Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Eudragit L 100 is a polymer which sensitive pH can detain drug release at acidic pH and releasing the drug
at pH above 6.0. Which is used as a coating material on dosage from of sustained release. Aceclofenac is an non
steroid anti-inflammatory drug (NSAID) which has side effect to irrited gastric mucosa, and it was chosen as model
drug. Microcapsules of aceclofenac-eudragit L 100 prepared by solvent evaporation method. Microcapsules was
made on ratio 1:1, 1:2, and 1:3. Caracteritation by Scanning Electron Microscopy (SEM), Particle Size Analyzer
(PSA), Differential Thermo Analysis (DTA), Fourier Transformation Infra Red (FT-IR), and X-ray diffraction
analyse used to evaluate and describe the microcapsules. SEM describe morphology of microcapsules. Particle size
analyse with PSA showed the amount of polymers effects the size of mikrokapsules. Thermal analyse by DTA
showed that significant endothermic peak friction. FT-IR spectrum showed that there is no chemical intaction
between aceclofenac and Eudragit L 100 in microcapsules. The result of X-Ray Diffraction characteritation of
microcapsules aceclofenak and Eudragit L 100 decreased degree of crystalinity.The release drug test from
microcapsules at phospate medium at pH 6,8 using dissolutian test apparatus 1:1= 93,12%, 1:2= 88,42%,
1:3=57,06%. On the results obtained show that microcapsules of aceclofenac- Eudragit L 100 on ratio 1:1, 1:2, and
1:3 is eligible dosage form of sustained release.
1
cerna dengan cara dimikroenkapsulasi. Mikrokapsul stearat sampai semuanya larut. Setelah itu campuran
yang terbentuk dikarakterisasi dengan menggunakan didispersikan kedalam campuran parafin secara
Difraksi Sinar-X, FT IR, Scanning Electron perlahan melalui dinding beker glass dengan bantuan
Microscopy (SEM), DTA, Particle Size Analyzer homogenizer sampai membentuk emulsifikasi.
(PSA) dan penentuan profil disolusi. Diharapkan Setelah 6 jam maka akan terbentuk bulatan-bulatan
mikrokapsul aseklofenak-eudragit L 100 yang kecil pada dasar beker glass, dan aseton diuapkan
terbentuk dapat menahan pelepasan aseklofenak pada perlahan dan akan terbentuk mikrokapsul. Kemudian
lambung dan dilepaskan diusus. mikrokapsul dicuci dengan n-hexan pada suhu kamar
sebanyak 3 kali pengulangan dan dikeringkan
METODE PENELITIAN didalam lemari pengeringan selama 24 jam.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah : timbangan
digital analitik (PrecisaXB 220A), Particle Size Evaluasi Mikrokapsul Aseklofenak-Eudragit L
Analizer (PSA) (FRITSCH), Homogenizer (IKA 100
RW 20 digital), difraktometer sinar-X (Philips XPert
Powder), alat uji disolusi (Copley Scientific NE4- Analisa Particle Size Analyzer (PSA)
COPD), spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu). SEM Karakterisasi menggunakan PSA digunakan
(Scanning Electron Microscopy) (Phenom world), untuk melihat ukuran partikel pada formula
spektrofotometer infra red (Thermo Scientific), DTA mikrokapsul yang dibuat. PSA menggunakan metode
(Shimadzu TG 60, Simultaneous DTA-TG Aparatus), Dinamyc Light Scattering (DLS) yang memanfaatkan
Sonikator (Bronson), pH meter (HANNA Instruments hamburan inframerah. Hamburan inframerah
HI 2211 pH/ORP meter), dan alat-alat yang ditembakkan oleh alat ke sampel sehingga sampel
menunjang penelitian. akan bereaksi menghasilkan gerak Brown (gerak acak
dari partikel yang sangat kecil dalam cairan akibat
Bahan yang digunakan: Aseklofenak (PT. dari benturan dengan molekul-molekul yang ada
Tatarasa Primatama), Eudragit L 100 (Phapros), dalam zat cair).
paraffin cair (PT Brataco), metanol (PT Brataco), Gerak inilah yang kemudian di analisis oleh
magnesium stearat (PT Brataco), aseton (PT Brataco), alat, semakin kecil ukuran molekul maka akan
kalium dihidrogen posfat (PT Brataco), natrium semakin cepat gerakannya. Analisa distribusi ukuran
hidroksida (PT Brataco) , aquadest pada partikel berdasarkan pada ukuran maksimum
yang dihasilkan dalam persentase volume sampel
Pembuatan mikrokapsul aseklofenak-eudragit L tertentu (Malven Instruments Limited, 2012).
100.
2
Scanning Electron Microscopy (SEM) serapan masing-masingnya pada panjang
Permukaan dan bagian dalam dari mikrokapsul gelombang serapan maksimal Aseklofenak.
diamati melalui Scanning Electron Microscop (SEM). c. Penentuan kadar aseklofenak dalam
Wadah aluminium yang digunakan untuk SEM mikrokapsul.
pertama kali dilapisi dengan cat logam, kemudian Pada masing-masing formula ditimbang
dibilas dengan etanol dan dilapisi dengan selapis tipis mikrokapsul setara dengan 100 mg
logam atau emas (Handenia, et al., 2011). aseklofenak. Mikrokapsul dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL larutkan dengan
Differential Thermal Analysis (DTA) metanol beberapa mL, lalu cukupkan
Analisis dilakukan menggunakan alat DTA. volume sampai tanda batas (konsentrasi
1000 g/mL).
Suhu pemanasan dimulai dari 20 sampai 250 0C
Ambil 25 mL dari larutan tersebut,
dengan kecepatan pemanasan 100C per menit. masukkan ke labu 50 mL dan cukupkan
Analisis diferensial termal berdasarkan pada volume sampai tanda batas (konsentrasi 500
perubahan kandungan panas akibat perubahan g/mL), kemudian ambil 2 mL dari larutan
temperatur dan titrasi termometrik. Dalam DTA konsentrasi 500 g/mL masukkan ke labu 10
(Differential Thermal Analysis), panas diserap atau mL dan cukupkan sampai tanda batas
diemisikan oleh sistem kimia bahan yang dilakukan (konsentrasi 100 g/mL), kemudian pipet
0,2 mL dari larutan 100 g/mL masukkan ke
dengan pembanding yang inert (Alumina, Silikon,
labu ukur 10 mL dan cukupkan sampai tanda
Karbit atau manik kaca) dan suhu keduanya batas (konsentrasi 10 g/mL). Konsentrasi
ditambahkan dengan laju yang konstan (Gennaro, aseklofenak dalam mikrokapsul ditentukan
1985). menggunakan kurva kalibrasi lalu dihitung
masingmasing formula dan tentukan
Penetapan Kadar Aseklofenak persentasenya. Pengulangan untuk
a. Penentuan panjang gelombang serapan penetapan kadar dilakukan tiga kali.
maksimum aseklofenak
Larutan induk aseklofenak dibuat dengan Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro atau Profil
konsentrasi 1000 g/mL dengan melarutkan Disolusi (USP XXX, 1995)
100 mg aseklofenak dalam labu ukur 100 a. Pembuatan dapar fosfat pH 6,8
mL metanol. Dari larutan induk, dipipet 25 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III,
mL ke dalam labu ukur 50 mL cukupkan untuk pembuatan 200 mL dapar fosfat pH
sampai tanda batas, kemudian dari larutan 6,8 diperlukan Kalium dihidrogen fosfat 0,2
ini dipipet 2 mL kedalam labu 10 mL M sebanyak 50 mL, dan Natrium Hidroksida
cukupkan hingga tanda batas, kemudian 0,2 M sebanyak 22,4 mL
dilarutkan 1,8 mL dalam 10 mL metanol Di timbang 1,3609 gram kalium dihidrogen
sehingga didapatkan larutan dengan fosfat dilarutkan dalam aqua dest, kemudian
konsentrasi 18 g/mL. Serapan diukur pada ditambahkan NaOH 0,2 N sebanyak 112 mL
rentang panjang gelombang 200-400 nm lalu pH diatur 6,8 dengan menggunakan pH
dengan spektrofotometer UV-Vis. Lalu meter. Setelah itu larutan dapar dicukupkan
dibuat kurva serapan terhadap panjang dengan aqua dest hingga 100 mL.
gelombang dan panjang gelombang yang b. Penentuan panjang gelombang serapan
diperoleh 275 nm. maksimum Aseklofenak dalam dapar fosfat
pH 6,8
b. Pembuatan kurva kalibrasi aseklofenak Larutan induk Aseklofenak dibuat dengan
dalam metanol. cara melarutkan 100 mg Aseklofenak dalam
Dari larutan induk aseklofenak dipipet 2 mL 100 mL dapar fosfat 6,8 (konsentrasi 1000
ke dalam labu 10 mL sehingga diperoleh g/mL). Dipipet 25 mL larutan induk ke
konsentrasi 100 g/mL, dari larutan ini dalam labu ukur 50 mL kemudian
dipipet sebanyak 0,2 mL, 1,2 mL, 1,4 mL, tambahkan dapar fosfat 6,8 sampai tanda
1,6 mL, 1,8 mL dan masing-masingnya batas (konsentrasi 500 g/mL), kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL, dari larutan konsentrasi 500 g/mL dipipet
cukupkan volume dengan metanol sampai 2 mL kedalam labu 10 mL kemudian
tanda batas, lalu homogenkan hingga tambahkan dapar fosfat 6,8 sampai tanda
diperoleh konsentrasi 10 g/mL, 12 g/mL, batas (konsentrasi 100 g/mL), kemudian
14 g/mL, 16 g/mL, 18 g/mL. Ukur dari larutan konsentrasi 100 g/mL dipipet
3
2,2 mL kedalam labu 10 mL kemudian menggunakan SPSS 17 dengan ANOVA satu arah dan
tambahkan dapar fosfat 6,8 sampai tanda dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
batas (konsentrasi 22 g/mL). Lakukan
pengukuran pada panjang gelombang
serapan 200 nm-400 nm dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Tentukan panjang gelombang serapan a. Analisis Particle Size Analyzer (PSA)
maksimal, lalu dibuat kurva serapan
terhadap panjang gelombang dan diperoleh
panjang gelombang 271,5 nm.
c. Pembuatan kurva kalibrasi Aseklofenak
dalam medium disolusi dapar fosfat pH 6,8
Sebanyak 100 mg Aseklofenak ditimbang,
dilarutkan dengan 100 mL dapar fosfat 6,8.
Dipipet 25 mL larutan induk ke dalam labu
ukur 50 mL, kemudian tambahkan dapar
fosfat sampai tanda batas, kemudian dipipet
2 mL masukan kedalam labu ukur 100mL.
Lakukan pengenceran dengan konsentrasi 6, (a) (b)
10, 14, 18, dan 22 g/mL (masing-masing
dimasukan dalam labu ukur) 10 mL. Serapan
ditentukan pada panjang gelombang serapan
maksimum.
d. Penetapan profil disolusi dari serbuk
Aseklofenak murni, dan mikrokapsul
Aseklofenak-Eudragit L 100
Uji disolusi serbuk dilakukan menurut
metode rotaring basket pada USP XXX,
2007. Wadah labu silinder diisi dengan
medium disolusi dapar fosfat pH 6,8
sebanyak 1000 mL kemudian dipanaskan (c)
dengan suhu 37 0,5C dengan bantuan Gambar 1. (a) distribusi ukuran partikel mikrokapsul
penangas air. Serbuk uji yang setara dengan formula I, (b) distribusi ukuran partikel mikrokapsul
100 mg Aseklofenak dimasukkan ke dalam formula II, (c) distribusi ukuran pertikel formula III.
keranjang yang telah dilapisi filter, Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat
dicelupkan ke dalam wadah silinder, dan evaluasi distribusi ukuran partikel dengan
diputar dengan kecepatan 100 rpm. menggunakan alat PSA pada mikrokapsul formula 1
Kemudian larutan disolusi dipipet 5 mL pada terlihat partikel menyebar secara merata pada ukuran
menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 100-1000 m, dan pada mikrokapsul formula 2
240, 300, 360, dan 480. Setiap pemipetan ukuran partikelnya semakin kecil yaitu menyebar
diganti dengan medium disolusi yang secara merata pada ukuran 10-1000 m, selanjutnya
suhunya sama sehingga volume medium pada mikrokapsul formula 3 ukuran partikelnya
disolusi selalu tetap. Serapan larutan yang semakin kecil dari formula 1 dan 2 yaitu menyebar
telah dipipet dari medium disolusi diukur pada ukuran 0,9-100 m.
pada panjang gelombang serapan maksimum
271,5 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. b. Analisis pola Difraksi Sinar X (XRD)
Kadar Aseklofenak yang terdisolusi pada
setiap pemipetan dapat dihitung dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
Analisis Data
Data hasil disolusi mikrokapsul dilakukan
penetapan model kinetika pelepasan obat berdasarkan Gambar 2. Difraktogram X-RD (a) Aseklofenak, (b)
persamaan orde nol, orde satu, Higuchi dan Eudragit L 100, (c) Mikrokapsul Formula 1 (d)Formula
Korsemeyer-peppas dan ditentukan efisiensi disolusi. 2, (e) Mikrokapsul Formula 3.
Data efisiensi disolusi diolah secara statistik
4
Analisis difraksi sinar-X merupakan metode yang
bagus untuk mengkarakterisasi interaksi padatan
antara dua komponen, dapat dilihat dari Gambar 2
hasil difaktogram aseklofenak murni menunjukkan
karakteristik kristalin, puncak interferensi yang khas
dan tajam pada sudut 2 (18,5, 19,4, 22,1, 24,5,
25,9), sedangkan pada eudragit L 100 terlihat bahwa (c) (d)
eudragit L 100 bersifat amorf hanya terdapat satu
puncak kristalin yang khas dan tajam yaitu pada
sudut 2 (21,2), sedangkan pada ketiga formula
mikrokapsul, mikrokapsul formula 2 yang mengalami
penurunan intensitas puncak kristal yang sangat
banyak dari pada mikrokapsul formula 1 dan 3, ini
menunjukkan penurunan derajat kristalitas pada (e) (f)
mikrokapsul formula 2 (Zaini, et, al., 200).
c. Spektrofotometer FTIR
(g)
Gambar 4. (a) Aseklofenak dengan perbesaran 500x
(a) (b)
(b) Eudragit L 100 dengan perbesaran 500x,(c)
mikrokapsul formula 1(permukaan luar) dengan
perbesaran 100x, (d) mikrokapsul formula 1
(permukaan dalam) dengan perbesaran 100x, (e)
mikrokapsul formula 2 (permukaan luar) dengan
perbesaran 100x, (f) mikrokapsul formula 2
(c) (d) (permukaan dalam) dengan perbesaran 100x,
(g) mikrokapsul formula 3 dengan perbesaran
100x.
(a) (b)
5
yang telah dilakukan diperoleh hasil penetapan kadar
Aseklofenak dalam mikrokapsul formula 1
=101,0842 %, mikrokapsul formula 2 = 99,5544%
dan pada mikrokapsul formula 3 = 100,3017%.
Persyaratan yang tertera dalam British
Pharmacopiea, 2002, kadarnya 99,0 % - 101,0 %.
(a) (b) Artinya kadar zat aktif dalam mikrokapsul ini telah
memenuhi persyaratan dalam British Pharmacopia,
2009.
6
kurva menunjukkan nilai efisiensi disolusi dari Gennaro, A. R. (1985). Remington Pharmaceutical
Aseklofenak, mikrokapsul formula 1, mikrokapsul Sciences. (17th ed). Easton: Mack
formula 2, dan mikrokapsul formula 3 secara Publishing Company.
berturutan yaitu 83,8913%, 62,6851%, 38,3162%,
dan 34,5230%. Dari data yang diperoleh terlihat Malvern Instruments Limited.2012. A Basic Guide to
bahwa efisiensi terdisolusi ketiga formula Particle Characterization. Tersedia di
mikrokapsul lebih kecil dari efisiensi terdisolusi zat www.malvern.com [diakses 26-5-2015].
aktif Aseklofenak.
Santhosh, K.M., Chowdary. K.A., & Sammaiah. G.
KESIMPULAN (2011). Controlled Release Formulation
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat and Evaluation of Aceclofenac By
diambil kesimpulan bahwa mikrokapsul aseklofenak- Microencapsulasion. International
eudragit L 100 menggunakan metode emulsifikasi Journal of Advances In Pharmaceutical
penguapan perlarut dapat menurunkan laju disolusi Sciences, vol.2 (2-3).133-143.
dari aseklofenak murni yang ditunjukkan oleh:
Shargel, L., & B.C.Yu, A. (1999). Biofarmasetika
1. Polimer yang digunakan adalah Eudragit L dan Farmakokinetika Terapan. (Edisi II).
100 yang berguna untuk menyalut zat aktif Penerjemah: Fasich & S. Sjamsiah.
Aseklofenak untuk menjadi sedian lepas Surabaya: Airlangga University Press.
lambat. Pelepasan zat aktif tergantung pada
jumlah polimer dalam suatu formula, dimana Shekhar, K., Madhu, N.M., Pradeep, B., & Banjil, D.
makin banyak polimer yang digunakan maka (2010). A Review on
makin lambat pelepasan dari Aseklofenak Microencapsulation. Intenational Juornal
dalam mikrokapsul tersebut. Dimana pada of Pharmaceutical Sciences Review and
formula 3 terjadi disolusi hanya 5 7,06% Reasearch, Vol. 5(2), 130-138.
dibandingkan dengan formula 1: 93,12% dan
formula 2: 88,42%. Simon, B. (2006). Microencapsulation: Methods and
2. Kinetika orde pada mikrokapsul Formula 1 industrial aplications ((2nd ed). Drugs
dan 3 mengikuti kinetika orde 0, sedangkan Pharmaceutical Sci. Marcell Dakker Inc.
pada mikrokapsul formula 2 mengikuti New York.
kinetika orde 1.
3. Didapatkan kesimpulan dari ketiga formula Sium, Md., & Miah, H. UI (2013). Spreading Out of
mikrokapsul maka mikrokapsul formula 1 Aceclofenac Sustained Release
yang baik, dilihat dari evaluasi mikrokapsul Microcspsules Based on HPMC 50 CPS
yang dilakukan. By Emulsion Solvent Evaporayion
Tecnique. International Journal of
UCAPAN TERIMAKASIH Pharmaceutical Sciences Research, vol
Pada kesempatan ini perkenankan penulis 4(9), 3432-3239.
mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang Soewandhi, S.N., Rulyaqien, A., & Indardini, R.
setulusnya atas bantuan, bimbingan, doa, dukungan, (2007). Polimorfisme Diklofenak
semangat, dan perhatian atas terwujudnya tulisan ini Natrium. Jurnal Sains Teknologi
kepada bapak Prof Dr. H. Auzal Halim, Apt selaku
Pembimbing I dan Rieke Azhar, M.Farm, Apt selaku Farmasi, 12 (1), 1-8.
pembimbing II atas ilmu dan kesabarannya dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan artikel ini. Srinivasa, R.Y., Varalakshmi, S.T., Chandana, R., &
Vijaya, L. (2012). Design And In Vitro
DAFTAR PUSTAKA Evaluation Of Mucoadhesive
Abdou, H. M. (1989). Dissolution, Bioavaibility and Microcapsules Of Aceclofenac For Oral
Bioequivalence. Pennsylavania: Mark Controlled Release. International
Publishing Company Easton. Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, vol 4(5), 305-
Ansel, H. C. (1989). Introduction to pharmaceutical 308.
dosage form, diterjemahkan oleh F.
Ibrahim. Pengantar bentuk sediaan Sweetman, S. C. (2009). Martindale The complete
farmasi, edisi IV. Jakarta: Universitas drug reference (edisi 36). London: The
Indonesia. Pharmaceutical Press.
7
Watson, D. G. (2009). Analisis Farmasi. (Edisi II).
The Department Of Health, Social Services And Penerjemah: Winny R. Syarief. Jakarta :
Public Safety. (2009). British Penerbit Buku Kedokteran EGC..
Pharmacopoeiea. London: The
Stationery Office. Zaini, E. & Umar, S. (2007). Karakterisasi
Fisikokimia dan Laju Disolusi Dispersi
The United States Pharmacopeial Convention Inc. Padat Ibuprofen dengan Pembawa
(2007). The United States Polietilenglikol 6000. Padang: Fakultas
Pharmacopeia. (Edisi XXX). New York: FMIPA Universitas Andalas.
The United States Pharmacopeia
Convention Inc.