Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyusun:
Maya Puspa Sari
(030.11.182)
Pembimbing:
Dr. Bambang Priyambodo, Sp. An
JAKARTA
0
LEMBAR PENGESAHAN
Jurnaldengan judul :
Disusunoleh:
030.11.182
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkah dan karunia yang diberikan-
Nya sehingga jurnal yang penulis susun dengan judul Pasien Dengan Management
Bedside Dari Syok, dapat selesai tepat pada waktunya.
Jurnal ini dibuat sebagai rasa tanggung jawab penulis untuk memenuhi
persyaratan dalam kepanitraan klinik ANESTESI periode Januari 2016 Februari
2017.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Bambang Priyambodo, Sp.An selaku dokter pembimbing penulis atas bimbingan,
kritik, dan sarannya selama proses belajar di kepanitraanANESTESI. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan Jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa Jurnal ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga Referat ini dapat bermanfaat dalam bidang ilmu kedokteran, khususnya
bidang ANESTESI.
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................5
BAB III:KESIMPULAN.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen bedside dari syok
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI
Syok terbagi menjadi 4 kategori, yang kebanyakan pasien dapat timbul dengan
lebih dari satu tipe:
EVALUASI KLINIS
Penilaian awal dari pasien dengan syok harus cepat dan menyeluruh,
resusitasi dini dari pasien dalam keadaan syok dapat meningkatkan mortalitas
[1,2]. Meski seringkali terbatas disebabkan oleh cara mekanikal (ETT) atau status
fisik, evaluasi dini bedside harus fokus pada pengambilan riwayat pada gejala
meliputi muntah-muntah, diare, hematemesis, melena, edema ekstremitas bawah,
dan demam. Temuan klinis dapat meliputi perubahan dari kesadaran, ekstremitas
akral dingin, pengisian kapiler, S3 atau S4 gallop, edema ekstremitas, dan atau
distensi vena jugular. Sebagai tambahan, melalui peninjauan dari tanda-tanda vital
dapat membantu penolong dalam menentukan etiologi syok, melalui pemantauan
hemodinamik lebih lanjut seringkali diperlukan untuk stratifikasi. Sebagai contoh,
penurunan curah jantung dapat dibuktikan oleh penghitungan tekanan nadi (yakni
perbedaan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik). Tekanan
nadi yang menyempit, ditambah delay pengisian kapiler dan akral dingin mungkin
dapat diindikasikan dari rendahnya curah jantung, sedangkan pelebaran tekanan
nadi dapat terlihat pada kondisi curah jantung yang meningkat.
5
Resusitasi awal harus berfokus pada pemulihan hipoksemia jaringan dan
terapi etiologi yang mendasari. Sebagai contoh, pasien septik harus diberikan
resusitasi cairan yang agresif sedangkan syok kardiogenik haris diberikan agen
inotropik [3]. Pasien dengan kondisi-kondisi yang sebabkan penekanan ruang
jantung (yaitu tamponade perikardium, pneumothorax tension) memerlukan
drainase dan pembebasan.
Hal yang lebih invasif kateter arteri pulmonari telah diselisihkan sebab
terkait oleh komplikasi-komplikasi dan risiko dari data yang salah terinterpretasi.
Sehingga, hal ini diperbolehkan untuk diutamakan penilaian volume intravaskular
yang minimal invasif.
SYOK HIPOVOLEMIK
6
disebabkan oleh intervensi pembedahan, ulserasi peptik, varises esofagus, trauma,
dam atau rupturnya aneurisma aorta.
SYOK DISTRIBUTIF
Syok distributif dapat akibat dari vasodilatasi arteri atau vena deplesi
intravaskular yang tampak normal atau rendah pada status sirkulasi cairannya.
Kebanyakan kasus, curah jantung meningkat, resistensi vaskular sistemik
menurun, dan terdapat penurunan penggunaan oksigen jaringan. Yang sudah
disebutkan diawal, syok distributif dapat memiliki beberapa etiologi, meliputi
sepsis, anafilaktik, neurogenik, (sebab oleh cedera intrakranial akibatkan
hilangnya regulasi simpatetik), atau terinduksi obat (biasanya nitrat, opiat,
blokade beta).
Sepsis adalah penyebab sebagian besar dari kematian pada ICU di United
State, dan sepertinya secara global. Hal ini diperkirakan sekitar 750.000 pasien
terkena sepsis setiap tahunnya [6]. Patofisiologi yang mendasari diperkirakan
sebab respon inflamasi yang ada target/lawannya, khususnya IL-6 dan TNF,
akibatnya hipoperfusi mikrovaskular dan trombosis. Sebagai konsekuensi,
akibatnya pada disfungsi multiorgan yang terobservasi secara umum pada pasien-
pasien ini [7].
7
Penurunan output urin (<0.5 ml/kg/jam lebiih dari 2 jam, meski resusitasi
cairan)
Acute lung injury/ARDS (jika pneumonia tidak ada: PaO2/FiO2 <250; jika
terdapat pneumonia: PaO2/FiO2 <200)
Kreatinin serum >2mg/dL
Serum bilirubin total >2mg/dL
Trombositopenia (jumlah trombosit <100,000)
Koagulopati (INR >1.5)
Tujuan dini langsung terapi pada pengobatan dari syok septik adalah yang
mengganggu dalam perbaikan akhir pasien [9] (Tabel 1)
8
yang sangat terbatas, berdasarkan pedoman ini, dan perlu secara perindividu.
Norepinefrin, agonis reseptor beta 1a, rekomendasi agen vasopressor lini pertama.
Saat norepinefrin tidak cukup untuk mempertahan kan tekanan arteri rerata
65mmHg, epinefin perlud ditambahkan setelahnya. Dopamine tidak disarankan
sebagai alternatif untuk norepinefrin pada syok septik, kecuali pada pasien yang
sangat selektif seperti yang dengan curang jantungnya rendah dan absolut atau
relatif bradikardi dengan risiko rendah pada takiaritmia [14]. Vasopressin tidak
boleh digunakan sebagai monoterapi. Sebagai tambahan fenilefrin memiki
keterbatasan juga.
Pemberian antibiotik yang tepat adalah sangat penting, waktu dapat secara
langsung mempengaruhi mortalitas pada pasien dengan syok septik [15,16]. Bila
memungkinkan, antibiotik harus disesuaikan dengan hasil suspetibilitas kultur in
vitro dan respon klinis pasien agar menghidari kegawatan dari resistensi dan atau
antibiotik yang tak perlu menginduksi komplikasi.
Transfusi PRC pada hematokrit 30% dan atau infus amine (maksimal
20ug/kg/min) dapat dipertimbangkan pada pasien dengan saturasi oksigen vena
sentral/mix yang rendah, meski resusitasi cairan adeuat dan pemberian
vasopressor. Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan jika hanya resusitasi
cairan adekuat bersama dengan terapi vassopressor gagal mencapai stabilitas
hemodinamik. Steroids harus diturunkan berkala segera sesudah vasopressor tidak
lagi dibutuhkan.
SYOK KARDIOGENIK
9
Tamponade perikad mengagnggu pengisian diastolik, yang mengakibatkan
atrium kanan dan ventrikel kolaps saat diastol. Scan kateter arteri pulmonari
menunjukan keseimbangan dari tekanan diastolik antara atrium dan ventrikel.
Sebagai tambahan, penurunan tekanan atrium kanan tecatat saat inspirasi, yang
bertolak belakang dari apa yang seharusnya terjadi pada perikarditis konstriktif.
Dengan inovasi dalam teknologi dan interpretasi echokardiografi, echosonografi
secara luas mengganti kateter arteri pulmonari untuk diagnosis dari syok
kardiogenik. Pengobatan umumnya melibatkan pemulihan tamponadevia peri-
kardiosentesis atau pembedahan window perikardial. Tension pneumothorax dapat
mengakibatkan syok kardiogenik oleh adanya kompresi eksternal jantung dan
menurunkan aliran balik bena. Pengobatan tension pneumothorax melalui
drainase seringkali menghasilkan dengan cepat stabilitas hemodinamik.
AGEN VASOAKTIF
10
Norepinefrin: norepinefrin menjadi agent pilihan untuk terapi syok.
Bekerja melalui stimulasi dari beta-1 (efek inotropik dan kronotropik) dan
alfa reseptor (vasokonstriksi). Beberapa studi menunjukan gemar
digunakaan dibanding penekan lainnya seperti yang disebutkan
sebelumnya.
Dobutamin: dobutamin bekerja pada reseptor beta-1 dan beta-2,
menyebabkan yang dihasilkan berupa meningkata curah jantung. Hal ini
direkomendasi untuk penggunaan dalam syok kardiogenik, khususnya jika
bersamaan dengan syok septik.
Vasopressin: Vasopressin umumnya disiapkan untuk pasien dengan syok
septik yang sulit diatasi dengan norepinefrin dan tidak boleh digunakan
sebagai monoterapi [3]
BAB III
KESIMPULAN
11
Pada ringkasan, syok adalah kondisi mengancam jiwa yang
mengakibatkan hipoperfusi jaringan dan kegagalan multi-organ. Pengenalan
secara cepat, diagnosis da intervensi dangan penting untuk mengurangi
morbiditas, mortalitas, dan biaya pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan pada
pasien dengan syok harus up-to-date dengan siasat resusitasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Rivers E, Nguyen B, Havstad S, Ressler J, Muzzin A, et al. (2001) Early
goal-directed therapy in the treatment of severe sepsis and septic shock. N
Engl J Med 345: 1368-1377.
12
2. Hochman JS, Sleeper LA, Webb JG, Sanborn TA, White HD, et al. (1999)
Early revascularization in acute myocardial infarction complicated by
cardiogenic shock. SHOCK Investigators. Should we Emergently
Revascularize Occluded Coronaries for Cardiogenic Shock. N Engl J Med
341: 625634.
3. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlack H et al., (2013)
Surviving Sepsis campaign: international guidelines for management of
severe sepsis and septic shock:2012. Crit Care Med 41: 580-637.
4. Marik PE, Cavallazzi R, Vasu T, Hirani A (2009) Dynamic changes in
arterial waveform derived variables and fluid responsiveness in
mechanically ventilated patients: a systematic review of the literature. Crit
Care Med 37: 2642-2647.
5. Marik PE, Baram M, Vahid B (2008) Does central venous pressure predict
fluid responsiveness? A systematic review of the literature and the tale of
seven mares. Chest 134: 172-178.
6. Angus DC, Linde-Zwirble WT, Lidicker J, Clermont G, Carcillo J, et al.
(2001) Epidemiology of severe sepsis in the United States: analysis of
incidence, outcome, and associated costs of care. Crit Care Med 29: 1303-
1310.
7. Kidokoro A, Iba T, Fukunaga M, Yagi Y (1996) Alterations in coagulation
and fibrinolysis during sepsis. Shock 5: 223-228.
8. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, et al. (2003) 2001
SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS International Sepsis Definitions
Conference. Crit Care Med 31: 1250-1256.
9. Rivers E, Nguyen B, Havstad S, Ressler J, Muzzin A, et al. (2001) Early
goal-directed therapy in the treatment of severe sepsis and septic shock. N
Engl J Med 345: 1368-1377.
10. Brunkhorst FM, Engel C, Bloos F, Meier-Hellmann A, Ragaller M, et al.
(2008) Intensive insulin therapy and pentastarch resuscitation in severe
sepsis. N Engl J Med 358: 125-139.
11. Guidet B, Martinet O, Boulain T, Philippart F, Poussel JF, et al. (2012)
Assessment of hemodynamic efficacy and safety of 6%
hydroxyethylstarch 130/0.4 vs. 0.9% NaCl fluid replacement in patients
with severe sepsis: The CRYSTMAS study. Crit Care 16: R94.
12. Perner A, Haase N, Guttormsen AB, Tenhunen J, Klemenzson G, et al
(2012) Hydroxyethyl starch 130/0.42 versus Ringers acetate in severe
sepsis. N Engl J Med 367:124134.
13. Myburgh JA, Finfer S, Bellomo R, Billot L, Cass A, et al. (2012)
Hydroxyethyl starch or saline for fluid resuscitation in intensive care. N
Engl J Med 367:1901-1911.
14. De Backer D, Aldecoa C, Njimi H, Vincent JL (2012) Dopamine versus
norepinephrine in the treatment of septic shock: a meta-analysis*. Crit
Care Med 40: 725-730.
13
15. Gaieski DF, Mikkelsen ME, Band RA, Pines JM, Massone R, et al. (2010)
Impact of time to antibiotics on survival in patients with severe sepsis or
septic shock in whom early goal-directed therapy was initiated in the
emergency department. Crit Care Med 38: 1045-1053.
16. Kumar A, Zarychanski R, Light B, Parrillo J, Maki D, et al. (2010) Early
combination antibiotic therapy yields improved survival compared with
monotherapy in septic shock: a propensity-matched analysis. Crit Care
Med 38: 1773-1785.
17. Goldberg RJ, Gore JM, Alpert JS, Osganian V, de Groot J, et al. (1991)
Cardiogenic shock after acute myocardial infarction. Incidence and
mortality from a community-wide perspective, 1975 to 1988. N Engl J
Med 325: 1117-1122.
18. De Backer D, Biston P, Devriendt J, Madl C, Chochrad D, et al. (2010)
Comparison of dopamine and norepinephrine in the treatment of shock. N
Engl J Med 362: 779-789.
14