Вы находитесь на странице: 1из 9

METODE GEOMAGNETIK

A. Metoda Geomagnet

Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan


sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang
menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah
horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan
yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya
bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi
kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan
untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah
diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan


menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh
pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin
dan Savit, 1988). Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan


oleh bumi.

Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian


mengukur respon yang dilakukan oleh bumi.

Medan dalam ilmu geofisika terdiri dari 2 :

Medan alami adalah misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan


gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi
serta radiasi radiokativitas bumi.
Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam
tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal
yang dihitung dari utara menuju timur

Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke
bawah.

Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.

Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

B. Prinsip Dasar Geomagnet

Jika dua kutub magnet dengan kuat kutub m1 dan m2 terpisah sejauh r,
maka gaya tarik menarik diantara keduanya adalah berbanding lurus dengan
m1 dan m2 dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Secara
matematis dapat diekspresikan sebagai berikut :
F = (m1 m2) / (4p m r2) ............ (II-20)
Pada persamaan tersebut di atas :
m = permeabilitas magnet dari medium antara m1 dan m2
m1,m2= pole strength
r = jarak m1 dan m2
Gambar 1 Garis fluks magnetik di sekitar batang magnet

Perhatikan gambar II-8. Di sekitar batang magnet terdapat fluks magnet yang
ditunjukkan dengan garis fluks (pada gambar berwarna merah) yang memusat
menuju kutub magnet. Jumlah fluks per satuan luas disebut Densitas Fluks
atau notasinya B dengan satuan webwe/m2 = teslas. B disebut juga induksi
magnet. Karena terlalu besar, maka pada praktek pengukuran tidak
dipergunakan satuan teslas melainkan nanotesla dimana 1 nT = 10-9 T.

C. Sifat Kemagnetan Batuan

Berdasarkan sifat kemagnetiannya, material pembentuk batuan dapat


dibagi menjadi
(Telford et all 1990) :
1. Diamagnetik
2.Paramagnetik
3. ferromagnetik
4. Antiferromagnetik
5. Ferrimanetik

1. Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom-atom pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron yang telah jenuh yaitu tiap elektron berpasangan dan
mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan
magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan membuat putaran yang
menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi.
Dengan demikian dapat dikatakan material magnetik tadi mempunyai sifat :
suseptibilitas k negatif dan kecil
suseptibilitas k tidak tergantung kepada medan luar H.

Contoh : bismuth, gipsum, marmer, kuarsa, garam.

2. Paramagnetik
Didalam bahan paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum
jenuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada
arah spin yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut
akan membuat putaran menghasilkan medan magnet yang mengarah
searah dengan medan tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi
momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal.
Oleh karena itu, bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:

susepbilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu

susepbilitas k tergantung kepada temperatur

contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit, dll.

3. Ferromagnetik

Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi
oleh satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini
diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang
membentuk dipol-dipol magnet (domain) mempunyai arah searah, apalagi
jika di dalam magnet magnet luar. Sifat bahan ferromagnetik :
susepbilitas positif dan jauh lebih besar dari satu
susepbilitas bergantung pada temperatur contoh: besi, nikel, kobalt.

4. Antiferromagnetik

Pada bahan antiferromagnetik domai-domain tadi menghasilkan dipol


magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat
kristal akan mengalami medan magnet kecil dan susepbilitasnya seperti pada
bahan paramagnetik.

Contoh : hematit ( Fe2O3)

5. Ferrimagnetik

Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel


tetapi jumlah dipol pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Susepbilitasnya tinggi dan
tergantung pada temperatur.

Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS), hematit


(FeO2)
Gambar 2 Skematik dari momen magnet (Reynolds., 1997)

Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang


memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh
kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah
permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat
dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang
tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal,
maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda
Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang
luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh
daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan


menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain,
geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat
langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada
permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Secara umum, metode geofisika dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang
dipancarkan oleh bumi.

Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan


kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi.

Medan dalam ilmu geofisika terdiri dari 2 :

- Medan alami adalah misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan


gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik
bumi serta radiasi radiokativitas bumi.
- Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke
dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

D. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut
juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan
intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen


horizontal yang dihitung dari utara menuju timur

- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang


horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke
bawah.

- Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.

- Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan


nilai- nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut
International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap
5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-
rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu
tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata


hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2..

2. Medan magnet luar (external field)


Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh
sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubunga dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh
lebih cepat.

3. Medan magnet anomali

Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal


(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan
yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (),
titanomagnetite () dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari


pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen
dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan
magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya.
Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali
medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),

E. Metode Pengukuran Data Geomagnetik

Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama


yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur
kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton
Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai
kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam
survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini
digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang,
ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit,
lembah dan jurang.

Вам также может понравиться