Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam


berbagai aspek seperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya. Sementara itu, perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut
manusia harus berinteraksi dengan pihak lain yang menuju kearah global,
sehingga tidak memiliki lagi batas-batas, sebagai akibat dari perkembangan
teknologi.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-situasi


baru dengan keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan
interaksi harus berjalan antara satu dengan yang lainnya.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering


kali menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu
terjadnya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang,
nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada hal syarat untuk
terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran
informasi atau makna antara satu dengan lainnya.
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya
menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun
turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal
dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari
suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan
norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi?


2. Apakah yang dimaksud dengan budaya?
3. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi lintas budaya?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui


tentang komunikasi lintas budaya dan pengaplikasiannya dalam kehidupan
sehari-hari serta untuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Lintas
Budaya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal


dari bahasa Latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna,
yaitu sama makna menganai satu hal
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang menguntungkan pengirim
maupun penerima, menguntungkan dalam artian sama-sama berbagi makna
dan memahami makna secara bersama sehingga melakukan proses selanjutnya
juga bersama dalam kesamaan makna atau dengan kata lain komunikasi
efektif
Menurut Leeuwis (dalam Satriani dan Muljono, 2005:90) komunikasi
merupakan sebuah proses penting yang digunakan oleh manusia dalam
pertukaran pengalaman dan ide, dan hal itu menjadi pemicu penting bagi
penyampaian pengetahuan dan persepsi dari berbagai jenis (misalkan
pembelajaran). Oleh karena itu, komunikasi merupakan unsur inti dalam
perubahan strategi untuk mendorong perubahan.
sedangkan menurut Soekartawi (1988) komunikasi adalah suatu
pernyataan manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang
bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka
tampak bahwa dengan perkembangan objek tertentu akan memerlukan
komunikasi yang lebih spesifik. Misalnya, komunikasi pembangunan,
komunikasi politik, komunikasi antar budaya, dan sebagainya.
Lain halnya dengan Ahmad Sihabudin (2011:28) menyatakan bahwa
bentuk paling nyata dalam komunikasi adalah bahasa. Secara sederhana
bahasa dapat diartikan sebagai suatu system lambang yang teroganisasi,
disepakati secara umum, dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk
menyajikan penglaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau
budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk
menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi

3
orang-orang untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk
berpikir.
Dalam berkomunikasi diharapkan seseorang dapat menerima pesan yang
disampaikan oleh sipemberi informasi. Edy Sudaryanto (1997:9)
mengungkapkan ada beberapa tugas pokok komunikasi dalam suatu
perubahan sosial dalam rangka pembangunan yaitu:
a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya
perubahan.
b. Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengambil bagian secara
aktif
c. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangun.
Dalam proses komunikasi terdapat beberapa elemen yaitu source, message,
channel, reciver, dan effect. Bagi source sebelum menyempaikan pesan
terlebih dahulu menyendi (incode) message (pesan) ke dalam suatu pengertian.
Dalam hal ini penentu kebijakan (komunikator) dalam menyampaikan
arahannya harus dapat mempertimbangkan kondisi penerima kebijakan.
Dengan demikian diharapkan materi-materi arahannya disesuaikan dengan
tingkat akal pengetahuan sipenerima kebijakan (komunikan) agar lebih mudah
dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Di samping itu juga penerima
kebijakan menyandi kembali terhadap materi-materi yang disampaikan oleh
penentu kebijakan. Dengan demikian akan terjadi efek atau umpan balik yang
diinginkan oleh pemerintah.
Selain itu, Everest M. Rogers (dalam Mulyana, 2001:62) mengatakan
bahwa komunikasi merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.

2.2 Pengertian Budaya

4
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
itu sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.

Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari kata colere yang artinya adalah mengolah
atau mengerjakan, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan
mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi
ulture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah
dan mengubah alam.
Seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor (1871), memberikan
defenisi mengenai kebudayaan yaitu kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiada,
lain kemampuankemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi (dalam Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 2005) yaitu:
a. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-
temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu
atau tarian tradisional.
c. Lembaga sosial
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam
kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social
yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang
berlaku pada tatanan social masyarakat.

5
d. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi
system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan
mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan
kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana
berkomunikasi.
e. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat,
drama dan taritarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.
Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri.
Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan
kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. disetiap daerah berbeda.
f. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk
setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat
komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen
komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan
kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut.
Jadi keunikan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi
lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari
orang lain.

2.3 Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

6
Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat
dulu beberapa defenisi yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi (1993:7-8)
berdasarkan pendapat para ahli antara lain :
a. Sitaram (1970)
Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang
berbeda kebudayaan.
b. Samovar dan Poter (1972)
Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya
pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.
c. Rich (1974)
Komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda kebudayaan.
d. Stewart(1974)
Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi
kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan
kebiasaan
e. Carley H. Dood (1982)
Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang
berbeda.
f. Young Yun Kim (1984)
Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana
orang orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak
tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan
pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya
memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan
perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi,
tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu
individu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba
untuk melakukan interaksi.

7
Menurut Liliweri (2004:9) Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen
pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota
dari budaya yang lain. Jadi komunikasi antar budaya adalah pertukaran makna
yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang
budayanya. Lain halnya dengan Devito (dalam Maulista, 2013:3) Komunikasi
antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi di antara orang- orang dari
kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki kepercayaan,
nilai dan cara berperilaku kultural yang berbeda.
Komunikasi Antarbudaya melibatkan berbagai tingkat perbe-daan
keanggotaan kelompok budaya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan
penyandian simultan dan menerjemahkan pesan verbal dan nonverbal dalam
proses pertukaran makna. Banyak komunikasi antarbudaya melibatkan
pertemuan makna yang berbeda atau bertolak belakang. Komunikasi
Antarbudaya selalu terjadi dalam konteks. Komunikasi Antarbudaya selalu
terjadi dalam sistem yang tertanam secara dalam.

2.3.1 Fungsi faktor budaya dalam berkomunikasi


a. Fungsi pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui


komunikasi yang bersumber dari seorang individu, antara lain untuk :

1) Menyatakan identitas social. Dalam komunikasi,budaya dapat


menunjukkan beberapa perilaku komunikan yang digunakan untuk
menyatakan identitas diri maupun identitas sosial.
2) Menyatakan integrasi social Inti konsep integrasi sosial adalah menerima
kesatuan dan persatuan antar pribadi dan, antar kelompok namun tetap
menghargai perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur . perlu
dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna
yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan.
3) Menambah pengetahuan Sering kali komunikasia antar bribadi maupun
antar budaya dapat menambah pengetahuan bersama ,dan adanya saling
mempelajari kubudayaan masing masing antara komunikator dan
komunikan.

8
4) Melepaskan diri / jalan keluar Hal yang sering kita lakukan dalam
berkomunikasi dengan orang lain adalah untuk melepaskan diri atau
mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
b. Fungsi sosial

Fungsi sosial adalah fungsi-fungsi komunikasi yang bersumber dari faktor


budaya yang ditunjukkan melalui prilaku komunikasi yang bersumber dari
interaksi sosial,diantaranya berfunsi sebagai berikut :

1) Pengawasan
Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan
yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap
proses komunikasi antar budaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan perkembangan tentang lingkungan. Fungsi ini lebih
banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin
perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu
terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. Akibatnya adalah
kita turut mengawasi perkembangan sebuah peristiwa dan berusaha mawas
diri seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam lingkungan kita.
2) Menjembatani
Dalam proses komunikasi antar pribadi, termasuk komunikasi antar
budaya ,maka fungsi komunikasi yang dilakukan antar dua orang yang
berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka.
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang
mereka pertukarkan.,keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas
sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.
3) Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupkan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat
lain . Dalam komunikasi antar budaya seringkali tampil perilaku non
verbal yang kurang dipahami namun yang lebih penting daripadanya
adalah bagaimana kita menangkap nilai yang terkandung dalam gerakan
tubuh ,gerakan imaginer dari tarian tarian tersebut.
4) Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar
budaya . American fun yang sering ditampilkan TVRI memberikan

9
gambaran tentang bagaimana orang orang sibuk memanfaatkan waktu
luang untuk mengunjungi teater dan menikmati suatu pertunjukan humor.
Menonton Qosidah yang ditampilkan oleh anak anak sebuah pesantren
mungkin kurang disukai oleh mereka yang suka music klasik , namun
kalau anda menonton dengan mental menikmati maka tampilan qosidah
tidak mengganggu anda.

2.3.2 Dimensi Komunikasi Antar Budaya


Ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam komunikasi lintas budaya
antara lain:
a. Tingkat keorganisasian kelompok budaya
Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam
tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya
istilah kebudayaan mencakup :
1) Kawasan kawasan di dunia, seperti : budaya timur/barat.
2) Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/Asia
Tenggara.
3) Nasional/Negara, seperti, : Budaya Indonesia/Perancis/Jepang
4) Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti : budaya orang
Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia
5) Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis
kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang
dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

b. Konteks Sosial
Macam komunikasi antar budaya dapat lagi diklasifikasi berdasarkan
konteks sosial dari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi
komunikasi antar budaya:
1) Bisnis
2) Organisasi
3) Pendidikan
4) Akulturasi imigran
5) Politik
6) Penyesuain perlancong/pendatang sementara
7) Perkembangan aalih teknologi/ pembangunan/ difusi inovasi

10
8) Konsultasi terapis
Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaa dalam hal unsur-
unsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,
processing).Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar
belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.
Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan
antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang
mempengaruhi prose-proses komunikasi antar budaya.
c. Saluran komunikasi
Saluran komunikasi dapat dbagi menjadi:
1) Antar pribadi/interpersonal/person-person
2) Media masa

2.3.3 Istilah yang berkaitan dengan komunikasi lintas budaya


Kadang kadang beberapa istilah yang menunjukkan adanya perbedaan
kebudayaan dalam komunikasi di perguruan tinggi secara interchangeable
(dapat ditukar-tukar secara berganti-gantian), tetapi sebenarnya masing-
masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Beberapa ahli telah
mencoba membuat klasifikasi dan penekanan perbedaan pengertian sebagai
berikut :
Sitaram (1970) menegaskan perbedaan intercultural Communication (lihat
defenisi sebelumnya) dengan International Communication yang diartikannya
sebagai interaksi antara struktur-struktur politik atau negara-negara, yang
sering dilakukan oleh wakil-wakil dari negara-negara, atau bangsa-bangsa
tersebut (interaction between structures or nations, often carried on by
representatives of those nations). Ia juga mengemukakan tentang
Intracultural Communications yang terjadi antara individu-individu dari
kebudayaan yang sama dan bukan antara individu-individu dari kebudayaan-
kebudayaan yang berbeda (takes place among individuals of different
cultures). Sedangkan Minority Communication adalah komunikasi antara
anggota-anggota suatu subbudaya minoritas dengan anggota-anggota budaya
mayoritas yang dominan (Communications between the people of a minority
sub-culture and those of the majority dominant culture).

11
Arthur Smith (1971) mengemukakan tentang Transcracial
Communication, sebagai pengertian yang dicapai oleh orang-orang dari latar
belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal (the
understanding that persons from different ethnic or racial backgrounds can
achieve in a situation of verbal interaction); dalam pengertian ini tercakup
dalamnya baik dimensi rasial maupun etnik (it includes both rasial and ethnic
dimensions); hal mana untuk membedakan komunikasi transrasial dari
komunikasi internrasial, yang biasanya menunjukkan perbedaan hanya dalam
artiras (.to differentiate transracial communication from the much-used
term interracial. Which usually denotes differences in race only).
Gerhard Malezke, seperti halnya Sitaram, juga membedakan pengertian
Intercultural Communication (lihat defenisi sebelumnya) dari International
Communication yang dirumuskannya sebagai Proses komunikasi antara
negara-negara atau bangsa-bangsa yang melampaui batas-batas negara (is the
communication process between different countries or nations across
frontiers). Dari kedua defenisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa
keduanya bisa berarti sama, tetapi tidak selalu harus demikian. Seringkali
komunikasi internasional terjadi antara orang-orang dari kebudayaan yang
sama, tetapi terpisahkan oleh batas internasional atau negara. Sebaliknya bisa
saja komunikasi antar budaya terjadi antar orang-orang dalam batas negara
yang sama, tetapi dengan asak kebudayaan yang berlainan, seringkali dengan
bahasa-bahasa yang berlainan seperti kelompok-kelompok minoritas.
Karenanya, orang cenderung untuk memakai kata internasional jika berbicara
tentang komunikasi pada tingkat murni politik yang dilakukan wakil- wakil
negara, sedangkan konsep antar budaya (intercultural) lebih ditujukan untuk
penggambaran realita sosiologis dan anthropologis. Kadang kadang dipakai
juga istilah Supranational atau bahkan Comparative Communication.
Walaupun dalam hal penggunaan istilah ini tidak ada konsensus yang mutlak,
tetap malapetaka telah membuat satu garispemisah yang lebih jelas. Penelitian
dalam bidang-bidang komunikasi internasional maupun antar budaya tidak
dapat disamakan dengan penelitian dalam bidang komunikasi komparatif
(perbandingan). Yang menjadi titik pokok dari semua penelitian tentang

12
proses-proses komunikasi antar budaya ialah: hubungan atau kontak-kontak
antara orang-orang dari negara yang berlainan. Sedangkan Penelitian dalam
bidang komunikasi perbandingan, mempelajari dan membandingkan sistem-
sistem komunikasi dari bermacam-macam kebudayaan dan negara untuk
kemudian menarik perbandingan dari perbedaan-perbedaannya atau
persamaan-persamaanya.
Dodd (1982) membagi situasi perbedaan antar budaya, khususnya yang
biasa dimasukkan ke dalam pengertian komunikasi subbudaya (Subcultural
Communications) ke dalam:
a. Interethnic communication
Yaitu komunikasi antara dua atau lebih orang dari luar latar belakang etnik
yang berbeda ). Communications between two or more persons from
different ethnic backgrounds). Kelompok etnik adalah kumpulan orang
yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama,
yang seringkali asalnya bersifat nasional.
Contohnya di AS : Italian American, Polish American. Mexican American,
Puerto Rican American. Di Indonesia, tentunya yang dimaksud dengan
kelompok etnik ialah berbagai suku bangsa yang ada dalam wilayah
negara Indonesia, seperti : Suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, dll, yang
bisa melampaui batas subwilayah secara geografik.
b. Interracian communication
Yakni komunikasi antara dua atau lebih orang dari latar belakang ras yang
berbeda (communication between two or more persons of differing racial
background). Sedangkan ras yang diartikannya sebagai ciri-ciri
penampilan fisik yang diturunkan dan diwariskan secara genetik. Pokok
perhatian yang penting disini adalah bahwa perbedaan-perbedaanras
menyebabkan perbedaan-perbedaan perseptual yang menghambat
berlangsungnya komunikasi, bahkan sebelum ada sama sekali usaha untuk
berkomunikasi.
c. Countercultural communication
Melibatkan orang-orang dari budaya asal atau pokok yang berkomunikasi
dengan orang-orang dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok

13
tadi (.involves persons from a parent culture communication with
persons from subcultures within the parent culture). Dengan mengutip
perumusan Prosser tentang Countercultural Communication (lihat di
depan), Dodd pada pokoknya menekankan sifat dari subbudaya pada
situasi khusus antar budaya di sini yang menolak nilai-nilai yang sudah
diakui masyarakat luas (establisment values)saat ini.
d. Social class communication
Beberapa perbedaan antara orang-orang adalah berdasarkan atas status
yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Perbedaan ini
menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Menyertai perbedaan ini
adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat kebiasaan dan lain
sebagainya. Walaupun dalam beberapa hal tertentu kelas-kelas sosial ini
memiliki bersama aspek-aspek kebudayaan pokoknya.
e. Group membership
Merupakan unit-unit subbudaya yang cukup menonjol. Berdasarkan
homogenitas dalam karakteristik karakteristik ideologik, ditambah
dengan loyalits kelompok, banyak perbedaan-perbedaan antar kelompok
yang meletus menjadi konflik serius. Misalnya perang antara kaum
protestan dan katolik di Irlandia Utara atau perang antara penganut agama
Islam dan Kriten di Libanon. Juga faktor faktor jenis kelamin, tempat
tinggal (seperti daerah rural atau urban) dan umur dapat menentukan
perbedaan perbedaan kelompok (group) ini.

2.3.4 Prinsip-prinsip Komunikasi yang berkaitan dengan kebudayaan


Setelah melihat secara umum peta situasi dalam bidang ilmu komunikasi
saat ini, kiranya perlu ditinjau secara lebih rinci apa hakekat pokok
komunikasi. Tinjauan bisa dilihat dengan suatu asumsi dasar bahwa
komunikasi ada hubungannya dengan prilaaku manusia dan pemenuhan
kebutuhan untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya (communication
hunger) . Hampir setiap orang butuh untuk mengadakan kontak sosial dengan
orang lain. Kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran pesan yang dapat
menjembatani individu-individu agar tidak terisolir. Pesan-pesan diwujudkan

14
melalui prilaku manusia. Dalam hal demikian maka ada dua persyaratan yang
harus dipenuhi:
a. Perilaku apapun harus diamati oleh orang lain
b. Perilaku tersebut harus menimbulkan makna bagi orang lain. Implikasi
dari pernyataan ini adalah:
Kata apapun mengandung arti bahwa baik perilaku komunikasi
verbal maupun nonverbal dapat berfungsi sebagai pesan. Pesan-
pesan verbal terdiri dari kata-kata terucapkan maupun tertulis,
sedangkan pesan-pesan non verbal merupakan keseluruhan
perilaku-perilaku sisanya,yang tidak termasuk verbal, tetapi juga
dapat dilekatkan makna padanya.
Perilaku dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Prilaku
tidak sadar terutama pada non verbal
Seringkali prilaku juga terjadi tanpa ada maksud tertentu dari
pelakunya, tetapi dipersepsikan dan diberikan makna oleh orang lain
Dengan pengertian lain makna komunikasi dapat dirumuskan secara
umum sebagai : sesuatu yang terjadi bilaman makna dilekatkan pada
prilaku atau pada hasil/akibat dari prilaku tersebut. Ini berarti bahwa
setiap saat seseorang memperhatikan prilaku atau akibat dari prilaku kita
serta memberikan makna padanya, maka komunikasi telah terjadi, tanpa
harus dibatasi apakah prilaku itu dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja, dengan maksud atau tanpa maksud. Jika hal ini kita renungkan
lebih dalam lagi, maka nampaknya tidak mungkin bagi kita untuk
bertingkah laku. Dan jika tingkah laku memiliki kemampuan komunikasi,
tentunya tidak mungkin pula bagi kita untuk berkomunikasi (We cannot
not communicate).

2.3.5 Dimensi Komunikasi Lintas Budaya


Dalam suatu kebudayaan yang ada, pasti memiliki ciri-ciri kebudayaan
yang satu berbeda dengan ciri-ciri budaya di daerah lain. Ciri-ciri budaya
antara lain:
a. budaya bukan bawaan tetapi dapat dipelajari
b. budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, kelompok ke
kelompok dan dari generasi ke generasi.

15
c. budaya berdasarkan symbol
d. budaya bersifat dinamis, suatu system yang terus berubah sepanjang
waktu
e. budaya bersifat selektif, mereprentasikan pola-pola perilaku
pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas
f. berbagai unsur budaya saling berkaitan
g. etnosentrisme

2.3.6 Asumsi Dalam Komunikasi Lintas Budaya


a. During intercultural communication,the message sent is usually not
the message received. Selama komunikasi antarbudaya pesan terkirim
biasanya bukan pesan yang diterima. Setiap kali orang-orang dari
budaya yang berbeda datang bersama-sama dan terjadi pertukaran
pesan, mereka membawa budaya berupa berbagai macam pemikiran,
nilai-nilai, emosi, dan perilaku yang mengakar dan dibudidayakan.
b. Intercultural communication is primarily anonverbal act between
people. Komunikasi Antarbudaya pada dasarnya merupakan suatu
tindakan nonverbal antara orang-orang. Dibalik komunikasi verbal,
komunikasi non verbal menjadi penguat komunikasi
c. Intercultural communication necessarily involves a clash of
communicator style. Komunikasi Antarbudaya harus melibatkan
pertemuan berbagai gaya komunikator. Di Amerika Serikat,
kepandaian berbicara adalah komoditas yang sangat dihargai. Orang-
orang rutin dievaluasi dari pidato mereka. Namun diam-yaitu,
mengetahui kapan tidak berbicara-adalah prasyarat mendasar untuk
linguistik dan kompetensi suatu budaya.
d. Intercultural communication is a group phenomenon experienced by
individuals. Komunikasi Antarbudaya adalah fenomena kelompok
yang dialami oleh individu. Setiap kali berinteraksi dengan orang dari
budaya yang berbeda yang dibawa adalah asumsi dan penampilan
dari orang lain. Interaksi spesifik berupa lisan dan pesan nonverbal
yang dipertukarkan biasanya disesuaikan berdasarkan asumsi-asumsi
dan penampilan tersebut.

16
e. Intercultural communication is a cycle of stress and adaptation.
Komunikasi Antarbudaya adalah siklus stres dan adaptasi. Ketika
seseorang datang bersama-sama dengan orang dari budaya yang
berbeda, akan muncul perasaan tidak pasti, khawatir, dan cemas.
Perasaan seperti itu mengakibatkan stres. Oleh karena itu komunikasi
antarbudaya, kadang-kadang mendatangkan stres.
Komunikasi antarbudaya dalam prakteknya, tidak hanya
mendatangkan stres, ketidakpastian, juga menimbulkan kesalah-pahaman
dan konflik. Fred Jandt & Dolores Tanno dalan Iben Jensen
membenarkan hal tersebut menurutnya komunikasi Antarbudaya biasanya
berhubungan dengan kesalahpahaman dan konflik - meskipun sebagian
besar dari semua komunikasi antarbudaya adalah tanpa masalah.

2.3.7 Kaitan antara Komunikasi dan Kebudayaan


Dari berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas
sebelumnya, dampak bahwa unsur pokok yang mendasari proses KAB
ialah konsep-konsep tentang Kebudayaan dan Komunikasi. Hal ini
pun digarisbawahi oleh Sarbaugh (1979:2) dengan pendapatnya bahwa
pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu
pemahaman tentang konsep-konsep komunikaasi dan kebudayaan serta
saling ketergantungan antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti,
menurut Serbaugh, apabila disadari bahwa:
a. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah
dalam suatu kelompok kebudayaan khusus tertentu.
b. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi
berikutnya hanya dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana
komunikasi.
Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak
terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai
berikut: Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang
dipelajari dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama

17
diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode
dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan
saling menentukan. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui
aktifitas komunikasi para individu anggotanya. Secara kolektif prilaku
mereka secara bersama-sama menciptakan realita (kebudayaan) yang
mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari
unit. Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi
hubungan yang sangat erat:

a. Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk


menciptakan bahasa simbolik, tidak dapat dikembangkan
pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-nilai, aturan-aturan dan
tata, yang memberi batasan dan bentuk pada hubungan-hubungan ,
organisasi-organisasi dan masyarakat yang terus berlangsung.
Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan
unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya,
serta dari satu tempat ke tempat lainnya. Komunikasi juga merupakan
sarana yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri
dengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing
yang dihadapinya. Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan
dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan daan dipelajari melalui
komunikasi.
b. Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari
individu-individu sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina
diri dengan cara-cara khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem
sosial dimana mereka berada. Kebudayaan tidak saja menentukan
siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai apa dan bagaimana
komunikasi sebagainya berlangsung, tetapi juga menentukan cara
mengkode atau menyandi pesan atau makna yang dilekatkan pada
pesan dan dalam kondisi bagaimana macam-macam pesan dapat
dikirimkan dan ditafsirkan.

18
Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi individu terutama
tergantung pada kebudayaanya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan
pondasi atau landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda pula.

2.3.8 Hambatan dalam komunikasi lintas budaya


Dalam bukunya Intercultural Business Communication, Chaney dan
Martin (2004) mengungkapkan bahwa:
hambatan komunikasi atau communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang
efektif. Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat
dalam komunikasi antar budaya, karenanya hambatan tersebut juga sering
disebut sebagai hambatan komunikasi antar budaya, sebagai hambatan
dalam proses komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan budaya
antara komunikator dan komunikan. Adapun faktor hambatan komunikasi
antar budaya yang sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi,
motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi.
Dalam komunikasi antarbudaya, reaksi negatif dan evaluatif individu
terhadap sebuah budaya dapat menciptakan hambatan komunikasi.
Evaluasi yang bersifat negatif menyebabkan adanya ketidaksukaan dan
penghindaran. Hal ini terjadi karena budaya asing dipandang
menyimpang atau berbeda dari norma yang kita anut. Hambatan
komunikasi tersebut terjadi di antara dua budaya dan bersifat satu arah,
yang mana hal ini mencerminkan adanya ketidakmampuan untuk
memahami norma dari budaya yang berbeda (budaya asing). Hambatan ini
juga tidak selalu bersifat timbal balik. Sebuah perbedaan budaya (bersifat
tunggal) dapat pula menjadi hambatan bila melanggar salah satu nilai inti
komunikator.
Tracy Novinger (dalam malista, 2013) mengemukakan bahwa hambatan
komunikasi antarbudaya dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni hambatan
persepsi, hambatan verbal dan hambatan nonverbal. Beberapa jenis
hambatan persepsi yang dikemukakan oleh Tracy Novinger adalah wajah

19
(face), nilai (values), dan pandangan dunia (worldview). Wajah (face)
merupakan nilai atau pertahanan seseorang terhadap pandangan di depan
orang lain. Hal ini menyangkut bagaimana seseorang ingin orang lain
melihat terhadap dirinya, yang dipengaruhi dari interaksi sosial, dan lain
sebagainya, sehingga hal ini bisa diperoleh atau bisa hilang.
Adanya perbedaan nilai juga salah satu yang memengaruhi munculnya
hambatan persepsi dalam komunikasi antarbudaya. Nilai agama
ermanisfestasi tidak hanya pada dogma, tetapi juga pada pola kehidupan
dan pandangan hidup. Ferraro juga mengungkapkan bahwa pengaruh
agama dapat dilihat dari jalinan semua budaya, karena hal ini bersifat
dasar. Nilai agama ini juga berpengaruh pada cara pandang (worldview)
seseorang .Cara pandang (worldview) meliputi bagaimana orientasi budaya
terhadap Tuhan, alam, kehidupan, kematian dan alam semesta, arti
kehidupan dan keberadaan.
Sikap (attitude) juga salah satu bagian yang termasuk dalam
mempengaruhi persepsi. Sikap merupakan ranah psikologis yang secara
jelas memengaruhi perilaku dan menyimpangkan persepsi. Sikap akan
menyebabkan interpretasi dari kejadian, yang mana hal ini bersifat
mempengaruhi persepsi. Sikap mencakup aspek kognitif dan afektif.
Aspek kognitif merujuk pada keinginan untuk menahan pendapat yang
bersifat etnosentris dan kesiapan untuk mempelajari mengenai isu
perbedaan lintas budaya dengan pandangan terbuka. Sedangkan aspek
afektif merujuk pada komitmen emosional untuk terlibat dalam partisipasi
perspektif kultural, dan pengembangan rasa empati dalam memahami
perbedaan kelompok kultural.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu informasi kepada
penerima pesan sehingga penerima pesan dapat mengerti maksud dari
pengirim pesan. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau
gagasan suatu budaya yang satu pada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan
hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, baik itu untuk
kebaikan sebuah kebudyaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan
ataua bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua
kebudyaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru )
3.2 Saran
Komunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan hidup
bermasyarakat. Terutama pentingnya komunikasi yang efektif ketika diantara
individu memiliki perbedaan baik itu dalam segi bahasa tingkah laku ataupun
budaya. Kita harus terus mengingat dan sadar kembali akan pandangan

21
masyarakat dalam menanggapi keanekaragaman budaya tersebut yaitu
Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetap satu jua.
Sebagai mahasiswa yang cerdas kita perlu memahami dan mendalami lebih
lanjut mengenai konsep komunikasi, apalagi jika kita hendak berkomunikasi
dengan orang lain yang berbeda kebudyaan dengan kita. Untuk itu wawasan
yang luas dengan membaca buku dari berbagai refrensi sangat dibutuhkan
dalam hal ini agar kita tidak buta komunikasi

Daftar Pustaka

Ahmad Sihabudin. 2011. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Bumi Aksara


Edy Sudaryanto. 1997. Relevansi Fungsi Dan Peranan Komunikasi Dalam
Pembangunan. Bandung: Pps UNPAD
Fajar, Mahaerni. 2009. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunkasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Samovar, Larry A, Dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba
Humaniora
Satriani Dan Muljono. 2005. Komunikasi Partispatif Pada Program Pos
Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Masyarakat Dan Kebudayaan Politik, No.
2 Hal 89_95
Sunarwinadi, Ilya. Komunikasi Antar Budaya Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Universitas Indonesia Press

22

Вам также может понравиться