Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi

perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya

sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan

pembentukan komunikasi terapeutik. Perawat berkomunikasi dengan

pasien yang mengalami tekanan, yaitu klien keluarga dan teman

sejawatnya (Potter Perry, 2009).


Perawat sebagai ujung tombak pemberi asuhan keperawatan

atau pelayanan kesehatan harus dituntut untuk dapat melakukan

asuhan keperawatan secara baik dan profesional. Perawat dan pasien

harus membina hubungan saling percaya yang disebut dengan

hubungan terapeutik. Komunikasi merupakan komponen penting

dalam asuhan keperawatan, dengan mendengarkan keluhan atau

pertanyaan pasien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan

adalah contoh-contoh komunikasi yang harus dilakukan perawat

selama melakukan praktek keperawatan, selain itu komunikasi juga

merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjalin kerjasama

yang baik dengan pasien atau tenaga kesehatan lain dalam rangka

membantu mengatasi masalah pasien (Mundakir, 2006).


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

Ruang Seruni terdapat perawat yang bertugas jaga siang berjumlah 6

orang. Pada saat mengobservasi komunikasi terapeutik perawat,

terdapat 3 perawat yang tidak memperkenalkan nama dan memanggil

pasien hanya dengan sebutan bapak, ibu, adik, tanpa menanyakan

1
2

nama panggilan pasien, perawat masih kurang menjaga kontak mata

ketika melakukan komunikasi dengan pasien, dan masih ada perawat

yang terburu-buru dalam menyampaikan informasi.


Berdasarkan Short Message Service (SMS) yang masuk

selama periode bulan Juni s/d Desember 2014 melalui SMS Centre

RSU Provinsi NTB sebanyak 60 sms. Terbanyak SMS pengaduan

masuk pada bulan Desember 2014 sebanyak 13 SMS (21,67%).

Sebagian besar SMS mengeluhkan masalah pelayanan sebesar

28,33%, masalah ketersediaan sarana/prasarana sebesar 23,33%

dan masalah kebersihan sebesar 11,67% (Solikin, 2015).


Pelayanan keperawatan masih sering mendapatkan keluhan

dari masyarakat, terutama sikap dan kemampuan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Tidak jarang terjadi

konflik antara perawat dengan pasien sebagai akibat dari komunikasi

yang tidak jelas atau tidak komunikatif sehingga menimbulkan

kekecewaan dan ketidakpuasan serta kepercayaan yang rendah dari

pasien. Hal ini sesuai dengan teori pencapaian tujuan menurut King

bahwa komunikasi mendukung penetapan bersama antara perawat

dan pasien dalam mencapai kepuasan. Kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan

antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu

produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2004, dalam Nursalam,

2011).
Persepsi adalah cara pandang atau tanggapan pribadi

seseorang terhadap stimulus, objek, kejadian atau peristiwa. Persepsi

dapat dipengaruhi, dibentuk, atau diubah berdasarkan tingkat


3

kebutuhannya, harapan dan reinforcement. Persamaan persepsi

komunikator dengan komunikan akan menghasilkan dampak

komunikasi yang positif dan aktif. Sementara jika terjadi perbedaan

persepsi komunikator dengan komunikan dapat mengakibatkan konflik

negatif (Pieter, 2012).


Salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

adalah persepsi. Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang

terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk oleh

harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan

terhambatnya komunikasi (Mundakir, 2006).


Pelayanan keperawatan yang efektif memerlukan komunikasi

yang baik dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi

merupakan keterampilan profesional yang harus dimiliki oleh perawat

profesional agar terjadi hubungan yang terapeutik (Mundakir, 2006).


Pasien akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan

yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya atau sebaliknya,

ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apa bila

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan

harapannya (Pohan, 2007).


Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti merasa

tertarik untuk meneliti Persepsi Pasien Tentang Komunikasi

Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Tahun 2015.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut yaitu Bagaimanakah Persepsi Pasien

Tentang Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Umum

Provinsi NTB Tahun 2015?


4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui Persepsi Pasien Tentang Komunikasi Terapeutik

Perawat di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Tahun 2015.


2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase pra

interaksi.
b. Mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase

orientasi atau perkenalan.


c. Mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase

kerja.
d. Mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase

terminasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang Persepsi Pasien

Tentang Komunikasi Terapeutik Perawat di Rumah Sakit Umum

Provinsi NTB.
2. Secara Praktis
a) Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Memberi masukan kepada Rumah Sakit terutama bagi

perawat dalam kemampuan berkomunikasi terapeutik,

sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.


b) Institusi Pendidikan
Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan

hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

manajemen keperawatan guna meningkatkan mutu

pendidikan selanjutnya.
c) Bagi Peneliti Lainnya
5

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam melakukan penelitian serta dapat mengetahui

bagaimana persepsi pasien tentang komunikasi terapeutik

perawat.

Вам также может понравиться