Вы находитесь на странице: 1из 8

ESKATOLOGI

Beberapa pandangan pokok yang berkait dengan eskatologi perjanjian


baru dapat diringkas dalam beberapa pandangan teolog-teolog. Menurut Weiss,
eskatologi perjanjian baru dipengaruhi oleh aliran apokaliptis yahudi.
Menurutnya konsep ini nampak dalam istilah-istilah, seperti antara lain kerjaan
Allah, anak manusia, kebangkitan, hukuman, dsb.

Berbeda dengan Weiss, C. H. Dodd berpendapat bahwa eskatologi Yesus


dan Paulus bersifat presentis, tetapi karena pengharapan eskatologis tidak
terpenuhi, jemaad mula-mula mulai menyusun eskatologi futuris (Mark. 13,
wahyu). Bultmann berpendapat bahwa setiap orang yang hidup dalam Kristus
telah masuk zaman eskaton. Saliblah yang membuka zaman itu. Eksistensi
esakatologis harus diwujudkan senantiasa dengan baru melalui keputusan iman
pada setiap saat yang baru pula (Fil 3:12). Sedangkan Culmann justru mengkritik
esaktologi Bultmann karena terlalu menekankan pada aspek yang bersifat
personal. Menurut Culmann eskatologi mencakup di Mesir Universal. Esakatologi
dikembangkan dengan pemikiran bahwa pada hakekatnya eskatologi sudah
genap realisasinya tetapi belum kelihatan kesempurnaannya. Gambarannya
adalah: Victory Day .

Eskatologi Yesus

Eskatologi Yesus dimulai dengan pemberitaan kerajaan Allah,


sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Pemerintahan
Allah yang dimulai tersebut berakibat pada keadilan keselamatan, pembelaan
tertindas, karena itu manusia harus menyesuaikan diri dengan pertobatan
( Mark. 1:15).

Dalam 1 korintus 15:20 kebangkitan Yesus merupakan ciri khas iman


Kristen yang didalamnya termuat tindakan keselamatan Allah. Tanpa
kebangkitan, iman adalah kosong, tesis ini dapat ditemui dalam teks-teks yang
Paulus tulis Filipi 3:21 menyebut tubuh mulia, 1 Kor 15:45-49 dikatakan bahwa
kebangkitan Yesus merupakan permulaan kebangkitan umum. Roma 4:27
disebut menghidupkan orang mati, ada sifat eskatologis dari kebangkitan.

Eskatologi, oleh Paulus dipahami sebagai yang sudah dan yang belum,
sebagai suatu rahasia yang terungkap yang dinyatakan dalam Yesus, Rom 16:27.
Zaman akhir telah tiba. Dalam Rom 8:25 ada ketegangan antara sudah dan
belum dalam zaman ini sudah terlaksana zaman yang akan datang karena
kebangkitan Yesus. Terdapat gagasan bahwa eskatologi semacam itu
mempersatukan hidup secara keseluruhan ( Rom 13:12-14).

Pengharapan eskatologis tak lepas dari paham porousia. Secara umum


porousia berarti hadir, atau kedatangan oleh Paulus porousia dikaitkan dengan
kedatangan Yesus pada zaman akhir, yang nantinya disebut sebagai hari Tuhan.
Sifatnya kristologis karena dihubungkan dengan kebangkitan Yesus ( 1 Tes 4:13,
5-23, 1 Kor 15:23).

Lama kelamaan paham porousia semakin memudar. Lebih ditekankan


pada kehadiran keselamatan, Gal 2:20, Kol dan Ef dalam Yak 5:7, umat perdana
dilanjutkan untuk bersabar, 2 Pet 1:13, malahan porousia diragukan. Lalu
muncullah paham punundaan porousia. Faktanya saksi-saksi pertama semakin
berkurang karena banyak yang mati. Dalam Fil 1:21 Paulus mengatakan bahwa
mati adalah keuntungan. Pandangan tentang kedatangan Yesus semakin
ditinggalkan oleh umat perdana.

Tanda-tanda kehadiran kerajaan Allah adalah bahwa kabar baik


diberitakan, pengampunan dosa diberikan, mujizat dinampakkan, dan
pengikatan iblis dilakukan (Mark 3:27), pemberitaan bahwa saatnya telah tiba
(masa panen dan anggur baru), serta kedatangan Yesus sendiri (Allah melawat
umat-Nya, Luk 7:16). Kesempurnaan kerajaan Allah tidak pernah dikatakan
kapan saatnya. Tetapi amat segera (Mark 19:1, ada yang belum mati, Mark 13:30
angkatan ini tidak akan berlalu, Mark 10:23).

Kepenuhan kerajaan Allah dibarengi dengan kehakiman Allah. Hukuman


bagi yang menolak bertobat segi pengakuan dan perbuatan menentukan ( Mat
25:45-46, Mat 10:32-33). Keselamatan bagi yang bertobat, digambarkan sebagai
pesta jamuan yang penuh kegembiraan (Mat 8:11-12), kehidupan ( Mark
9:43,45). Pra-kedatangan ditandai dengan kesusahan. Mark 13:1-37
menyinggung tiga tahap, yakni permulaan (5-13), mesias palsu (14-23),
keruntuhan alam semesta dan pengumpulan orang pilihan (24-27).

Eskatologi Paulus

Paulus memperkembangkan paham eskatologi dengan muatan kristologi,


karena eskatologi selalu dikembangkan dengan berdasarkan pada kebangkitan
Yesus. Kebangkitan Yesus menurut Paulus merupakan permulaan zaman akhir,
sebagai yang sulung.

Menurut Wener, penundaan parousia menyebabkan pembentukan gereja


semakin mendesak. Gereja tidak lagi mengharapkan kedatangan Yesus, melaikan
mencari tempat dalam dunia. Sebenarnya ini merupakan hal yang fatal, karena
iman kristen mengalami sedikit banyak perubahan mendasar. Ditekankan
bagaimana sikap orang kristen hidup dalam realita dunia. Maka harapan
eskatologis pada saat etis konkrit.
Dalam 1 Tes 4:14-17 disinggung mengenai kematian, yang lama kelamaan
menjadi pusat refleksi teologis dari pada parousia itu sendiri. Kematian orang
kristen adalah bersatu dengan Yesus. 2 Kor 5:1-10 memuat gagasan pokok,
bahwa kematian orang kristen dikaitkan dengan menetap pada Tuhan (ayat 8).
Pada maksudnya? Berada disorga? Bisa jadi.

ETIKA PERJANJIAN BARU


A. Memahami Pokok Penting Dalam Teologi PB : Eskatologi
Didalam ragka memahami etika PB secara utuh dan menyeluruh,
perlulah diketahui salah satu pokok penting dan mendasarkan dalam
teologi PB yakni Eskatologi. Kemudian juga, bagaimana kedudukan hukum
yang terutama dalam hubungan dengan pokok tersebut.

1. Eskatologi Sebagai Motivasi Dasar Etika PB Jemaat Purba


Bagi Jemaat PB mula-mula kebangkitan (paskah) Yesus
Kristus menandai awal dari masa eskaton, suatu masa baru. Bahwa
dengan paskah, Yesus Kristus, bukan hanya adalah Mesias yang
telah datang, tapi serentak adalah mesias yang masih diharapkan
pada akhir sejarah (eskaton). Barulah pada waktu Ia datang
kembali, Ia akan menggenapkan karya penyelamatan-Nya. Jadi
paskah Yesus Kristus adalah pusat sejarah: masa lampau telah
dipenuhi/ digenapi, serentak masa depan telah dimulai. Inilah dasar
utama keyakinan jemaat mula-mula dalam PB.

Diatas dasar inilah dipahami konsep tentang kerajaan Allah.


Bahwa kerajaan Allah yang telah datang dan nyata dalam diri Yesus
Kristus telah mulai bekerja, berjalan terus, sampai pada masa
pemenuhan/penggenapan-Nya nanti, yakni pada waktu sang Raja
kebangkitan itu datang kembali (parusia).

Demikian, peristiwa paskah yang sangat menentukan itu


mendorong harapan jemaat mula-mula untuk melihat terwujudnya
pemberuan bagi manusia, dunia, dan seluruh ciptaan: itulah dunia
baru. Tapi harapan ini tidaklah pasif, sebagai suatu yang hanya
ditunggu-tunggu kedatangan-Nya pada masa penggenapan nanti.
Harapan yang dinanti-nantikan itu kini sudah terwujud dalam
Kristus yang bangkit, oleh sebab itu, bersifat aktif, berkembang
menuju penggenapanNya dimasa depan. Dengan demikian, sudah
sejak semula, harapan eskatologis itu ( pemenuhan kerjaan Allah )
sudah menentukan dalam kehidupan jemaat purba: menuntut
perhatian atas kehidupan nyata pada kekinian yaitu agar manusia
dan seluruh ciptaan dapat hidup sesuai martabatnya sebagai
warga kerajaan Allah . Dengan demikian kita dapat menyadari
betapa relefannya eskatologi PB. Sebagai motivasi dasar etika
jemaat purba (dan oleh sebab itu menjadi motivasi dasar etika
kristen sepanjang masa).

Namun dalam hal eskatologi ini, PB menampakkan coraknya


yang beragam.

1. Kitab-kitab sinoptisi
kitab-kitab ini menekankan secara dialektik kedua segi dari
kedatangan kerajaan Allah.

a. Segi keakanan (futuris). Di sini kerajaan Allah dilihat


sebagai yang baru akan tiba di masa depan: bukan suatu
yang mendesak sekarang. Corak macam ini dapat dilihat
misalnya dalam Luk 21:7-9. Dalam ayat 9 kita baca sebab
semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti
kesudahannya akan datang segera. (lih juga 12:58 dst ;
17:22-30; dll). Segi ini misalnya di tekankan oleh
A.schweitzer.
b. Segi kekinian (presentis). Di sini kerajaan Allah di lihat
sebagai yang telah datang sekarang. Corak seperti ini
misalnya kita dapati dalam Mat 12:28 maka sesungguhnya
kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (lih. Juga par.; dan
Luk 11: 20; Dll). Penekanan akan segi presentis ini kita
temui dalam pikiran C. H .Dood.

Segi sudah dan belum Kerajaan Allah. Didalam pikiran O.


Cullmann, kita melihat corak yang memadukan kedua segi
diatas. Menurut Cullmann, Kerajaan-Allah itu, di dalam
kebangkitan, sudah digenapi realitasnya, tetapi yang
kepnuhan/kesempurnaannya ( Parusia) belum tiba. Maka
dalam corak Eskatologi ini, kedatangan kerajaan Allah di
dalam paskah Kristus itu tidak dipahami sebagai ahir
sejarah, melainkan sebagai pusat sejarah. Sebagai pusat
sejarah,pada satu pihak, Ia merupakan penggenapan dari
masa pengharapan Israe, tetapi serentak, pada lain puhak,
membuka masa baru, yang dinamikanya didorong oleh
penggenapaNya yang sudah mulai terwujud itu, mengarah
kepada penyempurnaan-Nya pada dunia yang baru
( eskaton ).
Dalam hubungan ini perlu kita catat bahwa kata Yunani
yang secara menonjol dipakai untuk menjelaskan hal ini,
enggizo, terdapat sebanyak 36 kali dalam PB. Dalam
hubungan dengan kerajaan Allah, kata ini bukan
mempunyai arti sudah sampai. Tapi sudah dekat.
Itulah menurut Cullmann, gambaran PB menganai sejarah
pengelamatan.

Namun bagaimana pun ketidak-samaan corak-corak itu


semuannya toh bersama melihat perlunya manusia
(jemaat) mengambil sikap, yakni bertobat, menyesuikan diri
dengan tuntunan kedatangan dan pemenuhan kerajaan
Allah itu (eskaton). Begitulah kita temukan dalam sinoptis,
imperatif seperti bertobatlah. (Mat 3:2); berjaga-jagalah
sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang
( Mat 24:42); juga hati-hatilah (Mark 13:33). Impertatif-
imperatif ini tentu tidak tersangkalkan implikasi motivasi
etisnya. Sehingga sikap orang percaya atau jemaat
sekarang diarahkan oleh tuntunan motivasi eskatologis ini:
kepenuhan Kerajaan Allah itu nanti.

Sehingga jemaat perlu melihat perlunya


menyesuaikan diri dengan sikap dan kelakuan nyata selaku
warga kerajaan Allah itu. Disinilah ahli-ahli teologi biasanya
berbicara tentang adanya semacam keterangan
Eskatologis dalamkehidupan jemaat mula-mula.

2. Paulus
Demikian pula dalam surat-surat paulus, adanya tuntunan etis
selalu berlandaskan prinsip-prinsip eskatologis.seperti kita
telah lihat, misalnya, dalam Rom. 6 :1-11, jelas disitu terdapat
implikasi etis dari eskatologi Paulus. Bahwa hal mati dan
bangkit dengan Kristus telah memungkinkan dan menuntut
suatu kehidupan yang taat dan dengar-dengaran kepada
Tuhan, sumber kehidupan eskatologis itu. Dengan demikian,
etika benar-benar adalah kristosentris : berpusat pada karya
Kristus. Di sini nyata adanya suatu tuntunan untuik
menyesuikan diri denmgan harapan eskatologis itu.
Dalam hubungan etika dan eskatologis ini, telah luas diterima
bahwa Paulus, dalam tulisdan-tulisannya, tidak pernah
menganjurkan suatu perubahan sosial yang radikal
( berdasarkan semangat eskatologis itu ). Hal itu disebabkan
karena didalam pemikiran (Teologi Paulus ), eskaton telah
sangat dekat, sehingga tidak cukup waktu untuk perubahan
seperti itu hal ini antara lain kita lihat misalnya tatkala Paulus
berbicara tentang ketaatan kepada pemerintah (Rom 13:1dst).
Sikapnya disini sangatlah positif padahal Paulus sendiri
mengalami sendiri bagaimana kekuasaan pemerintah Romawi
yang sewenag-wenang, yang mestinya tak pantas ditaati (Kis
8:2dll). Demikian juga tatkala diperhadapkan dengan masalah-
masalah yang bobrok di korintus, pada dasarnya, Paulus tidak
bermaksud merubah suatu status quo. Ia tidak menganjurkan
suatu pembaruan mendasar (1kor 7,dll). Ya, karena waktu telah
singkat (ayt 29).
Begitulah menjadi jelas peranan eskatologis bagi etika Paulus.
Hal ini sapat dimengerti sebab jemaat mula-mula itu hidup
dalam ketegangan eskatologis diantara segi sudah dan
belum kerajaan Allah (Flpi 3;12-14). Keberadaan jemaat
sebagai ciptaan baru (2Kor 5 : 17) menuntut suatu ketaatan
yang baru pula, tuntutan mana dihayati sebagai sesuatu yang
urgen sekarang.

2. Hukum Yang Terutama

Untuk membahas pokok ini maka, dalam rangka etika alkitab,


berturut-turut akan diperhatikan dua hal : kedudukan hukum
terutama sebagai tuntutan (hukum) Eskatologis; dan hubungannya
dengan hukum taurat.

2.1. Kedudukan Hukum Yang Terutama Sebagai Hukum


Eskatologis
Dalam hubungan etika, maka apa yang menjadi utama dalam
tuntutan eskatologi Yesus adalah hukum yang terutama (Mark
12:30-31 dan Par), yaitu hukum kasih, yang oleh Yesus diberi
kedudukan yang diboleh dikata tak ada bandingnya. Malah
dengan ungkapan seperti dalam Mat 22:40: en tautals tats
dusin entolais holos ho nomos krematai kai hoi profetal, maka
dengan kremasios (=bergantung), huukm yang terutama
(Yun=megale) dan pertama
(YUN= prote) ini telah menjadi suatu kaidah hermeneutik
sekarang dalam memahami hukum taurat dan kitab para nabi
(=PL). Petunjuk tentang hal ini menjadi sangat jelas ketika,
didalam kitab-kitab injil, hukum-kasih ini
diperhadapkan/dipertentangkan dengan hukum kultis. Misalnya
dalam Mark 12:23, dengan eksplisit dikatakan bahwa hal ini
mengasihi Allah dan sesama manusia itu jauh lebih utama
dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan (lih.
Juga Mat. 9:13, 12:17). Selanjutnya, juga dalam Mark 2 dan 3
kita baca bahwa, menurut Yesus, berbuat baik terhadap
sesama adalah lebih penting dari pada sekedar mengindahkan
hari sabat (3:4 dan par). Sebab, bzagi Yesus, hari sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat,
jadi anak manusia adalah juga Tuhan atas hari sabat (Mark
2:27-28). Nada yang sama dapat kita temui juga dalam Mat
5:23; Mark 11:25; dll.
Tetapi ini tidak berarti, dengan Yesus, hukum-hukum itu telah
dihapus dan diganti sengan hukum kasih. Tidak!!! Sebab dalam
hidupNya, Yesus sendiri taat pada hukum-hukum itu, Ia disunat
(Luk 2:21-40); dibabtis (Mark 1:9-11 dan par); beribadah dan
mengajar didalam sinagoge (Luk 2:41-52 dan par; Mark 1:21-
28 dan par); dst. Hanya saja, dengan Yesus, hukum-hukum
kultis itu kini secara prinsipil diletakkan dalam terang
pemahaman hukum kasih. Hukum yang terutama diuji dan
diberi arti olehnya. Jadi benar bahwa hukum yang terutama
telah menjadi kaidah hermeneutis. Sehingga kasih tidak boleh
dibatasi, apalagi dihapus oleh hukum-hukum kultis itu. Inilah
tuntunan (hukum) eskatologis boleh dikatakan hukum
kerajaan Allah yang eskatologis. Dengan mana, jemaat harus
menyesuaikan diri dan kehidupannya secara nyata.
Demikianlah menjadi jelas mengapa hukum kasih disebut
sebagai he megale kat prote entole : perintah yang utama
(Yun=megale) dan pertama (Yun=prote). Dalam Mark 10:28-29
juga dipakai kata prote ini.

2.2. Hukum yang Terutama dan Taurat


Dalam ajaran Yesus berhubungan dengan etika tercemin
dalam reaksiNya terhadap kelompok farisi dan taurat. Kita
lihat seperti dalam matius 5:20.

3. Eskatologi Jemaat Generasi Kemudiaan


Uraian diatas menyangkut jemaat generasi 1, yaitu bahan-
bahan/ teks-teks dari jaman rasul-rasul. Berikut ini kita akan melihat
corak eskatologi yang agak berbeda yaitu dari generasi kemudian,
menyangkut bahan atau teks dari zaman sesudah para rasul
( sekitar sesudah abad 1 ).
Pada periode ini, orang mulai merasa bahwa parusia
(pemenuhan kerajaan Allah) yang pada masa sebelumnya
diharapkan akan segera tiba, tidak juga kunjung
datang. Jemaat tidak dapat terus menerus hidup dalam ketegangan
seperti itu. Sehingga hal ini merupakan pokok pergumulan yang
penting dari jemaat.

Вам также может понравиться