29:3742.
8. Yannas I. Tissue and organ regeneration in adults. New York: Springer-Verlag; 2001.
9. Farage MA, Miller KW, Elsner P, Maibach HI. Structural characteristics of the aging skin: A review. Cutan Ocul Toxicol. 2007; 26: 343-57.
10. Farage MA, Miller KW, Berardesca E, Maibach HI. Clinical implications of aging skin: Cutaneous disorders in the elderly. Am J Clin Dermatol. 2009; 10: 73-86.
11. Garibyan, L. Chiou AS, Elmariah SB. Advanced aging skin and itch: Addressing an unmet need. Dermatol Ther. 2013;6:92-103.
12. Norman, RA. Xerosis and pruritus in the elderlyrecognition and management. In: Norman RA, editor. Diagnosis of aging skin diseases. London: Springer-Verlag;
2008. p.151-9.
13. Hurlow J, Bliss DZ. Dry skin in older adults. Geriatr Nurs. 2011;32:257-62.
14. Draelos ZD. Modern moisturizer myths, misconceptions, and truths. Cutis. 2013;91:308-14

740 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Imunohistokimia untuk Mengungkap


Patogenesis Vitiligo
Willy Sandhika, Ryski Meilia Novarina,* Trisniartami Setyaningrum*
Departemen/ SMF Patologi Anatomi, *Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSU Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia

ABSTRAK
Vitiligo merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan adanya bercak putih yang progresif. Patogenesis penyakit vitiligo melibatkan berbagai
etiologi yang saling berkaitan seperti genetik, autoimun, dan inflamasi. Pemeriksaan imunohistokimia pada bahan biopsi kulit penderita vitiligo
yang meliputi pemeriksaan antibodi CD3, CD8, TNF-, IL-17 dan IL-17RA, CD117, NALP1, langerin, serta CD11c, dapat mengungkap patogenesis
penyakit sehingga dapat membuka jalan untuk terapi yang sesuai.

Kata kunci: Imunohistokimia, patogenesis vitiligo, vitiligo

ABSTRACT
Vitiligo is a skin disorder characterized by progressive white macules. The pathogenesis involves various interrelated etiologies such as genetic,
autoimmune, and inflammation. Immunohistochemical examination on skin biopsy using antibody CD3, CD8, TNF-, IL-17 and IL-17RA, CD117,
NALP1, langerin, and CD11c, may reveal the pathogenesis of the disease to facilitate appropriate therapy. Willy Sandhika, Ryski Meilia Novarina,
Trisniartami Setyaningrum. Immunohistochemistry Examination for Pathogenesis Determination of Vitiligo

Keywords: Immunohistochemistry, pathogenesis, vitiligo

PENDAHULUAN protein antigen serta dapat mendeteksi letak imunohistokimia dengan antibodi yang
Vitiligo merupakan penyakit yang ditandai antigen apakah di dalam lesi, di luar lesi, atau sesuai dengan antigen yang diperiksa. Untuk
bercak kulit berwarna putih berbatas tegas. di perbatasan antara lesi dan jaringan normal.3 mendeteksi satu macam antigen, diperlukan
Penyakit ini bersifat progresif, sehingga Pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi yang spesifik terhadap antigen
dapat menimbulkan dampak psikososial. antibodi terhadap berbagai protein yang tersebut. Satu pemeriksaan imunohistokimia
Pengobatan vitiligo masih belum memuaskan, terekspresi dapat mengungkap patogenesis konvensional hanya dapat mendeteksi satu
karena etiologi dan patogenesisnya vitiligo, sehingga setiap penderita bisa macam antigen, sehingga bila diperlukan
sampai saat ini belum terungkap jelas. mendapat terapi yang bersifat individual. deteksi 2 macam antigen diperlukan 2 kali
Patogenesis vitiligo diduga berkaitan dengan Pemahaman patogenesis vitiligo diperlukan pemeriksaan yang dapat diambil dari 1 bahan
autoimunitas, inflamasi, genetik, serta karena berkaitan erat dengan manajemen dan
berkurangnya kemampuan hidup melanosit penatalaksanaan.
akibat gangguan intrinsik.1 Pengungkapan
patogenesis vitiligo memerlukan pemeriksaan Pemeriksaan imunohistokimia memerlukan
cermat untuk dapat membuka jalan ke arah bahan biopsi kulit penderita yang diambil
terapi yang efektif. secara punch biopsy pada tepi lesi, sehingga
didapatkan area lesi, area non-lesi, serta area
Pemeriksaan imunohistokimia merupakan peri-lesi. Bahan biopsi kulit dimasukkan dalam
teknik pemeriksaan menggunakan antibodi fiksasi formalin 10% dan dibuat blok parafin
untuk mendeteksi secara spesifik keberadaan yang selanjutnya setelah dipotong dengan
protein tertentu yang berperan sebagai mikrotom, didapatkan spesimen biopsi
antigen di dalam sel. Pemeriksaan ini lebih kulit pada object glass. Dari 1 blok parafin,
Gambar 1. Gambar kulit dengan lesi vitiligo.2
unggul dibandingkan pemeriksaan imunologis dapat dibuat banyak potongan spesimen Tampak area depigmentasi kulit warna putih
serum karena dapat menunjukkan jenis sel mikroskopik, selanjutnya pada masing-masing berbatas tegas.
dan jaringan rusak yang mengekspresikan spesimen dapat dilakukan pemeriksaan

Alamat Korespondensi email: willysandh@gmail.com

742 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

biopsi kulit. Alternatif lain adalah bahan biopsi antibodi CD3 dan CD8 pada biopsi kulit melitus juvenil, anemia pernisiosa, dan
kulit tanpa fiksasi formalin (jaringan segar) penderita vitiligo menunjukkan peningkatan penyakit Addison. Hubungan signifikan
dibekukan dan dipotong dengan cryostat jumlah sel limfosit T sitotoksik pada area lesi dengan vitiligo dibuktikan terutama dengan
selanjutnya diperiksa dengan antibodi yang dan peri-lesi dibandingkan area non-lesi. Sel adanya disfungsi tiroid dan auto-antibodi
dilabel bahan berpendar (fluorescent), dikenal T sitotoksik ini terutama ditemukan di dermo- terhadap kelenjar tiroid. Infiltrasi sel T
dengan pemeriksaan immunofluorescent. epidermal junction pada bagian tepi aktif autoreaktif terhadap melanosit pada area lesi
area depigmentasi (daerah peri-lesi), tempat dan perilesi serta hilangnya melanosit in situ
Berikut adalah berbagai macam pemeriksaan terjadinya destruksi progresif melanosit menyatakan keterlibatan autoimunitas seluler
imunohistokimia (dan immunofluorescent) yang secara klinis tampak sebagai hilangnya dalam patogenesis vitiligo.1 Mekanisme ini
yang dapat dilakukan untuk mengungkap pigmentasi kulit.5 melibatkan sel T sitotoksik yang mengenali sel
patogenesis vitiligo. melanosit tubuh sebagai sel asing, sehingga
Adanya sel limfosit T pada biopsi kulit terjadi destruksi sel melanosit kulit yang
Pemeriksaan Imunohistokimia dengan penderita vitiligo menunjukkan terjadinya secara klinis tampak sebagai warna putih pada
Antibodi CD3 dan CD8 proses autoimun. Sel limfosit T pada kulit kulit. Destruksi sel melanosit dapat berlanjut
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penderita vitiligo besifat autoreaktif yang sehingga area lesi makin luas.
adanya sel limfosit yang mengekspresikan mengenali sel melanosit sendiri sebagai sel
protein antigen CD3 dan CD8. CD3 merupakan asing dan menginduksi proses sitotoksisitas Pemeriksaan Imunohistokimia dengan
protein penyusun reseptor sel T yang terdapat pada sel melanosit, sehingga sel melanosit Antibodi TNF-A, IL-17, dan IL-17RA
pada membran sel, sehingga dapat digunakan akan berkurang dan setelah jangka waktu Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
sebagai penanda sel limfosit T. Setiap sel tertentu tidak ditemukan lagi. Sel T ini paling keterlibatan sitokin inflamasi. TNF- (Tumor
limfosit T akan mengekspresikan protein CD3 banyak ditemukan pada area peri-lesi yang Necrosis Factor-) merupakan protein isyarat
pada membran sel baik sel T helper maupun menyebabkan destruksi sel melanosit pada seluler/ sitokin yang berfungsi sebagai
sel T sitotoksik. Untuk mendeteksi sel T area peri-lesi dan memicu progresivitas pengendali utama respons inflamasi.7 Sitokin
sitotoksik diperlukan pemeriksaan dengan penyakit, sehingga area depigmentasi kulit ini terutama dihasilkan oleh sel makrofag aktif.
antibodi CD8. CD8 merupakan protein ko- meluas.6 Ditemukannya sel T sitotoksik Ekspresi TNF- pada biopsi kulit penderita
stimulator yang dimiliki oleh sel limfosit T pada biopsi kulit seorang penderita vitiligo vitiligo menunjukkan adanya proses inflamasi
sitotoksik, sehingga dapat digunakan sebagai menunjukkan adanya proses autoimun yang dalam patogenesis vitiligo. Lesi vitiligo dengan
penanda limfosit T sitotoksik.4 Selanjutnya melibatkan respons imun seluler. inflamasi menunjukkan batas berwarna
dilakukan pemeriksaan imunohistokimia pada kemerahan (eritematous) disertai rasa gatal
bahan biopsi kulit penderita vitiligo dengan 2 Hubungan antara vitiligo dan proses (pruritus).1
antibodi tersebut. autoimun telah banyak diamati. Vitiligo sering
ditemukan pada penderita penyakit autoimun Pemeriksaan imunohistomia dengan antibodi
Hasil pemeriksaan imunohistokimia dengan seperti penyakit tiroiditis Hashimoto, diabetes TNF- pada biopsi kulit penderita vitiligo
menunjukkan ekspresi protein TNF- 60%
pada area lesi, 20% pada area kulit peri-
lesi, dan tidak terekspresi pada kulit non-
lesi.8 Ekspresi protein TNF- tidak terdeteksi
pada spesimen biopsi individu normal. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada penderita
vitiligo didapatkan sitokin pro-inflamasi yang
dapat menarik limfosit dan menghambat
fungsi melanosit.9 Pada pemeriksaan
immunofluorescence didapatkan peningkatan
ekspresi TNF- pada area lesi dibandingkan
area non-lesi.10 Peningkatan ekspresi sitokin
TNF- di area lesi biopsi kulit penderita vitiligo
akan mengaktifkan proses inflamasi yang
berakibat kerusakan dan kematian melanosit.
Dengan demikian, TNF- berperan sebagai
mediator terjadinya disfungsi dan kematian
melanosit pada penderita vitiligo.6 Ekspresi
TNF- pada kulit penderita vitiligo membuka
peluang terapi TNF-. Intensitas pewarnaan
Gambar 2. Pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi CD3 dan CD8 pada kulit non-lesi (kiri), kulit peri-
lesi (tengah), dan kulit area lesi vitiligo (kanan). Tampak peningkatan jumlah sel limfosit T di daerah peri-lesi TNF- dengan metode imunohistokimia
diikuti dengan daerah lesi dan paling sedikit pada area non-lesi (sel dengan inti berwarna coklat). Infiltrat sel T dapat digunakan sebagai penanda biologis
sebagian besar ditemukan di dermo-epidermal junction.5 keberhasilan terapi anti-TNF- pada vitiligo.11

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 743


TINJAUAN PUSTAKA

imunohistokimia CD117 pada biopsi kulit


penderita vitiligo bertujuan untuk mendeteksi
ekspresi c-kit pada melanosit.

Keratinocyte-derived stem cell factor


mengendalikan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup melanosit dengan
mengikat reseptor membran tirosin kinase
c-kit. Penurunan signifikan jumlah reseptor
c-kit pada melanosit peri-lesi dan ekspresi
stem cell factor yang lebih rendah daripada
keratinosit di sekitarnya berperan dalam
patogenesis vitiligo. Pada penelitian Elwan
NM, et al, (2013) tampak antigen c-kit
terekspresi negatif pada epidermis lesi kulit
vitiligo.13

Melanosit memerlukan stimulasi c-kit secara


konstan untuk menjaga kelangsungan
Gambar 3. Pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi TNF- pada penderita vitiligo.10 Tampak
hidupnya.1 Berkurangnya ekspresi protein
peningkatan ekspresi TNF- pada area lesi (B) dibandingkan dengan kulit area non-lesi (A).
c-kit menyebabkan tidak terikatnya stem-cell
Interleukin-17 (IL-17) yang dikenal juga melanosit. Protein c-kit dihasilkan oleh proto- factor (scf), sehingga mengganggu proses
sebagai IL-17A merupakan sitokin pro- onkogen kit yang terdapat pada kromosom melanogenesis. Hilangnya stimulasi yang
inflamasi yang memegang peran penting 4 manusia dan kromosom 5 tikus. Interaksi ditunjukkan dengan berkurangnya ekspresi
dalam penyakit inflamasi dan autoimun. c-kit/SCF diperlukan untuk kelangsungan protein c-kit menghasilkan apoptosis sel
Sitokin ini terutama dihasilkan oleh sel limfosit hidup dan perkembangan sel punca dalam melanosit dan dapat menjelaskan fenomena
Th-17 yang merupakan salah satu subset sel hematopoiesis dan melanogenesis. Pada Koebner pada penderita vitiligo.15
limfosit T-helper. Sitokin IL-17A menjalankan epidermis, c-kit berperan untuk menarik SCF
fungsi biologisnya melalui ikatan dengan untuk menstabilkan melanosit.13 Salah satu Pemeriksaan Imunohistokimia dengan
reseptor permukaan pada sel target, yakni patogenesis vitiligo adalah berkurangnya Antibodi NALP1
IL-17RA. Reseptor IL-17RA terekspresi pada isyarat kelangsungan hidup melanosit Protein NALP1 atau dikenal juga dengan
berbagai jenis sel dan terstimulasi oleh IL-17 berakibat apoptosis melanosit.14 Perubahan NLRP1 dikode oleh gen NLRP1 (NACHT
untuk menghasilkan molekul pro-inflamasi.12 ini berhubungan dengan mutasi gen CD-117. Leucine-Rich-Repeat Protein). Jing Y, et al, (2007)
Berkurangnya ekspresi protein CD117 dapat menyatakan bahwa variasi genetik NALP-1
Pemeriksaan imunohistokimia dengan mengganggu melanogenesis. Pemeriksaan dapat menyebabkan kerentanan terhadap
antibodi IL-17 dan IL-17RA pada penderita
vitiligo dilakukan untuk mendeteksi ekspresi
protein IL-17 dan IL-17RA pada biopsi kulit
penderita vitiligo.

Peningkatan ekspresi TNF- dan IL-17 pada


biopsi kulit penderita vitiligo menunjukkan
terjadi reaksi inflamasi yang diperantarai oleh
mediator radang TNF- dan interleukin-17;
reaksi inflamasi tersebut akan mengganggu
kelangsungan hidup dan aktivitas melanosit.
Pemberian anti-inflamasi dapat bermanfaat
pada penderita vitiligo yang mengekspresi
TNF- dan IL-17.

Pemeriksaan Imunohistokimia dengan


Antibodi CD117 (C-Kit)
CD117 (c-kit) adalah reseptor transmembran
tirosinase yang mengikat stem cell factor
(SCF), adalah faktor pertumbuhan untuk Gambar 4. Pemeriksaan imunohistokimia dengan antibodi IL-17 dan IL-17RA. Tampak peningkatan ekspresi
kelangsungan hidup, migrasi, dan proliferasi IL-17 dan IL-17RA pada kulit area peri-lesi dibandingkan dengan area lesi dan non-lesi.5

744 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

antibodi CD207 menunjukkan bahwa di


area lesi dan peri-lesi vitiligo, sel Langerhans
cenderung terletak pada setengah bagian
bawah epidermis dengan jumlah lebih
besar pada area peri-lesi. Pada kulit non-lesi
penderita vitiligo, sel Langerhans terdistribusi
lebih merata pada stratum spinosum
epidermis yang mirip dengan pola distribusi
pada kulit normal individu sehat.5

CD11c merupakan antigen yang terekspresi


pada membran sel Langerhans dan sel
Gambar 5. Pemeriksaan imunohistokimia CD117/ c-kit pada biopsi kulit penderita vitiligo (kiri) dan kulit dendritik. Pemeriksaan imunohistokimia
normal (kanan).14 Tampak satu sel melanosit yang mengekspresi protein c-kit positif () pada lapisan basal lesi dengan antibodi CD11c pada biopsi kulit
kulit vitiligo (A), bandingkan dengan ekspresi c-kit () dalam jumlah normal pada kulit non-vitiligo (B). penderita vitiligo bertujuan untuk mendeteksi
sel Langerhans pada epidermis serta sel
penyakit autoimun dan autoinflamasi yang terekspresi secara luas dalam jumlah sedikit,
dendritik pada lapisan dermis kulit. Integrin
berhubungan dengan vitiligo.16 Ekspresi tetapi dipresentasikan dengan kadar tinggi
CD11c digunakan sebagai penanda untuk
protein NALP1 pada kulit area lesi vitiligo pada sel limfosit T dan sel Langerhans. Hal ini
menghitung populasi sel dendritik pada
menunjukkan adanya faktor genetik; pada menjelaskan tingginya kadar sitokin IL-1 pada
lapisan dermis. Pada kulit normal, sel dendritik
beberapa laporan kasus ditemukan riwayat biopsi peri-lesi vitiligo yang menyebabkan
yang positif dengan CD11c ditemukan
penyakit vitiligo dalam keluarga. Beberapa hilangnya melanosit pada kulit penderita
pada dermis bagian papilaris dan retikularis.
gen juga terlibat dalam kerentanan penyakit vitiligo.5
Sebaliknya pada spesimen biopsi vitiligo, sel
vitiligo; vitiligo berhubungan dengan HLA-DR
dendritik yang positif terhadap CD11c lebih
B1, HLA-A2, dan HLA-B17. Variasi gen Discoidin Pemeriksaan Imunohistokimia dengan
sering ditemukan pada dermo-epidermal
Domain Receptor -1 (DDR1) juga membuktikan Antibodi Langerin (CD207) dan CD11c
junction dan tersusun berkelompok. Biopsi
adanya keterlibatan faktor genetik dalam CD207 yang dikenal juga sebagai langerin
kulit area peri-lesi dan lesi penderita vitiligo
vitiligo.17 merupakan protein transmembran tipe
menunjukkan sel dendritik yang positif
2 dengan berat molekul 40kD. Protein
CD11c pada posisi dekat dengan keratinosit
Pada penelitian Wang, et al, (2011), ini terekspresi pada permukaan granula
basal/ melanosit disertai dengan beberapa
pemeriksaan imunohistokimia NALP-1 Birbeck yang dimiliki oleh sel Langerhans.
sel melakukan invasi pada lapisan basal
menunjukkan bahwa area peri-lesi biopsi Pemeriksaan imunohistomia dengan antibodi
epidermis. Biopsi tepi lesi mengandung
vitiligo mengandung sejumlah besar sel langerin pada biopsi kulit penderita vitiligo
sel dendritik CD11c positif dengan jumlah
epidermis yang mengekspresikan protein dapat mendeteksi peningkatan jumlah
lebih besar secara signifikan dibandingkan
NALP-1 dibandingkan dengan area lesi sel Langerhans yang merupakan antigen
sampel non-lesi dan area lesi. Sel dendritik
depigmentasi dan kulit berpigmen non- presenting cell pada epidermis kulit. Jumlah sel
CD11c positif mengekspresikan perforin dan
lesi.5 Protein NALP-1 merupakan bagian Langerhans akan meningkat apabila terdapat
granzyme yang memiliki aktivitas sitotoksik
dari kompleks sitoplasma yang disebut invasi antigen pada kulit. Peningkatan jumlah
terhadap self-antigen yang spesifik pada
inflammasome yang meregulasi aktivasi sel Langerhans pada kulit area lesi vitiligo
melanosit, sehingga mengakibatkan kematian
kaspase. Inflammasome dapat mengubah menunjukkan adanya antigen intrinsik yang
melanosit.5
sitokin pro-inflamasi IL-1 menjadi bentuk mengaktifkan jalur imunitas humoral.18
aktif. Sitokin IL-1 merupakan sitokin kunci
Sel Langerhans dan sel dendritik
dalam perkembangan sel Th17.12 NALP-1 Pemeriksaan imunohistokimia dengan
mengenali sel-antigen pada melanosit dan
mengaktifkan respons imunitas humoral
yang mengakibatkan destruksi melanosit.
Peningkatan jumlah sel Langerhans epidermis
serta peningkatan jumlah sel dendritik dermis
pada area peri-lesi menunjukkan aktifnya
proses destruksi melanosit pada jaringan
kulit. Hal ini didukung dengan ditemukannya
imunoglobulin yang reaktif terhadap sel
melanosit pada penderita vitiligo. Imunitas
humoral terlibat pada patogenesis vitiligo.
Ditemukan autoantibodi antimelanosit (IgG)
Gambar 6. Pemeriksaan imunohistokimia NALP-1 pada biopsi kulit penderita vitiligo.5 Tampak sejumlah besar dalam sirkulasi dengan target berbagai
inflammasome NALP-1 yang tercat positif (berwana coklat) pada area tepi lesi (gambar tengah) dan area lesi
(gambar kanan), bandingkan dengan kulit berpigmen individu sehat/ normal (gambar kiri). antigen permukaan dan sitoplasma melanosit.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 745


TINJAUAN PUSTAKA

SIMPULAN
Pemeriksaan imunohistokimia dapat
membantu mengungkap patogenesis vitiligo.
Pemeriksaan dilakukan atas bahan biopsi
kulit yang diambil di daerah perbatasan
lesi dan non-lesi. Patogenesis vitiligo yang
dapat dideteksi melalui pemeriksaan
imunohistokimia meliputi keterlibatan
autoimunitas seluler (dengan antibodi CD3
dan CD8), reaksi inflamasi (antibodi TNF-,
IL-17, dan IL-17RA), faktor genetik (antibodi
NALP-1), faktor intrinsik (antibodi c-kit/CD117),
serta sel Langerhans dan sel dendritik (dengan
antibodi langerin dan CD11c). Pengungkapan
patogenesis vitiligo dengan pemeriksaan
imunohistokimia membuka peluang
intervensi terhadap progresivitas vitiligo, Gambar 7. Pemeriksaan imunohistokimia CD207/ Langerin (gambar atas) dan CD11c (gambar bawah) pada
seperti pemberian anti-TNF- pada penderita biopsi kulit penderita vitiligo.5
yang mengekspresikan protein TNF- .

DAFTAR PUSTAKA :
1. Mohammed GF, Gornaa AHA, Al-Dhubaibi MS. Highlights in pathogenesis of vitiligo. World J Clin Cases 2015; 3(3):221-30.
2. Vitiligo [Internet]. 2016 [cited 2016 Feb 16]. Available from: http://www.lifetimeskincarecenters.com/Education-and-Forms/Vitiligo
3. Taylor CR, Shan RS, Barr NJ. Techniques of immunohistochemistry: Principles, pitfalls, and standardization. In: Dabbs DJ, editor. Diagnostic immunohistochemistry.
3rd ed. Philadelphia: Saunders-Elsevier Inc; 2010.
4. Chang GY, Kohrt HE, Stuge TB, Schwartz EJ, Weber JS, Lee PP. Cytotoxic T-lymphocyte responses against melanocytes and melanoma. J Translational Med. 2011;
9:122. doi: 10.1186/1479-5876-9-122.
5. Wang CQF, Cruz-Inigo AE, Fuentes-Duculan J, Moussai D, Gulati N, Sullivan-Whalen M, et al. Th17 cells and activated dendritic cells are increased in vitiligo lesions.
PLoS ONE 2011; 6(4):1-10.
6. Aslanian FMNP, Noe RAM, Antelo DP, Farlas RE, Das PK, Galadari I, et al. Immunohistochemical findings in active vitiligo including depigmentating lesions and non-
lesional skin. The Open Dermatol J. 2008; 2:105-10.
7. Bradley Jr. TNF- mediated inflammatory disease. J Pathol. 2008;214(2):149-60.
8. Attwa E, Gamil H, Assaf M, Ghonemy S. Over-expression of tumor necrosis factor- in vitiligo lesions after narrow-band UVB therapy: An immunohistochemical
study. Arch Dermatol Res. 2012; 304(10):823-30.
9. Camara-Lemarroy CR, Salas-Alanis JC. The role of tumor necrosis factor- in the pathogenesis of vitiligo. Am J Clin Dermatol. 2013; 14:343-50.
10. Lee AY. Role of keratinocytes in the development of vitiligo. Ann Dermatol. 2012; 24(2): 115-25.
11. Kim NH, Torchia D, Rouhani P, Roberts B, Romanelli P. Tumor necrosis factor- in vitiligo: Direct correlation between tissue levels and clinical parameters. Cutaneous
and Ocular Toxicol. 2011; 30(3):225-7.
12. Zambrano-Zaragoza JF, Romo-Martnez EJ, Durn-Avelar MdJ, Garca-Magallanes N, Vibanco-Prez N. Th17 cells in autoimmune and infectious diseases. Int J
Inflamm. 2014;651503. doi:10.1155/2014/651503
13. Elwan NM, El-Ashmawy AA, Gheida SF, Rizk OK. Immunohistochemical expression of c-kit receptor (CD117) in two pigmentary disorders. J Clin Exp Dermatol Res.
2013; 4:190. doi:10.4172/2155-9554.1000190.
14. Alikhan MD, Felsten LM, Daly M, Petronic-Rosic V. Vitiligo: A comprehensive overview. J Am Acad Dermatol. 2011; 65:473-91.
15. Lee AY, Kim NH, Choi WI, Youm YH. Less keratinocyte-derived factors related to more keratinocyte apoptosis in depigmented than normally pigmented suction-
blistered epidermis may cause passive melanocyte death in vitiligo. J Invest Dermatol. 2005; 124: 976-83.
16. Jin Y, Mailloux CM, Gowan K, Riccardi SL, LaBerge G, Bennett DC, et al. NALP1 in vitiligo-associated multiple autoimmune disease. N Engl J Med. 2007; 356:121625.
17. Silva de Castro CC, do Nascimento LM, Walker G, Werneck RI, Nogoceke E, Mira MT. Genetic variants of the DDR1 gene are associated with vitiligo in two independent
Brazilian population samples. J Invest Dermatol. 2010; 130: 1813-8.
18. Lazar AJF, Murphy GF. The skin. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders-
Elsevier Inc; 2010.

746 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

Anisometropia
Monica Djaja Saputera1,2
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat, Indonesia
1

2
Departemen Ilmu Penyakit Mata, Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Anisometropia merupakan gangguan penglihatan akibat perbedaan kekuatan refraksi antara mata kanan dan kiri lebih dari 1.00 D. Masalah yang
umum terjadi akibat anisometropia adalah ambliopia dan strabismus. Angka kejadian anisometropia disertai ambliopia adalah 47,6%, sedangkan
angka kejadian anisometropia disertai strabismus adalah sebesar 9,5%. Deteksi dini anisometropia adalah pemeriksaan tajam penglihatan, uji
aniseikonia, worth four dots test, Hirschberg test, dan cover and uncover test. Sedangkan penanganan anisometropia adalah penggunaan lensa
kacamata, lensa kontak, dan pembedahan.

Kata kunci: Ambliopia, anisometropia, strabismus, terapi oklusi

ABSTRACT
Anisometropia is diseases of visual impairment due to more than 1.00 D difference in refractive power between right and left eye. Problems
that can arise are amblyopia and strabismus; 47.6% cases of anisometropia are accompanied by amblyopia, while 9.5% are accompanied by
strabismus. Early detection of anisometropia is eyesight examination, aniseikonia test, worth four dots tests, Hirschberg test, and cover and
uncover test. Anisometropia is treated with lens glasses, contact lenses, and surgery. Monica Djaja Saputera. Anisometropia

Keywords: Amblyopia, anisometropia, strabismus, occlusion therapy

PENDAHULUAN pembelokan berkas cahaya yang bertujuan penglihatan akan tampak kabur atau tidak
Anisometropia adalah perbedaan kekuatan untuk memfokuskan titik bayangan tepat di fokus.7-9 Pada mata normal atau emetropia,
refraksi lensa sferis atau silinder lebih dari 1.00 retina. Beberapa bagian mata yang termasuk sumber cahaya yang berasal dari jarak jauh
D antara mata kanan dan kiri.1-5 Prevalensi dalam media refraksi adalah kornea, aqueous (>6 m) akan difokuskan di retina tanpa
anisometropia pada responden usia 6 bulan, humour, lensa, dan vitreous humour.6-10 mekanisme akomodasi. Sedangkan apabila
yaitu sebesar 1%-2%, sedangkan pada berasal dari jarak dekat (<6 m), berkas cahaya
responden berusia 15 tahun sebesar 5,8%. akan difokuskan di retina dengan mekanisme
Penelitian di Brazil terhadap 1024 responden akomodasi. Akomodasi adalah kemampuan
di Department of Ophthalmology of the Federal lensa untuk mendapatkan suatu keadaan
University of Rio Grande de Norte (UFRN) fokus pada suatu objek.6-10
memberikan hasil bahwa 2% responden
mengalami anisometropia, 9,5% kasus
anisometropia disertai strabismus eksotropia
kedua mata, dan 47,6% kasus anisometropia Gambar 1. Indeks bias media refraksi
disertai ambliopia.4 Gangguan penglihatan
Cahaya akan mengalami proses refraksi
pada anak dapat memberikan dampak negatif
di beberapa perbatasan, yaitu di antara
performa akademik anak di sekolah.5
udara dan permukaan anterior kornea,
Tujuan tulisan ini adalah memberikan antara permukaan posterior kornea dan
aqueous humour, antara aqueous humour Gambar 2. Proses refraksi mata
informasi mengenai anisometropia agar
angka kejadian anisometropia dapat dikurangi dan permukaan anterior lensa, serta antara ANISOMETROPIA
melalui deteksi dini serta penanganan awal permukaan posterior lensa dan vitreous Definisi
yang tepat. humour. Proses ini akan memfokuskan berkas Anisometropia merupakan gangguan
cahaya tepat di retina, sehingga memberikan penglihatan akibat adanya perbedaan
PROSES REFRAKSI DAN AKOMODASI gambaran yang fokus. Apabila berkas cahaya kekuatan refraksi lensa sferis atau silinder
Refraksi merupakan sebuah proses tidak jatuh tepat di retina, maka gambaran antara mata kanan dan mata kiri.1-5,11 Beberapa
Alamat Korespondensi email: monicdjaja@gmail.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 747


TINJAUAN PUSTAKA

studi sebelumnya menyebutkan bahwa Klasifikasi astigmatisma.


perbedaan kekuatan refraksi yang dianggap Anisometropia berdasarkan etiologinya dibagi C
ompound astigmatism, apabila
signifikan yaitu sebesar 1.00 D.1-5 Perbedaan menjadi dua yaitu: 13 kedua mata mengalami astigmatisma
kekuatan refraksi dihitung dengan cara a. Anisometropia aksial, akibat pertumbuhan dengan aksis berbeda.
perhitungan matematika yaitu kekuatan sumbu bola mata antero-posterior yang
refraksi mata kanan dikurangi kekuatan refraksi lebih panjang atau pendek. Patofisiologi
mata kiri.1 Sebagai contoh, pada kasus miopia b. Anisometropia refraktif, akibat perbedaan Anisometropia terjadi akibat adanya
apabila kekuatan refraksi mata kanan S -2.50 kekuatan refraksi pada mata kanan dan perbedaan kekuatan refraksi lensa sferis
D dan mata kiri S -4.50 D, maka perbedaan mata kiri. atau silinder mata kanan dan mata kiri.1-5,11,14
kekuatan refraksi antara mata kanan dan mata Permasalahan yang umum timbul akibat
kiri adalah 2.00 D. Pada kasus hipermetropia, Berdasarkan kekuatan refraksinya, anisometropia adalah perbedaan efek
apabila kekuatan refraksi mata kanan S +4.50 anisometropia dibedakan menjadi:5,13 prismatik mata kanan dan mata kiri yang
D dan mata kiri + 5.50 D, maka perbedaan a. Anisometropia absolut terjadi karena akan mengganggu penglihatan binokuler.
kekuatan refraksi antara mata kanan dan mata adanya perbedaan kekuatan refraksi antara Pada anisometropia, efek prismatik akan
kiri adalah 1.00 D. Sedangkan pada mata mata kanan dan mata kiri. Anisometropia menyebabkan bayangan masing-masing
yang memiliki perbedaan lensa sferis seperti absolut dibagi lagi menjadi: mata tidak dapat menjadi gambaran tunggal,
mata kanan S -3.00 D dan mata kiri S +1.00 D, Simple, apabila salah satu mata sehingga menimbulkan efek penglihatan
perbedaan kekuatan sebanyak 4.00 D.1 emetropia dan mata lainnya miopia ganda atau diplopia. Perbedaan efek prismatik
atau hipermetropia. antara mata kanan dan mata kiri yang lebih
Data Optometry in Practice tahun 2003, Compound, apabila kedua dari 1, terutama pada meridian vertikal akan
menyebutkan bahwa batas perbedaan mata mengalami miopia atau menyebabkan intoleransi. Akibat intoleransi
kekuatan refraksi pada mata miopia, hipermetropia. ini, penderita biasanya akan mengeluhkan
hipermetropia, dan astigmatisma yang dapat Mixed, apabila salah satu mata adanya penglihatan ganda dan pusing.1,5,13,15
menimbulkan ambliopia adalah masing- mengalami miopia dan mata lainnya
masing lebih dari 2.00 D, 1.00 D, dan 1.50 D.1 mengalami hipermetropia. Besar kekuatan prisma dapat dihitung
Sedangkan menurut buku Ilmu Penyakit Mata, b. A
nisometropia relatif terjadi akibat berdasarkan hukum Prentice yang menyatakan
disebutkan bahwa batas perbedaan refraksi perbedaan aksis antara mata kanan dan bahwa:1,11
untuk menjadi ambliopia adalah lebih dari kiri. Pada anisometropia relatif, kekuatan
2.50 D.9 refraksi mata kanan dan kiri sama. Kelainan Kekuatan prisma ( atau dioptri prisma) =
ini biasanya terjadi pada miopia dan Daya dioptri lensa (Dioptri) x Jarak dari
Etiologi5,13
hipermetropia yang disertai dengan mata pusat optik (cm)
a. Kongenital, akibat pertumbuhan sumbu
astigmatisma. Anisometropia relatif dibagi
bola mata terlalu panjang atau pendek,
lagi menjadi:
serta adanya faktor genetik.
Simple astigmatism, apabila salah satu
b. Didapat, biasanya karena trauma atau
mata emetropia dan mata lainnya Selain perbedaan efek prismatik, hal lain yang
pasca-ekstraksi lensa saat menjalani
miopia atau hipermetropia dengan juga umum terjadi pada anisometropia adalah
operasi katarak.
perbedaan ukuran bayangan yang terbentuk
di retina atau aniseikonia. Aniseikonia adalah
gangguan penglihatan binokuler yang
ditandai dengan adanya perbedaan ukuran
dan bentuk bayangan yang diterima oleh
kedua mata. Kelainan ini dapat menimbulkan
terjadinya efek penglihatan ganda atau
diplopia, menyebabkan supresi mata dengan
kekuatan refraksi lebih besar sehingga
menimbulkan efek ambliopia.1,13,15

Manifestasi Klinis
Gejala yang umum timbul pada anisometropia
adalah penglihatan kabur akibat kelainan
refraksi. Selain itu, pasien juga biasanya
mengeluhkan mata terasa lelah disertai
nyeri kepala tanpa diketahui penyebabnya.
Penglihatan ganda atau diplopia dan
terganggunya penglihatan binokuler sering
Gambar 3. Klasifikasi anisometropia berdasarkan kekuatan refraksi terjadi pada penderita anisometropia. Keluhan

748 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

ini terkait dengan perbedaan efek prismatik Worth four dots test adalah pemeriksaan
dan aniseikonia.13,15 keseimbangan otot mata untuk mendiagnosis
ambliopia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
Diagnosis melihat penglihatan binokuler, adanya
Pada umumnya, anisometropia terdiagnosis fusi, abnormalitas retina, supresi satu mata
saat melakukan pemeriksaan tajam dan strabismus. Pasien memakai kacamata
penglihatan atau visus.10 Pemeriksaan visus dengan filter warna merah di mata kanan dan Gambar 7. Contoh pemakaian penutup mata pada
dilakukan dalam keadaan istirahat atau tidak filter warna hijau di mata kiri. Kemudian pasien mata yang sehat
akomodasi. Media yang dibutuhkan adalah diminta melihat sebuah kotak hitam dengan b. Lensa kacamata
Snellen chart. Tajam penglihatan dikatakan 4 titik (2 titik berwarna hijau, 1 titik berwarna Penggunaan lensa kacamata merupakan
normal apabila skor tajam penglihatan 6/6 merah, dan 1 titik berwarna putih) pada jarak metode yang paling aman, namun sulit untuk
atau 100%.9,16 6 m atau 30 cm.17 menentukan koreksi visus yang terbaik. Pada
kasus anisometropia, perbedaan kekuatan
refraksi sering menimbulkan keluhan seperti
rasa tidak nyaman, pusing, mata lelah,
pandangan ganda akibat perbedaan efek
prismatik dll. Perbedaan kekuatan refraksi
yang masih dapat ditolerir oleh penggunanya
adalah berkisar 3.00 D - 4.00 D.1

Gambar 5. Worth four dots test (a) kacamata filter (b) Kompensasi efek prismatik dapat berupa
4 titik pemeriksaan teknik slab-off dan franklin split.1,11,13,15,19 Lensa
Hirschberg test adalah pemeriksaan refleks prisma adalah bentuk lensa yang terdiri dari
kornea untuk menilai pergerakan bola mata apeks dan dasar.
abnormal. Sedangkan cover uncover test adalah
pemeriksaan keseimbangan otot mata untuk Apeks
melihat adanya heterotropia pada salah satu
mata. Kedua teknik pemeriksaan ini bertujuan
untuk melihat adanya strabismus.9,16,17

Tatalaksana
Gambar 4. Snellen chart
a. Terapi Oklusi
Pemeriksaan penunjang lain untuk melihat Terapi oklusi merupakan sebuah teknik terapi
gejala serta komplikasi anisometropia adalah 90 Sudut
dengan menggunakan penutup mata atau
uji aniseikonia, worth four dots test, Hirschberg patch pada mata sehat. Tujuan penutupan ini deviasi
test, dan cover and uncover test. berkaitan dengan upaya mencegah ambliopia
Dasar
Uji aniseikonia adalah pemeriksaan tajam akibat supresi mata yang sakit. Mekanisme
kerja terapi oklusi adalah merangsang mata Gambar 8. Lensa prisma
penglihatan yang biasa dilakukan pada
pasien yang mengeluh penglihatan yang sakit untuk meningkatkan kemampuan Teknik slab-off merupakan teknik untuk
terganggu meskipun sudah dikoreksi.16 Dalam fungsi penglihatannya melalui stimulasi yang mengatasi perbedaan efek prismatik,
pemeriksaan ini, pasien diminta berdiri 2-3 m di diberikan ke otak. terutama pada meridian vertikal. Teknik ini
depan pemeriksa. Kemudian pemeriksa akan dapat digunakan baik pada lensa monofokal
Beberapa jenis penutup mata yang dapat
membentangkan tangannya ke arah lateral maupun lensa bifokal. Lensa bifokal lebih
digunakan adalah bandage, lensa kontak, kaca
dan pasien diminta untuk membandingkan umum digunakan. Pada lensa bifokal akan
mata, dan terapi farmakologi.18
panjang tangan pemeriksa. Pemeriksa tampak garis horizontal yang merupakan
kembali memajukan tangannya ke depan apeks prisma yang membagi lensa menjadi
dengan jari terbuka dan meminta pasien dua segmen.1,11,18
kembali membandingkan panjang tangan
pemeriksa. Dalam keadaan normal, pasien c. Lensa Kontak
akan melihat tangan pemeriksa pada posisi Lensa kontak adalah salah satu terapi
pertama dan kedua sama panjang. Sedangkan yang sangat dianjurkan bagi penderita
pada keadaan aniseikonia horizontal, pasien anisometropia. Beberapa tipe lensa kontak
akan melihat tangan pemeriksa pada posisi adalah soft contact lenses, rigid gas permeable
Gambar 6. Penutup mata atau patch jenis bandage (RGP) contact lenses, dan orthokeratology
pertama terlihat lebih pendek dan pada posisi
kedua terlihat lebih panjang.16 (Ortho K). Kontraindikasi penggunaan lensa
kontak adalah pasien dengan riwayat infeksi

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 749


TINJAUAN PUSTAKA

berbeda. Perbedaan titik fokus antara kedua


mata akan merangsang mata yang sehat
untuk bekerja lebih keras dan menekan kerja
mata yang sakit. Supresi mata yang sakit akan
menyebabkan terjadinya ambliopia.1,9,11,13,15

Pada anisometropia, perbedaan kekuatan


refraksi akan membuat mata yang sehat
bekerja lebih keras dibandingkan dengan
mata yang sakit. Hal ini akan menyebabkan
melemahnya otot penggerak bola mata
pada mata yang sakit, pelemahan ini akan
membuat mata yang sakit lebih rentan
mengalami strabismus.1,9,11,13,15 Strabismus
adalah ketidakseimbangan kedudukan bola
mata sehingga kedua mata tampak tidak
searah.

Gambar 9. Teknik slab-off pada lensa bifokal SIMPULAN


Anisometropia adalah gangguan penglihatan
mata berulang dan alergi, mata kering, bekerja Komplikasi akibat adanya perbedaan kekuatan refraksi >
di lingkungan berdebu atau kotor, dan Komplikasi anisometropia adalah ambliopia 1.00 D antara mata kanan dan mata kiri. Masalah
membutuhkan koreksi lensa prisma.1,11,13,15 dan strabismus. Ambliopia atau mata yang banyak terjadi akibat anisometropia yaitu
malas adalah keadaan tajam penglihatan ambliopia dan strabismus. Upaya yang dapat
d. Pembedahan tidak dapat mencapai optimal sesuai usia. dilakukan untuk deteksi dini anisometropia
Photorefractive keratectomy (PRK) dan laser in Ambliopia akibat anisometropia terjadi adalah pemeriksaan tajam penglihatan, uji
situ keratomileusis (LASIK) merupakan metode karena perbedaan kekuatan refraksi > 2.50 D aniseikonia, worth four dots test, Hirschberg test,
koreksi pembedahan yang umum dilakukan. antara mata kanan dan mata kiri yang akan dan cover and uncover test. Penanganan yang
Kedua teknik pembedahan ini bertujuan menyebabkan perbedaan ukuran dan bentuk dapat dilakukan adalah penggunaan lensa
untuk memperbaiki kelengkungan kornea.11 bayangan atau aniseikonia serta titik fokus kacamata, lensa kontak, dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA :
1. McCarthy P. Anisometropia: What difference does it make? Optometry in Practice. 2013;14(1):1-10.
2. Haegerstrom-Portnoy G, Schneck ME, Lott LA, Hewlett SE, Brabyn JA. Longitudinal increase in anisometropia in older adults. Optometry and Vision Science.
2014;91(1):60-7.
3. Deng Li, Gwiazda JE. Anisometropia in children from infancy to 15 years. Investigative Ophtalmology & Visual Science. 2012;53(7):3782-7.
4. De Amorim Garcia CA, De Araujo Dantas E, de Souza AB, Uchoa RAC, Orefice F. Epidemiologic study of anisometropia in students of Natal, Brazil. Arquivos Brasileiros
de Oftalmologia. 2005;68(1):75-7.
5. Waline JJ, Carder EDJ. Vision problems of children with individualized education programs. Journal of Behavioral Optometry. 2012;23(4):87-93.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011:773-6.
7. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006:613-50.
8. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. United States of America: John Wiley & Sons, Inc; 2008.
9. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014:64-90.
10. Perhimpunan Dokter Speliasis Mata Indonesia (PERDAMI). Panduan manajemen klinis PERDAMI. Jakarta: CV Ondo; 2006;9-15.
11. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys general ophthalmology. 17th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran EGC; 2015.
12. American Board of Opticianry. Assisting the anisometropic patient: An overview of the options available. United States of America: American Board of Opticianry.
1998.
13. Agarwal S, Agarwal A, Apple David J, Buratto L, Ali JL, Pandey SK. Textbook of ophthalmology volume 1. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher Ltd; 2002.
14. Barrett BT, Bradley A, Candy TR. The relationship between anisometropia and amblyopia. Prog Retin Eye Res. 2013;36:120-58.
15. Lang, Gerhard K. Ophthalmology. 2nd ed. A pocket textbook atlas. New York: Thieme Stuttgart; 2006.
16. Ilyas HS. Dasar teknik pemeriksaan di dalam ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
17. Kanksi JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: A systematic approach. 7th ed. Elsevier; 2011.
18. Tang E WH, Li B CY, Yeung Ian YL, Li Kenneth KW. Occlusion therapy in amblyopia: An experience from Hong Kong. Hong Kong Med Journal. 2014;20(1):32-6-7.
19. Wright KW. Textbook of ophthalmology. United States of America: Williams & Wilkins; 1997.

750 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

Neovaskularisasi Koroid Miopia


Elvira,* Victor Nugroho Wijaya**
*Dokter Umum, Puskesmas Siulak Mukai, Dokter Umum, Puskesmas Siulak Gedang, Kabupaten Kerinci, Jambi, Indonesia
**

ABSTRAK
Neovaskularisasi Koroid (NVK) merupakan salah satu komplikasi miopia dan miopia maligna yang mengancam penglihatan. Risiko NVK meningkat
seiring dengan peningkatan angka kejadian miopia. Sampai saat ini belum ada definisi standar NVK pada miopia atau miopia maligna. Pasien
NVKm dapat mengeluh gangguan visus, metamorfopsia, dan skotoma. Fluorescein angiography dan optical tomography dapat digunakan untuk
diagnosis NVKm. Tatalaksana NVKm terus berkembang, anti-VEGF memperbaiki, mengendalikan penyakit, dan diharapkan dapat memperbaiki
tajam penglihatan.

Kata kunci: Anti-VEGF, miopia, NVK miopia

ABSTRACT
Choroid neovascularization (CNV) is a vision-threatening complication of myopia and malignant myopia. CNV risk is increased along with the
increased myopia prevalence. There is no standard definition of CNV in myopia or in malignant myopia. Patient with mCNV may complaint
visual disturbances, metamorphopsia, and scotoma. Fluorescein angiography and optical tomography examination may aid mCNV diagnosis.
The treatment of mCNV continues to grow, anti-VEGF may improve, control the disease, and expected to correct visual acuity. Elvira, Victor
Nugroho Wijaya. Choroid Neovascularization (CNV) Myopia

Keywords: Anti-VEGF, myopia, myopia CNV

PENDAHULUAN mm disertai perubahan degeneratif pada Terdapat tiga teori patogenesis


Neovaskularisasi koroid miopia (NVKm) sklera, koroid, epitel pigmen retina (EPR), dan NVKm. Teori mekanik menyebutkan
dilaporkan terjadi pada 10-15% pasien gangguan refraksi. bahwa pemanjangan progresif aksis
dengan panjang aksial bola mata lebih dari anteroposterior bola mata menimbulkan
26,5 mm dan penyebab utama kebutaan pada Neovaskularisasi Koroid dibagi menjadi dua ketidakseimbangan antara komponen pro-
miopia maligna. Miopia maligna merupakan tipe berdasarkan letaknya, yaitu tipe 1 di sub- angiogenik dan anti-angiogenik.1 Pada
gangguan refraksi lebih besar dari 6 Dioptri EPR dan tipe 2 di antara retina neurosensorik teori heterodegeneratif disebutkan ada
atau panjang aksial bola mata lebih dari 26 dan pigmen epitel retina. NVK miopia faktor herediter yang ikut mempengaruhi
mm disertai perubahan degeneratif pada (NVKm) adalah neovaskularisasi pada miopia kejadian NVK. Ketidakseimbangan hormon,
sklera, koroid, atau epitel pigmen retina dan miopia maligna. Karakteristik NVKm kolagenopati, deregulasi neuromediator,
(EPR). Anatomi mata yang lebih panjang berukuran kecil dengan diameter < 1 diskus, dan kebiasaan membaca yang buruk juga
dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti datar, keabu-abuan, berada di subfovea atau dapat memperburuk keadaan miopia.
ablasio retina, atrofi korioretina, stafiloma, jukstafovea dengan cairan subretina atau Teori hemodinamik menyebutkan bahwa
perdarahan makular, dan neovaskularisasi eksudat minimal.2 terjadi penurunan perfusi darah pada mata
koroid. Selanjutnya akan dibahas diagnosis miopia dan penipisan koroid. Gangguan
dan tatalaksana NKVm. vaskularisasi menghambat pemberian nutrisi
dan oksigen. Aktivasi epitel pigmen retina
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI dapat terjadi bersamaan dengan penebalan
Neovaskularisasi Koroid (NVK) merupakan atau kerusakan membran Burch atau iskemia
salah satu komplikasi miopia dan miopia EPR akibat sirkulasi koroid yang tidak adekuat.
maligna yang mengancam penglihatan.1 Hal tersebut akan menstimulasi vascular
Istilah miopia maligna, miopia degeneratif, endothelial growth factor (VEGF) dan respons
atau miopia patologis digunakan untuk neovaskular kapiler koroid.1,3
gangguan refraksi lebih besar dari 6 Dioptri
Gambar 1. Funduskopi menunjukkan perdarahan
atau panjang aksial bola mata lebih dari 26,5
makula (panah putih) pada NVKm6
Alamat Korespondensi email: katarina_elvira@hotmail.com

752 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

EPIDEMIOLOGI hiperfluoresens dengan cincin hipofluoresens TATALAKSANA


NVK sering berhubungan dengan lacquer pada fase awal. Pada fase lanjut kebocoran Laser Photocoagulation
cracks atau area atrofi EPR (epitel pigmen pewarna fluoresens dapat berkurang dan Terapi laser photocoagulation telah digunakan
retina). NVKm dilaporkan pada 10-15% pasien cincin pigmen menjadi kabur (Gambar 3). untuk menangani NVKm ekstrafovea,
dengan panjang aksial bola mata lebih dari Pada pasien usia tua dengan miopia, tanda meskipun data pendukung masih terbatas.1
26,5 mm dan menjadi penyebab utama kebocoran fluoresens dapat terlihat lebih jelas. Penelitian retrospektif terhadap 50 mata
kebutaan pada miopia maligna. Miopia Sebuah cincin perdarahan subretina dapat tanpa terapi dan 50 mata terapi laser. Pada
maligna terjadi pada 27 33% populasi terlihat bersamaan dengan perkembangan kelompok terapi baik satu kali maupun lebih
miopia dan 1,7 2,1% populasi total. Miopia NVKm.2,4 sesi terapi laser didapatkan 64% mata memiliki
maligna menjadi penyebab ketujuh kebutaan skar kering dan rerata tajam penglihatan
di Amerika dan Eropa dan menjadi penyebab FA sulit membedakan NKVm dengan 20/74 dalam 5 tahun. Angka rekurensi 72%
utama kebutaan di Jepang.4 hiperfluoresens ringan yang disebabkan lesi dan pada akhir follow up pada 36% mata
lain karena NVKm biasanya berukuran kecil yang diterapi terdapat rekurensi subfovea
MANIFESTASI KLINIS dengan kebocoran minimal. Indocyanine dengan rerata penurunan tajam penglihatan
Pasien tidak merasakan gejala apabila NVK green angiography (ICG-A) dapat membantu menjadi 20/154. Perbaikan tajam penglihatan
terjadi di luar makula sentral. Pada NVK sentral pemeriksaan FA; ICG sedikit diserap oleh EPR bermakna hanya terjadi pada mata yang
dapat ditemukan gejala metamorfopsia, dan darah, sehingga dapat membedakan sebelum terapi memiliki tajam penglihatan
skotoma sentral atau parasentral, dan NKVm dengan NKV yang disebabkan lesi lain. 20/40 (P<0,05).10
penurunan tajam penglihatan.4 NVK bisa ICG-A dapat menunjukkan lokasi NKV lebih
sembuh sendiri dan menyatu dengan migrasi tepat dan deteksi sumber pembuluh darah.2 Laser dapat merusak jaringan retina
sel EPR membentuk lesi hiperpigmentasi membentuk skar atau atrofi, tidak
yang disebut Foster-Funchs spot.1,5 Sejumlah OCT digunakan untuk menilai fovea, memperbaiki tajam penglihatan dalam jangka
35% pasien NVKm berisiko NVKm pada mata ketebalan retina, dan adanya kebocoran cairan panjang dan angka kekambuhan tinggi.
sebelahnya dalam 8 tahun.1 Penelitian pada 27 ekstraseluler, menjadi dasar panduan terapi NVK berulang sering terjadi pada batas tepi
mata NVK menunjukkan adanya penurunan selanjutnya. Pada gambar 4, OCT menunjukkan area laser, fototermal diduga merusak epitel
tajam penglihatan menjadi 20/200 dalam NVKm terlihat di bagian atas epitel pigmen pigmen retina dan membran Bruch. Selain
5-10 tahun setelah onset NVKm, akibat retina dengan cairan subretina minimal. FA itu, skar retina akibat laser dapat meluas
sekunder dari atrofi korioretina sekitar daerah digunakan sebagai standar diagnosis miopia mengenai fovea sehingga terjadi kebutaan.4
NVKm.5 NVK dan OCT dapat membantu FA untuk Kegagalan laser photocoagulation 92-100%
monitor miopi NVK selama terapi anti-vascular akibat perluasan skar atrofi pada area pasca-
endothelial growth factor (anti-VEGF).9 laser.2

Verteporfin Photodynamic Therapy (vPDT)


Verteporfin photodynamic therapy (vPDT)
merupakan pilihan terapi NVKm subfovea.2
Mekanisme kerja vPDT selektif pada endotel
Gambar 2. (Kiri) Amslers grid pada mata normal koriokapiler, memisahkan kerusakan retina
(Kanan) Metamorfopsia dan skotoma dinilai neurosensorik, EPR dan saraf optikus,
menggunakan Amslers Grid7 Gambar 3. Kiri: FA pada fase awal menunjukkan sehingga vPDT sangat bermanfaat untuk
hiperfluoresens pucat koroid diblok oleh menangani subfoveal NVK.2 vPDT lebih efektif
DIAGNOSIS perdarahan (panah putih); Kanan: FA fase lanjut dibandingkan plasebo dalam menstabilisasi
terlihat peningkatan hiperfluoresens sentral dengan
Pasien miopia disertai penglihatan NVKm, tetapi tidak ada perbedaan hasil tajam
kebocoran, sesuai gambaran NVK (panah putih).4
kabur, hilang penglihatan, skotoma, atau penglihatan.1 Keterbatasan vPDT adalah atrofi
metamorfopsia segera dirujuk ke dokter korioretina pada beberapa pasien, tetapi
spesialis mata bagian retina. Pemeriksaan belum dibuktikan dipicu vPDT.1
dilakukan dengan slit lamp biomicroscopy,
fluorecein angiography (FA), indocyanine green Intravitreal Anti-VEGF
angiography (ICG-A), dan optical coherence Terapi NVKm menggunakan injeksi intravitreal
tomography (OCT). Diagnosis banding NVK anti-VEGF (ranibizumab atau bevacizumab)
antara lain multifocal choroiditis atau punctate lebih superior dibandingkan vPDT atau
inner choroidopathy atau age-related macular kombinasi vPDT dan anti-VEGF.11 Penelitian
degeneration (AMD).2,8 Algoritme rujukan dan Gambar 5. Optical coherence tomography pada membandingkan efek terapi ranibizumab dan
penanganan NVKm dapat dilihat pada skema. NVKm.1 bevacizumab pada 64 pasien selama 12 bulan
menunjukkan perbaikan fungsi dan anatomi
FA dapat menilai tipe, area, dan aktivitas yang mirip.12 Stuart A, et al, menyimpulkan
NVKm, memiliki corakan klasik yaitu bahwa injeksi intravitreal dapat digunakan

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 753


TINJAUAN PUSTAKA

sebagai terapi lini pertama NVKm.13 Data penelitian fase II REPAIR dan fase III FA). Setelah injeksi intravitreal awal, pasien
RADIANCE menyebutkan ranibizumab sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin
Ranibizumab merupakan satu-satunya sebagai satu-satunya anti-VEGF yang memiliki setiap bulan selama dua bulan pertama untuk
obat yang mendapat lisensi sebagai terapi lisensi terapi NVKm.1 Selama lebih dari 12 menilai aktivitas penyakit, yaitu penurunan
intravitreal NVKm dan terbukti aman pada bulan pasien yang mendapat terapi IVR tajam penglihatan, metamorfopsia baru
beberapa penelitian jangka pendek (24 menunjukkan perbaikan best corrected visual atau persisten, atau tanda kebocoran cairan
bulan).13 National Institute for Health and Care acuity dan toleransi baik.14 intraretinal/ subretinal pada pemeriksaan
Excellence (NICE) telah mengakui ranibizumab FA/ OCT. Jika terdapat aktivitas penyakit,
sebagai terapi intravitreal NVKm13 Dosis awal FOLLOW UP pasien diberi injeksi anti-VEGF kedua.
terapi IVR 0,5 mg dan IVB 1,25 mg.13 Mekanisme Setelah injeksi intravitreal pertama, sebaiknya Jika tidak ada aktivitas penyakit sampai
kerja bevacizumab mirip ranibizumab dan pemeriksaan rutin setiap bulan selama setelah dua bulan pertama, pemeriksaan
lebih murah, namun tidak mendapat lisensi dua bulan pertama untuk menilai keluhan berkala setiap tiga bulan selama satu tahun
sebagai terapi karena alasan komersial.13 metamorfopsia, tajam penglihatan, dan pertama. Selama pemeriksaan berkala, dapat
untuk pemeriksaan penunjang (OCT dan/atau dilakukan pemeriksaan makulopati traksi
miopia (foveoschisis), macular hole, ablasio
Presentasi
Presentasi
retina yang dapat menyebabkan gangguan
tajam penglihatan. Rekomendasi jadwal
Pasien
Pasien miopia
miopia dengan
dengan penglihatan
penglihatan kabur,
kabur, hilang
hilang penglihatan,
penglihatan, dan
dan atau
atau pemeriksaan lanjutan setelah satu tahun
metamorfopsia atau gejala lain CNV
metamorfopsia atau gejala lain CNV injeksi anti-VEGF awal belum ada.1

Penelitian RADIANCE menunjukkan median


Rujukan 2,0 (mean 3,5) injeksi selama 1 tahun; dan
Rujukan Urgensi
Urgensi selama 6-12 bulan penelitian, >60% pasien
ke menerima ranibizumab tidak membutuhkan
ke Spesialis
Spesialis Retina
Retina
injeksi ulang.1

Diagnosis
Diagnosis (Spesialis
(Spesialis Retina)
Retina)
Diagnosis
Diagnosis mCNV
mCNV dengan
dengan FA
FA dan
dan OCT
OCT

Diagnosis
Diagnosis (Spesialis
(Spesialis Retina)
Retina)
Diagnosis
Diagnosis mCNV
mCNV dengan
dengan FA
FA dan
dan OCT
OCT

Tatalaksana
Tatalaksana Segera
Segera ** Gambar 5. Citra SD-OCT4

Lini Atas: Foveal retinoschisis dan NKV (panah putih);


Positif Lini pertama:
pertama: Injeksi
Injeksi Anti-VEGF
Anti-VEGF
Positif untuk
untuk Bawah: Pasca-terapi tunggal bevacizumab
perkembangan
perkembangan intravitreal, NKV berkurang dalam satu bulan.
penyakit/ hilang
penyakit/ hilang
tajam Monitoring
tajam
penglihatan Monitoring Penyakit
Penyakit PROGNOSIS
penglihatan Pasien
untuk Pasien yang
yang Sebuah penelitian observasi retrospektif
untuk Tatalaksana
Tatalaksana Ulang
Ulang sudah diobati selama tiga tahun pada pasien NVKm
sudah diobati
Setiap sebelumnya
sebelumnya dikelompokkan berdasarkan usia > 40 tahun
Setiap bulan
bulan untuk
untuk bulan
bulan 1
1 dan
dan 2
2
dan dan < 40 tahun. Pada usia < 40 tahun memiliki
dan minimal
minimal 33 bulan
bulan sekali
sekali dalam
dalam
tahun hasil tajam penglihatan 20/40, sedangkan
tahun pertama
pertama
pasien > 40 tahun memiliki tajam penglihatan
*Ranibizumab merupakan satu-satunya terapi anti-VEGF yang berlisensi untuk mCNV. Anti-VEGF lain <20/200, NVK lebih luas, dan lebih sering
(bevacizumab dan aflibercept) belum diakui untuk mCNV. terjadi atrofi korioretina.15
Dimulai dengan injeksi tunggal
Monitoring aktivitas penyakit termasuk pemeriksaan klinis, OCT, atau FA. Jika monitoring menunjukkan RINGKASAN
tanda-tanda aktivitas penyakit (penurunan tajam penglihatan, metamorfopsia, dan/atau aktivitas lesi,
disarankan tatalaksana lebih lanjut.
Neovaskularisasi Koroid (NVK) merupakan salah
satu komplikasi miopia dan miopia maligna
Skema.Algoritma tatalaksana NVKm.1 yang mengancam penglihatan, terjadi pada

754 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

10-15% pasien miopia maligna. Manifestasi fluorescein angiography dan optical coherence vPDT. Dibutuhkan pemantauan berkala. Perlu
klinis NVKm antara lain gangguan tajam tomography. Tatalaksana NVKm dengan laser dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui
penglihatan, metamorfopsia, dan skotoma. photocoagulation, injeksi intravitreal anti- efektivitas terapi dan prognosis yang lebih
Pemeriksaan penunjang menggunakan VEGF (ranibizumab atau bevacizumab), atau jelas.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Wong TY, Ohno-Matsui K, Leveziel N, Holz FG, Lai TY, Yu HG, et al. Myopic choroidal neovascularization: Current concept and update on clinical management. British
Medical Journal 2015;99:289-96.
2. Chan W, Ohji M, Lai TYY, Liu DTL, Tano Y, Lam DSC. Choroidal neovascularization in pathological miopia: An update in management. Br J Ophthalmol. 2005; 1522-8.
3. Dimitrova G, Kata S. Ocular blood flow in degenerative miopia. In: Champbell E, McMann L, ed. Macular degeneration [Internet]. 2011. Available from: https://www.
novapublishers.com/catalog/product_info.php?products_id=30154.
4. Raecker ME, Park DW, Lauer AK. Diagnosis and treatment of CNV in myopic macular degeneration. Eyenet. 2015; 4:35-7.
5. Yoshida T, Ohno-Matsui K, Yasuzumi K, Kojima A, Shimada N, Futagamu S, et al. Myopic choroidal neovascularization: A 10 year follow-up. Ophthalmology [Internet].
2003. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12867382
6. Lai TYY. Retinal complication of high miopia. Medical Bulletin. 2007;12: 18-20.
7. Bressier MN. Early detection and treatment of neovascular age-related macular degeneration. Journal of American Broad of Family Medicine. 2002;15(2).
8. Saw S, Gazzard G, Shih-yen EC, Chua W. Miopia and associated pathological complication. Ophthal Physiol Opt. 2005; 25: 381-91.
9. Iacono P, Battaglia PM, Papayannis A, Kontadakis S, Da Pozzo S, Cascavilla M, et al. Fluorescein angiography and spectral-domain optical coherence tomography for
monitoring anti-VEGF therapy in myopic choroidal neovascularization. Ophthalmic Res. 2014;52:25-31.
10. Secretan M, Kuhn D, Saubrane G, Coscas G. Long-term visual outcome of choroid neovascularization in pathological myopia: Natural history and laser treatment.
Eur J Ophthalmol [Internet]. 1997. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9457451
11. Yoon JU, Byun YJ, Koh HJ. Intravitreal anti-VEGF versus photodynamic therapy with verteporfin for treatment of myopic choroidal neovascularization. Retina.
2010;30(3):418-24.
12. Cha DM, Kim TW, Heo JW, Woo SJ, Park KH, Yu HG, et al. Comparison of 1-year therapy effect of ranibizumab and bevacizumab for myopic choroidal neovascularization:
A retrospective, multicenter, comparative study. BMC Ophthalmology. 2014;14:69. doi: 10.1186/1471-2415-14-69.
13. Stuart A, Ford JA, Duckworth S, Jones C, Pereira A. Anti-VEGF therapy in the treatment of choroidal neovascularization secondary to non-age-related macular
degeneration: A systemic review. BMJ Open [Internet]. 2015;5: 007746. Available from: http://bmjopen.bmj.com/content/5/4/e007746.full.
14. Wolf S, Balciuniene VJ, Lagasnovska G, Menchini U, Ohno-Matsui K, Sharma T, et al. RADIANCE: A randomized controlled study of ranibizumab in patients with
choroidal neovascularization secondary to pathological myopia. American Academy of Ophthalmology [Internet]. 2014. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pubmed/24326106
15. Yoshida T, Ohno-Matsui K, Ohtake Y, Takashima T, Futagami S, Baba T, et al. Long-term visual prognosis of choroidal neovascularization in high myopia. Ophtalmology.
2002;109(4):712-9.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 755


LAPORAN KASUS

Manifestasi Klinis Sindrom Behcet


Sukmawati Tansil Tan, Listyani Gunawan, Gabriela Reginata
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Sindrom Behcet adalah proses inflamasi multisistemik yang tidak diketahui etiologinya, manifestasi klinis berupa ulkus oral rekuren, ulkus genital,
lesi kulit, lesi mata, dan berbagai sistem organ lain. Kasus wanita 21 tahun mengeluh luka-luka kecil yang nyeri di rongga mulut sejak tiga minggu,
hilang timbul hampir setiap bulan sejak lima tahun. Luka juga terdapat di kemaluan, hilang timbul sejak empat tahun dan berulang tiga hingga
empat kali setiap tahun. Kedua mata merah dan berair, sejak satu tahun. Pada pemeriksaan kedua mata tampak injeksi konjungtiva dan tidak ada
penurunan visus. Pada rongga mulut didapatkan ulserasi aftosa multipel berdiameter 0,6 cm. Pada vulva terdapat ulkus menggaung dengan
tepi meninggi berukuran 3 cm x 1,5 cm x 0,5 cm. Pasien didiagnosis sebagai sindrom Behcet berdasarkan International Classification Criteria of
Behcets Disease atau menggunakan skoring Revised International Criteria for Behcet Disease (ICBD). Pengobatan kortikosteroid dan antibiotik oral
atau topikal. Tujuan terapi adalah mempercepat penyembuhan dan mencegah remisi. Luka membaik selama tiga minggu pengobatan.

Kata kunci: Sindrom Behcet, ulkus genital, ulkus oral

ABSTRACT
Behcets syndrome is a multisystemic inflammatory process of unknown etiology, with clinical manifestations of recurrent oral ulcers, genital
ulcers, skin lesions, eye lesions, and in other organ systems. A 21-year-old woman complained of painful minor lesions in the oral cavity since
three weeks, fluctuating almost every month since five years ago. Similar lesions were found in genital area intermittently three to four times
a year since four years. Red and watery eyes were felt since last year. On examination, there were conjunctival injection in both eyes but no
decrease in visual acuity, multiple aphthous ulceration in the oral cavity with diameter of 0.6 cm, vulval ulcers with deep and rising edge
measuring 3 cm x 1.5 cm x 0.5cm. Diagnosis of Behcets syndrome was based on the International Classification Criteria of Behcets Disease
or Revised Criteria for Behcets Disease International (ICBD). Treatment consist of oral and topical corticosteroids and antibiotics to accelerate
healing and prevent remission. The patient improved during three weeks of treatment. Sukmawati Tansil Tan, Listyani Gunawan, Gabriela
Reginata . Clinical Manifestations of Behcets Syndrome: Case Report

Keywords: Behcets syndrome, genital ulcers, oral ulcers

PENDAHULUAN uveitis hipopion.5 Nama lain sindrom Behcet gejala klinis, belum ada pemeriksaan
Sindrom Behcet adalah penyakit multisistem adalah Adamantiades-Behcets disease; nama laboratorium yang spesifik. Gejala sering
berupa proses inflamasi yang tidak diketahui sindrom Behcet lebih dipilih oleh International rekuren dan dapat terpisah satu sama
etiologinya, manifestasi klinis berupa ulkus Associations and Societies of Behcet.6,7 lain dengan selang waktu berbeda, dapat
oral rekuren, ulkus genital rekuren, lesi kulit, menahun, sehingga menyulitkan diagnosis.10
lesi mata, gangguan persendian, saluran Sindrom Behcet umumnya ada di negara Terapi dini dapat mengurangi risiko komplikasi.
cerna, sistem saraf pusat, dan vaskuler.1-4 yang berbatasan dengan rute jalur sutera di Laporan kasus ini adalah sindrom Behcet pada
Sindrom Behcet mulai dikenal tahun 1908 Asia Timur seperti Jepang, Korea, China, Irak, wanita 21 tahun dengan manifestasi klinis
oleh Bluthe yang menjelaskan trias iritis, ulkus Iran, dan Turki.8 Prevalensi sindrom Behcet pada rongga mulut, genital, dan kedua mata.
mukokutan dan genital. Pada tahun 1930, tertinggi di negara-negara Timur Tengah,
seorang oftamologis Yunani, Benediktos seperti Turki, yang mencapai 370/100.000 LAPORAN KASUS
Adamantiades, pertama kali melaporkan penduduk dan di Iran 80/100.000.9 Sindrom Seorang wanita 21 tahun datang berobat
pasien dengan artritis, ulkus mulut dan genital, Behcet biasanya mulai pada usia 30-40 tahun, dengan keluhan timbul luka-luka di rongga
flebitis, dan iritis relaps dengan hipopion. rasio wanita dan pria hampir sama. Pria sering mulut yang nyeri saat makan sejak tiga minggu,
Pada tahun 1937, Hulusi Behcet, dermatologis memiliki gejala yang lebih berat.9 berawal dari luka kecil seperti sariawan dan
Turki menduga virus sebagai etiologinya dan membesar dalam seminggu, muncul dalam
melaporkan 3 pasien ulkus mulut, genital, dan Diagnosis sindrom Behcet hanya berdasarkan berbagai ukuran, berulang hampir setiap bulan

Alamat Korespondensi email: sukma_tsl@yahoo.com

756 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


LAPORAN KASUS

sejak lima tahun. Pasien mengeluh nyeri saat DISKUSI panjang.1,20 Manifestasi klinis struktur okuli
buang air kecil karena ada luka di kemaluan Sindrom Behcet merupakan penyakit kronis, posterior antara lain korioretinitis, arteritis atau
yang membesar sejak dua minggu. Luka ini relaps, vaskulitis sistemik yang tidak diketahui flebitis pembuluh darah retina, papilitis optik,
hilang timbul sejak empat tahun, berulang etiologinya,11 mekanisme imun (autoimun) dan perdarahan vitreous humour.21 Glaukoma
tiga hingga empat kali setahun. Pasien dan faktor genetik (HLA-B5 dan HLA-DR5 dan katarak juga dapat muncul.10 Pada kasus
sudah berobat ke dokter kandungan dan alloantigen) dianggap memiliki peran. jarang dapat timbul ulkus aftosa okuler.22
dikonsulkan ke bagian onkologi untuk biopsi Beberapa studi menerangkan agen infeksius, Pada pasien ini terdapat keluhan kedua
luka tersebut; didapatkan gambaran inflamasi seperti HSV-1, dan Streptococcus sanguis mata merah, namun tidak ada penurunan
tanpa tanda-tanda keganasan. Pasien sudah sebagai faktor pencetus.12-15 visus sejak satu tahun. Hal ini sesuai dengan
mendapat pengobatan berbagai antibiotik, studi sebelumnya, lesi mulut timbul sebagai
namun tidak ada perubahan. Selain itu, pasien Ulkus aftosa rekuren merupakan manifestasi manifestasi awal, diikuti lesi genital dan lesi
juga mengeluh kedua mata merah sejak klinis pertama pada 70% pasien sindrom mata.1
setahun terakhir, berair, tidak ada penurunan Behcet.1,16,17 Lesi rongga mulut muncul
penglihatan; telah diberi obat tetes dan gejala bersamaan gejala sistemik lain atau beberapa Pada kasus ini tidak dijumpai lesi kulit. Lesi kulit
mulai berkurang. Pasien tidak memiliki riwayat tahun sebelumnya (the hallmark of the tampak pada 38-99% kasus sindrom Behcet,
TBC ataupun infeksi HSV. disease).8 Predileksi ulkus yaitu membran paling sering eritema nodosum di ekstremitas
mukosa bibir, gingiva, mukosa bukal, dan bawah yang menyerupai eritema nodosum
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, lidah. Pada stadium awal, muncul area sirkuler sekunder.23-25 Lesi ini dapat menghilang
suhu 36,7oC, nadi 88 x/menit, pernapasan kemerahan yang setelah 1-2 hari timbul ulkus dalam 10-14 hari, namun sering rekuren.
18 x/menit, berat badan 55 kg. Pada kedua bulat atau oval dangkal berdiameter 2-10 mm, Pada pemeriksaan histologi lesi kulit sindrom
mata tampak injeksi konjungtiva, sekret (-), berbatas diskret eritematosa, kadang tampak Behcet tampak jumlah granuloma histiotik
berair. Visus OD 6/6 dan OS 6/6. Pada rongga pseudomembran yang menutupi permukaan lebih sedikit daripada eritema nodosum.10,23
mulut didapatkan ulserasi aftosa multipel ulkus.4,8 Lesi dapat sembuh dalam 10-14 hari
berdiameter 0,6 cm. Pada vulva terdapat tanpa sikatrik.17-19 Pada pasien ini terdapat Kelainan sistemik lain adalah artralgia, eritema,
ulkus menggaung dengan tepi meninggi ulkus aftosa multipel di mukosa mulut hilang dan swelling. Persendian yang sering terlibat
berukuran 3 cm x 1,5 cm x 0,5 cm. Hemoglobin timbul hampir setiap bulan sejak lima tahun, adalah siku, lutut, pergelangan tangan dan
11,6 g/dL, leukosit 13.600/mm3, LED 47 mm/ nyeri saat makan. kaki.1 Inflamasi cairan sinovial didominasi
jam, C-reactive protein 4,5 mg/dL. Diagnosis oleh sel polimorfik dan membentuk sedikit
kerja sindrom Behcet ditegakkan menurut Manifestasi lain adalah ulserasi mukosa genital, bekuan musin. Kadang ditemukan destruksi
International Classification Criteria of Behcets diikuti lesi pada mata. Di daerah genital dapat ataupun atrofi tulang dan kartilago.10 Ulkus
Disease, dengan adanya kriteria mayor dan 2 timbul ulkus aftosa serupa di mulut, biasanya saluran cerna seperti di ileus terminal, kolon
kriteria minor berupa ulkus oral rekuren, ulkus lebih besar dan lebih dalam, punched-out,4,16,19 dan mukosa rektal, menimbulkan gejala klinis
genital rekuren, dan lesi pada mata. terjadi pada 57-93% pasien.19 Pada sebagian muntah, nyeri perut, kembung, diare, dan
besar pasien, ulkus genital lebih jarang konstipasi.10,24 Gejala neurologi ditemui pada
Pasien mendapat terapi oral cefadroxil 2 x kambuh dibanding ulkus di mulut.10 Ulkus 25% pasien, biasanya dalam 2-5 tahun, seperti
500 mg selama 5 hari dan metilprednisolon genital sindrom Behcet tidak menular dan meningoensefalitis, gejala serebral, piramidal,
2 x 8 mg selama 10 hari, diturunkan menjadi tidak menyebar melalui hubungan seksual. dan ekstrapiramidal.10 Perubahan psikiatrik
1 x 8 mg sampai klinis membaik. Terapi Namun, dapat terjadi transmisi kolonisasi termasuk perubahan kepribadian.7 Gangguan
topikal rongga mulut obat kumur povidone bakteri penyebab infeksi menular seksual.9 vena dapat ditemui seperti tromboflebitis
iodine 1% dan aplikasi pasta triamcinolone Pada pria, lesi sering di skrotum, jarang di superfisial dan deep vein thrombosis, yang
acetonide 0,1% dua kali sehari setelah mukosa batang penis dan ujung penis. Pada wanita, jarang seperti dural sinus trombosis dan
dikeringkan. Selain itu, pasien juga diedukasi lesi ditemukan di labia mayor, labia minor, sindrom Budd-Chiari.19,27 Gangguan arteri
untuk meningkatkan higienitas rongga vulva, perineum, dan kulit perianal. Pada pada 12% pasien, di antaranya oklusi arteri
mulut dengan menyikat gigi minimal 2 kali pasien ini lesi timbul di vulva tiga episode dan aneurisma yang biasanya mengenai arteri
sehari. Pengobatan topikal luka vulva adalah setahun, sejak empat tahun terakhir, makin pulmonal, femoralis, poplitea, subklavia, dan
campuran gentamisin dan mometason yang meluas dan terasa nyeri. karotid.2,19,28 Pada pasien ini, tidak didapatkan
dioleskan 4 kali sehari dan sabun povidone gejala sistemik lain.
iodine 10% untuk membilas setelah buang Lesi pada mata merupakan morbiditas paling
air kecil. Terapi sesuai dengan studi Alpsoy, penting pada sindrom Behcet, timbul 2 -3 Belum ada pemeriksaan laboratorium
et al, yang memberikan antiseptik topikal, tahun setelah onset, ditandai penglihatan spesifik untuk diagnosis sindrom Behcet,
kortikosteroid, dan antibiotik sistemik dan kabur, nyeri pada mata, fotofobia, mata merah diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi
topikal.4 dan berair. Serangan berulang uveitis anterior klinis yang mengacu pada International
dan posterior dapat menyebabkan kebutaan. Classification Criteria of Behcets Disease tahun
Dalam minggu pertama, ulkus rongga mulut, Iridosiklitis dan hipopion sering dijumpai 1990, yaitu kriteria mayor berupa ulkus oral
dan ulkus vulva mengecil, sembuh setelah 21 pada kamera okuli anterior namun sementara, rekuren dengan 2 kriteria minor, antara lain
hari. dan jarang menimbulkan sekuele jangka ulkus genital rekuren, lesi pada mata, lesi

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 757


LAPORAN KASUS

kecil.4,11

Morbiditas dan mortalitas meningkat seiring


tingkat keterlibatan sistem organ. Penyebab
utama morbiditas sindrom Behcet adalah
uveitis yang berpotensi menyebabkan
kebutaan. Prognosis sindrom Behcet
membaik dengan terapi sedini mungkin, dan
pengobatan agresif seperti imunosupresan.13,19
Prognosis pasien ini quo ad vitam, quo ad
sanam, quo ad kosmetikam dubia ad bonam,
karena sindrom Behcet merupakan penyakit
Gambar 1. Ulserasi oral. multisistemik berulang, jika tidak ditangani
Gambar 2. Injeksi konjungtiva Gambar 3. Ulserasi genital
dengan baik dapat menimbulkan sekuele
dan memperparah penyakit. Dengan kontrol
kulit, atau hasil tes patergi (uji hiperaktivitas Hasil biopsi ulkus di labia mayor pada kasus dan pengobatan rutin, keadaan pasien makin
kulit) positif.16,19,20 Pasien ini memenuhi kriteria ini mendapatkan tanda-tanda inflamasi tanpa membaik. Ulkus rongga mulut membaik
mayor dan 2 kriteria minor berupa ulkus oral tanda-tanda keganasan. dalam seminggu dan luka genital berangsur
rekuren, ulkus genital rekuren, dan lesi pada mengecil. Setelah pengobatan tiga minggu,
mata. Cara diagnosis lain berdasarkan sistem Tujuan terapi adalah mempercepat proses ulkus genital sembuh dan pasien tidak lagi
skoring Revised International Criteria for Behcet penyembuhan dan mencegah gejala mengeluh nyeri buang air kecil.
Disease (ICBD). sisa, mempertahankan remisi agar tidak
muncul lesi baru.30 Terapi lini pertama SIMPULAN
Tabel. Revised International Criteria for Behcet Disease adalah kortikosteroid sistemik. Obat-obatan Telah dilaporkan kasus sindrom Behcet pada
(ICBD)29
imunosupresif seperti azathioprine dan seorang wanita 21 tahun dengan keluhan
Gejala Poin cyclophosphamide digunakan pada kasus luka rongga mulut sejak tiga minggu, hilang
berat dan kasus relaps.14,30,31 Terapi sesuai timbul sejak lima tahun, juga terdapat luka
Lesi okuler (rekuren) 2
Ulkus aftosa oral (rekuren) 2
dengan keterlibatan organ. Kasus ini diberi genital sejak dua minggu, berulang tiga
Ulkus aftosa genital (rekuren) 2 pengobatan sistemik metilprednisolon 2 x 8 hingga empat kali setahun sejak empat tahun.
Lesi kulit (rekuren) 1 mg selama 10 hari, dikurangi menjadi 1 x 8 Kedua mata merah dan berair sejak setahun
Kelainan sistem saraf pusat 1 mg, dan cefadroxil 2 x 500 mg. Penggunaan terakhir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
Manifestasi vaskuler 1 kortikosteroid bertujuan untuk mengurangi International Classification Criteria of Behcets
Tes patergi positif 1 inflamasi dan mengurangi derajat keparahan Disease, kriteria mayor dan 2 kriteria minor
Skor 4 menunjukkan sindrom Behcet. 29 lesi. Cefadroxil adalah antibiotik bakterisid berupa ulkus oral rekuren, ulkus genital
golongan sefalosporin generasi pertama rekuren, dan lesi pada mata. Skoring Revised
Skor ICBD pasien ini 6, sehingga diagnosis spektrum luas untuk agen infeksius, seperti International Criteria for Behcet Disease
sindrom Behcet dapat ditegakkan. Streptococcus sp. Obat kumur povidone iodine menghasilkan skor 6. Terapi metilprednisolon
1% dapat meningkatkan higienitas rongga 2 x 8 mg selama 10 hari dikurangi menjadi 1 x 8
Pemeriksaan histopatologi pada lesi mulut. Triamcinolone asetonide 0,1% adalah mg, cefadroxil 2 x 500 mg, obat kumur povidone
mukokutaneus sindrom Behcet menunjukkan kortikosteroid potensi sedang yang efektif iodine 1%, dan triamcinolone acetonide 0,1%.
reaksi vaskuler neutrofilik dengan mempercepat penyembuhan lesi dengan Lesi genitalia diberi terapi topikal gentamisin
pembengkakan endotelial, ekstravasasi efek samping minimal. Untuk ulkus genitalia, dan mometason 4 kali sehari dan sabun
eritrosit dan leukositoklasia, atau vaskulitis terapi topikal gentamisin dan mometason betadine. Prognosis pasien ini quo ad vitam,
leukositoklasia dengan nekrosis fibrinoid 4 kali sehari berpotensi mempercepat quo ad sanam, quo ad kosmetikam dubia ad
dinding vaskuler. Reaksi vaskuler neutrofilik penyembuhan lesi,4 juga sabun povidone bonam.
dianggap temuan histopatologi utama.4,29 iodine 10% untuk membilas setelah buang air

DAFTAR PUSTAKA :
1. K okturk A. Review article: Clinical and pathological manifestations with differential diagnosis in Behcet's disease. Pathology Research International. 2012; 2012:1-9.
2. O
rhan I, Yilmaz F, Eken M. Laryngeal ulceration in Behets disease. International Journal of Phonosurgery and Laryngology. 2012; 2(1): 49-51.
3. C
hewoolkar VC, Singh RK, Bamborde SH. Extensive thrombophlebitis in a patient with Behets disease. Internet Journal of Medical Update. 2011; 6(2): 57-60.
4. A
lpsoy E, Zouboulis CC, Ehrlich GE. Mucocutaneus lesions of Behets disease. Yonsei Medical Journal. 2007; 48(4): 573-85.
5. A
marawardena WKMG, Wijesundere A, Muhandiram WMT, Appuhamy HSD. An unusual presentation of Behets disease. Ceylon Medical Journal. 2014; 59: 144-5.
6. U
va L, Miguel D, Pinheiro C, Filipe P, Freitas JP. Mucocutaneus manifestasions of Behets disease. Acta Reumatol Port. 2013; 38: 77-90.
7. S aadoun D, Wechsler B. Review Behets disease. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2012; 7:20-5.

758 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


LAPORAN KASUS

8. Sari LM, Setyawati T. Manifestasi Behet disease yang parah dan komplikasi perawatannya dalam rongga mulut. Indonesian Journal of Dentistry. 2008; 15(2): 111-20.
9. S enusi A, Seoudi N, Bergmeier LA, Fortune F. Genital ulcer severity score and genital health quality of life in Behets disease. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2015;
10: 117-27.
10. Wong RC, Ellis CN, Diaz LA. Review: Behets disease. Int J of Dermatol. 1984; 23: 25-32.
11. Alpsoy E. Behets disease: Treatment of mucocutaneus lesions. Clin Exp Rheumatol. 2005; 23:532-9.
12. Mehta S, Zutshi V, Batra S, Tanwar R. A case of Behets disease in pregnancy. Journal Indian Academy of Clinical Medicine. 2006; 7(3): 236-8.
13. Singh N, Colon Y. Patient education and self-advocacy: Questions and responses on pain management Behets disease. Journal of Pain and Palliative Care
Parmacotherapy. 2011; 25: 283-5.
14. Singal A, Chhabra N, Pandhi D, Rohatgi J. Behets disease in India: A dermatological perspective. Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology. 2013;
79(2): 199-204.
15. Kaneko F, Togashi A, Saito S, Sakuma H, Oyama N, Nakamura K, et al. Review article: Behcet disease (Adamantiades-Behcet's Disease). Clinical and Developmental
Immunology. 2011; 2011: 1-7.
16. Shwetha BA, Vittal NI, Tasneem AF, Tushar P, Lari AAJ. Case report: Behets disease. International Journal of Recent Trends in Science and Technology. 2014; 10(2):
33-4.
17. Field EA, Allan RB. Review article: Oral ulceration aetiopathogenesis, clinical diagnosis and management in the gastrointestinal clinic. Aliment Pharmacol Ther.
2003; 18: 949-62.
18. Boras VV, Savage NW. Recurrent aphthous ulcerative disease: Presentation and management. Australian Dental Journal. 2007; 52(1): 10-5.
19. Keogan MT. Clinical immunology review series: An approach to the patient with recurrent orogenital ulceration, including Behets syndrome. Clin Exp Immunol.
2009; 156(1): 1-11.
20. Sakane T, Takeno M, Suzuki N, Inaba G. Current concept Behets disease. The New England Journal of Medicine. 1999; 341(17): 1284-91.
21. Ozturk BT, Oltulu R, Kerimoglu H, Okudan S. Behets disease presenting with cerebral vasculitis: A case report. Cases Journal. 2009; 2: 7528-30.
22. Chams H, Amoli FA, Shahram F, Davatchi F. Conjunctival aphthous ulceration in Behets disease: Report of a new case. Iranian Journal of Ophtalmology. 2013; 25(1):
71-5.
23. Orteu C. Behets disease and the skin. Behets Syndrome Society. 2013.
24. Nakamura T, Yagi H, Kurachi K, Suzuki S, Konno H. Intestinal Behets disease with pyoderma gangrenosum: A case report. World J Gastroenterol. 2006; 12(6): 979-81.
25. Yoon MS, Lee SH, Bang DS, Lee S. Cutaneus manifestation of Behets syndrome. Yonsei Medical Journal. 1987; 28(4): 291-6.
26. Akyz SG, Caltik A, Blbl M, Aydo , Demircin G, Aksoy A, et al. A patient with Behets disease presenting with acute urinary retention. The Turkish Journal of
Pediatric. 2014; 56: 196-8.
27. Carvalho DT, Oikawa FT, Matsuda NM, Evora PRB, Yamada AT. Case report: Budd-Chiari syndrome in 25-years-old women with Behets disease: A case report and
review of the literature. Journal of Medical Case Reports. 2011; 5: 52-5.
28. Tantia R, Singh A, Khurana N, Arora D, Paraag, Kushwaha K, et al. Behets syndrome diagnosed with left popliteal artery aneurysm: A rare case. International Journal
of Medical and Applied Sciences. 2013; 2(4): 181-5.
29. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.
30. Davatchi F, Moghimi N, Mousavi M, Fatemi A. Treatment of Behets disease. Chron Dis J. 2013; 1(1): 42-54.
31. Rotondo C, Lopalco G, Iannone F, Vitale A, Talarico R, Galeazzi M, et al. Mucocutaneus involvement in Behets disease: How systemic treatment has changed in the
last decades and future perspectives. Mediators Inflamm. 2015; 2015: 1-10.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 759


LAPORAN KASUS

Tinea Imbrikata
Reyshiani Johan
Dokter Umum di RSAL dr. Azhar Zahir, Manokwari, Papua Barat, Indonesia

ABSTRAK
Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronis yang disebabkan oleh Trychophyton concentricum dengan gambaran morfologis khas, berupa
papulo-skuamosa yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris, sehingga tampak seperti atap genting. Dilaporkan satu kasus tinea
imbrikata pada wanita usia 47 tahun. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan lesi kulit dengan distribusi generalisata hampir di seluruh bagian tubuh,
kecuali wajah, telapak tangan dan kaki, berupa skuama halus yang tersusun konsentris. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan KOH
10% didapatkan hifa panjang, spora, dan epitel.

Kata kunci: Hifa, skuama konsentris, spora, tinea imbrikata, Trichophyton concentricum

ABSTRACT
Tinea imbricata is chronic dermatophytosis caused by Trychophyton concentricum with typical morphological description, a squamous papullae
arranged in concentric circles like roof tiles. A case of tinea imbricata in women aged 47 years was reported. Skin lesions with a generalized
distribution was observed in almost all parts of the body, except the face, palms of the hands and feet, in the form of concentrically arranged
smooth scaling. Microscopic examination with 10% KOH staining obtained long hyphae, spores, and epithelium. Reyshiani Johan. Tinea
Imbricata.

Keywords: Concentric scaling, hyphae, spores, tinea imbricata, Trichophyton concentricum.

PENDAHULUAN ditemukan 97 kasus dari 2 desa pada tahun Setelah masa inkubasi sekitar 1-3 minggu,
Tinea imbrikata adalah dermatofitosis 1970-an.9 Penelitian Budimulja pada tahun respons jaringan terhadap infeksi makin jelas
kronis yang disebabkan oleh Trychophyton 1990-an di 23 desa di Kalimantan Tengah, dan menginvasi bagian perifer kulit. Respons
concentricum1 dengan gambaran morfologis mendapatkan usia termuda penderita tinea aktif terhadap infeksi akan meningkatkan
yang khas, berupa papulo-skuamosa imbrikata adalah 6 bulan dan usia tertua proses proliferasi sel epidermis dan
yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran adalah 70 tahun, dengan insidens puncak usia menghasilkan skuama. Banyak individu dalam
konsentris, sehingga tampak seperti atap 23-44 tahun. Tidak ada perbedaan insidens populasi terinfeksi menunjukkan agen T-sel
genting.1-3 Dermatofitosis didefinisikan pada pria ataupun wanita. Mereka berasal dari spesifik jamur yang hiporeaktif.2,12 Kerentanan
sebagai penyakit jaringan mengandung zat sosial ekonomi rendah, pendidikan rendah, terhadap penyakit ini diduga diturunkan
tanduk, misalnya stratum korneum epidermis, dan higienitas yang buruk.10 secara genetik dengan pola penularan
rambut dan kuku, yang disebabkan golongan autosomal resesif.13,14
jamur dermatofita.2,3 Penyakit ini biasa disebut Dermatofit tidak memiliki virulensi khusus.
kaskado di daerah Papua, kihis di Kalimantan Dermatofit hanya menginvasi bagian KASUS
Tengah, chimbere di Bolivia, dan le pita di luar stratum korneum kulit. Infeksi alami Seorang perempuan usia 47 tahun, suku
Pulau Tokelau.4,5 disebabkan oleh deposisi langsung spora Papua, pekerjaan petani, datang ke poli umum
atau hifa pada permukaan kulit yang mudah RSAL dr. Azhar Zahir dengan keluhan timbul
Penyakit ini banyak ditemukan di pulau-pulau dimasuki dan tinggal di stratum korneum.2,11 sisik-sisik putih yang terasa gatal di hampir
Pasifik dan Oceania, Asia Timur dan Tengah, Pemakaian bahan tidak berpori akan seluruh tubuh. Pasien tampak sakit ringan dan
Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan.1,6 meningkatkan temperatur dan keringat, status gizi baik.
Di Indonesia penyakit ini tersebar endemis sehingga mengganggu fungsi barrier stratum
di daerah rural dan biasanya menyerang korneum. Infeksi dimulai dengan terjadinya Pada anamnesis didapatkan sejak 6 bulan
populasi suku terasing seperti pada suku kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam timbul beruntus-beruntus kemerahan
Dayak di Kalimantan, suku Sakai di Sumatera jaringan keratin mati. Hifa ini memproduksi sebesar telapak tangan pasien di bagian perut
Tengah, dan suku Papua di Irian.1,3,7,8 Di daerah enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam yang terasa gatal, sehingga sering digaruk.
Mauk, kurang lebih 20 km barat Tangerang jaringan epidermis dan merusak keratinosit. Lima bulan yang lalu, beruntus-beruntus

Alamat Korespondensi email: reyshani_johan@yahoo.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 761


LAPORAN KASUS

kemerahan tersebut meluas ke dada atas, menjaga kebersihan tubuh (mandi 2 kali/
punggung dan tengkuk, disertai timbulnya hari, ganti pakaian setelah mandi atau setelah
sisik-sisik putih yang terasa gatal di bagian berkeringat), dan mengganti sprei 1 kali/
tengah beruntus-beruntus bagian perut. minggu, jangan digaruk bila gatal. Pasien
Empat bulan sebelum berobat, beruntus- mendapat terapi topikal ketokonazol 2%
beruntus kemerahan meluas hampir ke seluruh cream, dioleskan pada lesi 2 kali/hari (selama
tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, dan 14 hari) sebagai antifungal, terapi sistemik
telapak kaki, disertai timbulnya sisik-sisik putih ketokonazol tab 200 mg/hari (selama 14 hari)
yang terasa gatal di bagian tengah beruntus- sebagai antifungal, dan CTM tab 1x4 mg/hari
beruntus dada bagian atas, punggung, dan (selama 14 hari) sebagai antigatal.
tengkuk. Tiga bulan yang lalu, sisik-sisik putih
Gambar 1. Skuama halus tersusun konsentris dan
yang terasa gatal meluas hampir di seluruh plak hiperpigmentasi di regio tengkuk. Pada hari ke-14 pengobatan, belum
tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, dan didapatkan perbaikan klinis signifikan. Pasien
telapak kaki. Gatal dirasakan terutama saat sudah tidak merasa gatal. Pada kulit hampir
pasien berkeringat. Keluhan seperti ini baru seluruh bagian tubuh, kecuali wajah, telapak
pertama kali dialami pasien. Suami dan anak- tangan dan kaki, tampak lesi masih berupa
anak pasien mengalami keluhan serupa. skuama halus tersusun konsentris dan plak
Pasien memakai baju berlapis-lapis, tetapi hiperpigmentasi. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
tidak ketat. Pasien sering aktivitas di luar dalam batas normal. Pemeriksaan mikroskopis
rumah dan berkeringat, sehari-hari bekerja dengan pewarnaan KOH 10% yang diambil
di ladang, mandi sekali/hari di pagi hari dan dari lesi kulit berskuama di abdomen dan
berganti pakaian 2 hari sekali. Pasien tidak lengan masih didapatkan hifa panjang, spora,
bertukar pakaian dengan orang lain, tidak dan epitel. Terapi topikal ketokonazol 2%
bertukar handuk dengan orang lain, tidur cream dan terapi sistemik ketokonazol tablet
bersama 6 orang dalam kamar sempit, sprei 200 mg/hari diteruskan selama 14 hari lagi.
jarang diganti, memiliki hewan peliharaan CTM tablet dihentikan.
Gambar 2. Skuama halus tersusun konsentris dan
babi di rumahnya. Riwayat minum obat dan plak hiperpigmentasi di regio perut.
mengoleskan obat tertentu sebelum kelainan Pada hari ke-28 pengobatan, didapatkan
kulit timbul disangkal. Riwayat minum obat- perbaikan klinis. Pada kulit hampir seluruh
obat tertentu jangka panjang, riwayat DM, bagian tubuh, kecuali wajah, telapak tangan
dan sakit kuning disangkal. Riwayat alergi obat dan kaki, tampak lesi skuama halus konsentris
tidak ada. Adanya kerusakan pada kuku seperti berkurang dan plak hiperpigmentasi.
adanya serpihan-serpihan di bawah kuku atau Pemeriksaan SGOT dan SGPT dalam batas
penebalan kuku disangkal. normal. Pemeriksaan mikroskopis dengan
pewarnaan KOH 10% yang diambil dari kulit
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan abdomen dan lengan mendapatkan hifa
darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan panjang, spora, dan epitel. Penatalaksanaan
dalam batas normal. Pada kepala, tidak terdapat topikal ketokonazol 2% cream dan terapi
Gambar 3. Skuama halus tersusun konsentris dan
ketombe, sklera mata tidak ikterik, konjungtiva plak hiperpigmentasi di regio kedua lengan. sistemik ketokonazol tablet 1 x 200 mg/hari
mata tidak anemis. Pada abdomen, hepar dan diteruskan kembali selama 14 hari.
lien tidak teraba membesar. Pada ekstremitas, Pada pemeriksaan laboratorium, SGOT dan
kuku tidak ada hiperkeratosis subungual, SGPT dalam batas normal. Pemeriksaan
tidak ada onikolisis. KGB leher, aksila sinistra- mikroskopis dengan pewarnaan KOH 10%
dekstra, inguinal sinistra-dekstra tidak teraba yang diambil dari lesi kulit berskuama di
membesar. Lain-lainnya dalam batas normal. abdomen dan lengan didapatkan hifa
panjang, spora, dan epitel. Seharusnya
Pada pemeriksaan status dermatologikus, dilakukan pemeriksaan penunjang kultur
didapatkan lesi dengan distribusi generalisata jamur dari skuama kulitnya untuk mengetahui
hampir di seluruh bagian tubuh, kecuali wajah, spesies jamur penyebab, namun fasilitas tidak
telapak tangan, dan telapak kaki. Tampak lesi Gambar 4. Skuama halus dan plak hiperpigmentasi
tersedia.
di regio punggung, dada bagian atas, perut, dan
multipel, konfluens, bentuk bulat, ukuran
lengan pada hari ke-28 pengobatan.
milier sampai plakat, batas tegas, menimbul Penatalaksanaan terapi umum menghilangkan
dari permukaan kulit normal, kering, berupa faktor pencetus berupa edukasi pasien Pada hari ke-42 pengobatan, didapatkan
skuama halus yang tersusun konsentris dan tentang penyakit dan pengobatannya, hindari perbaikan klinis. Pada kulit hampir seluruh
plak hiperpigmentasi. penggunaan pakaian berlapis, pakai pakaian bagian tubuh, kecuali wajah, telapak tangan
dengan bahan yang menyerap keringat, dan kaki, tampak plak hiperpigmentasi. Kadar

762 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


LAPORAN KASUS

SGOT dan SGPT meningkat, namun masih ini sering memakai baju berlapis-lapis, juga dan telapak kaki, disertai timbulnya sisik-sisik
dalam batas normal. Pemeriksaan mikroskopis sering berkeringat karena sehari-hari bekerja putih yang gatal di bagian tengah beruntus-
dengan pewarnaan KOH 10% yang diambil di ladang. Selain itu, higienitasnya buruk beruntus di dada bagian atas, punggung,
dari kulit di abdomen dan lengan tidak karena mandi hanya 1 kali di pagi hari dan dan tengkuk. Setelah itu, sisik-sisik putih yang
mendapatkan hifa panjang, tidak didapatkan berganti pakaian setiap 2 hari sekali. terasa gatal meluas hampir di seluruh tubuh
spora dan terdapat epitel. Ketokonazol 2% pasien, kecuali wajah, telapak tangan, dan
cream diteruskan selama 7 hari, terapi sistemik Penularan tinea imbrikata dapat melalui telapak kaki. Pasien merasa gatal terutama
ketokonazol tidak diberikan lagi. kontak langsung dengan individu atau hewan saat berkeringat. Pada pemeriksaan fisik
terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, didapatkan skuama halus yang tersusun
Pada hari ke-49 pengobatan, keadaan klinis alat-alat, dan lain-lain.2,12 Pada penelitian konsentris dan plak hiperpigmentasi hampir
tetap. Pada kulit hampir seluruh bagian tubuh, Budimulja, dkk., ditemukan Trichophyton di seluruh tubuh, kecuali wajah, telapak
kecuali wajah, telapak tangan dan kaki, tampak concentricum pada sampel dari tikar tempat tangan, dan telapak kaki.
lesi plak hiperpigmentasi. Pemeriksaan tidur penderita.1,7 Suami dan anak-anak pasien
mikroskopis dengan pewarnaan KOH 10% mengalami keluhan serupa dan pasien ini Pada pemeriksaan mikroskopis tampak hifa
yang diambil dari kulit di abdomen dan tidur bersama-sama dalam kamar yang sempit tidak rata dan berkelok-kelok dengan spora.
lengan tidak mendapatkan hifa panjang, tidak sebanyak 6 orang. Sprei juga jarang diganti. Di miselium yang bercabang menyerupai tanduk
didapatkan spora dan terdapat epitel. Terapi rumahnya pasien memiliki hewan peliharaan rusa, mirip miselium Trichophyton schoenleinii,
topikal ketokonazol 2% cream diteruskan babi. namun tanpa ujung kepala paku.1,2,4
kembali selama 7 hari. Trychophyton concentricum tumbuh lambat
Manifestasi klinis penyakit tinea imbrikata pada media agar Sabouraud dekstrosa. Spesies
Pada hari ke-56 keadaan klinis tetap. Pada kulit bermula dengan makula atau papula ini baru tumbuh 4-6 minggu, bahkan kadang
hampir seluruh bagian tubuh, kecuali wajah, kecoklatan yang membesar perlahan-lahan.1 sampai 8 minggu. Koloni bermula glabrosa
telapak tangan dan kaki, tampak lesi plak Sekitar pinggir lesi terbentuk zona kecoklatan, dan putih, kemudian menjadi krem, kuning
hiperpigmentasi. Pemeriksaan mikroskopis melebar dari tengah lesi ke arah luar. Lapisan coklat, atau menjadi merah. Pertumbuhan
dengan pewarnaan KOH 10% yang diambil stratum korneum bagian tengah terlepas dari miselium dapat berupa bulu-bulu halus
dari kulit di abdomen dan lengan tidak dasarnya dengan bagian bebas menghadap sampai seperti beludru. Koloni yang tumbuh
didapatkan hifa panjang, tidak didapatkan sentrum lesi. Proses ini berlangsung terus- lambat ini mempunyai diameter 5-20 mm
spora dan terdapat epitel. Penatalaksanaan menerus, sehingga terbentuk lingkaran- setelah 2 minggu.1,2,6 Pemeriksaan mikroskopis
pasien selesai. lingkaran konsentris yang tersusun seperti pasien ini dengan pewarnaan KOH 10% yang
susunan genting dari lesi inisial ada di diambil dari lesi kulit berskuama di abdomen
tengah lesi.1,2,11 Lingkaran-lingkaran skuama dan lengan mendapatkan hifa panjang, spora,
konsentris bila membesar dapat bertemu dan epitel. Tidak dilakukan kultur jamur karena
dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya fasilitas tidak tersedia.
membentuk pinggiran polisiklik.3,11 Skuama
dapat padat disertai rasa gatal yang sangat
pada permulaan infeksi. Eritema sangat minim
sampai tidak ada sama sekali.1,2 Bila menjadi
kronis, peradangan sangat ringan dan
penderita tidak merasa terganggu.3 Wajah
Gambar 5. Plak hiperpigmentasi di regio punggung, dan kulit kepala dapat terserang penyakit ini,
dada bagian atas, perut, dan lengan pada hari ke-56 namun rambut bebas dari serangan. Bila lesi
pengobatan.
kulit menyerang daerah fosa kubiti, dapat
terbentuk garis transversal sejajar, menyerupai
DISKUSI
lesi neurodermatitis diseminata. Infeksi kuku
Di Indonesia, penyakit tinea imbrikata ini
sering terlihat.1,2,3
tersebar endemis di Sulawesi, Papua Barat, Gambar 6. Gambaran mikroskopis dengan
Kalimantan, Sumatera, dan pulau-pulau pewarnaan KOH 10% didapatkan hifa panjang,
Perjalanan penyakit pasien ini berupa spora, dan epitel.
bagian tengah di Indonesia Timur.1 Pasien
timbulnya beruntus-beruntus kemerahan di
dari suku Papua berasal dari kota Manokwari,
bagian perutnya yang terasa gatal. Kemudian Penyakit ini biasanya berlangsung menahun
Provinsi Papua Barat.
beruntus-beruntus kemerahan tersebut dan sulit diobati. Terapi topikal biasanya
makin meluas ke dada bagian atas, punggung tidak efektif, kecuali pada lesi soliter baru.1
Kondisi kulit yang sesuai seperti panas,
dan tengkuk, disertai timbulnya sisik-sisik Ketokonazol adalah suatu derivat imidazole-
kelembapan tinggi, trauma, keringat
putih yang gatal di bagian tengah beruntus- dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas
berlebihan, maserasi, dan higiene
beruntus di perut. Akhirnya beruntus- antimikotik poten terhadap dermatofit,
buruk merupakan faktor penting dalam
beruntus kemerahan meluas hampir ke misalnya Trichophyton sp, Epidermophyton
perkembangan klinis dermatofitosis.1,2 Pasien
seluruh tubuh, kecuali wajah, telapak tangan, sp, Pityrosporum sp, dan juga Candida sp.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 763


LAPORAN KASUS

Ketokonazol bekerja menghambat enzim 43,5%. Bila pengobatan diteruskan selama minggu ke-5. Kekambuhan pada minggu
sitokrom p450 jamur dengan mengganggu 6 minggu, angka ini menjadi 69,9%. Angka ke-13 adalah 16,22%.1,17 Pasien ini mendapat
sintesis esgosterol yang merupakan komponen kekambuhan setelah 2 bulan adalah 31,2% terapi topikal ketokonazol 2% cream selama
penting membran sel jamur.15 Efek samping dan setelah 5 bulan adalah 33,3% dari kasus 56 hari dan mendapat terapi sistemik
ketokonazol topikal adalah sedikit iritasi dan yang dapat diperiksa kembali.1 Itrakonazol ketokonazol 1 x 200 mg/hari selama 42 hari.
rasa panas, alergi kulit lokal seperti dermatitis 100 mg/hari2,15 selama 4 minggu memberikan Pemilihan ketokonazol oral untuk pasien ini
kontak.16 Kontraindikasi ketokonazol oral angka kesembuhan 89% pada pemeriksaan karena hanya tersedia obat ketokonazol. Pada
adalah penderita yang hipersensitif terhadap ulang minggu ke-5. Pada pemeriksaan pasien ini tidak terdapat riwayat sakit kuning,
ketokonazol, wanita hamil, dan anak usia di ulang minggu ke-13 setelah penghentian pada pemeriksaan fisik sklera tidak ikterik dan
bawah 2 tahun.15 Ketokonazol 200 mg/hari2,15 pengobatan terlihat kekambuhan sebanyak hepar tidak teraba membesar. Pemeriksaan
pada 23 orang pada tahun 1988 di Sulawesi 75%. Itrakonazol mungkin perlu ditingkatkan SGOT dan SGPT dalam batas normal.
hanya menghasilkan perbaikan klinis pada dosisnya menjadi 200 mg/hari atau dengan
3 orang saja.1,7 Griseofulvin 500 mg bentuk dosis denyut (pulsed dose) untuk mencapai SIMPULAN
micronized2,15 dapat efektif, namun angka angka kekambuhan rendah.1,17 Terbinafine Telah dilaporkan satu kasus tinea imbrikata
kekambuhan sangat tinggi.1,4,10 Penyembuhan merupakan obat pilihan sampai saat ini. pada wanita usia 47 tahun di Manokwari, Papua
total pernah dilaporkan dengan dosis Terbinafine merupakan antifungal yang Barat. Perbaikan klinis didapat setelah terapi
total 24 gram yang diberikan selama 18 mempunyai spektrum sempit, yaitu khusus topikal dan sistemik selama 42 hari. Pasien
hari.1,6 Menurut pengalaman Budimulja, untuk dermatofita. Pemberian terbinafine mengalami perbaikan secara mikroskopik
pengobatan selama 4 minggu memberikan 250 mg/hari selama 4 minggu memberikan dan dinyatakan selesai pengobatan setelah
angka kesembuhan klinis dan mikroskopis kesembuhan klinis dan mikologis 100% pada mendapat terapi topikal selama 56 hari.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Budimulja U. Tinea Imbrikata. In: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis pedoman untuk dokter
dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Kelompok Studi Dermatomikosis Indonesia; 2001. p. 34-7.
2. Schieke SM, Garg A. Superficial fungal infection. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general
medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc; 2012. p. 2277-97.
3. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. p.
89-105.
4. Bonifaz A, Archer-Dubbon C, Saul A. Tinea imbricate or Tokelau. Int J Dermatol. 2004; 43: 506-10.
5. Sater EK. Tinea imbricate. Cutis 2009; 83: 188-91.
6. Rippon JW. Medical mycology, the pathogenic fungi and the pathogenic actynomycetes. 3rd ed. Philadelphia: W.B. Saunders; 1988. p. 205-7.
7. Budimulja U, Kuswadji, Judanarso J, Basuki S, Widyanto, Kusanto D, et al. Terbinafine in the treatment of tinea imbrikata: An open pilot study. J Derm Tr.
1992;3(suppl.1):29-33.
8. Budimulja U. Dermatophytosis in Indonesia. In: Baxter M, editor. Proceedings of the VIIth Congress of the International Society for Human and Animal Mycology
(ISHAM). New Zealand, Massey Javivers; 1982. p. 65-8.
9. Widyanto, Case study of tinea imbricate in Mauk, Tangerang [Thesis]. Jakarta (Indonesia): University of Indonesia; 1981.
10. Bramono K. Chronic recurrent dermatophytosis in the tropics: Studies on tinea imbricate in Indonesia. Korean J Med Mycol. 2012; 17: 1-7
11. Sobera JO, Elewski BE. Fungal disease. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP, editors. Dermatology. Spain: Elsevier Science; 2003. p. 1174-83.
12. Hay RJ, Reid S, Talwat E, Macnamara K. Immune responses of patients with tinea imbricate. Br J Dermatol. 1983; 108: 581-6.
13. Rushing ME. Tinea corporis [Internet]. 2014 June 29. Available from: http://www.emedicine.com/asp/tineacorporis/article/page type=Article.htm
14. Serjeantson S, Lawrance G. Autosomal recessive inheritance of susceptibility to tinea imbricate. Lancet 1977; 309:13-5.
15. Jacob R, Konnikov N. Oral antifungal agents. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine.
8th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc; 2012. p. 2797-806.
16. High WA, Fitzpatrick JE. Topikal antiungal agents. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general
medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc; 2012. p. 2677-84.
17. Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Basuki S, Judanarso, Untung LS, et al. A double blind, randomized stratified controlled study in the treatment of tinea imbrikata
with oral terbinafine and itraconazole. Br J Dermatol. 1994; 130(suppl.43): 29-30.

764 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


BERITA TERKINI

Niacinamide Topikal Bermanfaat untuk Terapi


Penuaan Kulit
kofaktor sintesis asam lemak dan lemak, silang dalam kulit, molekul tersebut
seperti ceramide, yang penting untuk fungsi bersifat kaku dan keras, sehingga dapat
barier epidermis. Gangguan barier kulit menyebabkan perubahan sifat viskoelastik
sering terjadi pada kulit yang menua dan kulit. Studi in vitro menunjukkan bahwa
dapat berkontribusi terhadap peningkatan niacinamide meningkatkan produksi kolagen
sensitivitas dan iritasi. kulit sementara pada waktu yang sama
menurunkan produksi glycosaminoglycan
Niacinamide merupakan prekursor untuk dermal yang berlebihan.
kofaktor NAD(H) dan NADP(H) yang
penting dalam berbagai jalur seluler yang Menurut Journal of Cosmetic Dermatology,
mempengaruhi fisiologi kulit, serta NADH dan niacinamide menyebabkan peningkatan
NADPH menurun dengan penuaan. Dalam sintesis protein, mempunyai efek stimulasi
bentuk tereduksi, NADH dan NADPH bekerja sintesis ceramide dan pada kulit yang
sebagai antioksidan yang dapat mengurangi menua, memperbaiki struktur permukaan
stres oksidatif yang dikaitkan dengan kulit, menghaluskan kerutan kulit, dan

N
iacinamide (nicotinamide) atau vitamin penuaan intrinsik dan photoaging. Selain menghambat fotokarsinogenesis. Suatu
B3, merupakan suatu amide larut air itu, niacinamide menstimulasi diferensiasi studi tahun 2003 selama 12 minggu pada 50
dari nicotinic acid yang dirujuk sebagai keratinosit, yang dipercaya sebagai akibat wanita berusia 40-60 tahun, menunjukkan
vitamin PP karena kemampuannya mencegah peningkatan NADPH intraseluler. bahwa penambahan niacinamide 5%
pellagra. Niacinamide diketahui juga dapat dalam pelembap menyebabkan perbaikan
memberikan manfaat antiaging. Niacinamide juga meningkatkan produksi bermakna garis-garis halus, kerutan, bercak
protein seperti keratin, involucrin, dan fillagrin hiperpigmentasi, tekstur dan noda kemerahan
Efek Niacinamide pada Penuaan Kulit yang merupakan faktor penting dalam kulit. Emulsi niacinamide 5% topikal selama
Selama proses penuaan normal, epidermis dan pembentukan dan pemeliharaan lapisan 12 minggu juga telah menghasilkan 21%
dermis menjadi lebih tipis dengan kehilangan terluar kulit. Niacinamide juga mempunyai perbaikan garis-garis kerutan halus serta 14%
jumlah sel dan jaringan ikat. Perubahan aktivitas anti-inflamasi yang luas, menghambat peningkatan kecerahan warna kulit (15%
seluler struktur kulit ini menyebabkan keriput nuclear factor kappa B (Nf-kB), menurunkan peningkatan).
kulit wajah dan menjadi kofaktor penyebab produksi berbagai sitokin inflamasi, seperti
selulit. Selain itu, paparan radiasi UV juga IL-1 dan IL-12, yang mencegah degranulasi Niacinamide telah populer sebagai komponen
merupakan sumber utama stres oksidatif yang sel mast dan menghambat migrasi leukosit ke kosmetik, merupakan bentuk vitamin B3
menyebabkan hilangnya sel kulit, bercak- dalam kulit. topikal yang telah diteliti dengan baik dan
bercak penuaan, keratosis aktinik, dan kanker secara umum paling efektif dibanding
kulit. Niacinamide juga dapat digunakan untuk bentuk vitamin B lainnya. Niacinamide bisa
memperbaiki berbagai stigmata klinis yang berpenetrasi ke dalam stratum korneum
Niacinamide meningkatkan aliran darah, ditemukan pada photoaging. Niacinamide dan mempunyai profil tolerabilitas yang
sehingga meningkatkan oksigenasi dermis diketahui mempunyai efek pencerah kulit baik, karena tidak menyebabkan iritasi kulit
yang diperlukan untuk mendukung fungsi dengan bekerja sebagai penghambat atau flushing yang sering ditemukan pada
seluler metabolik. Niacinamide juga dipercaya tyrosinase dan mencegah transfer melanosom penggunaan nicotinic acid. Niacinamide
dapat mempercepat turnover sel. Salah ke keratinosit. dapat digunakan pada konsentrasi hingga 5%
satu manfaat unik niacinamide sebagai dengan kejadian iritasi sangat rendah. Pada sisi
komponen antiaging adalah meningkatkan Selain itu, niacinamide menghambat glikasi lain, nicotinic acid menyebabkan vasodilatasi
fungsi barier kulit. NADPH (nicotinamide protein yang efektif menurunkan deposisi dan kemerahan, yang membuatnya kurang
adenine dinucleotide phosphate) merupakan molekul kolagen dan elastin berikatan disukai sebagai komponen topikal.(EKM)

REFERENSI :
1. Marta. Niacinamide: Is it the B all of anti-aging? [Internet]. 2013 [cited 2016 Apr 11]. Available from: https://www.truthinaging.com/review/niacinamide-is-it-the-b-
all-of-anti-aging
2. Farris P. The anti-aging effects of niacinamide [Internet]. 2015 [cited 2016 Apr 11]. Available from: http://dermatologytimes.modernmedicine.com/dermatology-
times/news/anti-aging-effects-niacin-amide
3. Niacin: More than anti-aging? [Internet]. 2013 [cited 2016 Apr 11]. Available from: http://www.dermascope.com/aging/niacin-more-than-anti-aging#.VwsRdPl3jNd

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 765


BERITA TERKINI

Ekstrak Hop Menurunkan Lemak Tubuh


dan iso-acid. Penelitian terbaru menunjukkan adalah terhadap lemak abdominal yang dinilai
bahwa oksidasi -acid menghasilkan rasa menggunakan CT scan setelah 12 minggu
lebih enak dibandingkan dengan iso--acid. konsumsi MHE. Hasilnya dibandingkan
Berdasarkan temuan ini, maka MHBA mungkin dengan kelompok kontrol. Secara bermakna
lebih dapat diaplikasikan ke dalam makanan terjadi penurunan lemak viseral setelah 8
dibandingkan iso--acid. dan 12 minggu, dan penurunan lemak total
setelah 12 minggu. Tidak ada efek samping
akibat minuman tersebut yang diketahui dari
pemeriksaan darah dan urin serta klinis.

O
besitas meningkatkan risiko
penyakit metabolik, seperti
resistensi insulin, hiperlipidemia,
dan hipertensi, semua ini merupakan faktor
risiko penyakit kardiovaskuler. Sejak angka
kejadian obesitas meningkat di seluruh
dunia, dilakukan penelitian terus-menerus
untuk mengembangkan obat dan makanan
fungsional untuk mencegah obesitas.
Beberapa produk natural juga dilaporkan
dapat menurunkan lemak tubuh pada
manusia, meskipun penelitian menunjukkan
efek anti-obesitasnya kecil.

Hops, tanaman hop (Humulus lupulus L) betina


yang belum matang, telah banyak digunakan
untuk perisa dan penambah rasa pahit pada
bir. Iso--acid, komponen utama rasa pahit Gambar 2. Grafik penurunan lemak viseral dan total
antara kelompok perlakuan dan kontrol.
pada bir, yang dikonversi dari -acid pada hops
melalui isomerisasi selama proses pembuatan
bir, dilaporkan mempunyai banyak manfaat Gambar 1. Tanaman Humulus lupulus L Hops merupakan tanaman yang digunakan
kesehatan, salah satunya dapat menurunkan Di Jepang, dilakukan penelitian untuk menilai sebagai perisa dan menambah rasa pahit
lemak tubuh; iso--acid dapat digunakan efek MHBA terhadap penurunan lemak pada pembuatan bir. Kandungan iso--
untuk mencegah obesitas pada tikus dan abdominal pada subjek sehat overweight acid dalam hop dapat menurunkan lemak
manusia. Namun, sulit menambahkan iso-- (IMT 25-30 kg/m2 dan berdasarkan WHO tubuh manusia, namun mekanisme pastinya
acid ke dalam makanan sampai dosis efektif termasuk obesitas level 1). Desain penelitian tidak diketahui. Dari penelitian terbaru,
karena rasa pahitnya. Selama penyimpanan acak, tersamar ganda, paralel, dengan plasebo ditemukan matured hop bitter acids (MHBA),
kandungan dan acid dalam hop menurun sebagai kontrol. Subjek sebanyak 200 orang terutama mengandung -acid oxides, yang
dan juga komponen rasa pahitnya. (laki dan perempuan, usia 20-65 tahun) menghasilkan rasa lebih enak dibandingkan
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan iso--acid. Penelitian di Jepang
Baru-baru ini, ditemukan senyawa yang perlakuan diberi minuman mengandung melaporkan bahwa pemberian MHBA 35
disebut matured hop bitter acids (MHBA), MHE (dengan MHBA 35 mg) dan kelompok mg selama 12 minggu dapat menurunkan
terutama mengandung -acid oxides; secara kontrol diberi minuman tanpa MHE. Penelitian lemak viseral dan total pada subyek dengan
umum struktur -tricarbonyl sama dengan , - dilakukan selama 12 minggu. Penilaian utama overweight.(LAI)

REFERENSI :
1. Morimoto-Kobayashi Y, Ohara K, Ashigai H, Kanaya T, Koizumi K, Manabe F, et al. Matured hop extract reduces body fat in healthy overweight humans: A randomized,
double-blind, placebo-controlled parallel group study. Nutrition J. 2016;15:25. DOI 10.1186/s12937-016-0144-2.
2. Steenackers B, De Cooman L, De Vos D. Chemical transformations of characteristic hop secondary metabolites in relation to beer properties and the brewing
process: A review. Food Chem. 2015;172:74256.

766 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


BERITA TERKINI

Metformin Tetap Menjadi Lini Pertama untuk DM


tipe 2
serta meningkat dengan sulfonylureas,
thiazolidinediones, dan insulin (perbedaan
antar kelompok mencapai 5 kg). Mortalitas
kardiovaskuler metformin lebih rendah
dibandingkan sulfonylurea, namun bukti
kematian akibat semua sebab, morbiditas
kardiovaskuler, dan komplikasi mikrovaskuler
belum cukup atau kekuatannya masih lemah
untuk kedua obat tersebut.

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada


penggunaan sulfonylurea. Kejadian tidak
diinginkan pada saluran cerna lebih tinggi
pada pemberian metformin dan GLP-1 receptor-
agonist. Infeksi jamur genital meningkat
dengan penggunaan SGLT-2 inhibitor. Tidak
ditemukan peningkatan risiko asidosis
laktat pada penggunaan metformin, hal ini
mendukung dikeluarkannya pengumuman
FDA mengenai penggunaan metformin
secara aman pada pasien dengan gangguan
ginjal ringan dan beberapa pasien dengan

M
etformin tetap menjadi terapi lini bertujuan agar ada bukti ter-update terkait gangguan ginjal sedang.
pertama bagi pasien DM tipe 2, efektivitas dan keamanan produk antidiabetes
walaupun saat ini sudah banyak oral metformin, TZD, sulfonylurea, dipeptidyl Keterbatasan studi ini adalah terbatasnya
tersedia obat baru. Hasil review Nisa M peptidase-4 (DPP-4) inhibitors, sodium kemampuan untuk menilai keluaran/ outcome
Maruthur dari Johns Hopkins University School glucose cotransporter 2 (SGLT-2) inhibitors, keamanan dan keluaran klinis jangka panjang
of Medicine, Baltimore, yang dipublikasikan dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1) receptor yang jarang terjadi. Sebaiknya studi di masa
di Annals of Internal Medicine, menyebutkan agonists, dan sejumlah obat diabetes yang mendatang harus memprioritaskan efek
bahwa metformin harus tetap menjadi terapi dikombinasikan dengan metformin pada DM komparatif pengobatan diabetes terhadap
lini utama karena efektivitas penurunan tipe 2. Sumber data meta-analisis ini adalah mortalitas jangka panjang, mortalitas
HbA1c obat ini sama baiknya dengan obat MEDLINE, EMBASE, dan the Cochrane Central dan morbiditas kardiovaskuler, keluaran
lain. Dampak positif lain pemberian metformin Register of Controlled Trials. mikrovaskuler, dan kejadian serius yang tidak
adalah profil keamanan jangka panjang, diinginkan.
netral pada berat badan, bahkan membantu Teridentifikasi 179 uji klinik dan 25 studi
menurunkan berat badan, efek samping observasional dengan perbandingan head to Simpulan
saluran cerna yang dapat dihindari dengan head atau kombinasi obat dengan metformin. Berdasarkan review sistematik dan meta-
konsumsi setelah makan, bahkan dapat Dari 204 studi yang di-review, penurunan analisis, metformin tetap didukung sebagai
ditoleransi dengan baik oleh beberapa pasien. HbA1c adalah sama di antara sebagian besar terapi lini pertama DM tipe 2, karena memiliki
Metformin juga memiliki profil kardiovaskuler obat antidiabetes, namun DPP-4 inhibitor profil keamanan dan manfaat menguntungkan
yang lebih baik dibandingkan sulfonylurea. menurunkan HbA1c lebih kecil dibandingkan pada kadar HbA1c, berat badan, dan mortalitas
metformin dan sulfonylurea. Berat badan turun akibat kejadian kardiovaskuler (dibandingkan
Studi dr. Maruthur, dkk. tersebut merupakan atau tetap dengan metformin, DPP-4 inhibitor, sulfonylurea).(PMD)
review sistematik dan meta-analisis yang GLP-1 receptor agonist, dan SGLT-2 inhibitor,

REFERENSI :
1. McCall B. Metformin remains best first-line therapy for type 2 diabetes [Internet]. 2016 [cited 2016 April 28]. Available from: http://www.medscape.com/
viewarticle/862080
2. Maruthur NM, Tseng E, Hutfless S, Wilson LM, Suarez-Cuervo C, Berger Z, et al. Diabetes medications as monotherapy or metformin-based combination therapy for
type 2 diabetes: A systematic review and meta-analysis. Ann Intern Med. 2016;164(11):740-51. doi: 10.7326/M15-2650.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 767


BERITA TERKINI

Astaxanthin Bermanfaat pada Kegemukan


pada kelompok astaxanthin dibandingkan
dengan kelompok plasebo setelah 12 minggu
intervensi (Tabel 2).

Disimpulkan bahwa suplementasi astaxanthin


selama 12 minggu secara bermakna
menurunkan kadar kolesterol LDL dan ApoB,
serta memperbaiki petanda biologi MDA,
ISP, SOD, dan TAC pada subjek dengan
kegemukan.

Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi


astaxanthin mempunyai efek positif
memperbaiki kolesterol LDL, ApoB, dan
petanda biologi stres oksidatif. Suplementasi
astaxanthin tampaknya aman dan efektif
untuk pencegahan penyakit lipidemik dan
kerusakan oksidatif pada orang kegemukan.

D
i Korea telah dilakukan studi acak, MDA dan ISP secara bermakna lebih rendah, (EKM)
tersamar ganda, kontrol plasebo, untuk tetapi TAC secara bermakna lebih tinggi
meneliti efek positif suplementasi Tabel 1. Profil lemak darah setelah 12 minggu suplementasi dengan kapsul plasebo atau astaxanthin:
astaxanthin pada profil lemak dan kondisi
Placebo (n = 13) Astaxanthin (n= 14)
stres oksidatif pada orang dewasa kegemukan.
Dalam studi tersebut, total 27 subjek yang Baseline
Baseline 12 weeks Change a
12 weeks Changea
Changea
mempunyai indeks massa tubuh >25 kg/ Total cholesterol (mg/dl) 174.8 30.6 178.3 28.8 3.54 (2.23%)b 178.3 3.54 169.8 3.19 8.50 (-4.77%)
m2 secara acak diberi kapsul astaxanthin 20 Triglycerides (mg/dl) 113.4 40.5 119.2 65.9 5.76 (5.08%) 110.6 51.5 110.9 38.4 0.28 (0.25%)
mg/hari atau plasebo selama 12 minggu. HDL cholesterol (mg/dl) 48.6 8.19 50.2 8.44 1.54 (3.17%) 47.2 10.2 50.4 12.6 3.14 (6.65%)
Kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, LDL cholesterol (mg/dl) 120.1 39.7 114.8 24.1 5.31 (-4.42%) 127.9 35.0 114.6 28.6b 13.29 (-10.38%)
kolesterol LDL, apolipoprotein A1 (ApoA1), Apolipoprotein A1 (mg/dl) 120.5 15.5 121.5 7.80 0.92 (0.77%) 116.6 12.6 117.6 14.6 1.00 (0.86%)
serta apolipoprotein B (ApoB) diukur sebelum Apolipoprotein B (mg/dl) 85.4 25.5 85.1 18.8 0.31 (-0.36%) 89.6 19.0 82.8 18.0C 6.76 (-7.54%)
dan setelah intervensi. Petanda biologi stres ApoB/ApoAl ratio 0.72 0.25 0.70 0.17 0.78 0.18 0.72 0.17c

oksidatif antara lain malondialdehyde (MDA), All values are represented as mean + SD except Achange [mean (%change)].
isoprostane (ISP), dan superoxide dismutase
a
The percentage change was calculated as [value at 12-wceks value at baseline/value at baseline] x 100.
b
The value was significantly different (P<0.05) from that at baseline.
(SOD), serta total antioxidant capacity (TAC), c
The value was significantly different (P<0.01) from that at baseline.
diukur saat basal dan setelah 4, 8, dan 12
Tabel 2. Petanda biologi stres oksidatif setelah 12 minggu suplementasi dengan kapsul plasebo atau
minggu intervensi. astaxanthin.
Placebo (n = 13) Astaxanthin (n = 14)
Hasilnya menunjukkan bahwa saat basal, Baseline 4 weeks 8 weeks 12 weeks Baseline 4 weeks 8 weeks 12 weeks
semua parameter petanda biologi tidak
MDA (mol/l) 2.18 0.20 1.82 0.17a 2.08 0.12a 2.00 0.24b 2.11 0.32 1.90 0.17b 1.72 0.28a,c 1.42 0.29a,d
berbeda bermakna antar kedua kelompok.
ISP (pg/ml) 1731 426 1628 377b 1635 415 1551 337b 1783 328 1347 504b 978 197c 731 179a,d
Kolesterol LDL dan ApoB secara bermakna
SOD (U/ml) 1016 200 998 311 1025 431 1040 252 996 285 1030 313 1079 439 1298 510b
lebih rendah setelah terapi astaxanthin
TAC (mmol) 497 128 539 104b 547 126b 518 110 501 144 601 175b 623 172a 674 203a,c
dibanding dengan saat basal, sedangkan
profil lemak tidak berubah pada kelompok All values are represented as mean SD.
a
The value was significantly different (P<0.01) from that at baseline.
plasebo (Tabel 1). b
The value was significantly different (P <0.05) from that at baseline.
c
The value was significantly different (P <0.01) from the placebo group at 8 weeks.
d
The value was significantly different (P <0.01) from the placebo group at 12 weeks.
e
The value was significantly different (P <0.05) from die placebo group at 12 weeks.
REFERENSI :
1. Choi HD, Kim JH, Chang MJ, Kyu-Youn Y, Shin WG. Effects of astaxanthin on oxidative stress in overweight and obese adults. Phytother Res. 2011;25(12):1813-8. doi:
10.1002/ ptr.3494.
2. Choi HD, Youn YK, Shin WG. Positive effects of astaxanthin on lipid profiles and oxidative stress in overweight subjects. Plant Foods Hum Nutr. 2011;66(4):363-9. doi:
10.1007/ s11130-011-0258-9.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 769


BERITA TERKINI

Cariprazine, Modalitas Baru untuk Gangguan


Kejiwaan dan Mood

S
ehat bukan hanya bebas dari penyakit, keadaan tertentu dapat menyebabkan bunuh cariprazine pada pasien skizofrenia eksaserbasi
namun suatu keadaan yang seimbang diri. Umumnya kelainan ini muncul pada akhir akut. Penelitian dilakukan dengan desain acak
antara pikiran, tubuh, dan jiwa. masa remaja atau pada tahun-tahun awal dan tersamar ganda dengan kontrol plasebo
Bila terjadi kelainan yang menyebabkan usia dewasa. Hampir setengah kasus terjadi selama 6 minggu. Sebanyak 147 pasien
ketidakseimbangan, maka dapat dikatakan sebelum usia 25 tahun. Beberapa pasien mendapat plasebo, 151 pasien mendapat
sebagai orang sakit. Di tengah masyarakat bahkan mengalami kejadian ini pada masa cariprazine 3-6 mg/hari, dan 148 pasien
modern yang penuh persaingan dan kanak-kanaknya. mendapat cariprazine 6-9 mg/hari. Efikasi
tekanan, tidak jarang orang mengalami primer dan sekundernya adalah perubahan
kelelahan mental. Bila kelelahan terjadi Salah satu terapi terbaru untuk mengatasi dari keadaan basal pada minggu ke-6 dari
terus-menerus dan dalam jangka panjang, gangguan ini adalah cariprazine. Obat ini skor positive and negative syndrome scale
pasien dapat mengalami gangguan mental. ditemukan oleh Gedeon Richter. Obat ini total and clinical global impressions-severity,
Gangguan mental atau gangguan jiwa dapat termasuk kelompok obat antipsikotik atipikal, yang kemudian dianalisis menggunakan
mengganggu penderitanya dalam melakukan merupakan antagonis poten reseptor D3 dan mixed-effects model for repeated measures
kegiatan sehari-hari. Pasien gangguan antagonis parsial reseptor D2. Obat ini akan adjusting for multiple comparisons. Semua efek
kejiwaan dapat mengalami penurunan berikatan spesifik dengan reseptor D3. Selain samping selama penelitian dicatat. Hasil uji
kualitas hidup. itu, obat ini juga bersifat agonis pasial terhadap laboratorium, tanda vital, elektrokardiogram,
reseptor 5-HT1A. Pada bulan September pemeriksaan oftalmologik, Columbia-Suicide
Salah satu gangguan kejiwaan adalah 2015, obat ini mendapatkan persetujuan severity rating scale dan extrapyramidal
kelainan mood, antara lain gangguan bipolar FDA (Food and Drug Administration) Amerika symptom scales juga terus diamati.
yang sering dikenal sebagai kelainan manik- sebagai terapi untuk kelainan skizofrenia dan
depresif. Kelainan ini diperkirakan karena kelainan manik atau episode campuran yang Dari penelitian ini didapatkan hasil signifikan
kelainan otak yang menyebabkan terjadinya diasosasikan dengan kelainan bipolar tipe I. pada skor total positive and negative syndrome
perubahan mood, energi, dan level aktivitas scale (3-6 mg/hari: -6,8; p =0,003; 6-9 mg/hari:
secara mendadak, yang pada akhirnya Beberapa uji klinik mendukung penggunaan -9,9; p <0,001), dan clinical global impressions-
dapat menyebabkan seseorang tidak dapat obat ini untuk mengatasi skizofrenia dan severity (3-6 mg/hari: -0,3; p =0,012; 6-9 mg/
melakukan kegiatan sehari-harinya secara gangguan bipolar. Salah satu penelitian hari: -0,5; p <0,001). Dari segi keamanan,
normal. Kelainan ini juga dapat merusak untuk skizofrenia dilakukan oleh Kane, dkk. didapatkan bahwa efek samping yang sering
hubungan interpersonal, rendahnya performa Penelitian ini merupakan uji klinik fase III untuk terjadi pada kelompok cariprazine adalah
akademik ataupun pekerjaan, bahkan pada mengevaluasi efektivitas dan keamanan akathisia, gangguan ekstrapiramidal, tremor,

770 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


BERITA TERKINI

dengan derajat ringan hingga sedang.


Disimpulkan bahwa cariprazine dapat
ditoleransi dengan baik, dan dibandingkan
plasebo, cariprazine 3-6 mg/hari dan 6-9 mg/
hari dapat secara signifikan memberikan
perbaikan pada pasien skizofrenia. Obat
ini dapat menjadi obat pilihan baru terapi
skizofrenia.

Penelitian lain melihat efektivitas obat ini


terhadap pasien dengan kelainan bipolar tipe
I, dilakukan oleh Calabrese, dkk. dengan desain
acak, tersamar ganda, multisenter, dengan
kontrol plasebo. Penelitian ini merupakan
penelitian fase III, melibatkan 497 pasien, 74%
mengikuti penelitian ini hingga selesai. Pasien
dipisah ke dalam 3 kelompok, satu kelompok
mendapat plasebo, kelompok lain mendapat
cariprazine 3-6 mg/hari, sedangkan kelompok
ke-3 mendapat cariprazine 6-12 mg/hari. severity of illness (CGI-S) pada minggu ke-3 Di penelitian ini ditemukan perubahan skor
Parameter efikasi primer dan sekunder adalah dibandingkan dengan nilai dasarnya. Juga YMRS di kelompok cariprazine dibandingkan
perubahan skor total young mania rating scale dilakukan analisis post-hoc untuk melihat plasebo (LSMD/ least squares mean difference
(YMRS) dan skor clinical global impressions- perubahan skor YMRS. [95% CI]: 3-6 mg/hari, -6,1 [-8,4 s/d -3,8];
6-12 mg/hari, -5,9 [-8,2, -3,6]; p <0,001 untuk
masing-masing kelompok) Ditemukan pula
ada perubahan skor CGI-S di kelompok
cariprazine dibandingkan plasebo (LSMD [95%
CI]: 3-6 mg/hari, -0,6 [-0,9 s/d -0,4]; 6-12 mg/
hari, -0,6 [-0,9 s/d -0,3]; p <0,001). Efek samping
paling sering untuk cariprazine adalah
akathisia (untuk kedua kelompok dosis) dan
mual, konstipasi, dan tremor (6-12 mg/hari).
Cariprazine baik dosis rendah maupun tinggi
dapat secara efektif mengatasi gangguan
episode manik atau campuran terkait kelainan
bipolar tipe I. Obat ini dapat ditoleransi
dengan baik, walau insidens akathisia lebih
tinggi dibandingkan plasebo. (YJR)

REFERENSI :
1. Choices NHS. Bipolar disorder - treatment - NHS choices [Internet]. 2015 [cited 2015 Jul 27]. Available from: http://www.nhs.uk/Conditions/Bipolar-disorder/Pages/
Treatment.aspx
2. Mller-Oerlinghausen B, Berghfer A, Bauer M. Bipolar disorder. Lancet 2002;359(9302):2417.
3. McCormack PL. Cariprazine: First global approval. Drugs 2015;75(17):203543.
4. Gao Y, Peterson S, Masri B, Hougland MT, Adham N, Gyertyn I, et al. Cariprazine exerts antimanic properties and interferes with dopamine D2 receptor -arrestin
interactions. Pharmacol Res Perspect. 2015;3(1):e00073.
5. Citrome L. Cariprazine: Chemistry, pharmacodynamics, pharmacokinetics, and metabolism, clinical efficacy, safety, and tolerability. Expert Opin Drug Metab Toxicol.
2013;9(2):193206.
6. Veselinovi T, Paulzen M, Grnder G. Cariprazine, a new, orally active dopamine D2/3 receptor partial agonist for the treatment of schizophrenia, bipolar mania and
depression. Expert Rev Neurother. 2013;13(11):114159.
7. Kane JM, Zukin S, Wang Y, Lu K, Ruth A, Nagy K, et al. Efficacy and safety of cariprazine in acute exacerbation of schizophrenia: Results from an international, phase
III clinical trial. J Clin Psychopharmacol. 2015;35(4):36773.
8. Calabrese JR, Keck PE, Starace A, Lu K, Ruth A, Laszlovszky I, et al. Efficacy and safety of low- and high-dose cariprazine in acute and mixed mania associated with
bipolar I disorder: A double-blind, placebo-controlled study. J Clin Psychiatry. 2015;76(3):28492.
9. Altnba K, Guloksuz S, Oral ET. Clinical potential of cariprazine in the treatment of acute mania. Psychiatr Danub. 2013;25(3):20713.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 771


BERITA TERKINI

Keuntungan One Shot Intra-articular Injection pada


Pasien Osteoartritis
infeksi jaringan lunak periartikuler seperti yang bersumber dari unggas, atau non-
selulitis, psoriasis, atau dermatitis berat. Aspek unggas. Asam hialuronat yang berasal dari
lain yang harus diperhatikan adalah risiko unggas umumnya diambil dari jengger
komplikasi yang mungkin muncul akibat ayam, sehingga memiliki risiko alergenik
tindakan injeksi intra-artikuler, di antaranya karena mengandung antigen unggas.
adalah nyeri yang dapat menimbulkan syok Asam hialuronat non-unggas diperoleh
neurogenik, risiko infeksi, alergi bahan yang dari produk biofermentasi oleh bakteri
disuntikkan, perdarahan, kerusakan rawan dan dianggap memiliki risiko alergi lebih
sendi, nekrosis aseptik, atrofi kulit dan jaringan rendah.
subkutan, sinovitis kristal, dan ruptur tendon/ Berdasarkan berat molekulnya, makin
ligamen. Dari sekian banyak risiko komplikasi besar berat molekul hyaluronan, t 1/2 nya
akibat tindakan injeksi intra-artikuler, infeksi akan makin panjang, sehingga lebih lama
dianggap yang paling dikhawatirkan. Laporan bertahan di dalam sendi. Selang waktu
infeksi di Massachusetts, terdapat lebih dari untuk suntikan selanjutnya juga makin
46.000 infeksi akibat suntikan intra dan peri- panjang.
artikuler.
Meta-analisis oleh Lo, dkk. menunjukkan
Injeksi intra-artikuler yang paling sering adalah bahwa hyaluronan dengan berat molekul
untuk memasukkan obat berupa kortikosteroid besar tampaknya lebih bermanfaat
dan hyaluronan. Hyaluronan adalah suatu dibandingkan hyaluronan berat molekul
polisakarida rantai panjang yang terdiri dari rendah. Secara umum, suntikan hyaluronan
5000 disakarida N-acetyl-D-glucosamine dan berat molekul besar menguntungkan dalam
asam beta glukoronat yang berulang. Dalam hal selang waktu pemberian, sehingga dapat
rongga sendi, hyaluronat mengalami turnover mengurangi risiko komplikasi injeksi intra-
setiap 12 jam. Fungsi hyaluronan dalam cairan artikuler.

P
rosedur injeksi intra-artikuler adalah sendi bersifat mekanik dan metabolik. Fungsi
salah satu bagian atau pilihan terapi mekanik hyaluronan adalah fungsi pelumas SIMPULAN
yang cukup sering dilakukan pada dan fungsi viskoelastik, sehingga mengurangi 1. Meta-analisis menunjukkan bahwa
banyak kasus reumatologi. Prosedur ini beban rawan sendi serta berfungsi pelumas hyaluronan berat molekul besar
dapat diterapkan pada hampir semua sendi, pada gerakan lambat, juga memiliki fungsi tampaknya lebih bermanfaat
baik sendi besar maupun sendi kecil, namun sebagai peredam benturan pada gerakan dibandingkan hyaluronan berat molekul
yang paling mudah dan paling sering adalah cepat. Selain itu, hyaluronan berat molekul rendah.
di sendi besar terutama lutut. Pada tindakan sedang dan besar juga bersifat anti-inflamasi 2. Suntikan hyaluronan berat molekul besar
injeksi sendi lutut, perlu dipahami anatomi dengan mengikat mediator inflamasi. menguntungkan dalam hal selang waktu
sendi lutut termasuk tulang, tulang rawan, Hyaluronan juga menyelubungi reseptor nyeri pemberian, sehingga dapat mengurangi
dan struktur jaringan lunak lainnya. Indikasi dan mencegah ikatan dengan peptide agonist, risiko komplikasi injeksi intra-artikuler.
tindakan juga perlu diperhatikan, sebagaimana sehingga dapat berfungsi sebagai analgesik 3. Risiko komplikasi injeksi intra-artikuler,
juga kontraindikasi dan komplikasi tindakan. juga. Secara konseptual dan berdasarkan efek di antaranya adalah nyeri yang dapat
in vivo, hyaluronan sangat potensial untuk menimbulkan syok neurogenik, risiko
Sebagian besar ahli menyepakati bahwa pengobatan OA. infeksi, alergi bahan yang disuntikkan,
prosedur ini tidak memiliki kontraindikasi perdarahan, kerusakan rawan sendi,
mutlak, umumnya merupakan kontraindikasi Manfaat dan risiko berbagai jenis hyaluronan nekrosis aseptik, atrofi kulit dan jaringan
relatif dan harus dipertimbangkan risiko dan yang diinjeksi di antaranya dibagi dalam subkutan, sinovitis kristal, dan ruptur
manfaat untuk pasien tersebut. Beberapa klasifikasi sebagai berikut: tendon/ligamen. (AWA)
kontraindikasi yang cukup kuat adalah Berdasarkan sumber sintesis bahan; ada

REFERENSI :
1. Anggoro RMS. Viskosuplementasi sebagai salah satu modalitas terapi osteoarthritis. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi 2016:1-5.
2. Hidayat R. Tehnik injeksi intra-artikuler sendi lutut. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi 2016:6-7.
3. Lo GH, LaValley M, McAlindon T, Felson DT. Intra-articular hyaluronic acid in treatment of knee osteoarthritis: A meta-analysis. JAMA. 2003;290(23):3115-21.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 773


BERITA TERKINI

UDCA sebagai Alternatif Vitamin E pada Pasien


NAFLD Non-diabetes dan Non-sirosis

N
onalcoholic fatty liver disease (NAFLD) Studi dilakukan untuk membandingkan efikasi vs 95%; p=0,2) setara antara kelompok A dan
merupakan salah satu penyebab vitamin E versus ursodeoxycholic acid (UDCA) kelompok B.2
utama penyakit hati kronik yang pada pasien nonalcoholic fatty liver disease
terjadi pada 20%-40% populasi umum, dan (NAFLD) non-diabetik.2 Studi ini prospektif, Anjuran diet diikuti oleh 88% pasien (n=220),
20% pasien NAFLD akan mengalami progresi open label, RCT, dilakukan di Lokmanya Tilak penurunan berat badan 5% yang diinginkan
nonalcoholic steatohepatitis (NASH), di mana Municipal General Hospital antara Desember tercapai pada 70% (n-175) pasien yang
NASH dapat mengalami progresi menjadi 2011 dan Desember 2013.2 Setelah ada mengikuti anjuran diet. Penurunan berat badan
sirosis hati, bahkan karsinoma hepatoseluler. informed consent, 250 pasien NAFLD non- telihat 67% pada kelompok A, sementara pada
NASH saat ini merupakan indikasi transplantasi sirosis dan non-diabetes yang didiagnosis kelompok B 70% (p=0,2). Median penurunan
hati/ liver transplantation (LT) pasien dengan ultrasonografi dan peningkatan kadar berat badan pada kedua kelompok setara
hepatocellular carcinoma (HCC) di Amerika alanine aminotransferase (ALT) (>40 IU/L), (kelompok A=8,2% vs. kelompok B=8,3%).2
Serikat. Abnormalitas metabolik termasuk secara acak menerima vitamin E 400 mg dua Penurunan berat badan pasien pada kedua
diabetes tipe 2, obesitas, hipertensi, dan kali sehari (kelompok A) atau UDCA 300 mg kelompok bermakna dibandingkan baseline
hiperlipidemia berhubungan kuat dengan dua kali sehari (kelompok B) selama 52 minggu. (p<0,0001; paired students t-test). Penurunan
NAFLD. Steatosis hepatik berhubungan tidak Modifikasi gaya hidup mencapai minimal 5% berat maksimal adalah 17%. Penurunan berat
hanya dengan kematian yang berhubungan penurunan berat badan dan kontrol berat badan berlanjut selama 52 minggu pada
dengan hati, namun dengan peningkatan badan berkelanjutan dan olahraga reguler mereka yang mempertahankan anjuran diet
insidens penyakit kardiovaskuler dan ginjal dianjurkan pada kedua kelompok. Keluaran dan modifikasi gaya hidup.2
kronik. NAFLD menjadi beban kesehatan primer studi adalah normalisasi ALT. Keluaran
utama, tetapi hingga saat ini tidak ada terapi sekunder adalah proporsi pasien dengan Dari segi tolerabilitas, 5% pada kelompok A
optimal. Efikasi sejumlah medikasi, termasuk penurunan ALT, penurunan relatif NAFLD dan 8% pada kelompok B tidak menyelesaikan
metformin, thiazolidinedione, dan omega3 fibrosis score (NFS), perbaikan gejala dan terapi selama 52 minggu. Sejumlah 80%
fatty acids telah dievaluasi, namun hasilnya tolerabilitas.2 pasien pada kelompok A dan 83% pasien pada
suboptimal.1 kelompok B tidak mengalami efek samping
Sejumlah 150 pasien menerima UDCA obat. Efek samping yang paling sering di
Efikasi vitamin E telah dievaluasi pada pasien dibandingkan dengan 100 pasien yang kedua kelompok adalah perburukan gejala
NAFLD/ NASH. Pada studi PIVENS, 247 pasien menerima vitamin E. Pada kedua kelompok dispepsia (n = 15 di kelompok A, n = 18 di
non-diabetik pasien NASH secara acak terapi saat dimulai studi sebanding dalam kelompok B). Nyeri kepala dilaporkan pada 5
mendapat vitamin E 800 mg sekali sehari hal umur (44,1 vs. 42,4 tahun), jenis kelamin pasien kelompok A dan 9 pasien kelompok
atau pioglitazone atau plasebo. Penurunan (67% vs 63% wanita), faktor risiko untuk non- B, diare pada 4 pasien kelompok B. Tidak ada
transaminase terlihat pada kelompok vitamin alcoholic steatohepatitis, nyeri hipokondriak, insidens gagal jantung, stroke, perdarahan,
E dan pioglitazone dibanding dengan plasebo. serum biokimia hati, dan NAFLD fibrosis score. atau rash dilaporkan.2
Selain itu, terlihat perbaikan bermakna Keluaran primer dicapai pada 21 (14%) dan 19
steatosis hepatik dan inflamasi hati pada (19%) pasien masing-masing kelompok A dan Dari studi ini disimpulkan bahwa UDCA efektif
kelompok vitamin E, tanpa perubahan skor kelompok B (p=0,2).2 Proporsi pasien dengan dan merupakan alternatif untuk vitamin E
fibrosis. Berdasarkan hasil ini, vitamin E penurunan ALT (56% vs 63%; p=0,2), perbaikan yang aman pada pasien NAFLD non-diabetes
dipertimbangkan sebagai pilihan terapi pasien gejala (78% vs 67%; p=0,058), penurunan NFS dan non-sirosis.2 (AYN)
non-diabetik dengan biopsi terbukti NASH. (44% vs 47%; p=0,69), dan tolerabilitas (98%

REFERENSI :
1. Beaton MD, Al-Judaibi B. Is vitamin e or ursodeoxycholic acid a valid treatment option for nonalcoholic fatty liver disease in 2016? Saudi J Gastroenterol.
2016;22(3):169-70. doi: 10.4103/1319-3767.182462.
2. Parikh P, Ingle M, Patel J, Bhate P, Pandey V, Sawant P. An open-label randomized control study to compare the efficacy of vitamin e versus ursodeoxycholic acid in
nondiabetic and noncirrhotic Indian NAFLD patients. Saudi J Gastroenterol. 2016;22(3):192-7. doi: 10.4103/1319-3767.182451.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 775


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Akreditasi PP IAI2 SKP

Peran Imunoterapi Komplementer Daun Sambiloto


(Andrographolide paniculata) sebagai Anti-Kanker
Melalui Penghambatan Nuclear Factor-KappaB
(NF-kB) pada Jalur Toll-Like Receptor-4
Febyan, Johannes Hudyono
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan
oleh kanker. Dalam makalah ini dibahas peranan efek anti-kanker daun Sambiloto (andrographolide) sebagai imunoterapi pada penghambatan
nuclear transcription factor-kB (NF-kB) melalui jalur toll-like receptor-4. Toll-like receptors (TLRs) adalah transmembran protein tipe 1 ekstraseluler
yang penuh leusin, membantu proses penyampaian sinyal dari ekstraseluler menuju intraseluler. Penghambatan p 50 pada jalur TLR4 dapat
menurunkan aktivasi NF-kB, sehingga tidak terjadi transkripsi target gen sel kanker dan terjadi penghambatan pertumbuhan sel kanker. Aktivitas
anti-kanker andrographolide memiliki potensi sebagai pengobatan komplemen imunoterapi pada penyakit kanker.

Kata kunci: Andrographolide, anti-kanker, jalur sinyal toll-like receptor-4/NF-kB

ABSTRACT
Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In 2012, approximately 8.2 million deaths caused by cancer. This review will discuss the
role of bitter leaf (andrographolide) as immunotherapy on nuclear inhibition of transcription factor-kB (NF-kB) via the toll-like receptor-4. Toll-like
receptors (TLRs) are leucine-rich transmembrane proteins type 1, which assist signals delivery from the extracellular into the intracellular. Inhibition
of p 50 on toll-like receptor-4 could reduce the NF-kB, inhibiting cancer cell gene target transcription and cancer cell growth. Andrographolide
with its anti-cancer activity has potential as a complimentary treatment for cancer immunotherapy. Febyan, Johannes Hudyono. The Role of
Sambiloto (Andrographolide paniculata) as Anti-cancer through Inhibition of Nuclear Factor-KappaB (NF-kB) at Toll-Like Receptor-4

Keywords: Andrographolide, anti-cancer, signal path toll-like receptor-4/ NF-kB.

PENDAHULUAN disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, di Indonesia.1 Prevalensi nasional penyakit
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah kanker pada penduduk semua umur di
yang tumbuh terus-menerus, tidak terbatas, penyebab terbesar kematian akibat kanker Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau
tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya setiap tahunnya.1 Pada sebuah penelitian diperkirakan sekitar 347.792 orang dari 34
dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker timbul epidemiologik tentang penyakit kanker, provinsi.1 Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki
karena adanya penyusupan ke jaringan sekitar diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi tertinggi penyakit kanker, yaitu
(infiltratif) sambil merusak (destruktif), dapat 99% penderita pada tahun 2010 di negara sebesar 4,1% dengan estimasi jumlah absolut
menyebar ke bagian tubuh lainnya, dan berkembang dibandingkan pada tahun 1985, 14.596 orang. Sedangkan Jawa Tengah dan
umumnya fatal jika dibiarkan.1 sedangkan peningkatan jumlah penderita Jawa Timur merupakan provinsi dengan
di negara maju diperkirakan hanya 38%.2 estimasi penderita kanker kedua dan ketiga,
Penyakit kanker merupakan salah satu Diperkirakan kasus kanker setiap tahunnya yaitu sekitar 2,1% (68.638 orang) dan 1,6%
penyebab kematian utama di seluruh dunia. akan meningkat dari 14 juta pada 2012 (61.230 orang).1 Penggunaan obat herbal
Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya sebagai obat komplementer dan alternatif

Alamat Korespondensi email: febyohanes2@ymail.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 777


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

kanker telah dilaporkan pada pasien kanker


payudara dan pasien kanker serviks.3 Di
Indonesia, penggunaan obat herbal pada
pasien kanker belum banyak diteliti dan
belum terdokumentasi dengan baik.3 Dalam
makalah ini dibahas peranan daun Sambiloto
(andrographolide) sebagai imunoterapi kanker
yang ternyata memiliki efek penghambatan
nuclear transcription factor-kappaB (NF-kB)
melalui jalur toll-like receptor-4.

Toll-Like Receptor-4/NF-kB
Kekebalan bawaan adalah lini pertama Gambar 1. Proses transkripsi NF-kB di dalam nukleus yang menghasilkan gen target pada kanker.5
pertahanan terhadap mikroba infeksi. Sel
imun bawaan mengenali patogen dan Gambaran Umum Sambiloto (Andrographis obat unggulan Indonesia selain temulawak,
memicu respons imun yang tepat dengan paniculata) pegagan, mengkudu, lada, lidah buaya,
bantuan toll-like receptors (TLRs).4 TLRs adalah Sambiloto (Andrographis paniculata) ialah dan kunyit. Tumbuhan sambiloto memiliki
transmembran protein tipe 1 ekstraseluler tumbuhan semusim yang termasuk suku daya adaptasi pada lingkungan ekologi
penuh leusin, yang membantu proses Acanthaceae.10 Sambiloto juga dikenal sebagai setempat. Tumbuhan tersebut terdapat di
penyampaian sinyal ekstraseluler menuju King of Bitters, sudah umum digunakan seluruh Nusantara karena dapat tumbuh dan
intraseluler.5 Tipe TLR yang ada di permukaan dalam pengobatan tradisional di Cina, India, berkembang baik pada berbagai topografi
sel, yaitu TLR 1, 2, 4, 5, 6; dan yang di dalam dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.11,12 dan jenis tanah.10
endosom, yaitu TLR 3, 7, 8, 9.4 TLR berperan Sambiloto termasuk salah satu tanaman
sebagai respons imun tubuh terhadap
inflamasi dan mikroorganisme patogen,
pengenalan terhadap mikroorganisme
patogen melalui berbagai jenis pathogen-
associated molecular patterns (PAMPs), salah
satunya adalah lipopolisakarida (LPS). LPS
adalah pengenalan spesifik yang dimiliki TLR4,
aktivasi TLR4 oleh NF-kB yang terdapat di
dalam nukleus menghasilkan interleukin (IL-
6, IL-8) dan vascular epidermal growth factor
(VEGF) yang merupakan target gen pada
perkembangan sel kanker.6

Mekanisme Aktivasi Jalur TLR4/NF-kB


TLR4 akan menerima rangsangan yang berasal
dari LPS; terbentuklah kompleks IkB Kinase
(IKK) berupa IKK , , g melalui aktivasi protein
myeloid differentiation 88 (MyD88).7 Kompleks
IKK kemudian mengalami fosforilasi, sehingga
terbentuk IkB, yang merupakan NF-kB belum
aktif; ikatan NF-kB ini akan aktif jika mengalami
fosforilasi membentuk ikatan p 50 dan p 65
(ReIA), setelah itu ikatan p 50 dan p 65 akan
masuk ke nukleus - disebut NF-kB aktif. NF-kB
yang teraktivasi ini akan melakukan proses
translokasi dan kemudian melanjutkan proses
transkripsi tingkat gen, hasilnya berupa gen
anti-apoptosis: Bcl-2, ciAPs, CXCR4.8 Selain
itu, juga menghasilkan sitokin berupa IL-1, IL-
6, IL-8, dan menghasilkan faktor adhesi yang
dibutuhkan oleh sel kanker dalam proses
metastasis, yaitu VEGF, intercellular adhesion
molecule (ICAM)-1 (Gambar 1 dan 2). Gambar 2. Patogenesis sel kanker melalui jalur aktivasi TLR4.9

778 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

pertumbuhan sel kanker dihambat15 (Gambar


3).

Dosis andrographolide 50 M dapat


menurunkan aktivitas fosforilasi IKK, IKK, dan
NF-kB p 65. Dosis 10 M dapat menurunkan
aktivitas LPS dengan TLR4 in vitro selama 12 jam
(p<0,05).16 Jalur sinyal TLR4/NF-kB adalah target
terapi andrographolide.15,17 Andrographolide
secara signifikan dapat menghambat
ekspresi TLR4, MyD88, dan p 65 pada hewan
percobaan tikus menggunakan pewarnaan
imunohistokimia.15,17 Andrographolide juga
dapat menghambat proses fosforilasi p 50
pada insulinoma.15,17 Penghambatan TLR4,
MyD88, p 65 merupakan upaya menghambat
proliferasi sel tumor.15,17 Andrographolide dapat
menghambat perkembangan non-small-cell
lung cancer (NSCLC) melalui penghambatan
human liver dnaJ-like protein (HLJ1),18,19 dapat
menurunkan IL-6 yang merupakan faktor
utama terhadap perkembangan sel kanker
prostat.20 Andrographolide merupakan anti-
proliferatif pada kanker kolon, hepatoma,
kanker serviks, leukemia, dan kanker prostat.21
Andrographolide merupakan salah satu
herbal komplementer pada kanker karsinoma
nasofaring melalui jalur NF-kB.22

Gambar 3. Andrographolide menghambat aktivasi NF-kB di dalam nukleus.14 Andrographolide sebaiknya tidak diberikan
pada ibu hamil, ibu menyusui, tidak dianjurkan
Penggunaan sambiloto sebagai obat sudah yang menstimulasi TLR4. Penghambatan pada penderita alergi, dan mempunyai efek
terbukti efektif, aman, dan berkhasiat.13 aktivasi NF-kB melalui penurunan p 50, dapat sinergistik terhadap isoniazid.23 Efek samping
Kandungan kimia Sambiloto, yaitu menghambat proses ikatan dengan p 65, yang dijumpai adalah rasa tidak nyaman pada
laktone, terdiri dari deoxyandrographolide, sehingga tidak terbentuk NF-kB aktif.14 Zhang lambung, muntah, hilang nafsu makan.24
andrographolide (zat pahit), neoandrographolid, QQ, et al, menjelaskan bahwa peningkatan
14-deoxy-11, 12 didehydroandrographolide, translokasi NF-kB ke inti sel mengikat sel SIMPULAN
dan homoandrographolide, juga terdapat target gen promotor daerah tersebut Andrographolide merupakan komponen
flavonoid, alkane, keton aldehid, mineral untuk mengaktifkan proses transkripsi dan aktif daun Sambiloto (Andrographis
(kalium, kalsium, dan natrium), asam kersik, menginduksi tumorigenesis, seperti di paniculata). Pada penelitian didapatkan
dan damar. Komponen aktif sambiloto, yaitu melanoma. Oleh karena itu, ia menyarankan bahwa andrographolide mempunyai peran
andrographolide.11 bahwa sinyal TLR4/NF-kB bisa menjadi target sebagai anti-kanker dengan melibatkan
terapi melanoma. Andrographolide juga penghambatan jalur TLR4 melalui p 50
Efek Andrographolide Terhadap Jalur Aktivasi secara signifikan menghambat sinyal jalur terhadap pembentukan NF-kB, yang pada
TLR4/NF-kB TLR4/NF-kB dengan cara menghambat ikatan akhirnya menghambat pembentukan
de las Heras, et al, menjelaskan bahwa p 50 dengan p 65. Inaktivasi sinyal TLR4/ mediator target gen yang dibutuhkan oleh sel
andrographolide dapat menghambat NF-kB akan menghambat proses transkripsi kanker, sehingga menghambat pertumbuhan
produksi tumor necrosis factor alfa (TNF) messenger RNA (mRNA) dan protein ekspresi sel kanker. Andrographolide dengan aktivitas
dan IL-12 (sebagai pro-inflamasi) pada LPS gen antitumor CXCR4 dan Bcl-6, sehingga anti-kanker memiliki potensi sebagai
pengobatan komplementer imunoterapi.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Kementerian Kesehatan RI. Stop kanker. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2015.
2. Christanti J, Prasetyo A. Tingkat ketahanan hidup penderita kanker nasofaring pada berbagai modalitas terapi studi kasus yang menjalani terapi konvensional dan
pengobatan komplementer alternatif. M Med Indones. 2012;46(2):138-46.
3. Radji M, Aldrat H, Harahap Y, Irawan C. Penggunaan obat herbal pada pasien kanker serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 2010;8(1):33-9.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 779


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

4. Oblak A, Jerala R. Toll-like receptor-4 activation in cancer progression and therapy. Clin Dev Immunol. 2011;2011:609579.
5. Sun Z, Luo Q, Ye D, Chen W. Role of toll-like receptor-4 on the immune escape human oral squamous cell carcinoma and resistance of cisplatin-induced apoptosis.
Molecular Cancer 2012;11:33.
6. Tuting T. Neutrophilic inflammation and melanoma metastasis. AACR. 2015:53.
7. Aggarwal BB, Sethi G, Nair A, Ichikawa H. Nuclear factor- kB: A holy grail in cancer prevention and therapy. Current Signal Transduction Therapy 2006;1:25-52.
8. Basith S, Manavalan B, Yoo TH, Kim SG, Choi S. Roles of toll-like receptors in cancer: A double-edged sword for defense and offense. Arcg Phatm Res. 2012;35(8):1297-
316.
9. Kawai T, Akira S. Tlr signaling. Cell Death and Differ. 2006;13:81625.
10. Pujiasmanto B, Moenandir J, Syamsulbahri, Kuswanto. Kajian agroekologi dan morfologi sambiloto (andrographis paniculata ness.) pada berbagai habitat.
Biodiversitas 2007;8(4):326-9.
11. Widyawati T. Aspek farmakologi sambiloto (Andrographis paniculata ness). Majalah Kedokteran Nusantara 2007;40(3):216-22.
12. Sudarmi, Retnaningsih N, Tari AIN. Kajian jenis tanah dan naungan terhadap hasil dan analisis usaha tani sambiloto (Andrographis paniculata ness) [Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian]. Sukoharjo: Universitas Bantara; 2014. p. 1-10.
13. Suryawati S, Djunaedy A, Trieandari A. Respon tanaman sambiloto (Andrographis paniculata ness.) akibat naungan dan selang penyiraman air. Embryo 2007;4(2):146-
55.
14. de las Heras B, Hortelano S. Molecular basis of the anti-inflammatory effects of terpenoids. Inflammation & Allergy - Drug Targets 2009;8(1):28-39.
15. Zhang QQ, Zhou DL, Ding Y, Liu HY, Lei Y, Fang HY, et al. Andrographolide inhibits melanoma tumor growth by inactivating the TLR4/NF-kB signaling pathway.
Melanoma Res. 2014;24(6):545-55.
16. Zhu T, Wang DX, Zhang W, Liao XQ, Guan X, Bo H, et al. Andrographolide protects against LPS-induced acute lung injury by inactivating of NF-kB. Plos One
2013;8(2):56407.
17. Hoesel B, Schmid JA. The complexity of NF-B signaling in inflammation and cancer. Mol Cancer 2013;12:86.
18. Lai YH, Yu SL, Chen HY, Wang CC, Chen HW, Chen JJ. The HLJ1 targeting drug screening identified Chinese herb andrographolide that can suppress tumour growth
and invasion in non-small-cell lung cancer. Carcinogenesis 2013;34(5):1069-80.
19. Xia J, Chen J, Zhang Z, Song P, Tang W, Kokudo N. A map describing the association between effective components of traditional Chinese medicine and signaling
pathways in cancer cells in vitro and in vivo. Drug Discov Ther. 2014;8(4):139-53.
20. Chun JY, Tummala R, Nadiminty N, Low W, Liu C, Yang J, et al. Andrographolide, an herbal medicine inhibits interleukin-6 expression and suppresses prostate cancer
cell growth. Genes Cancer 2010;1(8):868-76.
21. Ahmad MS, Ahmad S, Arshad M, Afzal M. Andrographia paniculata a miracle herbs for cancer treatment: In vivo and in vitro studies against aflatoxin B1 toxicity.
Egyptian Journal of Medical Human Genetics 2014;15:163-71.
22. Peng T, Hu M, Wu TT, Zhang C, Chen Z, Huang S, et al. Andrographolide suppresses proliferation of nasopharyngeal carcinoma cells via attenuating NF-kB pathway.
Biomed Research International 2015;2015:735056.
23. Sukardiman, Studiawan H, Rahman A, Santosa MH, Pratama FA. Ethyl acetate fraction of andrographis paniculata ness increases cytotoxic effect of 5-fluorouracil on
human cancer cell lines. Int J Pharm Pharm Sci. 2014; 6(5):67-71.
24. Dey YN, Kumari S, Ota S, Srikanth N. Phytopharmacological review of Andrographis paniculata (Burm.f ) Wall. ex Nees. Int J Nutr Pharmacol Neurol Dis. 2013;3(1):3-10.

780 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


ANALISIS

Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Terapi Adjuvan


Kaki Diabetik
Hendry Irawan,1 Kartika2
1
Residen Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah,
Denpasar, Bali, Indonesia
2
Dokter Umum

ABSTRAK
Kaki diabetik sebagai salah satu komplikasi diabetes melitus, memiliki angka morbiditas yang tinggi. Penelitian-penelitian klinis acak
mengkonfirmasi bahwa terapi oksigen hiperbarik mampu meningkatkan kecepatan penyembuhan luka dan mengurangi keperluan amputasi
pada pasien kaki diabetik.

Kata kunci: Kaki diabetik, terapi oksigen hiperbarik

ABSTRACT
Diabetic foot, one of diabetics complications, has a high morbidity rate. Randomized clinical studies confirm that hyperbaric oxygen therapy
can hasten wound healing and decrease the need for amputations in patients with diabetic foot ulcers. Hendry Irawan, Kartika. Hyperbaric
Oxygen Therapy as Adjuvant Therapy of Diabetic Foot

Keywords: Diabetic foot, hyperbaric oxygen therapy

PENDAHULUAN tekanan lebih tinggi dari tekanan normal yang tidak pas, benda asing, pemotongan
Kaki diabetik merupakan salah satu penyebab atmosfer permukaan laut dalam sebuah kuku kaki yang tidak baik, atau luka bakar
utama gangguan ekstremitas bawah pada 220 ruang hiperbarik.5 Terapi ini membantu akibat air panas. Ulkus dapat terjadi akibat
juta pasien diabetes melitus di seluruh dunia.1 meningkatkan kadar oksigen jaringan agar adanya tekanan yang berulang, seperti pada
Kaki diabetik memiliki angka morbiditas 40- terjadi penyembuhan luka, pembatasan kegiatan berjalan ataupun kegiatan aktivitas
80%, mempunyai risiko infeksi tinggi, dan edema, dan membunuh bakteri anaerobik, sehari-hari, umumnya diawali dengan kalus.5
14-20% pasiennya memerlukan amputasi.2-4 sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
Semua penderita diabetes melitus memiliki kaki diabetik.1,5,7 Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya
risiko kaki diabetik, tidak tergantung umur, persepsi nyeri dan tekanan, memperburuk
jenis kelamin, gejala, ataupun kontrol gula KAKI DIABETIK luka yang sudah ada, dan eksaserbasi proses
darah yang adekuat. Neuropati perifer merupakan faktor kunci inflamasi.5 Risiko kecelakaan minor meningkat,
terjadinya kaki diabetik. Kaki diabetik sehingga mudah terbentuk ulkus.8 Defisit
Kaki diabetik memerlukan waktu mempunyai karakteristik demielinisasi dan sistem autonom menyebabkan inhibisi
penyembuhan lama dan penanganan atrofi, dengan kombinasi gangguan sensorik, produksi keringat normal serta minyak,
multidisiplin yang komprehensif, mulai dari motorik, dan sistem autonom. Karakteristik menyebabkan kulit kering dan tidak elastis,
kontrol kadar gula darah, perawatan harian kaki diabetik ditandai dengan adanya triad sehingga terbentuk luka kronik. Neuropati
lokal luka, terapi antibiotik, dan pembedahan klasik, yaitu neuropati, iskemia, dan infeksi.8 motorik menyebabkan atrofi otot intrinsik dan
revaskulerisasi, namun sampai saat ini belum Gangguan metabolik meningkatkan risiko fibrosis menyebabkan gangguan distribusi
ada yang memuaskan.1,5 Hal ini mendorong infeksi dan mengakibatkan penyembuhan berat badan serta gait, dan meningkatkan
pencarian metode yang merangsang luka yang buruk akibat penurunan respons sel, risiko ulkus yang berhubungan dengan
percepatan penyembuhan luka, salah satunya hilangnya aliran darah perifer, dan penurunan tekanan.3,5
dengan metode oksigen hiperbarik.5,6 angiogenesis lokal.8.9
Diabetes melitus juga dapat mengganggu
Terapi oksigen hiperbarik adalah bernapas Pada umumnya gangguan ini dimulai dengan proses penyembuhan luka kronis karena
di lingkungan 100% oksigen dengan luka minor, sering disebabkan akibat sepatu gangguan seluler dan inflamasi, gangguan

Alamat Korespondensi email: hendry_irawan@rocketmail.com

782 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


ANALISIS

vaskuler, dan hipoksia jaringan. Hiperglikemia adekuat, perawatan luka lokal termasuk gelembung.6,10 Hiperoksigenasi merupakan
kronik dapat bersifat toksik pada makrofag dan kontrol infeksi, dan mengurangi tekanan.9 aplikasi hukum Henry dan hasil peningkatan
fibroblas, dan akumulasi produk akhir proses Hal-hal di atas telah lama diterapkan dalam oksigen terlarut plasma berupa tekanan
glikosilasi tingkat lanjut dapat mengganggu manajemen kaki diabetik, namun sampai saat parsial oksigen arterial. Penurunan ukuran
fungsi sitokin, produksi growth factor, dan ini morbiditas akibat kaki diabetik masih tinggi, gelembung merupakan aplikasi hukum
pembentukan matriks ekstraseluler.5 yaitu 40-80%, memiliki risiko infeksi yang Boyle bahwa volume gelembung akan turun
tinggi, dan 14-20% pasiennya memerlukan sebanding dengan meningkatnya tekanan;
Saat ini ada beberapa klasifikasi derajat kaki tindakan amputasi.2-4 Amputasi ekstremitas prinsip ini digunakan pada tatalaksana
diabetik, salah satunya adalah klasifikasi bawah dinilai sering mengakibatkan gangguan dekompresi dan emboli gas arteri.6
Wagner yang dipakai secara luas.2 Klasifikasi disabilitas dan kehilangan kemandirian, serta
Wagner menggambarkan derajat luas dan lebih menghabiskan biaya dibandingkan Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada
berat ulkus (Tabel 1). usaha penyelamatan.9 Sekitar separuh pasien ruang hiperbarik yang dibedakan menjadi
akan tetap mengalami kaki diabetik pada 2, yaitu ruang hiperbarik monoplace dan
Tabel 1. Klasifikasi Wagner2 tungkai kontralateral dalam 18 bulan setelah multiplace (Gambar).6,10,11 Ruang monoplace
Grade 0 Tidak ada ulkus amputasi.9 Hal-hal ini menimbulkan banyak digunakan untuk terapi satu pasien saja,
Grade I Ulkus superfisial terlokalisir usaha mencari tatalaksana terbaik kaki sedangkan ruang multiplace dapat digunakan
Grade II Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, diabetik, dengan harapan dapat menurunkan untuk beberapa pasien pada saat bersamaan.
ligamen, otot, sendi, belum mengenai
tulang, tanpa selulitis atau abses angka morbiditas akibat diabetes melitus. Di ruang multiplace, pasien menggunakan
Grade III Ulkus lebih dalam, sudah mengenai masker atau penutup kepala untuk
tulang, sering komplikasi osteomielitis, TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK memberikan oksigen ke pasien. Di ruang
abses, atau selulitis
Pasien akan terpapar dengan 100% oksigen monoplace, pasien tidak perlu menggunakan
Grade IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal
dalam keadaan tekanan 2 sampai 3 kali masker atau penutup kepala karena oksigen
Grade V Gangren seluruh kaki
atmosphere absolute (ATA), sehingga jaringan langsung dialirkan ke ruangan.6,10 Protokol
Prinsip tatalaksana kaki diabetik adalah terinfeksi dan luka akan terpapar dengan paling umum pada tatalaksana kaki diabetes
penutupan luka. Kompenen-komponen oksigen berkonsentrasi tinggi. Terapi oksigen melitus adalah 100% oksigen bertekanan 2-3
penting tatalaksana antara lain mengobati hiperbarik mempunyai 2 mekanisme utama, atmosfer dalam ruangan hiperbarik selama 90
penyakit dasar, memastikan suplai darah yaitu hiperoksigenasi dan penurunan ukuran menit, 20 sampai 30 kali.1

Tabel 2. Penelitian-penelitian pengaruh terapi oksigen hiperbarik pada tatalaksana kaki diabetik EFIKASI TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK
Peranan oksigen pada penyembuhan
Metode
No. Peneliti (tahun) Sampel Hasil luka telah lama dipelajari dan diterima.6,10
Penelitian
1. Faglia E, et al K o h o r t 70 sampel kaki diabetik. Terapi oksigen hiperbarik menurunkan Oksigen molekuler berperan sebagai
(1996)13 Prospektif tingkat amputasi mayor (relative risk 0,26; nutrien untuk replikasi fibroblas, mobilitas
Randomisasi p=0,016; 95% Confidence Interval 0,08-0,84)
dengan risiko amputasi akibat iskemia makrofag, pertumbuhan jaringan granulasi,
berat, osteomielitis, atau keduanya. Peran neovaskulerisasi, dan fungsi-fungsi penting
protektif terapi oksigen hiperbarik terhadap
amputasi mayor (odds ratio 0,084; p=0,033;
lainnya dalam penyembuhan luka.5,6,10,12
95% Confidence Interval 0,008-0,821). Pemberian oksigen dengan bertambahnya
tekanan meningkatkan fagositosis dengan
2. Kessler L, et al K o h o r t 28 sampel diabetes melitus Setelah terapi oksigen hiperbarik selama 90
(2003)1 P r o s p e k t i f dengan kaki diabetik Wagner menit, 2 kali sehari, 5 hari seminggu, selama
cara meningkatkan tegangan oksigen lokal,
Randomisasi grade I-III tanpa arteriopati. 2 minggu pada 2,5 ATA, ulkus berkurang sehingga setingkat dengan fungsi normal
signifikan pada kelompok terapi oksigen fagositik.3
hiperbarik (p=0,037).

3. Tongson L, et al K o h o r t 41 sampel kaki diabetik Wagner 88% menunjukkan perbaikan, 12% harus Peranan terapi oksigen hiperbarik sebagai
(2013)12 Prospektif grade III atau IV. menjalani amputasi. Pada sampel yang tatalaksana kaki diabetik telah banyak diteliti
menunjukkan perbaikan, 86% sembuh
sempurna, 14% sembuh sebagian. (Tabel 2).

4. Medical Advisory Studi Cochrane 3 penelitian RCT (118 pasien Terapi oksigen hiperbarik membantu Terapi ini menunjukkan efek memperbaiki
Secretariat dari diabetes melitus yang mencegah amputasi mayor (relative risk 0,31;
Ministry of Health mendapat terapi oksigen 95% Confidence Interval 0,13-0,71). hipoksia jaringan, meningkatkan perfusi,
and Long Term hiperbarik). mengurangi edema, menurunkan sitokin
Care, Toronto
(2005)14 inflamasi, meningkatkan proliferasi fibroblas,
5. Kranke P, et al Studi Cochrane 12 penelitian RCT 205 partisipan menunjukkan peningkatan produksi kolagen, dan angiogenesis.5,6,10,12,16
(2015)15 membandingkan efek terapi laju penyembuhan ulkus (risk ratio 2,35; 95%
oksigen hiperbarik pada Confidence Interval 1,19-4,6; p=0,01).
penyembuhan luka kronis (577 Keadaan hipoksia akan menstimulasi
partisipan) dan 10 penelitian angiogenesis, tetapi pembentukan
(531 partisipan) melibatkan
pasien kaki diabetik.
jaringan kapiler yang baik memerlukan
konsentrasi oksigen yang cukup.6 Terapi

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 783


ANALISIS

oksigen hiperbarik akan meningkatkan


gradien konsentrasi oksigen perifer dan
sentral luka yang akan menstimulasi kuat
angiogenesis dengan meningkatkan growth
factor, terutama vascular endothelial growth
factor (VEGF).6,10 Melalui siklus Krebs akan
terjadi peningkatan nikotinamid adenin
dinukleotida hidrogen (NADH) yang memicu
peningkatan fibroblas.10 Fibroblas diperlukan
untuk sintesis proteoglikan dan bersama
VEGF akan meningkatkan sintesis kolagen
untuk penyembuhan luka dan meningkatkan
neovaskulerisasi jaringan.6,10

Oksigen berperan penting untuk hidroksilasi


lisin dan prolin selama sintesis dan maturasi
kolagen dalam proses penyembuhan luka.
Kolagen digunakan sebagai matriks dasar
angiogenesis.6 Kekurangan oksigen akan
mengganggu sintesis kolagen.10

Selain itu, terapi oksigen hiperbarik (A) (B)


meningkatkan derivat oksigen seperti reactive Gambar. Ruang hiperbarik monoplace (A) dan multiplace (B)11
oxygen species (ROS) yang akan meningkatkan
regulasi aktivitas enzim antioksidan jaringan
sebagai mekanisme respons adaptif.17 ROS keadaan ini tidak menyebabkan hipoksia Terapi oksigen hiperbarik dapat digunakan
dalam jaringan memiliki peran dalam respons jaringan karena merupakan suatu kompensasi sebagai terapi kaki diabetik bersamaan
fisiologis dan patofisiologis. Pada konsentrasi dari peningkatan oksigen plasma dan aliran dengan terapi lain seperti debridemen luka,
tinggi, ROS menyebabkan apoptosis, darah mikrovaskuler.6,13 Peningkatan dan perawatan luka, mengurangi tekanan pada
hipertensi, gagal jantung, aterosklerosis, dan perbaikan aliran darah mikrovaskuler tersebut kaki, kontrol gula yang baik, asupan nutrisi,
diabetes.18 Pada konsentrasi rendah, ROS akan meningkatkan densitas kapiler, sehingga dan penggunaan antibiotik.6,10,16
berperan dalam cellular messengers yang daerah iskemia akan mengalami reperfusi.10,16
meregulasi penyembuhan luka, seperti growth Penelitian-penelitian tambahan diperlukan
factor, proliferasi dan migrasi sel, angiogenesis, Terapi oksigen hiperbarik efektif membunuh untuk mengevaluasi secara holistik
dan sintesis matriks ekstraseluler.5,17-19 Pada bakteri anaerob melalui proses oksidasi kemampuan terapi oksigen hiperbarik pada
studi in vitro regulasi angiogenesis terhadap protein dan lipid membran, merusak DNA, luka kronis seperti luka diabetik dengan
ROS, terjadi peningkatan pembentukan dan menghambat fungsi metabolik bakteri.6,10 desain dan kekuatan penelitian yang mampu
tabung, migrasi, dan adhesi sel endotel pada Penelitian in vitro ataupun penelitian pada meminimalkan bias.15,16
konsentrasi rendah O2- yang diukur dengan hewan menunjukkan adanya peningkatan
500 M xanthine dan 1 mU/ml xanthine kemampuan mikrobisidal polimorfonukleosit SIMPULAN
oxidase, dan konsentrasi rendah H2O2 yaitu dan makrofag saat tekanan oksigen jaringan Manfaat efek oksigen, baik seluler maupun
0,001-1 M. Konsentrasi tinggi O2- dan H2O2 yang terinfeksi tinggi atau kembali ke normal.20 biokimia, menambah pilihan tatalaksana kaki
akan menghambat pembentukan tabung, Produksi toksin dan pertumbuhan bakteri akan diabetik. Terapi oksigen hiperbarik mampu
migrasi, dan adhesi sel endotel (xanthine dihambat jika kadar oksigen jaringan tinggi.13,20 sebagai terapi adjuvan untuk mempercepat
oxidase 10 mU/ml dan H2O2 100 M).19 Keadaan hiperbarik dengan tekanan parsial laju penyembuhan luka, menurunkan
oksigen jaringan lebih dari 30 mmHg akan kebutuhan amputasi, dan meningkatkan
Kondisi luka pada kaki diabetik sering meningkatkan aktivitas makrofag.13 Keadaan jumlah luka sembuh sempurna. Penelitian
disertai edema jaringan. Edema jaringan hiperoksia juga meningkatkan potensi RCT, placebo-controlled, dan percobaan klinis
menyebabkan terjadinya hipoksia karena antibiotik seperti fluorokuinolon, amfoterisin pada populasi lebih luas sangat diperlukan
hipoperfusi jaringan.10 Terapi oksigen B, dan aminoglikosida yang menggunakan untuk makin memantapkan peranan terapi
hiperbarik menyebabkan kondisi jaringan oksigen untuk transpor melewati membran oksigen hiperbarik pada kaki diabetik.
hiperoksia, sehingga terjadi vasokonstriksi sel.6
yang dapat mengurangi edema jaringan;6

DAFTAR PUSTAKA :
1. Kessler L, Bilbault P, Ortga F, Grasso C, Passemard R, Stephan D, et al. Hyperbaric oxygenation accelerate the healing rate of nonischemic chronic diabetic foot

784 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


ANALISIS

ulcers: A prospective randomized study. Diabetes Care. 2003;26:2378-82.


2. Yasa KP. Debridemen dengan fasiotomi pada kaki diabetik menurunkan tumour necrosis factor- (TNF-) dan meningkatkan vascular endothelial growth factor
(VEGF) plasma disertai perbaikan klinis [Disertasi]. Denpasar: Universitas Udayana; 2014.
3. Chidiac C, Bru JP, Choutet P, et al. Clinical practice guidelines: Management of diabetic foot infections. Medicine et maladies infectieuses. 2007;37:14-25.
4. Frykberg RG, Zgonis T, Armstrong DG, Driver VR, Giurini JM, Kravitz SR, et al. Diabetic foot disorders: A clinical practice guideline (2006 revision). J Foot Ankle Surg.
2006;45:1-66.
5. Flood MS. Hyperbaric oxygen therapy for diabetic foot ulcers. The Journal of Lancaster General Hospital 2007;2:140-5.
6. Bhutani S, Vishwanath G. Hyperbaric oxygen and wound healing. Indian J Plast Surg. 2012;45:316-24.
7. Huang ET, Mansouri J, Murad MH, Joseph WS, Strauss MB, Tettelbach W, et al. A clinical practice guideline for the use of hyperbaric oxygen therapy in the treatment
of diabetic foot ulcers. Undersea & Hyperbaric Medical Society. 2015;42:205-47.
8. Singh S, Pai DR, Yuhhui C. Diabetic foot ulcer - diagnosis and management. Clinical Research on Foot & Ancle. 2013;1:1-9.
9. Chadwick P, Edmonds M, McCardle J, Armstrong D, Apelqvist J, Bptros M, et al. International Best Practice Guidelines: Wound Management in Diabetic Foot Ulcers.
London: Wounds International; 2013.
10. Wibowo A. Oksigen hiperbarik: Terapi percepatan penyembuhan luka. Juke Unila. 2015;5:124-8.
11. Hipertech Ltd. Modern hyperbaric solutions. Turkey: Hipertech Ltd; 2010.
12. Tongson L, Habawel DL, Evangelista R. Hyperbaric oxygen therapy as adjunctive treatment for diabetic foot ulcer. Wounds International. 2013;4:8-12.
13. Faglia E, Favales F, Aldeghi A, Calia P, Quarantiello A, Oriani G, et al. Adjunctive systemic hyperbaric oxygen therapy in treatment of severe prevalently ischemic
diabetic foot ulcer. Diabetes Care. 1996;19:1338-43.
14. Medical Advisory Secretariat. Hyperbaric oxygen therapy for non-healing ulcers in diabetes mellitus: An evidence-based analysis. Ontario Health Technology
Assessment Series. 2005;5:1-28.
15. Kranke P, Bennett MH, Martyn-St James M, Schnabel A, Debus SE. Hyperbaric oxygen therapy for chronic wounds. Cochrane Database of Syst Rev. 2012;(4):CD004123.
doi: 10.1002/14651858.CD004123.pub3.
16. Lipsky BA, Berendt AR. Hyperbaric oxygen therapy for diabetic foot wounds. Diabetes Care 2010;33:1143-5.
17. Grdl F, Cimit M, Oner-Iyidoan Y, Krpinar S, Yalinkaya S, Koak H. Early and late effects of hyperbaric oxygen treatment on oxidative stress parameters in
diabetic patients. Physiological Research 2008;57:41-7.
18. Ushio-Fukai M. Redox signaling in angiogenesis: Role of NADP oxidase. Cardiovascular Research 2006;71:226-35.
19. Huang SS, Zheng RL. Biphasic regulation of angiogenesis by reactive oxygen species. Pharmazie. 2006;61:223-9.
20. Mathieu D. Handbook on hyperbaric medicine. Netherlands: Springer; 2006.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 785


OPINI

Goji Berry: Fakta, Manfaat, dan Efek Samping


Dian Daniella, Yoana Arifin
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Goji berry merupakan tanaman obat yang mulai dikenal di Indonesia karena dipercaya bermanfaat bagi kesehatan dan karena kandungan
antioksidan yang tinggi. Penelitian mengenai tanaman ini masih terbatas.

Kata kunci: Goji berry, efek samping, manfaat

ABSTRACT
Goji berry is a herbal known in Indonesia for its presumed health benefits and its high antioxidant content. Studies on this herbal medicine are
still limited. Goji Berry: Fact, Benefit, and the Side Effect.

Keywords: Benefit, goji berry, side effect

PENDAHULUAN digunakan dalam pengobatan tradisional di


Goji berry, buah yang mendapat julukan negara-negara Asia lainnya, seperti Vietnam,
superfruit atau superfood di Amerika1 menjadi Korea, dan Jepang.2
terkenal karena dipercaya memiliki banyak
manfaat. Banyak ditemukan berbagai Meskipun telah dikenal dan digunakan selama
makanan jadi atau minuman kemasan lebih dari 2000 tahun dalam pengobatan
yang mengandung produk ini. Goji berry tradisional Cina, penelitian manfaat goji berry
memiliki banyak nama lain, seperti wolfberry, pada manusia masih terbatas. Mekanisme
chinesewolfberry, atau matrimony wine di tanaman herbal ini dalam mencegah berbagai
negara-negara berbahasa Inggris, kuko di proses degenerasi masih belum diketahui
Jepang, gugija di Korea, dan qouqizi di Cina.2,3 pasti. Namun, hal ini tidak mencegah tingginya Gambar 1. Tanaman goji
permintaan dan banyaknya masyarakat
Negara-negara di Eropa dan Amerika Utara Indonesia yang mulai tertarik atau bahkan
mulai mengenal goji berry sejak awal abad ke- telah mengonsumsi buah ini. Tulisan ini akan
21 sebagai produk yang dipercaya memiliki membahas sejarah goji berry, manfaat, saran
efek anti-aging.24 Di negara-negara tersebut, penyajian, dan hal-hal yang perlu diperhatikan
buah ini banyak dijual di pasar makanan sehat sebelum mengonsumsi goji berry.
ataupun secara online. Goji berry sebenarnya
sudah dikenal oleh negara-negara di Asia ASAL MULA TANAMAN
Timur sejak 2000 tahun silam dan sering Di dunia ilmiah, goji dikenal dengan
disertakan dalam berbagai masakan, seperti nama L. barbarum2 dan termasuk famili
sup dan bubur.2 Goji berry telah digunakan Solanaceae.7 Tanaman ini diketahui berasal
dalam pengobatan tradisional Cina sejak dari Mediterranean Basin (negara-negara di
zaman Dinasti Tang (1000-1400 SM) hingga sekitar Laut Mediterania). Tanaman goji terdiri
saat ini.2,5,6 Dalam pengobatan tradisional dari akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Cina, goji berry dikenal bermanfaat untuk Tinggi tanaman berkisar antara satu hingga
Gambar 2. Buah goji
memperbaiki visus mata dan meningkatkan tiga meter. Daun tanaman berujung runcing
fungsi hepar, ginjal, dan paru dengan cara atau oval.2 Buahnya berwarna oranye hingga
KANDUNGAN DALAM GOJI BERRY
menyeimbangkan yin dan yang dalam tubuh. merah tua, berukuran kurang lebih dua
Terdapat beberapa kandungan dalam goji
Buah ini juga dikenal sebagai obat panjang sentimeter, dan memiliki rasa pahit hingga
berry yang bermanfaat, salah satunya adalah L.
umur.2,3 Selain di Cina, goji berry sering manis2,3 (Gambar 1, 2).

Alamat Korespondensi email: yoanaarifin@gmail.com

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 787


OPINI

barbarum polysaccharide (LBP).3,6,7 L. barbarum Pada tikus, LBP meningkatkan uptake Terhadap Mata
polysaccharide merupakan kandungan glukosa ke dalam sel melalui peningkatan Karotenoid diketahui memiliki efek positif
dalam goji berry yang paling sering diteliti aktivitas glucose transporter 4 (GLUT 4) dan dalam memperbaiki visus.9 Termasuk
manfaatnya, baik pada hewan maupun peningkatan sensitivitas insulin, sehingga dalam kelompok karotenoid, xantofil lutein
manusia, karena dianggap sebagai kandungan dapat menurunkan kadar gula darah.3 Cai, dan zeaxanthin yang merupakan pigmen
utama dan paling bermanfaat. Polisakarida et al. melakukan randomized controlled trial tumbuhan yang terakumulasi secara selektif
dalam goji berry terdiri dari galaktosa, glukosa, terhadap 67 pasien diabetes melitus tipe 2, di makula retina dan dipercaya memiliki
rhamnose, arabinose, mannose, dan xylose.8 dinyatakan konsumsi 300 mg LBP selama efek protektif mencegah degenerasi makula
Selain polisakarida, terdapat asam amino tiga bulan dapat menurunkan kadar gula terkait usia (age related macular degeneration/
proline, taurine, -aminobutiric acid, dan darah puasa dan postprandial. L. barbarum AMD). Mekanisme protektif ini terjadi melalui
betaine; serta asam lemak hexadonic acid, polysaccharide terbukti dapat meningkatkan perannya sebagai filter cahaya biru dan
linoleic acid, -elemen, myristic acid, dan sensitivitas dan sekresi insulin oleh sel- sebagai antioksidan. Lutein memiliki efek
ethylhexadecanoate.2 pankreas melalui penurunan kadar adipokin dominan dibanding zeaxanthin.9
tubuh. Adipokin merupakan sitokin yang
Goji berry (L. barbarum) mengandung dikeluarkan oleh sel lemak yang berperan Age-related Macular Degeneration
karotenoid yang kadarnya meningkat jika dalam meningkatkan resistensi insulin.6 Age-related macular degeneration merupakan
buah semakin matang.2 Karotenoid secara penyebab penurunan visus utama pada lanjut
umum terdiri dari dua kelas; karoten (alfa Terhadap Proses Penuaan usia, sehingga menyebabkan penurunan
karoten, beta karoten, dan likopen) dan Penuaan (aging) merupakan proses kualitas hidup. Penyakit ini secara gradual
xantofil (beta-kriptoxantin, xantofil lutein, penurunan fungsi fisiologis seluruh organ merusak makula, bagian retina yang berperan
dan zeaxanthin).9 Goji berry merupakan tubuh yang memiliki dampak meningkatkan menghasilkan visus yang tajam. Kerusakan
buah dengan kandungan zeaxanthin kerentanan organisme terhadap suatu fotoreseptor di makula, seperti pada AMD,
tertinggi.5 Sebuah studi kromatografi (2013) penyakit. Makin tua tubuh manusia, makin menyebabkan visus sentral akan mengalami
menunjukkan bahwa kadar zeaxanthin dan banyak terjadi kerusakan akibat stres oksidatif, distorsi atau hilang. Stres oksidatif dalam
lutein dalam L. barbarum bervariasi dari 12,5 yaitu radikal bebas yang merusak sel tubuh.3 bentuk cahaya dan oksigen menyebabkan
hingga 81,7 g/100g dan 578,1 hingga 2307,1 Antioksidan dipercaya dapat mengatasi lepasnya segmen fotoreseptor; sisa-sisa sel ini
g/100g.9 Selain karotenoid, di dalam goji kerusakan tersebut. Dursun, et al, melakukan harus didegradasi dan debrisnya dibuang oleh
berry terdapat riboflavin, tiamin, dan vitamin C penelitian pada 32 tikus dengan torsio testis epitel pigmen retina yang terletak posterior.11
(42 mg/100 g goji berry).2,3 untuk melihat efek antioksidan dari 100
mg/kg ekstrak goji berry (50 gram goji berry Salah satu strategi preventif yang dapat
SARAN PENYAJIAN menghasilkan 2 gram esktrak goji berry) yang diterapkan adalah dengan meningkatkan
Goji berry dapat dikonsumsi dalam bentuk diberikan secara intraperitoneal selama tujuh asupan antioksidan. Sebuah studi melibatkan
segar dan dikeringkan, diminum dalam hari. Hasilnya, goji berry meningkatkan total 150 individu lanjut usia dilakukan untuk
bentuk jus, teh, atau wine, diproses menjadi antioxidant capacity (TAC), menurunkan mengetahui efek suplementasi goji berry
bentuk bubuk dan tablet, ataupun dalam total oxidative stress (TOS) dan oxidative stress (Lacto-wolfberry/LWB) sebanyak 13,7 gram
berbagai masakan.2,3 Dosis rekomendasi index (OSI) tubuh tikus yang menghasilkan per hari dalam bentuk bubuk yang dicampur
untuk manusia adalah 5-12 gram goji berry per penurunan kerusakan iskemik testis. Konsumsi dengan 200 ml sup atau air panas saat
hari.2 Masyarakat lebih sering mengonsumsi ekstrak goji berry per oral juga menghasilkan makan siang selama 90 hari terhadap faktor
goji berry dalam bentuk minuman seperti hasil serupa pada tikus.8 risiko AMD pada individu lanjut usia sehat
jus atau makanan lain karena rasanya lebih yang dibandingkan dengan plasebo. Mereka
kaya dibandingkan langsung mengonsumsi Percobaan yang dilakukan pada manusia menjalani pemeriksaan oftalmologis sebelum
buahnya. Jus goji berry murni kaya potasium berupa sebuah randomized, double- dan sesudah suplementasi. Hasilnya, individu
(1460 mg/100 mL) dan besi (0,3 mg/100 mL), blind, placebo-controlled trial terhadap 34 yang mengonsumsi LWB tidak mengalami
5-15g/100 mL jus goji setara dengan 25-120 g orang etnis Cina sehat. Para subjek yang hipopigmentasi dan akumulasi drusen
buah segar.10 mengonsumsi 1.632 mg/hari LBP selama 14 lebih lanjut di makula. Kadar zeaxanthin
hari; didapatkan peningkatan energi, kualitas dan antioksidan juga meningkat secara
MANFAAT GOJI BERRY tidur, kemampuan fokus pada aktivitas dan signifikan sebanyak 26% dan 57%. Mekanisme
Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 penurunan tingkat stres.3 Mekanisme ini terkait penurunan risiko ini masih memerlukan studi
Kadar glukosa darah yang tinggi pada dengan efek fisiologis buah ini, kualitas tidur lebih lanjut.5
diabetes melitus (DM) akan menyebabkan dipengaruhi oleh perubahan metabolisme
terbentuknya reactive oxygen species (ROS), ROS yang menyebabkan kesulitan tidur dalam Katarak
radikal bebas yang dapat merusak sel-sel jangka panjang.10 Hal ini menjadi bukti bahwa Sinar ultraviolet (UV) merupakan salah satu
tubuh.3 dengan mengonsumsi secara rutin ekstrak goji faktor risiko katarak melalui mekanisme
berry dapat meningkatkan performa individu rusaknya lensa akibat radikal bebas yang
Goji berry, terutama LBP, dipercaya memiliki dalam aktivitas sehari-hari. diinduksi sinar UV. Goji berry dipercaya memiliki
efek menurunkan kadar gula darah.6 kandungan antioksidan yang dapat mencegah

788 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


OPINI

atau memperlambat pembentukan katarak 40% pada tikus percobaan.10 Selain terhadap tersebut. Hasilnya, 5 dari 11 individu yang
yang dipicu sinar UV. Sebuah studi in vitro tikus jantan, goji berry juga bermanfaat untuk memiliki alergi makanan dan pernah
menggunakan lensa yang didiseksi kemudian tikus betina tua, LBP (20 mg/kg, 40 mg/kg, dan mengonsumsi goji berry mengeluh gejala
dikultur dalam medium selama 24 jam. 60 mg/kg) selama 30 hari memperbaiki atrofi alergi dengan intensitas ringan hingga sedang,
Medium dibagi menjadi yang mengandung uterus dan meningkatkan kadar estrogen dan namun individu ini menolak untuk melakukan
ekstrak goji berry dan yang tidak, kemudian progesteron tikus.3 percobaan induksi alergi terkontrol dengan
diletakkan dalam ruangan inkubasi dengan goji berry. Individu yang mengalami reaksi
sinar UVB selama dua jam. Hasilnya, ekstrak Jantung, Hepar, dan Saraf alergi ini juga menunjukkan hasil positif pada
goji berry mampu mempengaruhi katarak Penelitian efek pemberian LBP terhadap skin prick test, dan studi in vitro menunjukkan
yang diinduksi sinar UV. Namun, medium kerusakan miokardium tikus jantan adanya IgE spesifik; reaksi alergi muncul
kultur menyerap radiasi sinar UV sebanyak mendapatkan bahwa LBP melindungi setelah paparan pertama goji berry pada 3 dari
kornea. Untuk menentukan efek protektif jantung tikus dengan menghambat apoptosis 5 kasus. Lebih dari 16% individu yang belum
goji berry sesungguhnya, lensa perlu diradiasi kardiomiosit iskemik pada ischemic heart pernah mengonsumsi goji berry mengeluh
sebelum inkubasi dalam medium goji berry.4 disease karena LBP memiliki efek anti-oksidatif gejala yang sama setelah mengonsumsinya.
dan anti-inflamasi.3 Studi ini menunjukkan bahwa goji berry
Kanker dapat menimbulkan reaksi alergi baik pada
Du, et al. meneliti efek goji berry terhadap tikus Penelitian juga dilakukan pada hepar tikus. kelompok yang pernah terpapar maupun
tua yang divaksin influenza. Milk-based goji Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang belum. Studi ini juga menunjukkan
berry yang diberikan kepada tikus tersebut dengan dosis 300 mg/kg LBP selama 30 hari bahwa 80% individu yang belum pernah
ternyata dapat meningkatkan respons imun dapat menurunkan kerusakan hepar dan terpapar memiliki hasil skin prick test positif.
tubuh melalui peningkatan maturasi sel mencegah progresi alcohol-induced fatty Gejala alergi bervariasi, predileksi utama di
dendritik yang memegang peranan sebagai liver pada tikus jantan. Penelitian terhadap mukosa mulut dan kulit. Juga ditemukan
antigen presenting cell (APC) pemicu respons tikus dengan nonalcoholic fatty liver disease gejala lebih berat seperti sesak.12
imun sel T. Peningkatan maturasi sel dendritik menunjukkan bahwa dosis 1 mg/kg LBP
akan meningkatkan kinerja sel tersebut, per hari selama delapan minggu dapat Sebuah laporan kasus dari Spanyol (2011)
sehingga dapat mengaktifkan lebih banyak memperbaiki metabolisme lipid, stres melaporkan serangan anafilaksis terkait
sel T. Kandungan dalam goji berry yang oksidatif, menurunkan mediator proinflamasi, konsumsi goji berry yang dikonfirmasi melalui
berperan besar dalam meningkatan respons dan menghambat apoptosis sel hepar.3 uji IgE spesifik. Individu telah tersensitisasi
imun adalah LBP.7 LBP dipercaya memiliki tomat yang satu famili dengan goji berry. Uji
efek apoptosis dan anti-proliferatif yang dapat Selain kardioprotektif dan hepatoprotektif, goji reaksi silang menggunakan inhibisi imunoblot
mencegah dan meningkatkan efek terapi berry juga bersifat neuroprotektif karena efek menunjukkan adanya reaksi silang yang kuat
kanker. Jenis kanker yang telah diteliti melalui mengurangi stres oksidatif dan apoptosis sel antara goji berry dan tomat.13
tikus dan memiliki efek baik setelah pemberian saraf. Penelitian menggunakan tikus stroke
LBP adalah kanker payudara, kanker seviks, yang diberi 10 mg/kg LBP per hari selama Reaksi dengan Antikoagulan
kanker gaster, kanker kolorektal, leukemia, tujuh hari pre-stroke mendapatkan hasil Selain reaksi alergi, goji berry juga dipercaya
kanker hepar, kanker prostat, dan sarkoma.2,3 bahwa LBP mengurangi defisit neurologis dan memiliki interaksi dengan antikoagulan seperti
mengecilkan area infark.3 warfarin. Kasus peningkatan international
Selain itu, L. barbarum polysaccharide normalized ratio (INR) pada seorang wanita
dipercaya dapat meningkatkan sel darah EFEK SAMPING 71 tahun yang mengonsumsi warfarin setelah
merah, sel darah putih, dan platelet pada tikus Beberapa laporan menunjukkan efek samping operasi lutut tiga bulan sebelumnya dan
setelah mendapat radiasi.3 terkait mengonsumsi goji berry, seperti reaksi kemudian mengonsumsi goji berry dalam
alergi dan interaksi dengan antikoagulan.12,13 bentuk jus empat hari sebelum dirawat. Pasien
Aktivitas Seksual Reaksi alergi berupa tipe lambat ataupun tipe datang dengan perdarahan epistaksis, memar,
Nama lain goji berry adalah matrimony wine.2 cepat. Reaksi alergi dipercaya akibat adanya dan perdarahan dari rektum. Penghentian
Nama ini diperoleh melalui tradisi pengobatan protein transfer lipid non-spesifik, sama seperti goji berry dan warfarin serta pemberian
tradisional Cina yang mempercayai bahwa patofisiologi alergi lain yang diawali fase phytonadione menurunkan INR menjadi 2,6
buah ini dapat meningkatkan aktivitas dan sensitisasi yang simptomatik dan dipercaya setelah dua hari.14 Selain itu, juga terdapat
kemampuan seksual. Penelitian untuk menilai dapat mengalami reaksi silang dengan bahan laporan interaksi serupa antara warfarin dan
efek pemberian goji berry terhadap sistem lain, sehingga terjadi beberapa saat setelah teh yang mengandung goji berry.14
reproduksi dilakukan pada tikus. Pemberian paparan makanan spesifik. Reaksi alergi cepat
LBP pada tikus meningkatkan frekuensi berupa anafilaksis juga pernah ditemukan.5,14 Penelitian Bucheli, et al,5 menunjukkan bahwa
ejakulasi, kualitas dan kuantitas sperma, mengonsumsi goji berry selama 90 hari tidak
meningkatkan berat testis dan epididimis, Reaksi Alergi menunjukkan efek samping dan penelitian
dan meningkatkan kadar hormon seksual. Sebuah studi observasional dilakukan pada lain mengenai konsumsi goji berry selama 30
LBP dapat meningkatkan kuantitas semen individu alergi makanan untuk menentukan hari juga menunjukkan tidak ada kelainan
hingga 68% dan motilitas sperma sebanyak risiko potensial goji berry pada kelompok urin, feses, ataupun pemeriksaan fisik.3,5 Hal ini

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 789


OPINI

menunjukkan bahwa goji berry cukup aman dapat meningkatkan kadar antioksidan tubuh, sepenuhnya diketahui, penelitian pada
dikonsumsi dalam jangka lama bagi individu sehingga dapat mengurangi stres oksidatif. manusia juga masih terbatas sehingga masih
yang tidak memiliki kelainan kesehatan. Goji berry dapat bermanfaat meningkatkan memerlukan studi lebih lanjut. Berbagai
aktivitas seksual dan meminimalkan efek penelitian in vitro telah dilakukan untuk
SIMPULAN kanker ataupun terapi radiasi. Goji berry membuktikan manfaat goji berry. Meskipun
Goji berry merupakan salah satu tanaman memiliki beberapa efek samping seperti reaksi menunjukkan hasil positif, perlu diperhatikan
obat yang mulai dikenal karena manfaat dan alergi dan dapat berinteraksi dengan warfarin. bahwa yang digunakan berbentuk ekstrak
kandungan antioksidan di dalamnya. Goji berry Dengan demikian, goji berry aman dikonsumsi, seperti LBP dan bukan buah goji utuh. Selain
mengandung polisakarida yang baik bagi namun harus diperhatikan terutama bagi itu, penelitian sebagian besar menggunakan
penderita diabetes melitus dan karotenoid penderita alergi makanan dan bagi pasien subjek hewan percobaan. Penelitian lebih
yang dapat meningkatkan kesehatan mata yang sedang dalam terapi warfarin. lanjut mengenai manfaat goji berry masih
dan memperlambat timbulnya gangguan diperlukan.
visus seperti AMD dan katarak. Goji berry juga Mekanisme protektif goji berry belum

DAFTAR PUSTAKA :
1. Li J, Pan L, Naman CB, Deng Y, Chai H, Keller WJ, et al. Pyrrole alkaloids with potential cancer chemopreventive activity isolated from a goji berry-contaminated
commercial sample of African Mango. J Agric Food Chem. 2014;62(22):505460.
2. Potterat O. Goji ( Lycium barbarum and L. chinense ): Phytochemistry, pharmacology and safety in the perspective of traditional uses and recent popularity. Planta
Med. 2010;76(1):719.
3. Zhou SF, Cheng J, Zhou ZW, Sheng HP, He LJ, Fan XW, et al. An evidence-based update on the pharmacological activities and possible molecular targets of Lycium
barbarum polysaccharides. Drug Des Devel Ther. 2014;33.
4. Senchina DS, Hallam JE, Kohut ML, Nguyen NA, Perera MA d. N. Alkaloids and athlete immune function: Caffeine, theophylline, gingerol, ephedrine, and their
congeners. EIR. 2014;20:6893.
5. Bucheli P, Vidal K, Shen L, Gu Z, Zhang C, Miller L, et al. Goji berry effects on macular characteristics and plasma antioxidant levels. Optom Vis Sci. 2011;88(2):25762.
6. Cai H, Liu F, Guo P, Huang G, Song Z, Wang T, et al. Practical application of antidiabetic efficacy of Lychium barbarum polysaccharide in patients with type 2 diabetes.
Med Chem. 2015;11:38390.
7. Du X, Wang J, Niu X, Smith D, Wu D, Meydani SN. Dietary wolfberry supplementation enhances the protective effect of flu vaccine against influenza challenge in
aged mice. J Nutr. 2014;144(2):2249.
8. Dursun R, Zengin Y, Gunduz E, Icer M, Durgun HM, Daggulli M, et al. The protective effect of goji berry extract in ischemic reperfusion in testis torsion. Int J Clin Exp
Med. 2015;8(2):272733.
9. Wong H, Yong S, Chan F, Mardhati M. Analysis of lutein and zeaxanthin in goji berry and corn by high performance liquid chromatography. J Sci Technol Trop. 9:133.
10. Navarro P, Noguera-Artiaga L, Lpez-Miranda S, Carbonell-Barrachina A, Prez-Lpez AJ. Goji berry juice. In: Handbook of functional beverages and human health
[Internet]. 2016 [cited 2016 May 16]; p. 23949. Available from: http://www.crcnetbase.com/doi/abs/10.1201/b19490-23
11. Schleicher M, Weikel K, Garber C, Taylor A. Diminishing risk for age-related macular degeneration with nutrition: A current view. Nutrients. 2013;5(7):240556.
12. Larramendi C, Garcia-Abujeta J, Vicario S, Garcia Andrino A. Goji berries (Lycium barbarum): Risk of allergic reactions in individuals with food allergy. J Investig
Allergol Clin Immunol. 2012;22(5):34550.
13. Rivera CA, Ferro CL, Bursua AJ, Gerber BS. Probable interaction between Lycium barbarum (goji) and warfarin. Pharmacother J Hum Pharmacol Drug Ther.
2012;32(3):503.
14. Ballarn SM, Lopez-Matas M, Senz Abad D, Prez-Cinto N, Carns J. Anaphylaxis associated with the ingestion of goji berries (Lycium barbarum). 2011;21(7):56770.

790 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


OPINI

Peran Tunas Brokoli pada Stres Oksidatif


Penyandang Diabetes
Wina Sinaga
Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Penyandang diabetes mengalami hiperglikemia dan peningkatan kadar asam lemak bebas yang menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif
tersebut dapat menyebabkan komplikasi vaskuler jangka panjang. Pemberian antioksidan diharapkan dapat memperbaiki keadaan stres oksidatif
pada penyandang diabetes. Tunas brokoli merupakan brokoli berumur tiga sampai empat hari, mengandung komponen aktif sulforaphane.
Sulforaphane bekerja pada enzim fase 2 dan berpotensi sebagai antioksidan kuat. Berbagai penelitian menunjukkan manfaat pemberian tunas
brokoli pada perbaikan stres oksidatif penyandang diabetes.

Kata kunci: Broccoli sprout, diabetes, stres oksidatif

ABSTRACT
Hiperglycemia and elevated free fatty acid cause oxidative stress in diabetes patients which may long term vascular complications. Antioxidant
can theoretically reduce oxidative stress in diabetes. Broccoli sprouts is three to four-day old broccoli, contain bioactive component sulforaphane.
Sulforaphane is an enzyme, strong inducer and an antioxidant. Researches show benefit of broccoli sprouts in reducing oxidative stress in
diabetes. Wina Sinaga. The Role of Broccoli Sprouts in Reducing Oxidative Stress in Diabetics

Keywords: Broccoli sprouts, diabetes, oxidative stress

PENDAHULUAN DIABETES membutuhkan edukasi yang komprehensif


Data epidemiologi menunjukkan peningkatan Diabetes melitus adalah kelompok penyakit dan upaya peningkatan motivasi.1
insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
tipe 2 di seluruh dunia. Komplikasi DM terdiri akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin, Terapi nutrisi medis (TNM) merupakan
atas komplikasi mikro dan makrovaskuler.1 atau keduanya.1 Penyandang DM dapat bagian dari penatalaksanaan diabetes total.
Komplikasi vaskuler jangka panjang dapat mengalami dislipidemia akibat peningkatan Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan
disebabkan oleh ketidakseimbangan status pelepasan asam lemak bebas dari sel lemak menyeluruh anggota tim (dokter, ahli gizi,
oksidan dan antioksidan akibat peningkatan yang resisten terhadap insulin.8 Komplikasi DM petugas kesehatan lain, serta pasien dan
radikal bebas dan penurunan kapasitas meliputi komplikasi jangka pendek dan jangka keluarganya). Setiap pasien diabetes sebaiknya
antioksidan pada DM.2 Pemberian antioksidan panjang. Komplikasi jangka panjang terdiri mendapat TNM sesuai kebutuhannya guna
fitokimia diharapkan dapat menurunkan risiko dari komplikasi makrovaskuler yaitu penyakit mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan
komplikasi tersebut.3 kardiovaskuler, komplikasi mikrovaskuler yaitu makan pada pasien diabetes hampir sama
nefropati dan retinopati, serta penyakit sistem dengan anjuran makan untuk masyarakat
Tunas brokoli adalah tanaman brokoli berumur saraf yaitu neuropati perifer dan neuropati umum, yaitu makanan yang seimbang dan
3-5 hari. Komponen bioaktif tunas brokoli autonomik.9 sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan individu. Keteraturan makan penting dalam
adalah sulforaphane (1-isothiocyanate-4- Terdapat empat pilar tatalaksana DM, yaitu hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan,
methylsulphinylbutane).4-5 Peran sulforaphane edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, terutama pada pasien yang menggunakan
sebagai penginduksi protein fase-2 dan intervensi farmakologis. Pengelolaan obat penurun glukosa darah atau insulin.1
merupakan antioksidan endogen potensial.6-7 DM dimulai dengan pengaturan makan dan
Uraian berikut akan membahas peran tunas latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah STRES OKSIDATIF DIABETES
brokoli sebagai sumber sulforaphane untuk belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi Gangguan metabolisme pada diabetes
mengatasi stres oksidatif penyandang DM farmakologis dengan obat hipoglikemik oral menyebabkan hiperglikemia yang
tipe 2. dan/ atau suntikan insulin. Perubahan perilaku kemudian memicu pelepasan reactive

Alamat Korespondensi email: dr.wina.sinaga@gmail.com

792 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


OPINI

oxygen species (ROS), glikasi protein non- Hiperglikemia dan peningkatan asam lemak yaitu karotenoid, dan komponen fenolik,
enzimatik, autoksidasi glukosa dan stres bebas bersama-sama dapat memperberat khususnya flavonoid. Cara memasak
oksidatif. Contoh ROS, molekul yang sangat stres oksidatif serta sekresi dan kerja insulin. dengan microwave lebih mempertahankan
reaktif adalah superoxide (O2-), hydroxyl Stres oksidatif berperan dalam menyebabkan komponen antioksidan dibandingkan dengan
radical (OH), nitric oxide (NO), dan hydrogen perburukan resistensi insulin dan disfungsi sel merebus. Faktor-faktor lain yang menurunkan
peroxide (H2O2). Stres oksidatif merupakan .10-11 Hal tersebut dapat menyebabkan pasien bioavailabilitas adalah waktu, volume air, dan
ketidakseimbangan antara produksi reactive diabetes berisiko mengalami peningkatan suhu.12
species dan antioksidan, sehingga berpotensi risiko sindrom metabolik, penyebab utama
menyebabkan kerusakan jaringan.10 penyakit jantung, hipertensi, dan dislipidemia.
Pada skema menunjukkan hubungan
Ketidakmampuan antioksidan endogen hiperglikemia, peningkatan asam lemak
mengompensasi hal tersebut menyebabkan bebas, pembentukan ROS mitokondria,
terjadinya ketidakseimbangan redoks yang stres oksidatif, aktivasi jalur sensitif stres (NF-
mengarah ke aktivasi jalur sinyal intraseluler B, p38 MAPK, JNK/SAPK), resistensi insulin,
yang sensitif terhadap stres, yaitu nuclear factor disfungsi sel , dan komplikasi diabetes.
KB, p38 MAPK, dan NH2-terminal Jun kinases. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
Salah satu konsekuensi utamanya adalah pemberian antioksidan dapat mencegah efek
terbentuknya produk yang menyebabkan hiperglikemia dan asam lemak bebas in vitro,
kerusakan sel dan komplikasi lanjut diabetes.10 disertai dengan manfaat klinis lainnya.11
Peningkatan kadar asam lemak bebas
dapat menyebabkan stres oksidatif akibat TUNAS BROKOLI
peningkatan mitochondrial uncoupling dan Brokoli, termasuk genus Brassica, diketahui
oksidasi , yang mengarah ke peningkatan mengandung berbagai komponen bioaktif,
produksi ROS. tinggi antioksidan nutrisi, yaitu vitamin C,
vitamin E, serta antioksidan non-nutrisi,

Asam lemak bebas H ip e r g lik e m ia


Gambar. Tunas brokoli5

Tunas brokoli adalah sebutan untuk brokoli


ROS Mitokondria
berumur tiga sampai empat hari (Gambar).
K e r u sa k a n
Sebenarnya tunas brokoli memiliki nilai
m a k r o m o le k u l nutrisi lebih rendah dibandingkan brokoli.
Stres oksidatif Konsumsi tunas brokoli lebih diharapkan
untuk mendapatkan manfaat dari molekul
N F -B bioaktif yang terkandung di dalamnya.
Komponen bioaktif tersebut memiliki potensi
P38 MAPK nutrigenomik. Komponen yang terkandung
JNK/SAPK dalam tunas brokoli adalah glucosinolate,
glucoraphanin, yang ditemukan pada
vakuola dalam sitoplasma sel. Membran
selnya juga mengandung enzim myrosinase
AGE DAG Sitokin yang dipisahkan dari vakuola glucoraphanin.
Sorbitol
R AG E PKC Pr o st a no i d s Kandungan glucoraphanin sekitar 0,8 21,7
umol per gram berat kering brokoli.13 Tunas
brokoli mengandung glucoraphanin 10-100
kali lebih tinggi dibandingkan dengan brokoli
R e si st e nsi D i sf u ng si se l dewasa.4 Kedua substansi myrosinase dan
i nsu l i n glucoraphanin baru dapat berkontak satu sama
lain jika sel tanaman dihancurkan dengan
K o m p l i k a si d i a b e t e s proses pemotongan dan pengunyahan.
Dalam lingkungan lembap terjadi reaksi kimia,
myrosinase mengubah glucoraphanin menjadi
Skema. Teori hiperglikemia dan peningkatan asam lemak bebas dalam patofisiologi diabetes melalui
sulforaphane yang merupakan komponen
pembentukan ROS.11
aktif.6

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 793


OPINI

Setelah absorpsi ke dalam darah, sulforaphane induksi tunas brokoli terhadap berbagai selama 4 minggu. Kelompok pertama diberi
mengaktivasi enzim detoksifikasi fase 2, yaitu penanda biokimia stres oksidatif. Subjek bubuk tunas brokoli 10 g per hari, kelompok
glutathione S-transferase, quinone reductase, penelitian adalah 12 orang laki-laki dan kedua bubuk tunas brokoli 5 g per hari, dan
dan glucoronosyl transferases.14 Sulforaphane perempuan masing-masing enam orang. kelompok ketiga plasebo. Kadar glukosa puasa
merupakan pemicu potensial enzim fase Seluruh subjek diberi tunas brokoli 100 dan kadar insulin, rasio glukosa terhadap
2 yang diketahui meningkatkan kadar g per hari selama satu minggu. Setelah insulin dan pengukuran model homeostasis
glutathione seluler. Enzim fase II berperan perlakuan didapatkan penurunan kolesterol dari indeks resistensi insulin diukur pada awal
penting dalam melindungi sel terhadap total, kadar low density lipoprotein (LDL) dan dan akhir perlakuan. Sebanyak 72 subjek
toksisitas. Enzim fase II juga melindungi sel peningkatan kadar high density lipoprotein dapat menyelesaikan penelitian dan 63
terhadap berbagai stres oksidatif, induksi (HDL) bermakna. Kadar cystine plasma orang diikutsertakan dalam analisis. Setelah
enzim-enzim tersebut berkontribusi pada menurun bermakna. Seluruh subjek 4 minggu konsumsi 10 g bubuk tunas brokoli
mekanisme perlindungan sel terhadap menunjukkan penurunan phosphatidylcholine terjadi penurunan kadar insulin serum dan
toksisitas ROS dan bentuk oksidatif lain.14 hydroperoxide kadar 8-isoprostane urin dan homeostasis dari indeks resistensi insulin
8-hydroxydeoxyguanosine serta peningkatan secara bermakna (P=0,05).18
PERAN TUNAS BROKOLI TERHADAP rasio koenzim Q10. Simpulan penelitian
STRES OKSIDATIF tersebut adalah asupan tunas brokoli selama Mirmiran, dkk.19(2014) membandingkan efek
Kandungan tinggi glucosinolate pada tunas seminggu dapat memperbaiki metabolisme tunas brokoli sebagai terapi alternatif dan
brokoli diketahui merupakan substansi kolesterol dan menurunkan penanda stres terapi pelengkap dibandingkan dengan terapi
penginduksi enzim fase 2 dengan efek proteksi oksidatif.16 standar medis yang umum dilakukan pada
terhadap karsinogenesis, mutagenesis, faktor risiko kardiovaskuler mengikuti eradikasi
serta bentuk toksisitas lainnya dari elektrofil PERAN TUNAS BROKOLI TERHADAP H. pylori pada pasien DM tipe 2. Sebanyak 86
dan bentuk oksigen reaktif. Munter, dkk.15 STRES OKSIDATIF DIABETES pasien DM tipe 2 dengan tes antigen H. pylori
melakukan penelitian randomisasi cross- Penelitian in vitro dan hewan coba feses positif diacak untuk menerima satu
over untuk mengetahui efek asupan tunas menunjukkan bahwa tunas brokoli dari tiga perlakuan, yaitu terapi rangkap tiga
brokoli terhadap inflamasi, mikroalbuminuria, memperbaiki stres oksidatif pada diabetes. standar (omeprazole 20 mg, clarithromycin
fungsi platelet, dan kerusakan oksidatif Dilakukan penelitian klinis terandomisasi, 500 mg, amoxicillin 1000 mg, dua kali sehari
deoxyribonucleic acid (DNA) pada 23 subjek double-blind, placebo-controled17 untuk selama 14 hari) pada kelompok pertama, 6
berusia 22 sampai 35 tahun, tidak memiliki mengetahui efek bubuk tunas brokoli g per hari bubuk tunas brokoli selama 28
riwayat penyakit kronik atau penyakit akut terhadap beberapa parameter stres oksidatif hari pada kelompok kedua, dan kombinasi
yang berat. Dua perlakuan dalam penelitian pada pasien diabetes tipe 2. Sebanyak 81 keduanya pada kelompok ketiga. Setelah
ini diberi 20 g tunas brokoli atau tidak diberi pasien DM tipe 2 dirandomisasi. Kelompok empat minggu perlakuan, tingkat eradikasi
tunas brokoli selama empat hari. Untuk pertama 27 orang diberi bubuk tunas brokoli H. pylori dinilai dengan tes antigen H. pylori
menghindari masih adanya efek perlakuan, 10 g per hari, kelompok kedua 29 orang diberi feses. Pengukuran antropometri, tekanan
dilakukan washed out selama dua minggu bubuk tunas brokoli 5 g per hari, dan kelompok darah, kadar lipid, lipoprotein, serta C-reactive
antara perlakuan pertama dan perlakuan kedua ketiga 25 orang diberi plasebo. Sebanyak 63 protein diperiksa pada awal penelitian dan
pada masing-masing kelompok. Pengukuran orang terdiri dari 21 orang kelompok pertama, akhir perlakuan. Sejumlah 77 subjek dapat
fungsi platelet secara ex-vivo menggunakan 22 orang kelompok kedua, dan 20 orang menyelesaikan penelitian yang terdiri atas
PFA-100 platelet function analyzer yang kelompok ketiga diikutsertakan dalam analisis. 28 orang kelompok pertama, 25 orang
dapat mensimulasikan kerusakan pembuluh Setelah 4 minggu konsumsi bubuk tunas kelompok kedua, dan 24 orang kelompok
darah. Kerusakan DNA dinilai melalui kadar brokoli diketahui terjadi penurunan bermakna ketiga. Tingkat eradikasi H. pylori adalah 89,3%,
8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OH-2dG) MDA/malondialdehyde (P=0,001), LDL 56%, dan 91,7% pada kelompok pertama,
urin. Didapatkan penurunan bermakna (P=0,03), indeks stres oksidatif (P=0,001), dan kelompok kedua, dan kelompok ketiga.
jumlah limfosit, persentase monosit, kadar peningkatan bermakna kapasitas antioksidan Terdapat penurunan bermakna tekanan
mikroalbumin/kreatinin, dan peningkatan total (P=0,001). Tidak terdapat perubahan darah sistolik dan diastolik pada kelompok
bermakna 8-OH-2dG/kadar kreatinin. Asupan status oksidan total. Disimpulkan bahwa ketiga (P<0,05), peningkatan kadar trigliserida
tunas brokoli tidak mempengaruhi fungsi bubuk tunas brokoli dapat memperbaiki status dan rasio trigliserida terhadap HDL pada
platelet secara bermakna. Tidak terdapat hasil stres oksidatif pasien DM tipe 2. Pemberian kelompok pertama (P<0,05), penurunan kadar
bermakna pada kelompok yang tidak diberi antioksidan merupakan pendekatan baru hs-CRP bermakna pada kelompok kedua
tunas brokoli. Diperlukan penelitian lebih untuk memperbaiki resistensi insulin dan (P<0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa
lanjut untuk menjelaskan peran tunas brokoli komplikasi pasien DM tipe 2. penambahan bubuk tunas brokoli pada terapi
dalam memperbaiki kerusakan oksidatif eradikasi H. pylori memberikan manfaat pada
DNA.15 Bahdoran, dkk. (2012)18 meneliti efek bubuk faktor risiko kardiovaskuler.19
tunas brokoli dengan kandungan tinggi
Pengetahuan mengenai efek tunas brokoli sulforaphane pada resistensi insulin pasien SIMPULAN
terhadap kesehatan masih sangat sedikit. DM tipe 2. Sejumlah 81 penyandang dibagi Pemberian tunas brokoli menunjukkan
Murashima, dkk.16 (2004) meneliti efek secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan berbagai manfaat, khususnya dalam perbaikan

794 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


OPINI

stres oksidatif pada pasien DM. Perbaikan panjang. Diperlukan penelitian lebih lanjut dosis terapi, dan efek samping.
stres oksidatif tersebut diharapkan dapat untuk mengetahui mekanisme tunas brokoli
mencegah risiko komplikasi diabetes jangka dalam memperbaiki stres oksidatif pasien DM,

DAFTAR PUSTAKA :
1. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; 2011.
2. Son SM. Role of vascular reactive oxygen species in development of vascular abnormalities in diabetes. Diabetes Res Clin Pract. 2007; 77: 6570.
3. Verkerk R, Schreiner M, Krumbein A. Glucosinolates in brassica vegetable: The influence of the food supply chain on intake, bioavailability and human health. Mol
Nutr Food Res. 2009; 53: 21966.
4. Fahey JW, Zhang Y, Talalay P. Broccoli sprouts: An exceptionally rich source of inducers enzymes that protect against chemical carcinogens. Proc Natl Acad Sci USA.
1997; 94: 10367-72.
5. Broccoli sprouts [Internet]. Available from: https://en.m.wikipedia.org/wiki/broccoli_sprouts
6. Riedl MA, SaxonA, Diaz-Sanchez D. Oral sulforaphane increases phase II antioxidant enzymes in the human upper airway. Clinical Immunology. 2008; 130: 24451.
7. Angeloni C, Leoncini E, Malaguti M, Angelini S, Hrelia P, Hrelia S. Modulation of phase II enzymes by sulforaphane: Implications for its cardioprotective potential. J
Agric Food Chem. 2009; 57: 561522.
8. Mooradian AD. Dyslipidemia in type 2 diabetes mellitus. Endocrinology & Metabolism. 2009;5:150-60.
9. Roth SR. Disease of the endocrine system. In: Nelms MN, Sucher KP, Lacey K, Roth SL, editors. Nutrition therapy & pathophysiology. USA: Cengage Learning; 2010.
10. Evans JL, Goldfine ID, Maddux BA, Grodsky GM. Oxidative stress and stress-activated signaling pathways: A unifying hypothesis of type 2 diabetes. Endocrine
Reviews. 2002; 23:599622.
11. Rosen P, Nawroth PP, King G, Moller W, Tritschler HJ, Packer L. The role of oxidative stress in the onset and progression of diabetes and its complications: A summary of
a Congress Series sponsored by UNESCO-MCBN, the American Diabetes Association, and the German Diabetes Society. Diabetes Metab Res Rev. 2001; 17:189212.
12. Porter Y. Antioxidant properties of green broccoli and purple-sprouting broccoli under differentcooking conditions. Bioscience Horizons. 2012; 5: 1-11.
13. Kushad MM., Brown AF, Kurilich AC, Juvik JA, Klein BP, Wallig MA, et al. Variation of glucosinolates in vegetable crops of Brassica oleracea. Journal of Agricultural and
Food Chemistry. 1999; 47: 15418.
14. Basten GP. Sulforaphane and its glutathione conjugate but not sulforaphane nitrile induce UBP-glucoronosyl transferase (UGT1A1) and glutathione transferase
(GSTA1) in cultured cells. Carcinogenesis 2002; 23: 1399-404.
15. Munters E, Pieters N, Cuypers A, Penders J, Vangronsveld J, Nawrot T. Proceedings of the Nutrition Society 2010; 69.
16. Murashima M, Watanabe S, Zhuo XG, Uehara M, Kurashige A. Phase 1 study of multiple biomarkers for metabolism and oxidative stress after one-week intake of
broccoli sprouts. Biofactors 2004; 22: 2715.
17. Bahadoran Z, Mirmiran P, Hosseinpanah F, Hedayati M, Hosseinpour-Niazi S, Azizi F. Broccoli sprouts reduce oxidative stress in type 2 diabetes: A randomized double-
blind clinical trial. EurJ Clin Nutr. 2011; 65: 9729.
18. Bahadoran Z, Tohidi M, Nazeri P, Mehran M, Azizi F, Mirmiran P. Effect of broccoli sprouts on insulin resistance in type 2 diabetic patients: A randomized double-blond
clinical trial. Internat J Food Sci Nutr. 2012; 63: 767-71.
19. Mirmiran P, Bahadoran Z, Golzarand M, Zojaji H, Azizi F. A comparative study of broccoli sprouts powder and standard triple therapy on cardiovascular risk factors
following H. pylori eradication: A randomized clinical trial in patients with type 2 diabetes. J Diabetes & Metabolic Disorders 2014: 13;2-7.

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 795


AGENDA

AGENDA KEGIATAN ILMIAH

Seminar Nasional Sindroma Ovarium International Meeting of Hypoxia and Oxidative


Polikistik Praktis Stress Studies

Tanggal : 07 - 09 Oktober 2016 Tanggal : 26 - 27 Oktober 2016


Tempat : Hotel Bumi Surabaya Tempat : Acacia Hotel, Jakarta
Tlp. : 031-5501474 Tlp. : 021-3910734
Fax : 031-5501474 Fax : 021-3910734
Email : info@hiferisurabaya.com Email : chossui@gmail.com
batabsby@yahoo.com

PIN XIV PB PAPDI - Update in Diagnostic


5th Semarang Digestive Week Procedures and Treatment in Internal
Medicine

Tanggal : 19 - 23 Oktober 2016 Tanggal : 28 - 30 Oktober 2016


Tempat : Day Surgery and Surgery Hall Dr. Kariadi Hospital Tempat : Grand Sahid Hotel, Jakarta
(Workshop) Tlp. : 021-31928028
Gemaya Tower Hotel, Semarang (Symposium) Fax : 021-31928028
Tlp. : 024-8453484 021-31928027
Fax : 024-8453484 Email : pbpapdi.pin@gmail.com
Email : digestifsemarang@yahoo.com URL : www.pbpapdi.org

The 6th Asia Pacific Society for Medical The 6th Bandung Infectious Disease
Mycology Congress Symposium

Tanggal : 20 - 22 Oktober 2016 Tanggal : 05 - 06 November 2016


Tempat : The Stones Hotel Hotel, Kuta, Bali Tempat : Hotel Harris, Bandung
Tlp. : 021-3923216, 94427388, 082310798507 Tlp. : 022-82021011
Fax : 021-3923216 0818206100
Email : apsmm2016@gmail.com Fax : 022-82021011
URL : www.insham.org/apsmm2016 Email : bandung.ideas@gmail.com

Nutrition Optimizing towards Sustainable


Solo Update on Neurology 2016 Development Goals (SDGs) Era for
Indonesian Children

Tanggal : 20 - 23 Oktober 2016 Tanggal : 05 - 06 November 2016

Tempat : Best Western Premier Hotel, Solo Baru Tempat : Swiss Belhotel Harbour Bay Batam

Tlp. : 0271-663088 Tlp. : 021-2305835

Email : secretariat@soloneuro.org 081270107474

URL : www.soloneuro.org Fax : 021-3153392


Email : kepri.idai@gmail.com

796 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016


INDEKS

INDEKS PENULIS
A L
Agustinus Rudolf Phyma 733 Listyani Gunawan 756

D M
Dian Daniella 787 Marsha Bianti 737
Marta Lisnawati Zalukhu 733
E
Monica Djaja Saputera 747
Elvira 752
Erjan Fikri 727 R
Ery Suhaymi 727 Reyshiani Johan 761
Rizaldy Taslim Pinzon 733
F
Ryski Meilia Novarina 742
Febyan 777
S
G
Sukmawati Tansil Tan 756
Gabriela Reginata 756
T
H
Trisniartami Setyaningrum 742
Hendry Irawan 782
V
I
Victor Nugroho Wijaya 752
Iqbal Pahlevi Adeputra Nasution 727
W
J
Willy Sandhika 742
Johannes Hudyono 777
Wina Sinaga 792
K
Y
Kartika 782
Yoana Arifin 787

CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016 797


INDEKS

INDEKS SUBJEK
A M
Ambliopia 747 Manfaat 787
Anak 727 Menua 733
Andrographolide 777 Miopia 752
Anisometropia 747
N
Anti-kanker 777
NVK miopia 752
Antioksidan 733
Anti-VEGF 752 P
Appendisitis 727 Procalcitonin 727
Patogenesis vitiligo 742
B
PCT 727
Broccoli sprout 792
Pruritus 737
C
S
CRP 727
Sindrom Behcet 756
C-reactive protein 727
Skuama konsentris 761
D Spora 761
Diabetes 792 Strabismus 747
Stres oksidatif 733, 792
E
Efek samping 787 T
Trichophyton concentricum 761
G
Tatalaksana 737
Goji berry 787
Terapi oklusi 747
H Terapi oksigen hiperbarik 782
Hifa 761 Tinea imbrikata 761

I U
Imunohistokimia 742 Ulkus genital 756
Ulkus oral 756
J
Usia lanjut 737
Jalur sinyal toll-like receptor-4/NF-kB 777
V
K
Vitiligo 742
Kaki diabetik 782
Kulit kering 737 X
Xerosis cutis 737

798 CDK-245/ vol. 43 no. 10 th. 2016

Вам также может понравиться