Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
5
2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Traumatik
2.2.2 Nontraumatik/spontan
2.3 PATOFISIOLOGI
Trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada
dan paru, ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi
tekanan pada dada yang mendadak menyebabkan tekanan di dalam paru
meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul pada
dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura. Keluhan sesak
napas dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang
sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.
Pada trauma tumpul di dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-
paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam
seperti pisau atau peluru yang menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya
membrane serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya
6
membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap
sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
2.2.4 Komplikasi
2.3 PENATALAKSANAAN
2.4.1 Terapi
7
2.4.1.2 Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb. Sebagai
patokan dapat dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah
(dari penderita dengan Hb 15 g %) dapat menaikkan g % Hb.
Diberikan dengan tetesan normal kira-kira 20 30 tetes/menit dan
dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada fungsi jantung atau
menimbulkan gangguan pada jantung.
2.4.1.3 Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
2.4.1.4 Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur.
2.4.1.5 Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi broad spectrum
antibiotic, misalnya Ampisillin dengan dosis 4 X 250 mg. (Muttaqin,
Arif. 2008)
8
2.4.2.4 Dipasang Chest tube dan dihubungkan dengan sistem WSD, hal ini
dapat mempercepat paru mengembang.
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks
tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura.
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto
toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube
tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi
resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat
dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi
darah/cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah
suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri
adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural/cavum
pleura.
WSD ada 2 macam, yaitu :
Pemasangan WSD :
Setinggi SIC 5 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang
sakit
9
5. Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk
menghindari melukai pembuluh darah di bagian bawah iga
2.4.2.5 Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka
dipertimbangkan untuk thorakotomi
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan`:
2. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500
ml, tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.
2.5 PENGKAJIAN
2.5.2 Sirkulasi
2.5.2.1 Takikardia
11
2.5.2.4 Nadi apical berpindah oleh adanyapenyimpangan mediastinal (dengan
tegangan pneumothorak)
2.5.2.5 Tanda Homan (bunyi renyah s/d denyutan jantung, menunjukan udara
dalam mediastinum)
2.5.5.6 Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinanan menyebar keleher, bahu abdomen (Effusi Pleural)
2.5.6 Pernapasan
12
2.5.6.2 Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada
dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
2.5.6.3 Bunyi napas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat)
2.5.6.6 Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik)
bila trauma atau kemps, penurunan penmgembangan thorak (are yang
sakit).
2.5.7 Keamanan
Tanda dan gejala: Adanya trauma dada, Radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
13
2.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.6.1 Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan
2.6.3 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder
2.7.1 Pola Pernapasan Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ekpansi Paru Yang
Tidak Maksimal Karena Akumulasi Udara/Cairan
Kriteria hasil :
14
Intervensi :
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai
akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock
sehubungan dengan hipoksia.
b. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan
15
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah
udara atmosfir masuk ke area pleural.
Kriteria hasil :
16
2. Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan
Intervensi :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan
d. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan
2 batuk pendek dan kuat.
17
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah
bau mulut.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasif.
Tujuan dan Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
Intervensi :
19
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah
karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
4. Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
20
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas
Intervensi :
2. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas
Tujuan : Memberikan informasi yang singkat dan jelas kepada klien agar klien
mengerti dan memahami penyakit dan cara perawatannya
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Jelaskan kepada klien tentang penyebab dan cara perawatan penyakit klien
2.8.1 Definisi
22
2.8.2 Persiapan
23
2.9 EVALUASI
2.9.1 Definisi
2.9.2 Klasifikasi
1. Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila klien telah menunjukkan
perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
24
S : Merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dan berupa kalimat pernyataan klien dan keluarga.
(Asmadi, 2008)
25